Anda di halaman 1dari 6

27

p-ISSN 2338-980X Elementary School 6 (2019) 27- 32 e-ISSN 2502-4264


Volume 6 nomor 1 Januari 2019

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR BERMUATAN KETERAMPILAN


BERPIKIR TINGKAT TINGGI DI SEKOLAH DASAR

Widya Pratiwi*, Johar Alimuddin


STKIP Majenang

Diterima: 10 September 2018. Disetujui: 10 Oktober 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat berbagai aspek kehidupan
masyarakat berubah mengikuti perkembangan. Aspek pendidikan dan pembelajaran
merupakan salah satu yang mengikuti perkembangan tersebut. Pengembangan dan Inovasi
pembelajaran terus dilakukan. Pengembangan bahan ajar bermuatan keterampilan berpikir
tingkat tinggi salah satunya. Berdasarkan data yang diperoleh dibutuhkan bahan ajar
bermuatan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang sederhana dan mudah digunakan, dekat
dengan anak atau sesuai konteks di sekitar wilayah sekolah tersebut berada, dan memuat
materi yang cukup sebagai sumber belajar dan sekaligus persiapan ujian. Hasil analisis
tersebutmerupakan dasar untuk mengembangkan bahan ajar bermuatan keterampilan berpikir
tingkat tinggi yang baik.
Kata Kunci: Pengembangan,Bahan Ajar, Berpikir Tingkat Tinggi

Abstract
The development of science and technology makes various aspects of people's lives
change according to development. The education and learning aspect is one that follows these
developments. Learning development and innovation continues. The development of teaching
materials with high-level thinking skills is one of them. Based on the data obtained, it is
needed teaching materials with high-level thinking skills that are simple and easy to use,
close to children or in the context around the area where the school is located, and contain
material that is sufficient as a source of learning and exam preparation. The results of the
analysis are the basis for developing teaching materials with good high-level thinking skills.
Keywords: Development, Teaching Materials, Higher Level Thinking

PENDAHULUAN beradaptasi. Proses adaptasi tersebut


Peningkatan dan perbaikan kualitas dilakukan melalui pengembangan dan
pembelajaran di sekolah terus dilakukan inovasi dalam rangka meningkatkan
oleh berbagai pihak. Pengembangan dan kualitaspembelajaran di kelas dan
inovasi mengenai model, metode, strategi, menyesuaikan pembelajaran dengan
media pembelajaran dan bahan ajar banyak perubahan yang terjadi di masyarakat. Pola
dilakukan oleh Dosen, Mahasiswa pembelajaran di sekolah saat ini sudah
kependidikan, dan Praktisi pendidikan. sangat berbeda dengan pembelajaran 10
Tujuannya jelas untuk meningkatkan atau 20 tahun yang lalu. Pola-pola yang
kualitas pembelajaran dan mutu dulu efektif diterapkan belum tentu
pendidikan serta mengikuti perkembangan sekarang juga masih efektif.
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang Perkembangan zaman mempengaruhi
terus berkembang. Perkembangan ilmu kegiatan masyarakat, kebutuhan
pengetahuan dan tekhnologi yang begitu masyarakat saat ini sudah berubah. Output
pesat menuntut pembelajaran juga dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah
*Alamat Korespondensi
STKIP Majenang
Widya P, Johar A, Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Bermuatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 28

