Pendidikan memiliki peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yanh universal dalam kehidupan sehari-hari manusia karena dalam hal apapun di dunia terdapat upaya pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu upaya yang dilakukan manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri (J. Tambunan, 2015). Menurut Aldous Huxley (Nurliani, 2018) menyatakan bahwa pendidikan yang sempurna adalah dimana manusia dilatih agar siap untuk ditempatkan dalam hirarki sosial, tetapi dalam prosesnya tidak melakukan penghancuran atau pengrusakan terhadap karakter unik atau khas yang dimilikinya. Proses pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Proses pembelajaran bertujuan supaya siswa mendapatkan hasil terbaik yang sesuai dengan kemampuannya. Tolak ukur yang dapat menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan dalam belajar adalah hasil belajar. Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 (Fadli, dkk, 2019) menyatakan bahwa : “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran di kelas, guru berperan penting sebagai pemegang kendali dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu menunjang terjadinya perubahan tingkah laku dan pembentukan kompetensi dari siswa. Kemampuan guru dalam melakukan dan memanfaatkan penilaian, evaluasi proses, dan hasil belajar sangat diperlukana untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan kurikulum dan juga dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang telah dilakukan guru (Agus & Jailani, 2014).
1 2
Pembelajaran matematika merupakan bagian dari pendidikan nasional
yang berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan matematika merupakan ilmu yang mendasari ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan oleh siswa untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerjasama. Menurut NCTM (Wulandari, dkk, 2020), tujuan pembelajaran matematika adalah meningkatkan kompetensi matematis siswa yang terdiri dari kemampuan: (1) komunikasi matematis; (2) penalaran matematis; (3) pemecahan masalah; (4) koneksi matematis; dan (5) representasi matematis. Selain itu yang perlu menjadi perhatian bagi guru adalah bagaimana melaksanakan pembelajaran yang bisa mendorong siswa sehingga mampu berpikir kritis dalam mengelola berbagai informasi yang diterima, berpikir secara kreatif dalam menyelesaikan berbagai masalah, berkolaborasi dengan teman dalam proses pembelajaran, dan mampu mengkomunikasikan setiap gagasannya dengan baik dan lugas sehingga mudah untuk dipahami oleh orang lain. Pada umumnya pelakasanaan pembelajaran di kelas mencakup tiga hal yaitu pre tes, proses, dan pos tes. Guru menggunakan soal soal berbentuk objektif atau uraian untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran. Penggunaan soal-soal tersebut juga harus bisa mengasah kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa terbiasa untuk menjawab soal-soal dalam konteks permasalahan kehidupan sehari-hari. Kegiatan penyelesaian soal yang dilakukan siswa untuk mengetahui kemampuan belajarnya diadakan oleh guru dengan mengadakan suatu penilaian. Menurut Wiwik Setiawati, dkk (2019) penilaian pengetahuan adalah suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur proses dan hasil pencapaian kompetensi siswa yang terdiri dari kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif. Instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif siswa biasanya dapat berupa tes. Tes yang diberikan guru pada saat pembelajaran 3
ataupun penilaian akan sangat berpengaruh pada perkembangan keterampilan
yang dimiliki siswa. Soal-soal yang diberikan bukan hanya untuk memahamkan siswa, tetapi untuk menggali potensinya yang dapat memicu siswa berpikir secara analitis, evaluatif, dan kreatif serta dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tersebut. Kemampuan berpikir tingkat tinggi sangatlah penting, dikarenakan merupakan suatu kemampuan dalam memahami dan menemukan solusi terhadap permalasahan yang dihadapi dengan cara yang bervariasi dan berbeda dari biasanya. Oleh karena itu siswa harus sering melatih kemampuan berpikir tingkat tingginya. Guru harus membiasakan memberikan siswa soal HOTS baik dalam proses pembelajaran maupun pada saat mengadakan ujian atau ulangan harian untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ibu Syafrina, salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Siantar pada tanggal 16 Mei 2023, didapatkan bahwa siswa masih kurang fokus terhadap pembelajaran matematika dan kemampuan yang dimiliki masih rendah dikarenakan kurangnya minat belajar siswa serta juga karena pengaruh waktu masa pandemi Covid-19 dimana pembelajaran dilakukan secara daring sehingga siswa menjadi lebih pasif dan kurang dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Siswa juga kurang percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru. Selain itu, soal-soal yang diberikan guru kepada siswa pada materi bilangan masih dalam kriteria soal- soal mudah yang hanya mengukur hapalan siswa dan kurang mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Keterampilan guru dalam membuat soal yang berbasis HOTS masih terbilang rendah sehingga guru hanya mengambil latihan soal yang sederhana dan tersedia di buku pembelajaran. Kurangnya ketersediaan soal-soal yang didesain khusus untuk melatih HOTS siswa menjadi salah satu penyebab soal yang diberikan kepada siswa hanya membuat siswa menghafal rumus-rumus yang telah diberikan. Penilaian yang dilakukan hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja sehingga dapat membuat para siswa kurang aktif dan kreatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tingginya. 4
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Instrumen Soal Higher Order Thinking Skil (HOTS) Pada Materi Bilangan Bulat Kelas VII SMP Negeri 2 Siantar”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Siswa kurang fokus dalam pembelajaran matematika, 2. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika, 3. Kemampuan berpikir yang dimiliki siswa masih terbilang rendah, 4. Siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal yang berbasis HOTS, 5. Kurangnya ketersediaan soal-soal untuk melatih HOTS, 6. Instrumen tes yang diberikan belum mencapai tes yang standar, 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yang akan dibahas yaitu “pengembangan instrumen soal HOTS berbentuk uraian pada materi bilangan bulat kelas VII SMP Negeri 2 Siantar”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah “bagaimana proses dan hasil pengembangan instrumen soal HOTS yang berkualitas (valid, reliabel, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memenuhi standar) pada materi bilangan bulat kelas VII SMP Negeri 2 Siantar?”
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan instrumen soal HOTS yang berkualitas (valid, reliabel, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memenuhi standar) pada materi bilangan bulat kelas VII SMP Negeri 2 Siantar. 5
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah dan memberikan pengetahuan tentang pengembangan soal untuk mengukur HOTS pada materi Himpunan Kelas VII. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai bahan referensi tambahan yang relevan dan bahan masukan untuk melakukan pengembangan soal-soal pada saat proses pembelajaran bagi peneliti selaku calon guru dimasa yang akan datang. b. Bagi Sekolah dan Guru Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dan guru di SMP Negeri 2 Siantar dalam mengembangkan soal HOTS yang valid dan praktis yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. c. Bagi Siswa Sebagai bahan latihan untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. d. Bagi Peneliti Lain Dapat dipergunakan sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan dalam penelitian berikutnya yang relevan dengan penelitian ini. 1.7. Luaran Penelitian Penelitian akan diterbitkan dalam jurnal ber-ISSN.
Penerapan Model Problem Based Learninguntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematisdan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas XIIIPA2 SMAN1 KOTATEBINGTINGGI
Proposal penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 2 Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi