Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020

“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable


Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

PENERAPAN MODEL WRITE AROUND UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Ari Herianti1, Roni Rodiyana2


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Majalengka
Jl. Raya K H Abdul Halim No. 103
(0233) 281496
e-mail : ariherianti58@gmail.com , ronirodiyana@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan pembelajaran IPS di setiap jenjang pendidikan masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan termasuk dijenjang pendidikan di Sekolah Dasar. Guru sebagai pendidik di sekolah dasar
harus mampu membekali pengetahuan, nilai, dan sikap keterampilan kepada peserta didik agar peserta didik
mampu bertanggung jawab dan berkarakter. Untuk menciptakan suasana belajar yang di senangi siswa,
guru perlu melakukan suatu inovasi. Salah satunya dengan cara memilih pembelajaran yang menarik dan
mempermudah proses pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat data yang didapatkan oleh peneliti
di kelas V SDN Sidamukti I dengan wali kelas ibu Meli pada tanggal 03 Februari 2020 diperoleh informasi
yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang rendah dalam muatan pelajaran IPS mencakup tiga ranah
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Metode penelitian ini menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yang mengacu pada model Kemiis dan Mc Taggart. Hasil utama yang diharapkan
adalah penerapan model Write Around dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Pembelajaran IPS, Write Around, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang kehidupan manusia, ini
berarti setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan juga merupakan
suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam keadaan tidak
berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri. Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan
bantuan orang tua dan orang yang dewasa. Karena itu pendidikan juga membutuhkan bimbingan
dari orang dewasa yang pada dasarnya diperlukan oleh manusia. Dalam Undang-Undang RI No.
20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah:
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

340
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

Mengingat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka
peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan
untuk menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat
berhubungan dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses
pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen seperti
kepala sekolah, guru, siswa dan materi pembelajaran. Pembelajaran yang efektif perlu didukung
oleh suasana dan lingkungan belajar yang kondusif. Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menciptakan suasana dan lingkungan belajar baik di kelas maupun di luar kelas. Oleh
karena itu guru dituntut agar mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran,
mengelola materi dan sumber-sumber belajar serta membuat rencana pembelajaran.
Menurut Slameto (2015: 2), “mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut
Gestalt (dalam Slameto, 2015: 9) ‘mengartikan belajar yang terpenting adalah penyesuaian
pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi’.
Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa hasil dari kegiatan belajar adalah adanya suatu
perubahan dalam diri seorang peserta didik,baik itu dalam perubahan tingkah laku yang
berdasarkan interaksi dengan lingkungannya serta setelah belajar siswa dapat memecahkan suatu
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dikatakan berhasil ketika peserta didik
telah menunjukan suatu perubahan dalam bertingkah laku serta dapat memilki suatu keterampilan
dari hasil pengembangan potensi yang dimilikinya dan dapat mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Sudjana (2016: 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan menurut Kunandar (2011: 277) “yang
dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan setiap proses pembelajaran dalam satuan
bahasan atau kompetensi tertentu”. Hasil belajar merupakan puncak berakhirnya proses belajar
bagi siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran. Hasil dari belajar tersebut sehingga akan direkapitulasi maka akan terlihat
peningkatan hasil dari proses belajar yang sudah dijalani oleh siswa.
Dunia pendidikan di Indonesia tidak pernah lepas dari berbagai masalah. Bahkan tak jarang
setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Hal ini berimbas kepada pendidikan
dasar yang perlu pembenahan, upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar perlu dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi. Rodiyana (2016).