perludisesuaikan dengan kebutuhan yang sehingga secara akumulatif mampu


ada di masyarakat. menguasai kompetensi secara utuh dan
Kehidupan sekarang ini sangat terpadu (Depdiknas, 2008: 6). Bahan ajar
kompleks, bahkan untuk sekedar makan merupakan bagian vital dalam
seseorang disuguhi dengan banyaknya pembelajaran karena dapat mempengaruhi
warung makan, mulai dari yang sederhana proses pembelajaran yang dilakukan dan
sampai yang luar biasa harganya. Urusan mempengaruhi materi serta pencapaian
menyekolahkan anak juga merupakan tujuan pembelajaran. Pengembangan atau
masalah bagi sebagian orang tua, mau inovasi bahan ajar yang dilakukan
menyekolahkan anaknya ke sekolah mana disesuaikan dengan KI, KD, serta tujuan
mereka bingung, padahal tinggal pilih saja atau muatan lain yang akan dikembangkan
salah satu dari sekolah yang ada. Saking (keterampilan berpikir tingkat tinggi).
banyaknya pilihan malah justru menjadi Penerapan kurikulum 2013 yang
masalah bagi kehidupan masyakat saat ini. saat ini digunakan menuntut agar
Kehidupan masyarakat saat ini dan masa pembelajaran menggunakan model
depan membutuhkan individu dengan pembelajaran saintific. Model
kemampuan abstrak simbolik, daya kritis pembelajaran ini menuntut peserta didik
dan kemampuan berkomunikasi serta untuk aktif dalam melakukan kegiatan
bekerjasama, juga kemampuan pembelajaran. Pola pembelajaran berubah
memanfaatkan tekhnologi modern dari guru sebagai sumber belajar menjadi
(Zamroni, 2011: 178). Kemampuan banyak sumber belajar, dari berpusat pada
berpikir kritis dan mengambil keputusan guru menjadi berpusat pada siswa
menentukan pilihan diantara beragam dll.Mulyasa(2104: 45) mengemukakan
pilihan saat ini menjadi penting. Tidak garis besar perubahan pola pikir kurikulum
hanya kemampuan intelektual saja yang 2013 ada 13 poin, salah satu poinnya yaitu
dibutuhkan, karakter yang baik dan pembelajaran menekankan pada higher
percaya diri juga dibutuhkan dalam order thinking skills (HOTS), dan
pendidikan saat ini dan masa depan. kemampuan berasumsi secara realistis.
Keterampilan berpikir kritis Bahan ajar memungkinkan penekanan
merupakan salah satu keterampilan pembelajaran mengarah pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Costa (1985), tingkat tinggi. Sebagai dasar
dalam Fanani dan Kusmaharti (2018) pengembangan bahan ajar yang bermuatan
menjelaskan proses berpikir kompleks atau keterampilan berpikir tingkat tinggi maka
proses berpikir tingkat tinggi antara lain perlu dilakukan analisis kebutuhan bahan
berupa pemecahan masalah, pengambilan ajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
keputusan, berpikir kritis dan berpikir Melalui hasil tersebut dapat diketahui apa
kreatif.Kehidupan masyarakat yang yang perlu dikembangkan dan diperbaik
berkembang menuntut inovasi dalam dari bahan ajar yang sudah digunakan.
pembelajaran untuk mengajarkan Hasil analisis tersebut menjadi pijakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. untuk mengembangkan bahan ajar yang
Inovasi atau pengembangan yang perlu lebih baik.
dilakukan agar pembelajaran yang METODE PENELITIAN
dilakukan bermuatan keterampilan tingkat Penelitian ini merupakan penelitian
tinggi yaitu melalui penggunaan bahan kualitatif mengenai kebutuhan bahan ajar
ajar. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang digunakan di sekolah dasar. Data
pembelajaran yang disusun secara diperoleh melalui wawancara dengan guru
sistematis, menampilkan sosok utuh dari kelas 6 SD Jenang 2 tentang bahan ajar
kompetensi yang akan dikuasai peserta yang digunakan di sekolah dasar. Data
didik. Peserta didik dapat mempelajari yang diperoleh berkaitan dengan bahan
suatu kompetensi (KD) secara sistematis ajar yang digunakan dalam praktik
Elementary School 6 (2019) 27-32 29

