Anda di halaman 1dari 16

pISSN: 2548-9879

eISSN: 2599-2139

Pengembangan Bahan Ajar Matematika Materi Bilangan berbasis


Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Siti Munawaroh1, I Nyoman Sudana Degeng2, Nurmida Catherine Sitompul3
1,3
Teknologi Pendidikan, Pascasarjana, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Guru Matematika SMP Negeri 20 Surabaya, 2Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang
1

Edcomtech Abstrak
Pengembangan Bahan ajar Matematika Materi Bilangan Berbasis High Order
Thinking Skills (HOTS) untuk siswa SMP dimaksudkan untuk memberikan
Jurnal Kajian salah satu jawaban terhadap kurangnya buku pendamping pembelajaran
Teknologi Pendidikan Matematika materi bilangan yang mengimplementasi kurikulum 2013 serta
Volume 6, No 1, April 2021 keterbatasan guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran berorientasi
124-139 HOTS dan adanya tuntutan untuk peserta didik yang selalu membiasakan diri
berpikir kritis,analitis, memecahkan masalah dan meningkatkan kreativitas.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Research and Development
Submitted 03-05-2020
(R&D) dimana peneliti membatasi penelitian dalam skala kecil, termasuk
Accepted 12-05-2020
untuk membatasi langkah penelitian. Hasil validasi diperoleh bahwa secara
keseluruhan ahli desain memberi skor rata-rata 4,7. Ahli media memberi skor
Corresponding Author rata rata 4,7. Guru matematika memberi skor rata rata 3,84 dan angket respon
Siti Munawaroh siswa (Uji kelompok kecil) mendapat skor 4,5 berdasarkan data dan analisis yang
munawarohamel@gmail.com dilakukan menyatakan produk bahan ajar ini sangat layak digunakan sebagai
buku pendamping pembelajaran Matematika berbasis HOTS

Kata Kunci: pengembangan bahan ajar, Higher Order Thinking Skills,


Pembelajaran matematika

Abstract
Development of Mathematics Teaching Materials for Numbers Based on High
Order Thinking Skills (HOTS) for junior high school students is intended to provide
one answer to the lack of a companion Mathematics learning companion number
material that implements the 2013 curriculum and the limitations of teachers in
developing HOTS-oriented learning strategies and the existence of demands for
students who always accustom themselves to think critically, analytically, solve
problems and increase creativity. This research uses Research and Development
(R&D) research methodology where researchers limit research on a small scale,
including to limit the research steps. Validation results obtained that overall
design experts gave an average score of 4.7. Media experts score an average
of 4.7. Mathematics teachers gave an average score of 3.84 and the student
response questionnaire (small group test) received a score of 4.5 based on the
data and analysis conducted which stated that this teaching material product
was very suitable to be used as a companion book for HOTS-based Mathematics
learning.

Keywords: Development of teaching materials, Higher Order Thinking Skills,


Mathematics learning

124
LATAR BELAKANG sampai tahun 2015, dalam dunia pendidikan
Saat ini kita berada pada era dimana yaitu PISA. Perolehan Tahun 2016, Dilansir
kemajuan pesat Ilmu Pengetahuan dan dari The Guardian, Indonesia menempati
Teknologi mengakibatkan berubahnya cara urutan ke-57 dari total 65 negara. Survei ini
berkehidupan manusia. Segala hal terjadi diterbitkan oleh Organisation for Economic
begitu cepat dan tidak terduga akibat Co-operation and Development (Pellini,
digitalisasi, otomatisasi menuntut kita 2016). Sehubungan dengan kemampuan
meningkatkan keterampilan keterampilan dan kompetensi guru, pada bagian ini yang
baru untuk mengimbangi perubahan paling utama karena kekuatan terdepan
tersebut (Sitompul, Leksono, & Rufi’i, pelaksanaan kurikulum adalah guru. Guru lah
2019). Perubahan itulah yang mendorong yang melaksanakan kurikulum 2013 yang saat
perubahan dalam sistem pendidikan. Sejalan ini sedang diimplementasikan. Pelaksanaan
dengan itu Pemerintah menyusun kurikulum Kurikulum ini sudah berlangsung lebih dari
yang berbasis pengembangan kemampuan tahun. Meskipun demikian, belum semua
memecahkan masalah, berpikir kreatif dan guru siap mengimplementasikan kurikulum
pengolahan informasi yaitu kurikulum 2013. 2013. (Hanik, Mardiyana, & Rosid, 2020)
Melalui kebijakan penerapan kurikulum 2013 Walaupun masih banyak guru belum
yang menggunakan pendekatan Saintifik mengembangkan pembelajaran HOTS secara
diharapkan semua pembelajaran bermuara maksimal. Dengan ditingkatkan bobot
pada pengembangan keterampilan menalar, soal ini guru dipacu menyelenggarakan
membandingkan dan mengolah pikiran proses pembelajaran berbasis HOTS. Model
tingkat tinggi atau dikenal dengan Higher pembelajaran yang mengajak peserta didik
Order Thinking Skills (HOTS). Implementasi berpikir kritis, mampu mengolah informasi
Kurikulum 2013 sejauh ini sudah 3 kali yang sering disebut berpikir tingkat tinggi
mengalami revisi, ini menunjukkan keseriusan atau Higher Order Thinking Skills ( HOTS),
pemerintah untuk menyiapkan anak bangsa harus selalu dikembangkan dalam proses
menyongsong masa depan. Falsafah dan kegiatan belajar mengajar di sekolah
pedoman hidup bangsa dapat dicerminkan itulah harapan dan himbauan pemerintah.
melalui kurikulum. Tujuan arah serta kualitas Dengan mengembangkan model itu
hidup masa depan berbangsa dan bernegara peserta didik akan terbiasa dan mempunyai
ini akan ditentukan oleh penerapan kebijakan kemampuan berkomunikasi dengan baik,
kurikulum yang digunakan oleh bangsa keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif
tersebut sekarang. Segala perubahan harus selalu mempunyai sikap percaya diri untuk
dapat diantisipasi oleh kurikulum, karena mempersiapkan diri menghadapi era digital
hanya melalui pendidikan sebagai salah satu milenium. (Harususilo, 2018)
cara yang paling ampuh untuk mengiringi Guru sudah harus memulai langkah
tersebut (Alfa, 2017). Pada kenyataaan langkah pembelajaran yang berpijak dan
implementasi nya tidak bisa dilepaskan mewujudkan empat asas dalam belajar
tanpa peran guru, sedangkan pemerintah yang disarankan oleh Komisi Internasional
sangat mendorong pengembangan HOTS UNESCO untuk pendidikan (1)belajar untuk
dalam pengajaran dikelas, terbukti dengan mengetahui , (2) belajar untuk mengerjakan
meningkatnya bobot soal UNBK standar , (3) belajar untuk menjadi , (4)belajar untuk
internasional sudah mulai diterapkan, hidup bersama . (Daryanto & Syaiful, 2017).
mencakup soal-soal Matematika, literasi, Guru tidak lagi sumber dari segala sumber
ataupun untuk soal Ilmu Pengetahuan Alam belajar, guru harus menghilangkan kebiasaan
yaitu yang memerlukan tingkat pemahaman, lama dalam mengajar. Tugas guru adalah
daya nalar dan daya pikir tinggi, atau dikenal tidaklah mudah. Penting untuk dicatat
HOTS (Higher Order Thinking Skills) (Sukmana, bahwa pendidik memiliki tanggung jawab
2018). mendalam untuk mendorong peserta didik
Penurunan prestasi kejuaraan tingkat untuk merefleksikan perubahan sifat, ruang
internasional kurun waktu tahun 2000 kelas dan kesesuaian pengetahuan terapan.
126 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