341
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

Kemampuan berpikir kritis, ialah suatu suatu sikap akan berpikir mengenai suatu hal dengan
pertimbangan aktif dan teliti, memerhatikan segala hal yang menyangkut tentang pengambilan
keputusan tersebut sehingga tidak menjadi suatu pengetahuan yang asumtif. Asumtif disini berarti
bukan sekedar asumsi diri sendiri melainkan melalui proses perumusan masalah, memberikan
argumen sesuai fakta, melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi baru setelah itu
pengambilan keputusan sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Wina (2019).
Selain itu juga peran guru sangat penting dalam proses keberhasilan siswa dalam belajar.
Dalam hal ini guru dituntut untuk terus menciptakan pembelajaran yang kreatif untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, guru dapat memilah dan memilih setiap
model pembelajaran yang tepat digunakan dalam menyampaikan semua materi khususnya dalam
pelajaran IPS.
Pelaksanaan pembelajaran IPS disetiap jenjang pendidikan masih dianggap sebagai mata
pelajaran yang membosankan termasuk dijenjang pendidikan di Sekolah Dasar. Tetapi perlu
diketahui bahwa tujuan dari pembelajaran pendidikan IPS, yaitu:
1. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, kewarganegaraan,
pedagogis dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri ,memecahkan masalah dan
keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial.
Pendapat tersebut mengenai tujuan pendidikan IPS tentunya suatu harapan yang ideal yang
akan didapatkan oleh seseorang setelah mempelajari pendidikan IPS (Gunawan, Rudy 2016: 2).
“Dalam melaksanakan pembelajaran guru perlu menerapkan model pembelajaran yang berbeda
agar siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung dan tujuan pembelajaran diharapkan
dapat tercapai”. Menurut Trianto (2011: 3) mengatakan bahwa “model pembelajaran yang baik
digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang diajarkan”.
Sedangkan menurut Anas (2015:110) “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Write Around merupakan suatu model pembelajaran
berkelompok dengan semua siswa dalam satu kelompok tersebut harus bergantian memberikan ide
pemikirannya dituangkan dalam tulisan sehingga akan menjadi sebuah karangan yang utuh dan
siswa dapat memberi kesimpulan dari karangan yang mereka buat bersama dengan temannya.
Model pembelajaran Write Around adalah pengembangan model pembelajaran Kooperatif dari tipe
Go Around. Kegiatan yang dilakukan adalah mendorong siswa untuk berfikir secara cepat dalam
suatu kelompok, dan menjawab suatu pertanyaan yang bertujuan terbuka (Open Ended-Question).

342
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

“Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Write Around siswa dapat berfikir kritis (Warsono,
2016: 226)” . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Peneliti dengan judul
“Penerapan Model Write Around untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literature. Kajian literature
adalah kajian bacaan atau dasar yang bisa dijadikan rujukan dalam sebuah penulisan karya ilmiah
yang relevan dengan topik tertentu. Menurut Fitrah (2018: 138) kajian literatur adalah kegiatan
mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang lebih mengarahkan
pada pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan
penelitian yang sedang atau akan kita lakukan.

PEMBAHASAN
1. Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Pendidikan IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki
konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan dan pertimbangan
psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD
sampai dengan SMA, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam bidang ilmu sosial di perguruan
tinggi. Menurut Somantri (dalam Suprayogi dkk, 2011: 8). ‘Pendidikan IPS adalah
penyederhanan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis
untuk tujuan pendidikan’. Sedangkan menurut Susanto (2014: 10) “pengertian IPS adalah
bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial
dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan”.
Pengertian pendidikan IPS yang telah dikemukakan oleh kedua pendapat ahli diatas
memiliki kesamaan konteks, dalam hal ini kajian IPS merupakan kajian yang menitikberatkan
pada ilmu sosial dimana manusia hidup dalam masyarakat sosial saling berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya. IPS juga merupakan salah satu bidang studi yang dapat menjadi
alternative pemecahan masalah yang terjadi di lingkungan sosial.

a. Karakteristik IPS di Sekolah Dasar


Menurut Susanto (2014: 21) mengungkapkan karakteristik muatan pelajaran IPS di
SD, antara lain Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

343
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

sejarah, ekonomi, hokum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama.
Menurut pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam muatan pelajaran IPS
adalah integrasi dari semua unsur bidang yang mencakup unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hokum dan politik, di dalam program sekolah Ilmu Pengetahuan Sosial di
koordinasikan sebagai bahan sistematis di bangun di atas beberapa disiplin ilmu.
Numan Somantri (2011: 44) menyatakan bahwa
Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-
ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideology, dan agama yang dikoordinasikan dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendiidkan. Ilmu pengetahunan sosial
merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarkatnya,
bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat
dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan dating

Berdasarkan pendapat diatas mengenai karakteristik IPS maka dapat di tarik


kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS merupakan kajian ilmu-ilmu sosial
secara terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dasar dan mempunyai
tujuan agar siswa dapat mengamalkan nilai-nilai sehingga dapat menjadi warga Negara
yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan
diantisipasi untuk masa yang akan datang.

2. Model Write Around


Tipe Write Around adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Kegiatan
berkelompok yang dilakukan oleh siswa untuk bergantian menyelesaikan dan mengedit
suatu cerita akan ditarik kesimpulan dari kumpulan kalimat-kalimat tersebut. “Model ini
cocok digunakan untuk menulis kreatif atau menulis kesimpulan (Fathurrohman, 2015:
96)”. Sedangkan menurut Waspodo (2016: 226) “model pembelajaran kooperatif dari tipe
Go Around. Kegiatan yang dilakukan adalah mendorong siswa untuk berikir secara cepat
dan analitis dalam suatu kelompok, proses kegiatan,keluaran suatu program telah sesuai
dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan”.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Write
Around termasuk ke dalam tipe pembelajaran kooperatif, dalam penerapan nya diharapkan
siswa mampu mengasah cara berfikir cepat, melatih menarik kesimpulan dari suatu materi
dan mengasah kemampuan menulis. Model Write Around dalam penerapan nya
diharapkan menjadi salah satu solusi bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
a. Langkah-langkah Penerapan Model Write Around