pembelajaran tematik, materi dalam bahan dilakukan dan dekat dengan peserta didik
ajar, dan komponen bahan ajar. Semua merupakan salah satu kreaifitas yang bisa
data yang diperoleh merupakan dasar dilakukan. Mengganti jenis bunga yang
untuk mengembangkan bahan ajar ada di dalam bahan ajar yang ada dengan
bermuatan keterampilan berpikir tingkat bunga khas daerah atau kota di mana
tinggi di sekolah dasar khususnya kelas VI sekolah berada merupakan salah satu
pada tema persatuan dalam perbedaan. bentuk kreatifitas guru. Contoh lain dari
HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran HOTS sederhana yang bisa
HOTS dilaksanakan dalam pembelajaran oleh
Pembelajaran bermuatan HOTS guru pada peserta didik sekolah dasar
merupakan prinsip pembelajaran yang misalnya dengan memberikan pertanyaan.
tertuang dalam standar proses sesuai Pertanyaan yang diberikan adalah
peraturan menteri pendidikan dan pertanyaan yang jawabanya divergen,
kebudayaan No. 22 tahun 2016. Muatan peertanyaan yang tidak hanya satu pilihan
HOTS pada bahan ajar yang digunakan jawaban saja yang benar. Contoh jika
sebenarnya sudah cukup baik. Akan tetapi kamu pergi ke toko mainan ada banyak
masih belum bisa dilaksanakan secara sekali mainan yang ingin dibeli tetapi
sederhana, terkadang ada beberapa kamu mempunyai uang 100 ribu maka
kegiatan yangtidak bisa dilakukan. mainan mana yang akan dipilih? Dari
Pelaksnaan pembelajaran bermuatan banyaknya mainan tersebut anak akan
HOTS di sekolah dasar cukup sulit memilih mainan yang paling di sukai atau
dilaksanakan jika HOTS yang diminta diinginkan dan harganya lebih kecil atau
adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif sama dengan 100ribu.
seperti yang dilakukan orang dewasa. Pertanyaan mengapa dan
Brookhart, (2010) mengemukakan secara bagaimana juga akan sering digunakan
garis besar ada 3 pandangan tentang terlebih lagi jika ada tugas atau proyek
berpikir tingkat tinggi. Pandangan pertama yang diberikan oleh guru. Tindakan dan
yaitu pandangan yang menyatakan berpikir pengalaman yang dilakukan saat
tingkat tinggi sebagai transfer ilmu atau melaksanakan proyek berbeda setiap anak.
pengetahuan, yang kedua yaitu pandangan Misalnya proyek menanam tanaman,
yang menyatakan bahwa berpikir tingkat pertanyaan bagaimana cara menanam dan
tinggi adalah dalam berpikir kritis dan merawat tanaman tersebut akan berbeda
pandangan yang ketiga yaitu pandangan setiap peserta didik. Setelah pertanyaan
yang menyatakan bahwa berpikir tingkat tersebut di jawab disusul dengan
tinggi adalah dalam hal menyelesaikan pertanyaan mengapa harus seperti itu?
masalah. Berdasarkan pendapat di atas Jawaban peserta didik pasti akan berbeda-
maka agar dapat diterapkan di sekolah beda. Pertanyaan tersebut merangsang
dasar pembelajaran di Sekolah dasar harus peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi
mengarahkan peserta didiknya untuk sesuai dengan apa yang dialaminya dalam
berpikir kritis dan dapat menyelesaikan proyek yang dilakukan. Berdasarkan
masalah. Tentu saja dengan masalah- penjelasan di atas maka untuk
masalah yang sederhana, tidak asing bagi mengajarkan pembelajaran yang
anak serta dekat dengan anak. berorientasi pada keterampilan berpikir
Kreatifitas guru dalam mengelola tingkat tinggi dibutuhkan bahan ajar yang
kelas sangat dibutuhkan, untuk membuat mengarahkan pada HOTS sederhana dan
pembelajaran yang mengarah pada HOTS memuat pertanyaan-pertanyaan yang
menjadi lebih sederhana dan mudah jawabanya divergen. Jika bahan ajar yang
dilakukan oleh peserta didik sekolah dikembangkan sudah memuat aspek-aspek
dasar.Memodifikasi pembelajaran yang HOTS guru akan lebih mudah dalam
ada di buku dengan kegiatan yang mudah mengembangkan dan memodifikasi
Widya P, Johar A, Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Bermuatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 30

