Anda di halaman 1dari 12

STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS HOTS

(HIGHER ORDER THINKING SKILLS)


DI SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA

JURNAL

Oleh:
Putri Anggita Widyastari
14416241064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

91
STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS HOTS
(HIGHER ORDER THINKING SKILLS)
DI SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA

A STUDY OF THE IMPLEMENTATION OF SOCIAL STUDIES LEARNING BASED ON


HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) AT SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA

Oleh : Putri Anggita Widyastari, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
putrianggitawidyastari@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui perencanaan pembelajaran IPS
berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) di SMP Negeri 5 Yogyakarta, (2) Mengetahui
pelaksanaan pembelajaran IPS berdasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) di SMP
Negeri 5 Yogyakarta. Pembelajaran berbasis HOTS dapat mengasah kemampuan berpikir siswa
menjadi kritis, kreatif, dan dapat menyelesaikan permasalahan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Waktu penelitian ini mulai dari bulan April
hingga Agustus 2018, berlokasi di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Data yang dikumpulkan yaitu data
kualitatif yang terdiri dari data primer berupa hasil wawancara semi terstruktur dan observasi
nonpartisipatif, dan data sekunder dengan menggunakan dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen
utama dengan alat bantu pedomen wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan pembelajaran berbasis HOTS terlihat
pada tujuan pembelajaran; materi pembelajaran; media pembelajaran; metode pembelajaran; evaluasi
pembelajaran, (2) Pelaksanaan pembelajaran HOTS terlihat dari tujuan pembelajaran memuat level
kognitif C4, C5, dan C6; materi pembelajaran disampaikan dengan permasalahan dan bersifat
universal; media pembelajaran memuat materi yang mendorong kemampuan berpikir siswa; metode
pembelajaran yang digunakan berupa cooperative learning dan terdapat kegiatan menganalisis,
mengevaluasi, dan membuat; evaluasi pembelajaran menggunakan soal yang terdapat stimulus dan
bersifat terbuka dengan ranah menganalisis, mengevaluasi atau membuat.

Kata Kunci: Pembelajaran, IPS, HOTS

ABSTRACT

This study aims to investigate: (1) the planning of Social Studies learning based on higher
order thinking skills (HOTS) at SMP Negeri 5 Yogyakarta, and (2) the implementation of HOTS-
based Social Studies learning in the school. HOTS-based learning can make students’ thinking skills
critical, creative, and capable of solving problems.

The study used a qualitative method. It was conducted from April to August 2018 at SMP
Negeri 5 Yogyakarta. The data collected were qualitative data consisting of primary data in the form
of the results of semi-structured interviews and nonparticipant observations and secondary data from
documentation. The researcher was the main instrument equipped with interview, observation and
documentation guidelines. The data trustworthiness was enhanced by technique triangulation.

The results of the study are as follows. (1) The planning of HOTS-based Social Studies
learning can be seen in the learning objectives, learning materials, learning media, learning methods,
and learning evaluation. (2) The implementation of HOTS-based Social Studies learning can be seen
from the learning objectives containing C4, C5, and C6 cognitive levels; the learning materials are
presented with problems and universal in nature; the learning media contain materials that encourage
1

92
students’ thinking skills; the learning methods used are cooperative learning and there are activities of
analyzing, evaluating, and creating; and the learning evaluation uses questions with stimuli which are
open in nature in the domains of analyzing, evaluating, and creating.

