Anda di halaman 1dari 5

HASIL EKSPOLARASI PENYEBAP MASALH

NO Masalah yang Hasil ekpolarasi penyebap masalah Analisis ekspolarasi


diidentifikasi penyebap masalah
1. Rendahnya Hasil kajian literatu: 1. Guru perlu memiliki
kemampuan siswa Kemampuan berpikir tingkat tinggi kemampuan untuk
berpikir tingkat merupakan proses berpikir yang menuntut siswa merancang dan
tinggi dan untuk mampu berpikir ke tahap yang lebih tinggi
melaksanakan
memahami soal hots, daripada sekedar menghafal fakta, mengemukakan
sehingga hasil fakta atau menerapkan peraturan, rumus, dan pembelajaran HOTS
belajar siswa rendah prosedur (Pratiwi, 2019). HOTS menuntut siswa yang efektif. Hal ini
untuk melakukan sesuatu berdasarkan fakta, meliputi kemampuan
sehingga dalam hal ini siswa harus mampu untuk memilih materi
mengaitkan antara fakta yang didapat, dan metode
mengategorikan, memanipulasi, menempatkannya pembelajaran yang
pada konteks baru, dan mampu menjadikan solusi
tepat , serta kemampuan
agar permasalahan yang dihadapi dapat
diselesaikan. Soal High Order Thinking skill untuk menfasilitasi siswa
(HOTS) telah diterapkan di Indonesia, hal ini dalam berpikir tingkat
dibuktikan dengan adanya kebijakan yang tinggi
dikeluarkan oleh Kemendikbud yaitu untuk 2. Guru belum memahami
memasukkan soal High Order Thinking skill konsep dan prinsip
(HOTS) pada ujian nasional 2018, serta dalam tes pembelajaran HOTS
SBMPTN 2019. Soal Hots dapat dibuat dalam
sehingga tidak dapat
berbagai bentuk representasi, salah satunya adalah
representasi gambar. merancang dan
Instrumen yang digunakan adalah tes melaksanakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika yang memuat pembelajaran HOTS
kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (CS) yang efektif
dan menciptakan (C6). Instrumen tes berupa soal 3. Guru cenderung
pilihan ganda beralasan berjumlah 6 butir soal yang memberikn soal-soal
terdiri atas 2 soal kategori menganalisis (C4), 2 soal
kepada siswa yang
kategori mengevaluasi (C5), dan 2 soal kategori
menciptakan (C6) dengan distribusi per materi yaitu 3 masih level LOST
soal untuk materi hukum Newton serta 5 soal untuk
materi gerak parabola. Instrumen diadaptasi dari soal-
soal SBMPTN dan UN Fisika tahun 2018 dan 2019