Membangun pengetahuan sebagai prinsip dari Higher Order Thinking Skills atau HOTS
panduan mengasumsikan bahwa peserta didik (Brookhart, 2010)
akan menantang teori dan kenyataan yang Benjamin S. Bloom adalah seorang
ada. (MacKinnon & Aylward, 2009) Guru saat psikolog pendidikan dari Amerika Serikat , dia
ini hanya memfasilitasi peserta didik dalam beserta kawan kawannya adalah orang yang
belajar. memotivasi dan memberi semangat pertama mengenalkan konsep pemikiran
peserta didik untuk belajar menggunakan belajar Higher Order Thinking Skills (HOTS)
kemampuan bernalar, mengolah informasi dalam bukunya yang bertajuk Taxonomy of
dan berpikir kritis mempraktekkan berbagai Educational Objectives: The Classification of
strategi dan metode pembelajarn seperti, Educational Goals (1956) di dalamnya berisi
penemuan terbimbing, project based learning, kategori berbagai tingkat pemikiran bernama
investigasi kelompok, inquiry dan lainnya Taksonomi Bloom, mulai dari level paling
Sesuai isi Permendikbud No. 22 Tahun bawah sampai dengan level paling tinggi.
2016 perihal Standar Proses di jelaskan Keterampilan Level paling bawah dalam proses
pembentukan perilaku saintifik, sosial serta pembelajaran itu mencakup mengingat,
mengembangkan rasa keingintahuan dapat memahami, dan menerapkan Menurut
dicapai jika tiga model kegiatan pembelajaran Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua
ini dipraktekkan dan diterapkan. Model-model bagian. dan keterampilan kedua level paling
tersebut adalah Discovery/Inquiry Learning, tinggi adalah yang dikategorikan ke dalam
model Pembelajaran Melalui Penemuan keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa
Terbimbing, Problem-based Learning, model keterampilan menganalisis, mengevaluasi,
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Project- dan mencipta. (Ariyana, Pudjiastuti, Bestary,
based Learning, Pembelajaran Berbasis & Zamroni,, 2019). Pendapat para pakar
Proyek (Ariyana, Pudjiastuti, Bestary, & tentang ini , pengertian keterampilan berpikir
Zamroni,, 2019). tingkat tinggi dari Lauren B. Resnick adalah
Proses pembelajaran saat ini adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi secara rinci materi, menarik kesimpulan,
peserta didik yang mempunyai Kemampuan membangun representasi, menganalisis
berpikir, bernalar,analitis, kreatif dan mampu permasalahan, dan menciptakan hubungan
menyelesaikan masalah . Kemampuan dengan melibatkan aktivitas mental yang
mempunyai pola pikir kritis diperlukan paling dasar. (Resnick, 1987)
untuk membedakan dan memilah informasi Krulik dan Rudnick menyatakan bahwa
tersebut layak diterima atau perlu dikaji bagian terpenting dan sangat dibutuhkan
ulang. Berpikir kritis salah satu komponen dari dari proses pembelajaran matematika dalam
berpikir tingkat tinggi. Dengan membiasakan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
peserta didik melakukan pemikiran kritis, penalaran (Krulik, Rudnick, & Mileo, 2003).
berpikir kreatif, dan pemecahan masalah Kemampuan penalaran ini berkenaan dengan
maka pada akhirnya peserta didik terbiasa pembelajarannya di kehidupan sehari-hari
berpikir sehingga mempunyai keterampilan yang dihadapinya (Qolbi, Thaariq, Az-Zahroh,
berpikir tinggi atau Higher order Thinking Anwar, & Faiza, 2019)
Skills (HOTS) John Dewey berpendapat bahwa jika
Pengembangan kemampuan peserta didik seseorang berusaha berpikir segalah hal
untuk memiliki keterampilan berolah pikir secara mendalam dengan mengerahkan
yang kompleks adalah merupakan tujuan kemampuannya , memulai mengajukan
utama proses pembelajaran matematika. bermacam pertanyaan yang relevan dan
keterampilan berolah pikir yang kompleks akhirnya menemukan informasi yang
atau dikenal higher order thinking Skills relevan pula dan tidak hanya menunggu
atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. informasi saja, semua itu adalah bagian
kemampuan memecahkan masalah, dari berpikir kritis secara esensial dalam
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan proses aktif (Fisher, 2009). Keterampilan
berpikir kritis adalah merupakan bagian HOT terbaik harus dilakukan melalui kegiatan
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 127