Keywords: Learning, Social Studies, HOTS

PENDAHULUAN pengembangan kemampuan dasar untuk


Pendidikan merupakan sebuah proses berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
yang berlangsung terus menerus sepanjang inkuiri, memecahkan masalah, dan
hidup manusia. Seiring dengan adanya keterampilan dalam kehidupan sosial serta
perkembangan globalisasi yang megharuskan mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
adanya perubahan yang menimbulkan bekerjasama dan berkompetisi dalam
kemajuan yang pesat sehingga menghadirkan masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
tantangan bagi dunia pendidikan untuk nasional, dan global (Fajar, 2005: 114). Hal ini
meningkatkan mutu lulusan agar dapat sejalan dengan pembelajaran abad XXI yang
bersaing di era kompetisi ini. dapat diaplikasikan melalui pembelajaran
Tuntutan dunia masa depan menuntut berbasis HOTS.
untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Berdasarkan hasil programme for
Abad XXI perkembangan teknologi juga international student assessment (PISA) 2015,
semakin pesat dalam segala segi kehidupan, skor literasi Indonesia adalah 397 dengan
termasuk dalam pembelajaran. Sekolah peringkat 62 dari 70 negara. Soal yang
dituntut untuk mampu menyiapkan siswa digunakan terdiri atas 6 level (level 1 terendah
dalam menghadapi abad XXI ini. Model dan level 6 tertinggi). Soal-soal yang diujikan
pembelajaran yang diharapkan dikembangkan merupakan soal kontekstual, permasalahannya
dalam abad XXI salah satunya adalah learning diambil dari dunia nyata dan siswa di
and innovation skills yang didalamnya memuat Indonesia hanya mampu menjawab pada level
communication skill, collaboration skill, 1 dan level 2 (Kertayasa, 2014: 1).
critical thinking and problem solving skill, Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
serta creativity and innovation skill. kemampuan siswa dalam menjawab soal yang
Peran pendidikan di sekolah yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis
terdapat dalam kurikulum berfokus untuk masih sangat rendah.
mengembangkan sumber daya manusia, seperti Kelemahan–kelemahan pembelajaran
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan IPS selama ini adalah kurang mengikut
ketrampilan. HOTS (Higher Order Thinking sertakan siswa dalam proses pembelajaran.
Skills) atau dapat disebut kemampuan berpikir Guru tidak mengembangkan berbagai
tingkat tinggi merupakan salah satu sumber pendekatan maupun metode dalam
daya manusia, yang dalam konteks ini adalah pembelajaran. Soemantri (2001: 39)
pengetahuan dan ketrampilan, sehingga perlu mengungkapkan bahwa diskusi dalam
dikembangkan. Oleh karena itu, salah satu pembelajaran IPS tidak ada hubungannya
indikator keberhasilan pengembangan sumber dengan prosedur berpikir ilmu sosial,
daya manusia dalam bidang pendidikan yaitu penyusunan satuan pelajaran hingga kontruksi
dapat mencetak siswa yang memiliki tes belum adanya tingkatan level berpikir
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), tinggi dari RPP ataupun proses pembelajaran
karena pada era abad XXI ini kemampuan dalam kelas, dan tingkat pengetahuan sebagian
berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan besar peserta didik berada dalam kelompok
kolaborasi sangat dibutuhkan. peringkat satu (fakta) dan peringkat dua
Dalam pembelajaran IPS, HOTS (konsep), sedang generalisasi sebagai
merupakan salah satu prioritas untuk peringkat tiga hampir tidak digunakan.
dikembangkan. Pendidikan IPS memegang Berdasarkan tingkatan proses, berpikir
peranan penting dalam mewujudkan tujuan dibagi menjadi 2 tingkat yaitu berpikir tingkat
nasional. Rumusan tujuan pendidikan IPS rendah (lower-order thinking) dan berpikir
dalam tingkatan SMP mengisyaratkan bahwa tingkat tinggi (higher-order thinking). Tiga
proses pembelajaran pendidikan IPS, tidak aspek pertama yaitu mengingat (remembering),
hanya berorientasi pada pengembangan memahami (understanding), dan menerapkan
pendidikan ilmu pengetahuan sosial, tetapi (applying) merupakan kemampuan berpikir