https://ejournal.upi.edu/index.php/WapFi/article/
view/32458/0

Mbayowo, R., & Pasaribu, M. (2021). Analisis Kemampuan


Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Fisika Bentuk Representasi Gambar di
SMA Negeri se-Kabupaten Morowali Utara. WaPFi
(Wahana Pendidikan Fisika), 6(1), 96-103.
2. Minat membaca Menurut Holmberg (dalam Nahdi & Jatisunda, 1. siswa lebih suka
siswa masih rendah 2020) Pembelajaran daring adalah proses pembelajaran bertanya dari pada
sehingga kesulitan formal tanpa keterbatasan ruang dan waktu serta lokasi
geografisnya memisahkan antara pelajar dan pendidik. mencari atau membaca
dalam pemelajaran
Seiring melandainya kasus Covid-19 walaupun muncul materi. Padahal sudah
varian omicron pemerintah telah memberlakukan PTM-T di ada di materi yang di
berbagai instansi sekolah. PTM-T artinya pembelajaran ajarkan ( dibuku)
tatap muka terbatas dengan protocol kesehatan Covid-19
serta memerapkan SOP PTM-T, dan melakukan kombinasi 2. kurangnya minat siswa
antara luring terbatas dan online (Sistiarini, Ishaq, & dalam memanfaatkan
Sulthoni, 2021) perpustakaan disekolah
3. Lingkungan keluarga
Maphosa & Bhebhe (2019) mendefinisikan
dan sekolah yang
literasi digital ialah kemampuan individu dalam
menemukan, mengevaluasi, menghasilkan dan kurang mendukung
mengkomunikasikan informasi melalui tulisan dan budaya membaca juga
bentuk komunikasi lain diberbagai aplikasi digital. dapat menjadi faktor
Menurut Malawi (dalam Subakti, Oktaviani, & penyebab rendahnya
Anggraini, 2021) kini sekolah belum optimal dalam minat membaca siswa
menumbuhkan literasi warga sekolah, penyebab 4. Minat membaca siswa
utamanya karena rendahnya kesadaran bahwa
masih rendah sehingga
keterampilan literasi dalam kehidupan itu penting dan
terbatasnya pemanfaatan buku kecuali buku kesulitan dalam
pembelajaran. Sedangkan saat ini pembelajaran pemelajaran
dilakukan secara daring maka pelaksanaan literasi
terhambat, maka diambil solusi dengan mengadakan
kegiatan membaca yang diintegrasikan melalui
pemanfaatan teknologi.
Menurut Nafisah, Yasa, & Sulistyowati (2018)
indicator literasi digital di sekolah pada siswa terdiri dari 1)
Siswa dapat mengeksplor sumber belajar di media digital
dan elektronik. 2) Kemampuan mengolah data dengan
mengutip dari sumber yang relevan di aplikasi digital. 3)
Membagikan informasi melalui teknology digital (misalnya
mengumpulkan dan menyerahkan tugas dalam media digital
seperti google classroom. schoology), dan 4) Kecakapan
mengubah dan memasukan informasi untuk menyajikan
konten dan wawasan baru (misalnya dapat mengembangkan
atau membuat produk digital dalam perangkat lunak
ataupun layanan internet yang mencakup informasi yang
sesuai terhadap pembelajaran peserta didik). Maka indikator
literasi digital dalam pembelajaran berdasarkan hakikat
literasi digital meliputi 1) Intensitas penggunaan dan
penerapan literasi digital dalam pembelajaran. 2)
Pemanfaatan platfrom dan media digital dalam
pembelajaran. 3) Menggunakan alat-alat digital dan 4)
Mencari sumber belajar melalui situs web dan media
berbasis digita

