Pani Soniah
Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi, Indonesia
Email: Shoniahumairah99@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase soal ujian nasional fisika berkategori
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan bertujuan untuk mengembangkan soal Fisika model
TIMSS setelah dilakukan analisis karakteristik soal TIMSS yang dirilis berdasarkan dimensi
pengetahuan dan proses kognitif. serta mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
dalam menyelesaikan soal ujian nasional Fisika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskritif dengan jenis analisis isi atau dokumen. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini berupa persentase soalFisika 2016 berkategori HOTS yang dianalisis
menggunakan indikator soal menurut A.Thomas dan G. Thorne serta data analisis kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa pada soal ujian nasional fisika yang diperoleh melalui jawaban
siswa dalam mengerjakan soal.Aspek kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar
stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga
melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Struktur
mental individu tersebut berkembang sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif
seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang, semakin tinggi pula
kemampuan dan keterampilan dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang
diterimanya dari lingkungan. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa soal ujian
nasional fisika mampu mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang rata-rata
dikategorikan kurang baik
Kata kunci: ANALYSIS HOTS, MODEL TIMSS, ASPEK KOGNITIF
Berdasarkan Tabel 1, soal HOTS disajikan dalam bentuk gambar dan cerita
yang dijawab benar dengan jumlah siswa dengan menggunakan contoh dalam
paling sedikit adalah soal nomor 17 yang kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang
disajikan dalam bentuk cerita dengan terdapat pada soal menuntut kemampuan
menggunakan contoh dalam kehidupan bernalar siswa dalam menyimpulkan dan
sehari-hari. Permasalahan yang terdapat menghubungkan suatu konsep dan fakta
pada soal menuntut kemampuan bernalar GLBB dengan konsep impuls dan
siswa dalam menemukan fakta dan momentum. Berikut persentase siswa yang
menghubungkan konsep GLBB dengan menjawab soal HOTS dengan benar yang
konsep impuls dan momentum. Sedangkan disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar
soal yang dijawab benar dengan jumlah 1.1
siswa terbanyak adalah soal nomor 6 yang
.
Gambar 1.1 Grafik Distibusi Jawaban Siswa
Berdasarkan grafik pada Gambar 1.1, soal nomor 6 yang dikategorikan HOTS.
tingkat kesulitan tertinggi berdasarkan Hal ini dikarenakan kurangnya siswa dalam
jumlah siswa yang menjawab dengan benar mengingat rumus-rumus yang digunakan
adalah soal nomor 31. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan soal LOTS lainnya.
kurangnya kemampuan siswa dalam Faktor lainnya diakibatkan siswa belum
memahami konsep yang terkandung pada mempelajari materi fisika kelas XII
soal yang disajikan dalam bentuk gambar semester genap ketika penelitian
dan cerita. Konsep yang harus dipahami dilaksanakan. Banyaknya jumlah siswa
siswa adalah arah gaya listrik yang dialami yang mampu menjawab soal nomor 6,
mauatan pada titik A diakibatkan muatan menunjukkan kemampuan siswa Man 2
pada titik B dan C. Siswa harus memahami Model Pekanbaru dalam menguasaai materi
bahwa gaya listrik merupakan besaran gerak parabola serta impuls dan
Vektor. Sehingga siswa dapat menetukan momentum. Sehingga siswa mampu
resultan gaya listrik yang dialami muatan di bernalar dalam mengerjakan soal yang
titik A. Jika siswa memehami konsep ini, disajikan dengan dua konsep yang berbeda.
siswa akan dengan mudah menyelesaikan Kemampuan rata-rata siswa dalam
permasalahan yang terdapat pada soal yaitu menjawab soal HOTS masih dikategorikan
menentukan besar gaya listrik yang dialami sedang. Menurut Thomas dan Thorne,
. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya HOTS dapat dipelajari dan diajarkan pada
(2008) bahwa proses pembelajaran murid. Metode pembelajaran berbasis
khususnya fisika belum mengacu masalah dapat meningkatkan kemampuan
kemampuan berpikir muatan di titik berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini
A.meskipun demikian ,soal ini didukung oleh penelitian Tri Widodo dkk
dikategorikan LOTS karena tidak sesuai (2013) bahwa pembelajaran berbasis
dengan kriteria dan indikator LOTS masalah dapat meningkatkan keberanian
menurut A.Thomas dan G. Thorne (2010). siswa dalam menghadapi soal sulit.