93
tingkat rendah (LOT). Tiga aspek berikutnya ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat,
yaitu menganalisis (analyzing), mengevaluasi ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi
(evaluating), dan mengkreasi (creating) serta konten yang sesuai dengan humaniora,
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika dan IPA. IPS disebut sebagai mata
(HOT) (Anderson & Krathwohl, 2010: 100). pelajaran yang mengarahkan siswa dalam
Revisi taksonomi yang dilakukan oleh memecahkan masalah sosial karena objek
Krathwohl dan Anderson mendeskripsikan kajian IPS adalah fenomena yang ada di
perbedaan antara dimensi proses kognitif masyarakat, di mana masyarakat tidak akan
dengan dimensi pengetahuan (pengetahuan pemah lepas dari berbagai masalah (Rivai &
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan Wulandari, 2018: 3). Tujuan utama IPS adalah
prosedural, dan pengetahuan metakognitif) untuk membantu siswa mengembangkan
(Sani,2016:104). Murray (2011: 3) kemampuan dalam membuat keputusan dan
mengemukakan bahwa HOTS merupakan memberi alasan untuk kepentingan masyarakat
kemampuan berpikir tinggiyang berupa sebagai warga negara yang baik, dari beragam
berpikir kritis, berpikir kreatif dan pemecahan budaya, demokrasi sosial di dunia yang saling
masalah. HOTS sangat penting diterapkan tergantung.
dalam pembelajaran IPS karena dapat Kegiatan pembelajaran khususnya
menyelesaikan suatu permasalahan yang sulit pada mata pelajaran IPS masih kurang dalam
dalam kondisi sosial yang kompleks dengan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. HOTS sehingga kendala tersebut perlu diatasi,
Kurikulum 2013 menghendaki adanya salah satu caranya dengan melibatkan siswa
proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
secara aktif dan diharapkan siswa dapat Kemampuan HOTS dalam mata pelajaran IPS
menemukan dan membangun konsepnya perlu dikembangkan sejak dini karena
sendiri atas suatu materi (Permendikbud diharapkan dapat menjadi bekal siswa dalam
Nomor 22 tentang standar proses, 2016). menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
Sugihartono dkk (2013: 81) mengemukakan Berdasarkan uraian di atas, penelitian
bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha ini berusaha memberikan kontribusi dalam
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik pendidikan khususnya pada proses
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, pembelajaran IPS dengan melakukan studi
mengorganisasi, dan mencipta sistem mengenai keterlaksanaan pembelajaran IPS
lingkungan dengan berbagai metode sehingga yang ditinjau dari perencanaan pembelajaran
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara IPS berbasis HOTS yang disusun oleh guru
efektif dan efisien serta dengan hasil yang IPS di SMP Negeri 5 Yogyakarta dan
optimal. Di dalam proses pembelajaran banyak pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis HOTS
melibatkan peran aktif antara guru dengan yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Negeri 5
siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang Yogyakarta untuk dijadikan pijakan
disampaikan oleh guru melalui materi, metode, pengembangan sistem pembelajaran IPS
media dan evaluasi pembelajaran (Sudrajat, berbasis Higher Order Thinking dimasa
2014: 10). mendatang.
Mata pelajaran IPS merupakan
sebuah nama mata pelajaran integrasi dari METODE PENELITIAN
mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Desain Penelitian
Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial Metode penelitian yang digunakan
lainnya (Sapriya, 2011: 7). National Council adalah menggunakan metode kualitatif.
Bogdan & Taylor (Moleong, 2007: 4)
for the Social Studies (NCSS) dalam Supardi
menyebutkan bahwa penelitian kualitatif
(2011: 182) menyebutkan bahwa Ilmu
merupakan penelitian yang menghasilkan data
Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora
dari orang-orang dan perilaku yang dapat
yang digunakan untuk mengembangkan
diamati. Pada penelitian deskriptif, peneliti
sebagai warga negara yang baik. Dalam
berusaha menggambarkan kegiatan penelitian
program sekolah, IPS memberikan koordinasi
yang dilakukan secara jelas dan sistematis
studi yang sistematis menggambarkan pada
(Sukardi, 2014: 14).
disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi,