https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2996

Intaniasari, Y., & Utami, R. D. (2022). Menumbuhkan


Budaya Membaca Siswa Melalui Literasi Digital dalam
Pembelajaran dan Program Literasi Sekolah. Jurnal
Basicedu, 6(3), 4987-4998.
3. Siswa yang kurang Menurut Rosy (2018) “Seorang guru dalam 1. Guru perlu
aktif dan tidak fokus menjalankan tugasnya sebagai pendidik dituntut harus menggunakan metode
dalam mengikuti memahami isi kurikulum, karena tanpa pemahaman pembelajaran yang
pembelajaran akan yang cukup maka hasilnya dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa dan
sulit untuk kepada siswa tidak akan maksimal”. Sehingga menekankan pada
memahami materi permasalahan yang sering terjadi saat ini adalah pemahaman konsep.
yang disampaikan penyampaian materi yang kurang tepat membuat siswa Metode pembelajaran
oleh guru merasa jenuh dan bosan yang berakibat tidak fokus yang dapat digunakan
pada pembelajaran. Hal ini juga didukung pendapat untuk meningkatkan
Joyce and Weil (dalam Fathurrohman, 2017:30) aktivitas dan fokus siswa
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu 2. Guru perlu
perencanaan sebagai pedoman dalam melaksanakan mengembangkan
pembelajaran dan menentukan perangkat-perangkat motivasi belajar siswa
pembelajaran. agar siswa menjadi lebih
aktif dan fokus dalam
https://scholar.google.com/scholar? mengikuti pembelajaran.
q=related:NtZZpLhLN3QJ:scholar Hal ini dapat dilakukan
google.com/&scioq=Siswa+yang+kurang+aktif+dan+tidak dengan memberikan
+fokus+dalam+mengikuti motivasi kepada siswa,
+pembela memberikan contoh yang
baik, dan memberikan
Sholikah, K. A., Purwandari, P., & Yusro, A. C. (2022, July). tantangan kepada siswa.
Analisis Permasalahan Belajar Siswa SMAN 4 Kota Madiun
Pada Materi Alat Optik. In SNPF (Seminar Nasional
3. Pemerintah perlu
Pendidikan Fisika). menyediakan pelatihan
bagi guru untuk
meningkatkan
kemampuan mereka
dalam mengajar dan
mengembangkan
aktivitas dan fokus siswa
dalam mengikuti
pembelajaran.
4. Kurikulum perlu disusun
secara sistematis dan
terintegrasi dengan
aktivitas dan fokus
siswa. Hal ini bertujuan
untuk mempersiapkan
siswa menghadapi
tantangan di era
globalisasi.
5. Sarana dan prasarana
pendidikan yang
memadai dapat
mendukung peningkatan
aktivitas dan fokus siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
4. Guru belum Implementasi model pembelajaran inovatif menjadi 1. Guru belum menguasai
mengoptimalakan salah satu pendekatan yang dapat membantu guru terkait karakteristik
model pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi profesional model-model
inovatif sesuai mereka(Ariani et al., 2020). Model-model ini
pembelajaran inovatif
dengan karakteristik dirancang untuk menciptakan lingkungan
2. Guru jarang
materi pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan relevan
dengan kebutuhan peserta didik yang hidup di era menggunakan model
digital. Dalam artikel ilmiah ini, kami akan pembelajaran inovatif
mengeksplorasi implementasi model pembelajaran
inovatif dan dampaknya dalam meningkatkan 3. Guru cenderung
kompetensi profesional guru di era digital. Artikel ini menggunakan metode
akan membahas beberapa model pembelajaran inovatif
ceramah
yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengoptimalkan pengalaman belajar peserta didik.
Kami akan menganalisis manfaat dan tantangan yang
terkait dengan masing-masing model, serta
memberikan contoh nyata dari implementasi model-
model ini dalam konteks pendidikan di era digital.
Selain itu, artikel ini juga akan mengidentifikasi
beberapa kompetensi profesional yang diperlukan oleh
guru di era digital. Kami akan menjelaskan mengapa
kompetensi-kompetensi ini penting dalam konteks
pembelajaran inovatif dan bagaimana model-model
pembelajaran tersebut dapat membantu guru dalam
mengembangkan kompetensi tersebut. Diharapkan
artikel ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang
berharga bagi para praktisi pendidikan, terutama guru,
untuk memperluas pemahaman mereka tentang model
pembelajaran inovatif dan cara implementasinya dalam
meningkatkan kompetensi profesional mereka. Melalui
upaya kolaboratif dan peningkatan kompetensi
profesional guru, kita dapat mempersiapkan peserta
didik dengan keterampilan dan pengetahuan yang
relevan untuk menghadapi tuntutan masyarakat yang
semakin digital ini(Safitri et al., 2021). Selain itu,
artikel ini juga akan membahas beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam mengimplementasikan
model pembelajaran inovatif. Kami akan membahas
infrastruktur teknologi yang diperlukan, dukungan
kebijakan dan manajemen, serta pelatihan yang
diperlukan bagi guru untuk mengadopsi dan

https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/jpg/
article/view/14252

Lestari, D. I., & Kurnia, H. (2023). Implementasi Model


Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Kompetensi
Profesional Guru Di Era Digital. JPG: Jurnal Pendidikan
Guru, 4(3), 205-222.

Anda mungkin juga menyukai