Kesulitan siswa MAN 2 Model dalam Pemilihan strategi pembelajaran berbasis
menjawab soal ini dikarenakan kurangnya masalah dimaksudkan supaya siswa mau
pembiasaan siswa dalam mengerjakan soal belajar lebih giat dengan tantangan
ini. Sedangkan Soal dengan tingkat pemecahan soal-soal yang lebih
kesulitan terendah berdasarkan grafik memerlukan pemikiran tingkat tinggi. Hal
adalah soal nomor 2 yang dikategorikan ini diperkuat oleh hasil penelitian Esen
soal LOTS Berdasarkan grafik pada Ersoy (2013) yang menyatakan bahwa
Gambar 1.1, hanya 4 soal dengan kategori sebelum dan sesudah proses pembelajaran
LOTS yang mampu dijawab siswa dengan berbasis masalah (PBL), ada perbedaan
jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang signifikan terhadap kreativitas pada
siswa yang merupakan salah satu hasil analisis kelayakan soal menunjukkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. bahwa soal yang dikembangkan telah layak
Melalui PBL, siswa mampu menemukan digunakan ditinjau dari segi isi, konstruksi,
ide-ide yang membantu siswa dalam dan bahasa. Hal ini ditunjukkan dengan
mengidentifikasi dan memecahkan persentase penilaian terhadap soal yaitu
masalah. Sehingga pembelajaran berbasis kelayakan isi pada soal pilihan ganda dan
masalah sangat cocok diterapkan dalam uraian sebesar 83,3% dengan katgori sangat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat layak. Kelayakan konstruksi pada soal
tinggi siswa. pilihan ganda sebesar 84,3% dengan
MODEL TIMSS kategori sangat layak dan pada soal uraian
Karakteristik soal TIMSS berdasarkan sebesar 83,3% dengan kategori sangat
dimensi pengetahuan didapatkan bahwa layak. Dan kelayakan bahasa pada soal
soal TIMSS cenderung menguji pilihan ganda sebesar 87,5% dengan
pengetahuan konseptual, diikuti dengan kategori sangat layak dan soal uraian
pengetahuan prosedural dan pengetahuan sebesar 84,4% dengan kategori sangat
faktual. Sedangkan untuk dimensi proses layak.
kognitif, soal TIMSS cenderung menguji Dari soal pengembangan yang diujikan,
kemampuan siswa dalam memahami (C2), persentase siswa yang mendapat nilai di
menerapkan (C3), menganalisis (C4), atas KKM (.75) adalah sebesar 13% dengan
mengevaluasi (C5), dan mengingat (C1). rata-rata nilai siswa 76. Untuk skor
Dari penelitian Novi (2010) yang terendah yang dicapai siswa adalah 59 dan
melakukan analisis perbandingan soal UN skor tertinggi 88. Sedangkan dari soal UN
dengan TIMSS tahun 2007 menyatakan yang diujikan, persentase siswa yang
bahwa persentase kemampuan kognitif mendapat nilai di atas KKM (.75) adalah
yang diujikan pada soal TIMSS 2007 dari sebesar 63% dengan nilai rata-rata siswa
urutan tertinggi ke terendah adalah level adalah 76. Untuk skor terendah yang tidak
memahami, menerapkan, menganalisis, hanya memberikan penekanan pada
siswa dan pemahaman konsep fisika. pengetahuan prosedural atau penggunaan
Pemahaman konseptual penting untuk rumus. dicapai siswa adalah 59 dan skor
dimiliki siswa. Tanpa pengetahuan tertinggi yang dicapai siswa adalah 88. Dari
konseptual, siswa akan kesulitan dalam dua macam soal yang diujikan yaitu soal
memecahkan permasalahan yang lebih UN tahun 2012/2013 dan soal yang
kompleks. Ketika siswa telah memperoleh dikembangkan, meskipun keduanya sama-
pemahaman konseptual, mereka dapat sama telah mengacu pada indikator SKL
melihat hubungan antara konsep dan UN namun apabila soal yang
prosedur serta dapat memberikan argumen dikembangkan memiliki karakteristik soal
untuk menjelaskan mengapa beberapa fakta seperti soal TIMSS, diketahui bahwa
merupakan akibat dari fakta yang lain. kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
Berdasarkan karakteristik soal TIMSS yang UN lebih baik dibandingkan dengan
telah dianalisis, maka dikembangkan soal kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
sesuai dengan karakteristik soal TIMSS model TIMSS yang dikembangkan. Dari
yiatu sesuai dengan proporsi dari hasil analisis, didapatkan bahwa soal model
persentase dimensi pengetahuan dan proses TIMSS yang dikembangkan cenderung
kognitif yang ada pada soal TIMSS dan menguji kemampuan siswa dalam
kisi-kisi soal yang dikembangkan mengacu memahami.pengetahuan konseptual.