pembelajaran. Kemudahan ini tentu sangat dikembangkan bernuansa daerah


membantu kualitas dan efektifitas Kabupaten Cilacap. Pada bahan ajar yang
pembelajaran yang dilakukan. Pada bahan dari pemerintah menjelaskan bunga teratai
ajar ini peserta didik juga diajak untuk bisa maka dalam bahan ajar yang
menganalisis bacaan menggunakan dikembangkan di modifikasi menjadi
kalimat tanya kemudian peserta didik bunga Wijaya Kusuma. Lambang
membuat pertanyaan sekaligus Kabupaten Cilacap serta beberapa hal yang
jawabannya berdasarkan bacaan yang ada. berhubungan dengan Kabupaten Cilacap
Kontekstual dan daerah di sekitarnya menjadi materi
Pelaksanaan pembelajaran yang yang ada di dalam bahan ajar. Freire
bermuatan HOTS akan lebih mudah jika (1985: 103) mengemukakan “Manusia
pembelajaran yang dilakukan sebagai makhluk dalam situasi tertentu
menggunakan metode kontekstual. menemukan dirinya dalam lingkungan
Kedekatan antara peserta didik dengan ruang dan waktu yang mewarnai mereka
lingkunganya mempermudah pembelajaran serta mereka warnai”. Ketika terjadi
yang dilakukan. Peserta didik bisa ineraksi dengan lingkungan sekitar
mengalami langsung apa yang dipelajari keduanya akan memperoleh manfaat.
ketika pembelajaran yang dilakukan Hubungan timbal balik tersebut berdampak
menggunakan metode kontekstual. Apa pada pemanfaatan potensi atau sumber
yang ada di lingkungan anak dan sekolah daya di sekitar sekolah dan membuat
dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam peserta didik lebih mengenal lingkungan
pembelajaran. Kebermaknaan sekitar. Pengenalan ini dapat berdampak
pembelajaran akan terealisasi bila pada kepedulian peserta didik dalam
pembelajaran didasarkan pada konteks. menjaga dan merawat lingkungan di
Johnson (2009: 46) menegaskan bahwa sekitar sekolah dan tempat tinggalnya.
“pendidikan kontekstual mengarahkan Melalui pendidikan kontekstual
pemikiran pada pengalaman. Ketika pembelajaran yang dilakukan tidak hanya
gagasan-gagasan dialami, digunakan sekedar teori tetapi langsung
dalam konteks mereka memiliki makna”. mempraktikan.
Perancangan pembelajaran kontekstual ini Konteks yang ada di sekitar
dapat dimulai dari bahan ajar yang sekolah akan mempermudah anak-anak
mengarahkan pada kegiatan, peristiwa, mengambangkan keterampilan berpikir
serta kondisi dan keadaan lingkungan yang tingkat tinggi mereka. Pengetahuan dan
ada di sekitar peserta didik. Bahan ajar pengenalan lingkungan yang kuat akan
yang saat ini dipakai bersifat umum mempermudah pengetahuan yang masuk
terkadang tidak semua sesuai dengan sebagai dasar masuknya pengetahuan baru.
kondisi di sekitar peserta didik. Peserta Kesesuaian pengetahuan baru dengan
didik di sekitar Majenang cenderung dekat pengetahuan lama membuat
dengan wilayah pertanian. seyogyanya mempermudah pemahaman peserta didik
guru memberikan materi yang berkaitan dan memperkuat pengetahuan yang
dengan segala sesuatu yang ada dan mudah sebelumnyasudah diperoleh. Pembelajaran
ditemui di wilayah sekitar Majenang. yang kontekstual merupakan langkah awal
Memanfaatkan potensi-potensi yang ada di dalam mengajarkan keterampilan berpikir
sekitar wilayah sekolah akan membantu tingkat tinggi peserta didik. Sebab anak
mempermudah peserta didik memahami usia sekolah dasar belum bisa berpikir
materi yang disampaikan guru. operasional formal maka masih harus
Tempat penelitian yaitu SD Negeri diawali dari hal-hal yang dekat dengan
Jenang 02 yang berada di wilayah mereka. Jika sesuatu yang abstrak dan
Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap tidak diketahui anak kemudian diharuskan
berdampak pada bahan ajar yang untuk memahami hal tersebut maka ada
Elementary School 6 (2019) 27-32 31