langsung, keterampilan di mana siswa dapat juga akan mampu memberikan motivasi dan
mengarahkan pembelajaran mereka sendiri meningkatkan keterampilan dasar peserta
(Harrison, 2013) didik (Tinio, 2002) dalam (Utami, Nugroho,
Definisi HOTS dari Pemerintah melalui Dwijayanti, & Sukarno, 2018)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bahan ajar materi bilangan Menurut
pada dasarnya mengikuti pendapat Brookhart. hasil sebaran UNBK (Ujian Nasional Berbasis
Untuk membantu proses tersebut diperlukan Komputer) 2019 tingkat SMP Pusat Penilaian
pengembangan. untuk mendapatkan hasil pendidikan Kementerian Pendidikan dan
yang maksimal dalam proses pembelajaran Kebudayaan 2019 untuk capaian materi
diperlukan peningkatan kualitas cara memilih, matematika kota Surabaya Persentase siswa
menentukan, menetapkan , melaksanakan yang menjawab benar soal-soal pada setiap
dan mengembangkan metode pembelajaran cakupan materi adalah Materi bilangan adalah
dengan mendesain proses pembelajaran 51,86%, materi Aljabar adalah 63,54%, materi
itu. desain itulah bagian dari pengembangan Geometri dan Pengukuran 53,82% dan materi
( (Degeng & Degeng , 2018). Rancangan buku statistika dan peluang adalah 65,78% disini
bahan ajar yang dipilih karena Peneliti memberi ditunjukan pada materi Bilangan siswa yang
tambahan ide dengan mengembangkan menjawab benar paling sedikit hanya 51,86%
bahan ajar sebagai pendamping buku yang (Pendidikan, Pusat Penilaian, 2018). karena itu
ada dengan harapan bahan ajar yang valid, pemilihan materi ini dalam mengembangkan
praktis dan efektif untuk memfasilitasi guru Bahan ajar sangat tepat.
dan peserta didik dalam mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum 2013 METODE
berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Jenis penelitian yang dikembangkan oleh
Merujuk pendapat Panen (2001) tentang peneliti adalah Research and Development
bahan ajar, menurutnya bahwa bahan (R&D) dimana hasil akhir penelitian adalah
ajar merupakan kesatuan bahan-bahan produk yang berupa bahan ajar dalam
atau materi pelajaran yang disusun secara bentuk buku yang valid sesuai kaidah untuk
seksama dan sistematis, yang digunakan memfasilitasi pendidik dan peserta didik dalam
guru dan peserta didik dalam kegiatan proses mengembangkan dan mengimplementasikan
belajar mengajar (Sadjati, 2012). Bahan ajar kurikulum 2013 berbasis HOTS. Selain itu
yang yang digunakan sebagai buku pelajaran juga peneliti membuat instrumen penelitian
yang menunjang kegiatan belajar mengajar berupa lembar validasi, dan angket tanggapan
disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk peserta didik. Model yang dikembangkan
maksud-maksud dan tujuan instruksional yang dalam penelitian ini adalah pengembangan
dilengkapi dengan saran saran pengajaran versi Borg dan Gall dalam (Emzir, 2011) dimana
yang sesuai, dengan tujuan lebih mudah pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan
memahami disebut buku ajar (Tarigan, 1986) peneliti termasuk membatasi langkah langkah
dalam (Kurbaita, Zulkardi , & Siroj, 2013) penelitian karena beberapa alasan keterbatasan
Salah satu hal harus diperhatikan . Hasil penyesuaian prosedur penelitian sebagai
dalam pembuatan bahan ajar adalah segi berikut; yaitu (1) pengumpulan informasi,
bahasa Bahasa yang digunakan sederhana (2) perencanaan produk, (3) pengembangan
saja yang mudah dicerna karena peserta produk, (4) validasi produk, dan (5) evaluasi
didik hanya berhadapan dengan bahan produk (Yektyastuti & Ikhsan , 2016) untuk
ajar ketika belajar secara mandiri dan tahap 4 dan 5 peneliti satukan. Jadi uji lapangan
dapat menuntaskan proses pembelajaran dan revisi produk akhir. Model Borg and Gall
(Puspitasari, 2017). Buku adalah salah satu yang sudah dimodifikasi terlihat pada gambar
sarana dalam pembelajaran. Media yang baik berikut:
128 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

merencanakan tindakan, disini adalah tahap


perencanaan adapun langkah awal adalah
peneliti melakukan pengkajian bahan yang
akan disusun dalam buku ajar, yaitu dengan cara
menganalisis kompetensi inti dan kompetensi
dasar; menentukan tujuan pembelajaran,
melakukan analisis materi pembelajaran;
Pemilihan bahan, menyusun kerangka
buku dan menyiapkan kisi-kisi penilaian
produk untuk menguji kelayakan produk.
Setelah semua sudah terkonsep maka tahap
berikutnya adalah mengembangkan Produk
awal, dari kerangka dikembangkan menjadi
Desain awal buku, dengan mengumpulkan
referensi materi bilangan. Selanjutnya
memetakan materi, memperdalam materi
, menyusun pembelajaran yang berbasis
HOTS melalui aktivitas kegiatan siswa atau
mengembangkan pembelajaran HOTS dengan
memberi stimulus, latihan latihan tantangan
yang membutuhkan alur pemecahan
permasalahan. Setelah bagian isi buku
tersusun dilanjutkan melengkapi semua isi
Gambar 1 Prosedur Pengembangan Buku buku termasuk glosarium, kunci jawaban dsb.
Bahan ajar berbasis HOTS Kemudian bagian akhir buku yaitu sampul
belakang buku.
Berdasarkan gambar modifikasi model Setelah buku tersusun peneliti
pengembangan Borg and Gall di atas, maka mengembangkan kisi kisi yang telah dibuat
pengembangan produk dalam penelitian sebagai instrumen validasi produk bagi
ini dimulai dengan Pengumpulan informasi, ahli media , ahli desain , guru matematika
pada tahap ini yang disiapkan pertama dan peserta didik. Tahap terakhir adalah
adalah angket untuk studi lapangan, angket melakukan Uji lapangan dan revisi produk
ini bertujuan untuk mengumpulkan akhir. Pada bagian ini produk yang telah
informasi mengenai kebutuhan apa saja yang dihasilkan pada awal pengembangan
dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran divalidasi, orang yang melakukan validasi
yang telah berlangsung. Selain angket alat adalah Ahli di bidangnya yaitu Ahli materi dan
pengumpulan data berupa materi tanya jawab Ahli Desain; kemudian dilakukan analisis I dan
yang digunakan untuk wawancara kepada setelah mendapat masukan dilanjutkan revisi
guru bidang studi matematika. Hal-hal yang 1 produk yang telah direvisi dikembalikan
diperhatikan dalam wawancara tersebut lagi ke ahli untuk mendapat tanggapan atas
terkait dengan implementasi kurikulum perubahan yang telah dilakukan dan hasilnya
2013 dan model model pembelajaran yang akan direvisi lagi , setelah mendapat masukan
telah diterapkan. Serta tanggapannya terkait kedua dari ahli dilanjutkan Tahap validasi
buku yang digunakan selama ini. Langkah yang dilakukan oleh guru matematika; maka
berikutnya dalam mengumpulkan informasi hasil penilaian dianalisis lanjut revisi kedua,
adalah mengkaji buku yang digunakan melalui setelah itu Uji coba produk pada peserta didik;
sumber sumber yang ada selain informasi dan Revisi Produk akhir. Pengujian produk
dari guru. Jadi pada tahap ini telah dilakukan dilakukan pada kelompok kecil yang terdiri 5
analisis kebutuhan peserta didik dan analisis peserta didik dan memberikan tanggapan dan
materi ajar. Setelah dilakukan pengumpulan respon tertulis yang diberikan sebagai bahan
informasi peneliti menindaklanjuti dengan evaluasi sehingga menjadi produk bahan
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 129