94
Lokasi dan Waktu Penelitian penelitianini,
Penelitianinidilaksanakan di SMP penelitimenggunakanalatbantuberupapedoman
Negeri 5Yogyakarta yang berlokasi di wawancara, panduanobservasidan
JalanWardhaniNomor 1, Kotabaru, Kota dokumentasi.
Yogyakarta,Daerah Istimewa Keabsahan Data
Yogyakarta.Waktupelaksanaanpenelitianinidar Pengujian kredibilitas data dalam
i April -Agustus 2018. penelitian ini dilakukan dengan teknik
Subjek Penelitian triangulasi. Triangulasi data yang akan
Subjek penelitian ini adalah: Guru digunakan dalam penelitian ini adalah
Mata Pelajaran IPS, dan siswa SMP Negeri 5 triangulasi teknik.
Yogyakarta sebanyak 15 siswa. Teknik Analisis Data
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini akan menggunakan teknik
1. Wawancara analisis data dari Milles dan Hubberman
Wawancara dilakukan untuk menggali (Sugiyono, 2015: 246) yaitu aktivitas dalam
informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan analisis data kualitatif dilakukan secara
dan evaluasi pembelajaran IPS berbasis interaktif dan berlangsung secara terus-
HOTS. Wawancara dilakukan terhadap menerus sampai tuntas hingga mencapai titik
informan yaitu, Guru Mata Pelajaran IPS dan jenuh data. Model analisis data tersebut yaitu
Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian pengumpulan data, reduksi data, penyajian
ini menggunakan teknik wawancara data, dan kesimpulan/verifikasi.
semiterstruktur. Wawancara teknik
semiterstruktur yaitu wawancara yang HASIL PENELITIAN DAN
bertujuan untuk menemukan permasalahan PEMBAHASAN
secara lebih terbuka, dimana pihak yang 1. Perencanaan Pembelajaran IPS berbasis
diajak wawancara diminta pendapat dan ide- HOTS
idenya (Sugiyono, 2015: 233). Perencanaan pembelajaran IPS berbasis
2. Observasi HOTS dilihat dari RPP yang dibuat oleh guru.
Jenis observasi yang digunakan dalam Berdasarkan data hasil penelitian kriteria
penelitian ini adalah observasi nonpartisipan. tersebut terlihat dari tujuan pembelajaran,
Sugiyono (2015: 145) menyebutkan bahwa pemilihan materi, pemilihan metode, pemilihan
observasi nonpartisipan adalah peneliti tidak media, dan pemilihan evaluasi pembelajaran
terlibat dan hanya sebagai pengamat Tujuan pembelajaran dilihat pada RPP
independen. Jadi dalam hal ini peneliti datang yang ada di SMP Negeri 5 Yogyakarta sudah
di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi mencerminkan HOTS, karena dalam tujuan
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.Hal pembelajaran sudah mencakup level C4, C5
yang paling penting untuk dilakukan observasi dan C6 walaupun belum semua tujuan
yaitu kegiatan pembelajaran dalam kelas untuk pembelajaran termasuk level berpikir tingkat
mengetahui implementasi dari RPP yang tinggi. Beberapa tujuan pembelajaran yang
dibuat. menunjukkan level berpikir tingkat tinggi yaitu
3. Dokumentasi "menghubungkan konsep ruang dan interaksi
Penelitian ini menggunakan teknik antarruang", "menganalisis dampak implikasi
dokumentasi untuk mendukung dan letak Indonesia terhadap kondisi sosial budaya,
memperkuat data yang diperoleh dari ekonomi dan geologis", "membuat laporan
wawancara dan observasi. Dokumen bisa diskusi terkait ruang dan interaksi antarruang",
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya “membedakan kondisi fisik negara-negara di
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2015: kawasan Asia Tenggara”, “membedakan dan
240). Data yang dibutuhkan dalam penelitian menganalisis kondisi sosial negara-negara di
ini berupa RPP Mata Pelajaran IPS. kawasan Asia Tenggara”, “menganalisis
Instrumen Penelitian kondisi perkembangan negara Singapura,
Instrumendalampenelitianiniadalahpen Malaysia, Filipina, Thailand, Brunei
elitisendiri.Sugiyono (2015: 222) Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
menyebutkanbahwadalampenelitiankualitatif, Vietnam”, dan “membuat laporan terkait
yang menjadi instrument upaya yang dilakukan oleh Indonesia untuk
ataualatpenelitianadalahpenelitiitusendiri.Pada memnfaatkan lokasi yang strategis”.