sesuatu yag terputus pada hubungan alur keaktifan peserta didik. Peserta didik
pengetahuan tersebut.Pengembangan seharusnya bisa mengeksplore sendiri
bahan ajar bermuatan keterampilan tingkat materi yang diajarkan berdasarkan
tinggi harus bersifat kontekstual sesuai bimbingan guru. Namun menurut guru
dengan lingkungan dan budaya sekolah dalam bahan ajar sudah ada tetapi materi
tersbut berada. yang ada di dalam bahan ajar dianggap
Materi masih kurang. Guru beranggapan materi
Materi pembelajaran di dalam tetap dibutuhkan agar peserta didik dapat
bahan ajar sudah sesuai dengan SKL, KI sekaligus membaca dan belajar, meskipun
dan KD yang ada. Peraturan menteri sumber materi itu tidak hanya
pendidikan dan kebudayaan No. 21 tahun dibuku.Seyogyanya bahan ajar yang
2016 Pasal 1 ayat 3 menyatakan “Ruang dikembangkan memuat materi yang cukup
lingkup materi yang spesifik untuk setiap untuk belajar peserta didik.
mata pelajaran di rumuskan berdasarkan KESIMPULAN
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti Bahan ajar yang sesuai dengan
untuk mencapai kompetensi lulusan kondisi dan kebutuhan peserta didik perlu
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan oleh guru sebab bahan ajar
tertentu”. Bahan ajar yang tidak didasarkan yang diperoleh dari pusat belum tentu
atas KI dan SKL dianggap tidak memenuhi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
persyaratan sebab ruang lingkup materi peserta didik di daerah. Bahan ajar yang
disebutkan dirumuskan berdasarkan KI dikembangkan bukan pengganti bahan ajar
dan SKL. Hakim (2009: 115) menjelaskan dari pusat melainkan sebuah pelengkap
materi pembelajaran (instructional agar kualitas pembelajaran menjadi lebih
material) adalah pengetahuan, sikap, dan baik dengan adanya beberapa bahan ajar.
keterampilan yang harus dikuasai peserta Guru dapat mengembangkan bahan ajar
didik dalam rangka mencapai standar yang bermuatan keterampilan berpikir
kompetensi yang telah ditentukan. tingkat tinggi sebagai jawaban atas kondisi
Pada praktiknya, pelaksanaan dan kebutuhan peserta didik. Bahan ajar
pembelajaran sesuai kuriukulum 2013 yang sesuai dengan karakteristik peserta
yang seharusnya tematik inegratif belum didik, sesuai konteks yang ada
sepenuhnya dapat dilaksanakan. diwilayahnya, dan memuat materi
Pelaksanaan pembelajaran terkadang pembelajaran yang cukup, dapat
masih menggunakan mata pelajaran dan mempermudah guru mengembangkan
mengaburkan tema pengintegrasinya. pembelajaran menjadi lebih menarik dan
Pada pelaksanaan pembelajaran juga efektif.
ditemukan pembelajaran mata pelajaran SARAN
tertentuu yang terpisah dari tema meskipun Pada proses pengembangan bahan
di dalam buku diintegrasikan. ajar bermuatan keterampilan berpikir
Ketidaksesuaian ini membingungkan guru tingkat tinggi untuk peserta didik Sekolah
dalam mengajar sebab acuan yang Dasar guru perlu mempertimbangkan
digunakan adalah bahan ajar tetapi muatan HOTS yang sederhana yang sesuai
ternyata ada mata pelajaran yang harus dengan karakteristik peserta didik sekolah
dipisah dari tema. Materi yang disajikan di dasar. Pengembangan Bahan ajar
dalam bahan ajar termasuk kurang karena bermuatan HOTS ini juga perlu
lebih banyak berisi penugasan dan mempertimbangkan materi di dalam bahan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan ajar yang kontekstual dan dekat dengan
pada proses pembelajaran. Hal semacam peserta didik. Selain itu materi dari topik
ini seharusnya tidak menjadi masalah pembelajaran di ikutsertakan di bagian
sebab pembelajaran pada kurikulum 2013 belakang sebagai bahan literasi hal ini
adalah pembelajaran yang mengutamakan dilakukan untuk mengantisipasi peserta
Widya P, Johar A, Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Bermuatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 32

didik yang belum bisa mendapatkan akses Freire, P. (1985). Pendidikan Kaum
sumber belajar atau materi dengan baik. Tertindas. Jakarta: LP3ES
DAFTAR PUSTAKA Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan
Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Pembelajaran. Bandung: C.V.
High-Order Thinking in Your Wacana Prima
Classroom. Virginia: ASCD. Johnson. E.B. (2009). Contextual
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Teaching And Learning. Menjadikan
Dasar . 2008. Panduan Kegiatan Belajar Mengajar
Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Mengasyikan dan Bermakna.
Departeman Pendidikan Nasional (terjemahan). Bandung: Mizan
E. Mulyasa. 2014. Guru dalam Media Utama
Implementasi Kurikulum 2013. Zamroni. (2011). Dinamika Peningkatan
Bandung: Remaja Rosdakarya Mutu. Yogyakarta: Gavin Kalam
Fanani, A., & Kusmaharti, D. (2018, May Utama
31). PENGEMBANGAN Peraturan menteri pendidikan dan
PEMBELAJARAN BERBASIS kebudayaan No. 21 tahun 2016
HOTS (HIGHER ORDER Peraturan menteri pendidikan dan
THINKING SKILL) DI SEKOLAH kebudayaan No. 22 tahun 2016
DASAR KELAS V. Jurnal
Pendidikan Dasar, 9(1), 1 - 11.
https://doi.org/https://doi.org/10.210
09/10.21009/JPD.081

Anda mungkin juga menyukai