ajar yang layak serta sesuai digunakan dalam Untuk mengetahui kelayakan produk ini
pembelajaran. sangat diperlukan Teknik analisis data. Analisis
ini untuk mengetahui seberapa jauh produk ini
Data, Instrumen Penelitian, Analisis Data memenuhi persyaratan penggunaan, dengan
Penggolongan data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
adalah data sebelum pembuatan bahan ajar Hasil validasi atau Penilaian Produk dari Ahli
yang berupa angket tanggapan peserta didik Media, Ahli Materi, guru, dan siswa dianalisis
pada proses pembelajaran, angket kebutuhan menggunakan langkah langkah yang ditempuh
peserta didik terhadap bahan ajar dan hasil yaitu: mengubah data kuantitatif dari skala
wawancara dengan guru matematika yang Likert yang berupa lembar penilaian ahli
menyangkut kendala kendala di lapangan. media, ahli materi, guru matematika , dan
Selanjutnya data setelah buku ajar selesai peserta didik diubah menjadi data kualitatif.
dibuat. Data ini berupa angket validasi oleh Selanjutnya, menyajikan seluruh data yang
para ahli, guru matematika dan peserta didik. telah diubah dalam bentuk tabel dari setiap
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, komponen.
data kuantitatif menyangkut validitas, Setelah itu melakukan perhitungan skor
keefektifan dan kepraktisan instrumen total rata-rata dari setiap komponen ke dalam
pembelajaran yang dikembangkan (Kharisma rumus
& Sugiman, 2017) dengan instrumen
berupa Kuesioner yang didalamnya berisi
pernyataan dan pertanyaan secara tertulis
kepada responden untuk mendapatkan Keterangan
jawaban. Pengisian kuesioner ini merupakan
teknik mengumpulkan data. (Sugiono, 2012)
Instrumen yang dikembang merupakan
adaptasi dari peneliti sebelumnya ( Selibauti,
& Karim, 2018). Skor yang didapat diubah dalam bentuk
Skala Guttman dan skala Likert digunakan persentase dengan rumus dibawah ini;
sebagai dasar pada Instrumen pengumpulan
data. Skala Guttman digunakan untuk Angket
pengalaman selama mengikuti pembelajaran
matematika dan mengetahui tanggapan
peserta didik terhadap bahan ajar yang Keterangan:
digunakan di sekolah karena skala Guttman P= Persentase
ini hanya memerlukan jawaban“ya dan tidak” 𝑓= Skor yang diperoleh
(Masruroh, 2015). Kemudian skala Likert untuk 𝑛 = Skor Keseluruhan
data validasi. Data kuantitatif yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan teknik skor rata-rata yang didapat diubah menjadi
deskriptif untuk mengetahui kevalidannya. nilai dalam kategori. sehingga, hasil akhir
Proses analisis mengikuti maksud tidak lagi berupa data kuantitatif, tetapi dalam
penelitian. Untuk mulai dengan memvalidasi bentuk kualitatif dengan kategori.
model atau produk yang digunakan dalam Konversi data kuantitatif menjadi data
konteks dari penelitian (Shroff, Thou Ting, & kualitatif menggunakan teori Sukardjo seperti
Lam, 2019) Untuk mengetahui hasil interval disajikan pada Tabel 1 dalam (Januarisman &
rata-rata skor dan kategori kelayakan dari Ghufron, 2016)
penilaian Bahan ajar yang telah divalidasi oleh Hasil akhir Produk pengembangan yang
ahli materi Bidang studi matematika , maka dihasilkan dikatakan layak jika masing-
dilakukan penghitungan masing komponen memenuhi kategori baik
(Lasmiyati & Harta, 2014)
130 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

Tabel 1 Konversi Data Kuantitatif Berdasarkan Teori Sukardjo


Nilai Rentang Skor Persentase Data Kualitatif

A X ̅>4,2 81%-100% Sangat Layak


B 3,4 <X ̅≤4,2 61% - 80% Layak
C 2,6 <X ̅≤3,4 41% - 60% Cukup layak
D 1,8 <X ̅≤2,6 21% - 40% Kurang Layak
E ≤1,8 0% - 20% Tidal Layak

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyangkut kebutuhan buku (1)sebanyak


Pengembangan bahan ajar ini 66,67% responden menyatakan kurang
menggunakan prosedur pengembangan memahami materi bilangan, (2) memahami
Borg dan Gall dengan empat tahapan, yaitu materi dalam buku teks tanpa penjelasan
mengumpulkan informasi, merencanakan, dari guru 42,42%, (3) membutuhkan sumber
mengembangkan produk terakhir melakukan belajar lain untuk menunjang kegiatan belajar
Uji coba produk dan revisi produk akhir. Pada 87,87%, (4) membutuhkan sumber belajar
tahap pertama yaitu pengumpulan informasi lain yang dapat dipahami secara mandiri
peneliti melakukan wawancara, observasi 90,9%
dan penyebaran angket kepada peserta didik Berdasarkan hasil wawancara guru
untuk mengidentifikasi kebutuhan. Hasil yang matematika ibu Suntari, S.Pd M.Si didapatlah
diperoleh dari angket pengalaman belajar beberapa informasi, diantaranya peserta
peserta didik dengan 33 responden adalah didik masih mengalami banyak kesulitan saat
(1)mengikuti proses yang diajarkan guru , menyelesaikan soal dari materi Bilangan .
yaitu 81,82 %, (2) suka belajar matematika Peserta didik cenderung menyelesaikan soal
yang kontekstual 72,7%, (3) suka belajar soal yang level mengingat dan memahami
matematika dengan memecahkan masalah dari pada soal soal yang membutuhkan
81,8%, (4) selalu dapat menemukan solusi penalaran. Sedangkan merujuk penelitian
dari suatu masalah matematika 51,5%, sebelumnya tentang analisis buku siswa buku
(5) mengalami kesulitan bila mengaitkan BSE kurikulum 2013 edisi revisi menyatakan
berbagai konsep dalam matematika 18,18% soal-soal pada BSE didominasi domain
(6)mengalami kesulitan bila memberikan kognitif kategori knowing sebesar 52.50%
alasan, bukti atau argumen yang bersifat logis applying dan reasoning lebih dilatihkan pada
21,2%, (7) mengalami kesulitan bila membuat buku siswa Kurikulum 2013 (Muklis & Oktora
ringkasan matematika menggunakan bahasa , 2015). Tahap selanjutnya perencanaan
sendiri 24,2%, (8) terbiasa menyelesaikan dan pengembangan produk. Produk yang
soal cerita yang panjang yang memerlukan dihasilkan berupa buku ajar matematika
penalaran 18,18%. materi Bilangan Berbasis Higher Order
Aspek aspek yang rendah itu adalah Thinking Skills yang mempunyai susunan
bagian dari komponen berpikir tingkat tinggi. seperti berikut;

Tabel 2 Tabel gambaran Isi Buku Ajar


No Isi Keseluruhan Buku Bentuk Dokumen
Teks Gambar
1 Sampul Awal dan Sampul Belakang √ √
2 Kata Pengantar √
3 KI dan KD √
4 Daftar Isi √
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 131

No Isi Keseluruhan Buku Bentuk Dokumen


Teks Gambar
5 Peta Kedudukan Buku √ √
6 Isi Buku
• Peta konsep √ √
• Tujuan Pembelajaran √
• Pendalaman materi √ √
• Contoh soal √ √
• Aktivitas Peserta Didik
• Literasi √ √
• Mari Berlatih Berfikir tingkat tinggi √
• Berselancar dengan Internet
√ √

√ √
7 evaluasi √
8 Glosarium √
9 Daftar Rujukan √
10 Kunci Jawaban √

Contoh beberapa bagian dari buku ajar ini :

Gambar 2 Tampilan Cover Buku Matematika Gambar 3 Contoh Aktivitas Peserta didik
BerBasis HOTS Pembelajaran Berbasis masalah
132 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