95
Pemilihan materi pembelajaran IPS di Kriteria yang perlu diperhatikan dalam
SMP Negeri 5 Yogyakarta disesuaikan dengan pemilihan media pembelajaran antara lain: (1)
kurikulum dan tujuan pembelajaran yang telah ketepatannya dengan tujuan pengajaran,
dibuat pada RPP. Materi diambil dari buku artinya media pengajaran dipilih atas dasar
paket IPS dan sumber belajar lainnya yang tujuan-tujuan instruksional yang telah
relevan untuk lebih menunjang materi yang ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi bahan
akan disampaikan, yaitu berupa internet pengajaran, artinya bahan pelajaran yang
ataupun lingkungan sekolah/tempat tinggal sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi
siswa. Sebelum materi disampaikan kepada sangat memerlukan bantuan media agar lebih
siswa, guru menganalisis terlebih dahulu mudah dipahami siswa, (3) keterampilan guru
apakah materi tersebut dapat menimbulkan menggunakannya, artinya secanggih apapun
permasalahan, jika dalam materi bisa sebuah media apabila tidak tahu cara
disampaikan dengan sebuah permasalahan menggunakanya maka media tersebut tidak
guru akan memerintahkan siswa untuk mencari memiliki arti apa-apa, (4) tersedia waktu untuk
sebuah solusi. menggunakannya, sehingga media tersebut
Pemilihan metode pembelajaran di SMP dapat bermanfaat bagi siwa selama pengajaran
Negeri 5 Yogyakarta disesuaikan dengan berlangsung, (5) memilih media pembelajaran
tujuan dan karakteristik siswa. Metode yang harus sesuai dengan taraf berfikir siswa,
digunakan dalam pembelajaran yaitu berupa sehingga makna yang terkandung di dalamnya
cooperative learning (problem based learning, dapat dipahami oleh para siswa (Sudjana &
discovery learning&project based learning dan Rivai, 2010: 5).
diskusi). Cooperative learning akan Perencanaan evaluasi pembelajaran di
mendorong siswa untuk lebih aktif SMP Negeri 5 Yogyakarta dilakukan dengan
menganalisis dan juga cooperative laerning berbagai cara, yaitu tes tulis, penugasan,
berangkat dari suatu permasalahan yang dapat diskusi, presentasi dan tes lisan. Evaluasi
digunakan guru untuk mendorong kemampuan pembelajaran aspek kognitif yang berupa
berpikir tingkat tinggi siswa.Menurut Sanjaya ulangan harian atau ulangan semester
(2009: 214) pembelajaran berbasis masalah menggunakan bentuk tes tertulis. Bentuk tes
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar tertulis bisa berupa pilihan ganda dan uraian.
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal Soal pilihan ganda dan uraian sendiri memiliki
materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif kriteria yang sudah ditentukan oleh pihak
berpikir, berkomunikasi, mencari dan sekolah. Kriteria yang ditetapkan oleh pihak
mengolah data dan pada akhirnya SMP Negeri 5 Yogyakarta yaitu seperti dalam
menyimpulkan. pembuatan soal pilihan ganda maupun uraian
Pemilihan media pembelajaran diawali terdapat wacana, isu permasalahan, ataupun
dengan melihat materi yang akan diberikan itu penyajian fakta seperti tabel, data dan
seperti apa, setelah itu ditentukan media yang sebagainya (stimulus) dalam soal sehingga
akan digunakan. kemudian menentukan media siswa diajak untuk lebih menganalisis terhadap
cari referensi terkait media tersebut, Setelah soal tersebut. Kemudian untuk soal uraian bisa
menganalisis materi, media pembelajaran menggunakan jawaban dari diri siswa sehingga
disesuikan dengan metode pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir siswa dalam
akan digunakan. SMP Negeri 5 Yogyakarta menyelesaikan masalah.
dalam pemilihan media memperhatikan aspek-
aspek pengembangan kemampuan berpikir 2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS berbasis
siswa ke arah HOTS, karena guru memikirkan HOTS
media pembelajaran agar sesuai dengan taraf Pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis
berpikir siswa, tidak hanya asal dalam memilih HOTS dilihat dari penyampaian materi
media pembelajaran yang akan pembelajaran menyajikan permasalahan,
digunakan.Pembelajaran yang didukung media penggunaan metode pembelajaran yang
yang menarikdapat meningkatkan ketertarikan cooperative learning, penggunaan media
siswa dan dapat memperlancarketercapaian pembelajaran yang melibatkan siswa dan
tujuan pembelajaran IPS di SMP(Supardi, disesuikan dengan kemampuan berpikir siswa,
Widiastuti & Saliman, 2015: 4). pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang
menunjukkan soal HOTS.