344
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe write around siswa dapat berfikir
analitis dan kritis (Warsono, 2016: 226).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe write around adalah sebagai
berikut:
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok dapat teridiri
dari 4-5 anggota dan membuat lingkaran di setiap kelompok.
2) Guru dapat memberikan kalimat awal untuk masing-masing kelompok.
3) Setiap anggota akan menyelesaikan kalimatnya dan meneruskan tulisan ke kanan.
4) Para siswa kemudian akan membaca yang mereka terima dan menambahkan
kalimat lain kepadanya dan menyebarkannya lagi ke kanan sampai semua siswa
menambahkan kalimat mereka di keompok.
5) Setelah beberapa putaran, siswa akan diberi waktu untuk menambahkan
kesimpulan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita
mereka di depan kelas.
6) Perwakilan siswa di setiap kelompok dapat membaca paragraf mereka untuk
berbagi dengan seluruh kelas.

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Write Around


Kelebihan dari model ini menurut (Kurniasih, 2016: 110) yaitu” setiap kelompok
bertanggung jawab untuk memberikan gagasan untuk meneruskan kalimat utama yang
diberikan oleh guru”. Dengan banyak gagasan dari masing-masing kelompok akan
menambah pengetahuan setiap anggota kelompok. Selain itu pengaturan giliran
menulis yang berurutan dalam diskusi menjadi karakteristik utama model
pembelajaran kooperatif tipe write around, jika siswa tertib berurutan dalam
memberikan gagasannya maka tulisan yang dibuat akan runtut pula.
Kekurangan dalam model kooperatif tipe write around adalah guru harus lebih
kreatif dalam membuat kalimat permulaan untuk bisa mengembangkan pemikiran
siswa dalam melanjutkan kalimat. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk
menerapkan model ini relatif akan lama karena tingkat kecepatan berfikir setiap siswa
akan berbeda-beda serta perbedaan pendapat antar anggota kelompok dalam
menambahkan sebuah kalimat akan menjadi perdebatan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model Write Around
dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta belajar bekerja sama dengan orang
lain serta melatih ketangkasan dalam berfikir serta menulis. Lalu kekuranganya dari
model Write Around adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama serta akan menjadi

345
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

perdebatan karena model pembelajaran ini mengandalkan kecepatan berfikir siswa


sedangkan pola pikir siswa pasti berbeda-beda.

KESIMPULAN
Model pembelajaran Write Around termasuk ke dalam tipe pembelajaran kooperatif, dalam
penerapan nya diharapkan siswa mampu mengasah cara berfikir cepat, melatih menarik
kesimpulan dari suatu materi dan mengasah kemampuan menulis. Model Write Around dalam
penerapan nya diharapkan menjadi salah satu solusi bagi guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Anas. S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Pustaka Setia

Anitah.S. (2009). Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru


Rayon13 FKIP UNS Sukarta

Arifin.Z. (2014). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Arikunto. (2014). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asrori. (2011). Psikologi Remaja- Perkembangan Peserta Didik.Jakarta : Bumi


Aksara

Fathurrohman, dkk. (2010). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman


Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama

Gunawan. R. (2011). Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung:


Alfabeta
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pres

Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Najib.M . (2018). Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Materi Tasamuh


(Toleransi) Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Write Around Pada Siswa Kelas
VII MTS Tarqiyatul Himmah Kec. Pabelan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi
pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri. Salatiga: Tidak
diterbitkan.

Pramesy.I. F. (2017). Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Menulis


Puisi Bebas dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Write Around (Studi PTK
pada Siswa Kelas V SDN Sirahcai Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran
2015/2016”. Skripsi pada FIP Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: tidak diterbitkan

Puspitasari, Wina Dwi. (2019). Bahan Ajar Inquiry Saintifik untuk Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas. 5, (1).
346
Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2020
“Transformasi Pendidikan Sebagai Upaya Mewujudkan Sustainable
Development Goals (SDCs) di Era Society 5.0”. Agustus 2020

Rodiyana.Roni. (2015). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SD. Jurnal Cakrawala Pendas

Sudjana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Suprayogi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dalam Pendidikan Nonformal.


Jakarta: Rajawali pres

Susanto. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Prenada Media

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan


Implementasinya Dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, Ditjen Dikdasmen.

Wiraatmaja. R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

347

Anda mungkin juga menyukai