Hasil Uji Ahli Materi Matematika


Hasil pengembangan bahan ajar
matematika materi Bilangan Berbasis Higher
Order Thinking Skills yang berupa buku
sudah diselesaikan, selanjutnya direview
oleh ahli materi untuk sekiranya mendapat
tanggapan, penilaian dan saran saran sebagai
bahan perbaikan. Review ini menggunakan
angket atau kuesioner yang telah disusun
oleh peneliti, review dilakukan 2 kali yaitu
tahap ke-1 dan tahap ke-2. Pada tahap ke-2
adalah tahap setelah menerima masukan dari
reviewer. Reviewer ahli materi adalah Bapak
Dr. H. Ibut Priono Leksono, M.Pd, dosen
Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana.
Skor rata rata diperoleh dari jumlah masing
masing indikator dalam satu aspek dibagi
banyak subjek penelitian dari aspek tersebut
, kemudian dikonversi dalam persentase
selanjutnya disesuaikan dengan tabel Tabel
Konversi data Kuantitatif Berdasarkan Teori
Gambar 4 Contoh Latihan Berpikir kritis Sukardjo
dan kreatif

Tabel 3 Data Hasil Keseluruhan Penilaian dan Validasi Oleh Ahli Materi/isi
Tahap No Aspek penilaian Skor rata Kategori
rata
I 1 Aspek Kesesuaian Tujuan 4 Layak
2 Aspek Kelayakan isi 4,2 Layak
3 Aspek Kelengkapan materi 4,1 Layak
4 Aspek Kelengkapan evaluasi atau tes 4, Layak
II 1 Aspek Kesesuaian Tujuan 4,75 Sangat layak
2 Aspek Kelayakan isi 4,9 Sangat layak
3 Aspek Kelengkapan materi 4,7 Sangat layak
4 Aspek Kelengkapan evaluasi atau tes 4,75 Sangat layak
Skor rata rata Tahap I 4,07 Layak
Skor rata rata Tahap II 4,77 Sangat Layak

Berdasarkan tabel skor rata-rata dari 4 rata-rata 4,77 dengan kategori “Sangat
aspek yang dinilai oleh ahli materi, dapat Layak, pada tahap pertama revisi dilakukan
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada aspek Tujuan pembelajaran disini
pada tiap aspek yang dinilai. Pada tahap 1 terdapat masukan berupa kejelasan tujuan
diperoleh skor rata-rata 4,07 dengan kategori pembelajaran lebih terperinci pada setiap
“Layak”, tahap 2 setelah berdasarkan kegiatan pembelajaran, masih ada beberapa
masukan, tanggapan dan penilaian tahap bagian yang harus disesuaikan antara materi
pertama memperoleh kenaikan 0,7 skor dengan tujuan pembelajaran, relevansi
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 133

antara materi dengan tujuan pembelajaran Hasil Uji Ahli Desain Pembelajaran
pada tiap tiap Kompetensi Dasar. Pada Produk pengembangan bahan ajar matematika
aspek kelayakan isi terdapat masukan untuk materi Bilangan Berbasis Higher Order Thinking
perbaikan di Kesesuaian penulisan daftar isi Skills sudah diselesaikan, selanjutnya direview
dengan isi buku teks, Kemudahan memahami oleh ahli Desain pembelajaran untuk sekiranya
peta konsep, Ketepatan penempatan unsur mendapat tanggapan, penilaian dan saran saran
tata letak (topik, sub topik, dan ilustrasi). Pada sebagai bahan perbaikan. Review ini menggunakan
Aspek Kelengkapan evaluasi atau tes masukan angket atau kuesioner yang telah disusun oleh
berupa evaluasi disertai kunci jawaban, pada peneliti, review dilakukan 2 kali yaitu tahap 1
Aspek Kelengkapan materi masukannya dan tahap 2. Pada tahap 2 adalah tahap setelah
adalah Kedalaman materi perlu diperdalam menerima masukan dari reviewer. Reviewer ahli
kembali dengan contoh dan uji coba, sehingga materi adalah Bapak Dr. H. Ibut Priono Leksono,
pemahaman siswa lebih luas dalam hal M.Pd, dosen Pascasarjana Universitas PGRI Adi
ini peneliti memberi tautan Barcode yang Buana. Skor rata rata diperoleh dari jumlah masing
intinya memberi keluasan materi lewat video masing indikator dalam satu aspek dibagi banyak
pembelajaran, bahan literasi, soal soal UNBK subjek penelitian dari aspek tersebut, kemudian
tahun lalu. dikonversi dalam persentase selanjutnya
disesuaikan dengan tabel Tabel Konversi Data
Kuantitatif Berdasarkan Teori Sukardjo

Tabel 4 Data Hasil Keseluruhan Penilaian dan Validasi Oleh Ahli Desain
Tahap No Aspek penilaian Skor rata rata Kategori
I 1 Aspek Desain Sampul 3,75 Layak

2 Aspek Desain Isi 4,1 Layak

II 1 Aspek Desain Sampul 4,75 Sangat layak

2 Aspek Desain Isi 4,7 Sangat layak

Skor rata rata Tahap I 3,8 Layak


Skor rata rata Tahap II 4,4 Sangat Layak

pada tabel skor rata-rata di atas, dapat Pada aspek Desain isi, perbaikan atau revisi
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang harus dilakukan peneliti, yaitu mengganti
skor hasil penilaian dari penilaian tahap 1 ke Font yang dianggap menyulitkan membaca
penilaian tahap 2. Skor rata-rata penilaian
tahap 1, yaitu 3,8 dengan kategori “Layak”. Hasil Uji Guru Matematika
Sedangkan skor rata-rata penilaian tahap Setelah dilakukan review dari ahli materi dan
2, yaitu 4,4 dengan kategori “Sangat Layak”. ahli desain pembelajaran bahan ajar ini direvisi
Peningkatan terjadi berdasarkan revisi yang sesuai masukan yang diterima. Kemudian
telah dilakukan peneliti terhadap Buku yang buku ajar di review oleh teman sejawat yaitu
dikembangkan. Revisi yang dilakukan pada guru matematika di SMP Negeri 20 Surabaya.
Sampul belum menggambarkan isi serta Adapun hasil dari review tersebut adalah
warna unsur dan tata letak kurang harmonis.
134 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

Tabel 5 Keseluruhan Data Hasil Penilaian dan Validasi Tiap Aspek oleh Guru Matematika
No Aspek penilaian Skor rata rata Persentase Kategori
1 Aspek Kesesuaian Tujuan 3,75 75% Layak
2 Aspek Kelayakan isi 3,9 78% Layak
3 Aspek Kelengkapan materi 4 80% Layak
4 Aspek Kelengkapan evaluasi atau tes 3,75 75% Layak
5 Aspek Desain Sampul 3,75 75% Layak
6 Aspek Desain isi 3,9 78% Layak
Skor rata rata 3,84 77% Layak