96
a. Penyampaian Materi Pembelajaran penting dalam membangun konsentrasi atau
Penyampaian materi pembelajaran IPS di perhatian siswa dalam belajar (Suparmini,
SMP Negeri 5 Yogyakarta guru tidak Sudrajat & Wibowo, 2015: 123). Sanjaya
memberikan materi secara langsung kepada (2009: 214) pembelajaran berbasis masalah
siswa, tetapi siswa dibuat untuk membangun tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
konsepnya sendiri, untuk mencari tahu terlebih mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
dahulu mengenai materi tersebut dengan cara materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif
diskusi. Penyampaian materi yang dilakukan di berpikir, berkomunikasi, mencari dan
SMP Negeri 5 Yogyakarta mengembangkan mengolah data dan pada akhirnya
kemampuan berpikir siswa karena disampaikan menyimpulkan. Model pembelajaran yang
dengan permasalahan dan siswa dituntut untuk lebih tepat untuk mengantarkan peserta didik
menganalisis permasalahan tersebut. mencapai tuntutan KD pada level berfikir
Materi yang dikembangkan tidak hanya tingkat tinggi antara lain dengan menggunakan
berupa materi teoritis dan hafalan saja. model cooperative learning.
Menurut Sanjaya (2009: 216) bahwa muatan c. Penggunaan Media Pembelajaran
bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa Penggunaan media pembelajaran IPS di
mengandung isu konflik yang di dapat dari SMP Negeri 5 Yogyakarta bervariasi yaitu
berita, rekaman, video, dan sumber lainnya, berupa power point, gambar, video, lembar
bahan pelajaran yang telah dipilih merupakan kerja siswa, dan peta. Media yang digunakan
materi yang mudah dipahami oleh siswa, guru IPS di SMP Neri 5 Yogyakarta telah
sehingga memudahkan siswa dalam mengikuti memuat materi pembelajaran yang sesuai
pembelajaran, bahan materi yang dipilih dengan tujuan pembelajaran dan mendukung
merupakan materi yang bersifat umum kemampuan berpikir siswa, contohnya video-
(universal) dan menyangkut kepentingan orang video yang ditayangkan kepada siswa
banyak sehingga materi yang didapat oleh merupakan keadaan/ fenomena yang terjadi
siswa dapat terasa manfaatnya, bahan saat ini, hal tersebut dapat mengembangkan
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
tujuan atau kompetensi dasar yang harus melahirkan pertanyaan analisis seputar materi
dicapai oleh siswa sesuai dengan ketentuan tersebut.
kurikulum, kemudian bahan yang dipilih sesuai . Media yang guru gunakan juga
dengan keinginan atau minat siswa sehingga melibatkan siswa secara langsung, seperti
siswa merasa perlu untuk mempelajari materi lembar kerja siswa. Lembar kerja yang
tersebut. diberikan siswa memuat gambar-gambar yang
b. Penggunaan Metode Pembelajaran mengasah kemampuan berpikir siswa untuk
Penggunaan metode pembelajaran IPS di menganalisis dan membentuk konsep terkait
SMP Negeri 5 Yogyakarta yaitu cooperative materi ruang dan interaksi antarruang.
learning, yang penggunaannya bervariasi yaitu Penggunaan media yang digunakan juga
discovery learning&project basedlearning efektif waktu, alokasi 2 jam pelajaran cukup
untuk penugasan,problem based learning dan untuk menggunakan media tersebut. Menurut
diskusi. Pembelajaran di kelas VII Sudjana dan Rivai (2010:5) media
menggunakan metode discovery learning dan pembelajaran yang digunakan dalam
project based learning untuk penugasannya. pembelajaran berbasis HOTS didalamnya
Pembelajaran di kelas VIII menggunakan harus memuat materi pembelajaran yang
metode problem based learning, dan di kelas mendorong siswa untuk mengembangkan
IX menggunakan metode diskusi. Dalam kemampuan berpikirnya, contohnya dimuat
ketiga metode yang digunakan terdapat materi yang mengandung issue atau
kegiatan menganalisis, mengevaluasi dan permasalahan. Media yang digunakan juga
membuat. harus mudah diperoleh dan praktis digunakan,
Siswa dilatih untuk aktif tidak hanya baik untuk guru maupun siswa agar siswa bisa
menerima pengetahuan dari guru saja tetapi terlibat langsung dengan media tersebut.
siswa dilatih untuk dapat membangun Kemudian media tersebut jika digunakan
konsepnya sendiri bukan hanya menghafalkan memiliki waktu yang cukup, sehingga dapat
serangkaian informasi atau fakta ataupun bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran
teori.Metode pembelajaran mempunyai peran berlangsung.