pada indikator SKL UN. Menurut Riduwan Sedangkan soal UN cenderung menguji
(2005), soal dikatakan layak jika memenuhi kemampuan siswa dalam mengerjakan soal
persentase kriteria sebesar 61%-80% dan hitungan. Hal ini sejalan dengan penelitian
sangat layak jika memenuhi persentase yang dilakukan oleh Danny (2013) yang
kriteria sebesar 81%-100%. Berdasarkan menyimpulkan bahwa soal UN lebih
dominan pada penerapan suatu rumus. TIMSS juga diketahui bahwa kemampuan
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa siswa Indonesia untuk pemahaman konsep
lebih mudah dalam mengerjakan soal masih sangat lemah, namun relatif baik
hitungan dibandingkan dengan soal yang dalam menyelesaiakan soal-soal fakta dan
menguji pemahaman konseptual. Hal ini prosedur (Mullis, et al.) Oleh karena itu
sesuai dengan penelitian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu
oleh Dede (2011) yang menyatakan bahwa diberikan penekanan terkait dengan
kemampuan siswa dalam memahami pemahaman konsep-konsep dalam materi
konsep masih kurang dibandingkan dengan yang diajarkan.
pengetahuan proseduralnya. Dari hasil
No Pernyataan Presentase
(%)
3
Hal yang dilakukan siswa untuk mengurangi rasa malas
REFERENSI
Abdulhak, Ishak. 2006. Filsafat Ilmu Pendidikan. Rosda: Bandung
Basuki, dkk, 2014. Assesmen Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta
Fahmi. 2014. Pembelajaran Higher Order Thinking Skills-HOTS. Asesmen.
Vol.11/No.3/Des/2014:(39)
Direktorat Pembinaan SMA. 2015. Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill’s Sekolah
Menengah Atas.
Elyana, Yennita, Fakhruddin(2017)analisis higher order thinking skills(HOTS)siswa MAN 2
model pekanbaru dalam menyelesaikan soal ujian nasional fisika tingkat SMA/MA
.Journal mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau(online),(https://www.neliti.com/publications/208970/analisis-higher-order-
thinking-skills-siswa-man-2-model-pekanbaru-dalam-men )(Februari 2017)
Ersoy, Esen. 2013. The Effects Of Problem-based learning method in higher education on
creative thinking. Procedia-Social and Behavioral Sciences 116 (2014) 3494-3498
Istiyono, Edi. 2013. Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika di SMA Langkah
Pengembangan dan Karakteristiknya. Disertasi. FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Iswadi, Hazrul. 2016. Sekelumit dari Hasil PISA 2015 yang Baru Dirilis.
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/230/Sekelumit-Dari-Hasil-
PISA-2015-Yang-Baru-Dirilis.html . (2 Januari 2016)
Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Nana, Pramono (2019)Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Komunikasi Ilmiah
Siswa Kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Ciamis Menggunakan Model Pembelajaran
Inquiry(https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=upaya=peni
ngkayan+kognitif++dan+komjnikasi+ilmiah+siswa+kelas+X+MIA+1+SMA+negri
+1+ciamis+menggunakan+model+pembelajaran+inquiry&btnG=#ds_qabs&u=%2
3p%3DHKsP7erc4_AJ no 1 vol.1 2019
Novia Anggraini, Wasis.2014. PENGEMBANGAN SOAL IPA-FISIKA MODEL TIMSS
(TRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY). Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF),(online) Vol. 03 No.
01(https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengembangan+so
al+ipa+fisika+model+timss&btnG=#d+gs_qabs&u=23p%3DU8VW32owKIIJ)
Pahliwandari rovi 2016 Penerapan teori pembelajaran kognitif dalam pembelajaran pendidikan
jasmabi dan kesehatan Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 5, No. 2, (Desember 2016).
Ramadhan, Danny. 2013. Analisis Perbandingan Level Kognitif dan Keterampilan Proses
Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Naional (UN), Soal Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS), dan Soal Programme for International
Student Assessment (PISA). Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Jurusan Fisika
FMIPA Unesa.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Edisis Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Suratman, Dede. 2011. Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Materi
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII SMP (Studi Kasus di MTs
Ushuluddin Singkawang). Jurnal Cakrawala Pendidikan, (Online), Vol. 9, No. 2,
(http://jurnal.untan.ac.id, diakses 16 Januari 2014).
Thomas, A., and Thorne, G. 2009. How To Increase Higher Order Thinking. Online.
http://www.readingrockets.org/article/how-increase-higher-order-thinking (diakses 7
November 2016)
Widodo, Tri dan Sri Kadarwati. 2013. Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal
Cakrawala Pendidikan Th. Xxxii, No. 1 : Fmipa Universitas Negeri Semarang
(diakses tanggal 28 Desember 2016)