Berdasarkan tabel data hasil penilaian oleh padat, guru matematika mengapresiasi model
guru matematika keenam aspek mendapat pembelajaran yang mengarahkan peserta
predikat Layak , rata rata keseluruhan aspek didik membiasakan berpikir kreatif. Masukan
memperoleh skor rata-rata 3,84 dengan dari guru matematika dijadikan bahan untuk
persentase 77% berkategori “Layak”. revisi 2 sebagai perbaikan produk
Banyak sekali masukan dari matematika Dari uraian hasil penilaian validator dapat
selaku pelaku dalam proses pengajaran yang disusun Data secara Keseluruhan Hasil
mengetahui titik titik penting pada sebuah Penilaian dan Validasi Ahli Desain, Ahli
bahan ajar. Masukan dari guru matematika Materi, dan Guru matematika Berikut tabel
pada aspek tujuan lebih difokuskan pada keseluruhan skor rata-rata penilaian dan
tujuan tiap sub pokok bahasan , masukan validasi oleh ahli media, ahli Desain , dan guru
lain desain sampul yang penataan nya terlalu matematika

Tabel 6 Keseluruhan Data Hasil Penilaian Oleh Ahli Desain , Ahli Materi,
dan Guru Matematika
No Penilai Skor rata-rata Kategori Tingkat kelayakan
1 Ahli Desain 4,4 Sangat Layak 88%
2 Ahli Isi 4,7 Sangat layak 84%
3 Guru Matematika 3,84 Layak 77%
Rata rata Skor 4,3 Sangat Layak 86%

Dari rata rata skor Validasi Ahli Desain, Ahli dalam skala kecil di satu sekolah. Pengujian
Materi, dan Guru matematika diperoleh produk dilakukan di SMP Negeri 20 Surabaya
skor 4,3. Skor yang didapat data kemudian dengan banyak subjek adalah 5 orang peserta
dilakukan pengkonversian data kuantitatif didik. Data hasil pengujian terhadap peserta
menjadi data kualitatif menggunakan teori didik kelas VII SMP ini merupakan data paling
Sukardjo . hasil yang diperoleh dalam kategori ujung yang diperoleh setelah penilaian
“Sangat Layak” dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan
guru Matematika. Mengenai respon atau
Uji Coba Skala Kecil tanggapan peserta didik kelas VII SMP adalah
Meskipun buku ajar ini sudah dikategorikan sebagai batasan pengujian buku ajar yang
sangat layak akan tetapi semua masukan dari dikembangkan dan merupakan hasil terakhir
guru matematika tetap dipertimbangkan penilaian kelayakan produk. Berdasarkan data
sehingga dilakukan revisi ke-2 dari produk hasil pengujian oleh peserta didik, didapatkan
buku ajar ini. Untuk mengetahui kelayakan skor rata-rata seperti pada Tabel 7.
nya maka produk buku ajar ini diuji cobakan
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 135

Tabel 7 Keseluruhan Data Hasil Penilaian Tiap Aspek oleh Peserta didik Kelas VII
No Aspek penilaian Skor rata rata Persentase Kategori
1 Aspek Kesesuaian Tujuan 4,6 92% Sangat Layak
2 Aspek Desain Sampul 4,5 90% Sangat Layak

3 Aspek Desain isi 4,5 90% Sangat Layak


4 Aspek Kelayakan isi 4,6 92 Sangat Layak
5 Aspek Kelengkapan materi 4,5 90% Sangat Layak
6 Aspek Kelengkapan evaluasi 4,48 89,6 Sangat Layak
atau tes
Skor 4,53 90% Sangat Layak
rata
rata

Dari hasil pengujian di lapangan dalam skala layak terhadap bahan ajar Berbasis Hots
kecil aspek kesesuaian tujuan dengan skor pada materi Bilangan. Hasil perolehan semua
4,2 dalam kategori sangat layak, aspek Desain Penilaian dari ahli materi, ahli Desain, guru
sampul mendapat skor 4,5 dalam kategori matematika dan peserta didik terdapat pada
sangat layak, demikian dengan aspek aspek Tabel dibawah ini
yang lain mendapat tanggapan yang sangat

Tabel 8 Data hasil Keseluruhan penilaian


No Aspek Ahli Ahli Skor rata rata Peserta didik
penilaian Desain Materi guru

1 Aspek Kesesuaian Tujuan   4,75 3,75 4,6

2 Aspek Kelayakan isi   4,9 3,9 4,5

3 Aspek Kelengkapan materi   4,7 4 4,5

4 Aspek Kelengkapan evaluasi   4,75 3,75 4,48


atau tes
5 Aspek Desain Sampul 4,75   3,75 4,5

6 Aspek Desain isi 4,7   3,9 4,5

Skor rata rata 4,72 4,77 3,8 4,51


Pembahasan skor rata rata 4,72 dengan persentase 94,4%
Untuk mengetahui kelayakan sebuah jika di konversi ke tingkat pencapaian dengan
buku ajar dikatakan layak jika mendapatkan kualifikasi produk pengembangan ditafsirkan
persentase hasil penilaian sebesar 60%-80%. dalam kategori Sangat layak. (2) Ahli materi
Selanjutnya dinyatakan sangat layak digunakan dengan skor rata rata 4,77 persentase 95,4%
apabila buku mendapatkan tingkat kelayakan sesuai konversi tingkat pencapaian kualifikasi
sebesar 81%-100% ( Selibauti, & Karim, 2018) in ditafsirkan dalam kategori Sangat layak. (3)
Berdasarkan hasil analisis data secara Guru Matematika dengan skor rata rata 3,8
keseluruhan oleh (1) ahli desain mendapatkan sesuai konversi tingkat pencapaian kualifikasi
136 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

produk ditafsirkan dalam kategori layak (4) menggembirakan; siswa menunjukkan


peserta didik memberi penilaian 4,51 sesuai mengalami peningkatan rata-rata 0,45
konversi tingkat pencapaian kualifikasi produk standar deviasi pada tes standar pemikiran
ditafsirkan dalam kategori sangat layak kritis selama semester. Hasil ini lebih baik
Berdasarkan penilain secara keseluruhan dibandingkan dengan yang diperoleh dalam
rata rata dari studi lain dari program pemikiran kritis dan
Adalah 4,45 dengan persentase 89% secara signifikan lebih tinggi dari keuntungan
bila dikonversi tingkat pencapaian kualifikasi yang diharapkan dari 0,1 standar deviasi yang
produk, Data Kuantitatif Berdasarkan Teori diharapkan dihasilkan dari satu semester
Sukardjo diperoleh interpretasi dalam kateri tanpa instruksi pemikiran kritis. (Butchart,,
“A” Sangat Layak. Meskipun sudah dinyatakan Forster, Gold, & Bigelow, 2009).
sangat layak, tapi peneliti masih tetap Studi lain tentang kelayakan bahan ajar
menindaklanjuti saran-saran yang diberikan HOTS dikembangkan oleh Chintia Tri Noprinda
oleh penilai, demi perbaikan produk. dari Universitas Islam Negeri Raden Intan
Berdasarkan penelitian-penelitian yang Lampung hasil penelitiannya adalah Respons
sebelumnya yang merajuk pada pembelajaran guru terhadap LKPD yang dikembangkan
HOTS yang menyatakan keterampilan Berpikir diperoleh rata-rata skor 88% dengan kriteria
sangat penting karena merupakan bagian “sangat baik”. Respons peserta didik terhadap
integral dari kegiatan dan peristiwa kognitif LKPD diperoleh rata-rata skor 87% dengan
“Findings indicating that cognitive skills kriteria “sangat baik”, tahap validasi oleh ahli
fluctuate as a function of the situation, suggest materi,ahli media dan uji coba telah mencapai
that thinking skills, per se, are limited in their standar kelayakan dan layak untuk digunakan
generality and that “context is an integral peserta didik. Jadi, LKPD pembelajaran fisika
aspect of cognitive activities and events, not berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
a nuisance variable” (Rogoff & Lave, 1984, pada materi Listrik Statis kelas IX siap dipakai
hlm. 1) dalam (Morrison, 2003). Tugas guru sebagai bahan ajar (Noprinda & Soleh, 2019).
adalah tidaklah mudah. Dalam penelitian Peneliti lain juga mengembangkan bahan ajar
ini menyadari, begitu penting maka perlu HOTS yaitu Charanjit Kaur Swaran Singh dan
disusun instrumen yang mendukung seperti Rhashvinder Kaur Ambar Singh dari malaysia
bahan ajar. Instrumen yang handal dan valid hasil penelitiannya adalah keterampilan
untuk mengukur persepsi aktif siswa belajar berpikir tingkat tinggi yang digunakan oleh
dalam konteks pembelajaran yang didukung para guru dalam penelitian ini memiliki efek
teknologi sangat penting (Shroff, Thou Ting, & positif belajar siswa menggunakan modul
Lam, 2019) HOTS. Menggunakan modul HOTS dalam
Penelitian bahan ajar dari (Suarman, pembelajaran dapat mendorong interaksi
Hendripides, & Hikmah, 2018) Hasil penilaian sosial (Swaran, Ambar , Masa , & Mostafa,
ahli dari materi dengan skor rata-rata 89,47% 2018).
(sangat baik) dan hasil tanggapan siswa
dengan skor rata-rata 86,45% (sangat baik), SIMPULAN
dengan demikian bahan ajar layak digunakan Setelah tahap demi tahap penelitian
dalam pembelajaran Hasil penelitian ini juga dilalui dari mulai pengumpulan data,
menambah bukti empiris bahwa bahan ajar perencanaan, pengembangan produk
dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai pedoman dan akhirnya Uji coba dan revisi produk
atau panduan dalam kegiatan perkuliahan akhir , semua data yang sudah dikonversi
Studi penelitian lain yang menunjukkan menunjukkan. hasil penilaian dan validasi
dampak peningkatan prestasi setelah oleh ahli desain, ahli materi, guru dan peserta
kurun waktu tertentu menggunakan didik disimpulkan bahwa secara keseluruhan
pembelajaran HOTS dilakukan di luar hasil penilaian memperoleh rata-rata skor
negeri Siswa menghabiskan sekitar 30-40 4,45 dengan persentase 89% berkategori
menit setiap minggu bekerja pada latihan “Sangat Layak”. Hasil ini menunjukan
pemetaan menggunakan sistem. Hasilnya bahwa Buku pembelajaran matematika
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 137

berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills) Maharani, S. (2019). Mengembangkan


yang dikembangkan peneliti sangat layak HOTS (High Order Thinking Skills)).
digunakan sebagai bahan ajar tambahan Malang: Universitas Negeri Malang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher
bahwa Buku pembelajaran matematika Order Thinking Skill in your classroom.
materi Bilangan berbasis HOTS (Higher Order Dalam How to Assess Higher Order
Thinking Skills) untuk peserta didik kelas VII Thinking Skill in your classroom (hal. 3).
SMP “Sangat Layak” digunakan. Alexandaria Virginia USA: ASDC.org.
Produk pengembangan ini adalah buku Butchart,, S., Forster, D., Gold, I., & Bigelow, J.
ajar yang berjudul “Buku Matematika Materi (2009). Improving critical thinking using
Bilangan Berbasis HOTS” buku ini layak web based argument mapping exercises
dipakai sebagai buku pendamping guru yang with automated feedback. Australasian
merupakan buku sumber belajar pendamping Journal ofEducational Technology,
guru untuk aktivitas di sekolah. Produk 25(2), 268-291.
ini adalah produk bahan ajar ini bersifat Daryanto, & S. k. (2017). Pembelajaran Abad
subjektif dalam mengembangkan tema-tema 21 (1 ed.). Yogyakarta: Gava media.
yang ada hubungannya dengan hasil analisis Degeng, N. S., & Degeng , P. D. (2018). Ilmu
si pengembang. Kondisi siswa dan sekolah Pembelajaran. yogyakarta: Yayasan
menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan. Taman Pustaka Kristen Indonesia.
Pengguna produk bahan ajar ini diperlukan Emzir, A. (2011). Metodologi Penelitian
adaptasi dan pemahaman yang penuh dan Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali
disesuaikan dengan keadaan sekolah masing Press.
masing Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah
Selain itu bahan ajar ini tidak dimaksudkan Pengantar. Jakarta: Erlangga.
untuk menjadi buku pegangan utama guru, Hanik, U., Mardiyana, I. I., & Rosid, A. (2020,
tetapi dipergunakan bersama-sama bahan April 19). Peningkatan Kompetensi Guru
ajar yang lain. Saran dari pengembang dalam Mengintegrasikan. Jurnal Ilmiah
untuk para pendidik dan pengembang lain Pengabdhi, 6(1). doi:DOI: https://doi.
adalah untuk menyiapkan peserta didik yang org/10.21107/pangabdhi.v13i1.7101
siap menghadapi tantangan masa depan Harrison, N. (2013). Using the interactive
adalah dengan menyiapkan pembelajaran whiteboard to scaffold a metalanguage:
yang berbasis HOTS (Higher Order Thinking Teaching higher order thinking skills
Skills)yang melatih peserta didik untuk in preservice teacher education .
mengembangkan kompetensianalitis, Australasian Journal of Educational
mengembangkan keterampilan berpikir Technology, 2013, , 29(1). doi:DOI:
kritis, dan mengembangkan kemampuan https://doi.org/10.14742/ajet.48
komunikasi Harususilo, Y. E. (2018, 11 09). Mendikbud
Imbau Guru Kembangkan Pembelajaran
REFERENSI HOTS. Diambil kembali dari edukasi.
Alfa, y. (2017, Mei 19). Revisi Kurikulum kompas.com.
2013. Dipetik Oktober 22, 2019, Januarisman, E., & Ghufron, A. (2016, Oktober).
dari kompasiana.com: https://www. Pengembangan Media Pembelajaran
kompasiana.com/ysfalfan/591dfeb81b Berbasis WEeb Mata Pelajaran Ilmu
afbd2c7f4a3ee0/revisi-kurikulum-2013 Pengetahuan Alam Untuk Siswa Kelas
Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., & VII. (U. N. Yogyakarta, Penyunt.) Jurnal
Zamroni,. (2019). Buku Pegangan Inovasi Teknologi Pendidikan, 3(2), 166-
Pembelajaran Berorientasi pada 182.
Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Kharisma, J. Y., & Sugiman. (2017).
Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Tenaga Kependidikan. Berbasis Masalah Berorientasi
Asy’ari, A. R., Ali, M., Basri, H., Kurniati, D., & Kemampuan Pemecahan Masalah
138 Edcomtech Volume 6, No 1, April 2021

dan Prestasi Belajar Matematika. Juli). Development Of Student


Jurnal Pendidikan Matematika dan WorksheetBased On Higher Order
Sains, 5(2), 142-151. doi:http://dx.doi. Thinking Skills(HOTS). Indonesian
org/10.21831/jpms.v4i1.10111 Journal of Science and Mathematics
Krulik, S., Rudnick, J., & Mileo, E. (2003). Education, 2(2), 168-176. doi:10.24042/
Teaching Mathematics in Middle IJSME.V2I2.4342
Schools, A Practical Guide. Boston: Pellini, A. (2016, Desember 16). Indonesia’s
Pearson Education, Inc. PISA results show need to use
Kurbaita, G., Zulkardi , & Siroj, R. (2013, Juni). education resources more efficiently.
Pengembangan Buku Ajar Matematika Dipetik September 29, 2019, dari
Tematik Integratif. JURNAL KREANO,, thejakartapost.
4(1). Dipetik januari 13, 2020, dari Puspitasari, D. E. (2017, November 07).
https://journal.unnes.ac.id/nju/index. Pengembangan Bahan ajar Booklet
php/kreano/article/view/2877/2963 Komik 3 Dimensi Tema 2 Selalu Berhemat
Lasmiyati, & Harta, I. (2014, Desember). Energi Pada SiswaKelas IV SDN Sukodadi
Pengembangan Modul Pembelajaran 1 Paton. UMM Institutional Repository.
untuk Meningkatkan Pemahaman doi:http://eprints.umm.ac.id/35586/
Konsep. PYTHAGORAS: Jurnal Qolbi, M. S., Thaariq, Z. Z., Az-Zahroh, S. F.,
Pendidikan Matematika dan Minat SMP, Anwar, M. M., & Faiza, N. (2019). Design
9(2), 161-174. and Development of Game Based
MacKinnon, G. R., & Aylward, M. L. (2009). Learning Applications for Mathematics
Models for Building Knowledge in Learning Based on Multiple Language to
a Technology-Rich Setting: Teacher Develop Verbal Capabilities. JPP (Jurnal
Education. Canadian Journal of Learning Pendidikan dan Pembelajaran), 26(2),
and Technologi , 35(1). doi:https://doi. 51-56.
org/10.21432/T2388Q Resnick, L. B. (1987). Education and Learning
Masruroh, A. (2015). Pengembangan to Think. Washington, D.C: National
Modul Pembelajaran Menulis Cerpen. Academy Press.
Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Sadjati, I. M. (2012). Hakikat Bahan Ajar.
Universitas Negeri Yogyakarta . Dalam IDIK4009/MODUL. Universitas
Morrison, D. (2003). Using Activity Theory to Terbuka Repository. Dipetik Nopember
Design Constructivist Online Learning 08, 2019, dari http://repository.ut.ac.
Environments for Higher Order Thinking: id/4157/1/IDIK4009-M1.pdf
A Retrospective Analysis. Canadian Selibauti, , L., & Karim, M. (2018, Desember
Journal of Learning and Technology. 1). Pengembangan Modul Pembelajaran
doi:https://doi.org/10.21432/T2X01R Menulis Puisi Berbasis. Pena:Jurnal
Muklis, Y. M., & Oktora , S. R. (2015, 5 10). Pendidikan dan Sastra, Vol 8 (No. 1 ).
Analisis Deskriptif Soal-soal Dalam doi:https://doi.org/10.22437/pena.
Buku Siswa Kurikulum 2013 (Edisi v8i1.6560
Rrevisi) DAN BSE Pelajaran Matematika Shroff, R. H., Thou Ting, F. S., & Lam, W. H.
SMP Kelas VII. Publikasi Ilmiah UMS. (2019). Development and validation
Diambil kembali dari http://hdl.handle. of an instrument to measure students’
net/11617/6132 perceptions of technology-enabled
Mursant, A. E., Fatirul,, A. N., & Hartono. (2020, active learning. Australasian Journal
April). Pengembangan Bahan Ajar Dasar of Educational Technology, 35(4).
Tata Rias Wajah untuk Mahasiswa Prodi doi:https://doi.org/10.14742/ajet.4472
Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Sitompul, N. C., Leksono, I. P., & Rufi’i, R. (2019,
Keluarga (PVKK) Tata Rias. (edcomtech, April 25). Meningkatkan Kompetensi
Penyunt.) Jurnal Kajian Teknologi Pendidik di Era Pembelajaran Abad 21
Pendidikan, 5(1), 76-87. dengan Menjadi Guru Blogger. Jurnal
Noprinda, C. T., & Soleh, S. M. (2019, Pemberdayaan Masyarakat, 04(1), 330
Munawaroh, Pengembangan Bahan Ajar ... 139

- 338. doi:https://doi.org/10.21067/ Swaran, C., Ambar , R., Masa , T., & Mostafa,
jpm.v4i1.3131 N. (2018, April 9). Developing a Higher
Suarman, Hendripides, & Hikmah, N. (2018). Order Thinking Skills Module for Weak
Development of Innovative Teaching ESL Learners. ERIC Institute of Education
Materials through Scientific Approach. Sciences, 11(7). doi:10.5539/elt.
Journal of Educational Sciences. Vol. v11n7p86
2, No. 2, 2018, 14-22, 2(2), 14-22. Utami, R. E., Nugroho, A. A., Dwijayanti,
doi:https://fkip.unri.ac.id/wp-content/ I., & Sukarno, A. (2018, September).
uploads/2019/03/JES-2018.pdf Pengembangan E-Modul Berbasis
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Etnomatematika Untuk Meningkatkan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &D. Kemampuan Pemecahan Masalah.
Bandung: Alfabeta. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Sukmana, Y. (2018, April 13). Permintaan Maaf Matematika), 2(2), 268-283. doi:http://
Mendikbud Setelah Para Siswa SMA jurnal.unswagati.ac.id/index.php/
Keluhkan Sulitnya Soal UNBK... (I. D. JNPM/index
Wedhaswary, Editor, & kompas) Dipetik Yektyastuti, R., & Ikhsan , J. (2016).
September 29, 2019, dari nasional. Pengembangan Media Pembelajaran
kompas: https://nasional.kompas. Berbasis Android pada Materi Kelarutan
com/read/2018/04/13/17525781/ untuk Meningkatkan Performa
permintaan-maaf-mendikbud-setelah- Akademik Peserta Didik SMA. Jurnal
para-siswa-sma-keluhkan-sulitnya-soal- Inovasi Pendidikan IPA, 2(1), 88-99.
unbk Diambil kembali dari https://journal.
uny.ac.id/index.php/jipi/article/
view/10289/8072

Anda mungkin juga menyukai