97
d. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran yang menjadikan siswa aktif dalam
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran IPS di pembelajaran dan mengembangkan
SMP Negeri 5 Yogyakarta dengan metode tes kemampuan berpikir siswa. Pemilihan media
tertulis berupa soal pilihan ganda dan uraian. pembelajaran disesuaikan dengan materi yang
SMP Negeri 5 Yogyakarta memiliki kriteris akan disampaikan, siswa dapat terlibat
soal yang telah ditentukan oleh tim seleksi langsung dengan media tersebut. Evaluasi
soal. Kriteria tersebut yaitu pada soal pilihan pembelajaran berdasarkan HOTS
ganda menggunakan stimulus yang berupa menggunakan teknik tes tertulis, berupa pilihan
wacana, fakta, informasi dalam bentuk tabel, ganda dan uraian. Pada soal pilihan ganda
gambar dan lainnya sehingga soal tersebut terdapat stimulus, dan soal uraian terdapat
dapat mengasah kemampuan menganalisis dan pertanyaan dengan jawaban terbuka yang
menalar siswa. Pada soal uraian, tidak hanya sifatnya menganalisis, mengevalusi atau
mencakup soal yang jawabannya bersifat mengkreasi.
hafalan materi tetapi terdapat soal yang
jawabannya merupakan pemikiran sudut 2. Pelaksanaan pembelajaran IPS berdasarkan
pandang siswa sendiri sehingga siswa dapat HOTS
membangun konsep dari pengetahuan tersebut. Pelaksanaan pembelajaran IPS berdasarkan
Penilaian pada level HOTS adalah HOTS di SMP Negeri 5 Yogyakarta adalah
penilaian yang menuntut kemampuan menalar, pertamamateri yang disampaikan
berfikir logis dan kreatif, serta kemampuan mengembangkan kemampuan berpikir siswa
menginterpretasi, mencari hubungan antar dengan menggunakan permasalahan dan
konsep, dan kemampuan mentransfer konsep bersifat universal mudah di pahami siswa,
satu ke konsep lain.Menurut Saputra (2015: penggambaran materi mengambil yang dekat
09) dalam penulisan soal HOTS setiap butir dengan siswa. Contoh-contoh untuk
soal secara umum diberi dasar pertanyaan mendukung materi yang disampaikan bersifat
(stimulus). Dasar pertanyaan (stimulus) faktual, dikaitkan dengan keadaan yang ada
bentuknya bisa berupa seperti peta, bacaan, saat ini. Kedua, metode pembelajaran yang
paragraf, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, digunakan yaitu cooperative learning dengan
tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film penggunaan yang bervariasi yaitudiscovery
atau suara yang direkam. Dasar pertanyaan leraning,project based learning, problem
tersebut berfungsi sebagai pengantar untuk based learning dan diskusi yang melatih
mempermudah memahami pokok soal (stem kemampuan berpikir siswa karena di dalam
soal) yang menuntut pemikiran tingkat tinggi. kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan
menganalisis, mengevaluasi, dan
SIMPULAN DAN SARAN mengkreasi/membuat.
Simpulan Ketiga, media pembelajaran yang
Berdasarkan hasil penelitian dan digunakan berisi materi yang dapat
pembahasan, maka kesimpulan penelitian mengembangkan kemampuan berpikir dan
sebagai berikut: siswa terlibat langsung dengan media tersebut.
1. Perencanaan pembelajaran IPS Kelima, evaluasi pembelajaran berdasarkan
berdasarkan HOTS HOTS merupakan penilaian kognitif berupa tes
Perencanaan pembelajaran IPS tertulis, berbentuk pilihan ganda dan uraian.
berdasarkan HOTS dapat dilihat dari Soal yang berdasarkan HOTS terdapat
penyusunan tujuan pembelajaran, pemilihan stimulus berupa fakta, informasi ataupun data
materi, pemilihan metode pembelajaran, dan soal berupa pertanyaan bersifat terbuka
pemilihan media pembelajaran, dan pemilihan yang sifatnya menganalisis, mengevalusi, atau
evaluasi pembelajaran yang tertulis dalam mengkreasi/membuat.
RPP. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan
memuat kemampuan berpikir tingkat tinggi Saran
yaitu pada level C4, C5 dan C6. Materi yang Berdasarkan hasil penelitian dan
dipilih disesuikan dengan tujuan pembelajaran, simpulan,maka diberikan beberapa saran,
menyajikan materi dengan isu permasalahan, sebagai berikut:
dan materi bersifat universal (dekat dengan 1. Bagi Pemerintah
siswa). Metode yang digunakan bervariasi

98
Pemerintah sebaiknya lebih menggiatkan Konsep IPS Ditinjau dari Berpikir
sosialisasi mengenai pembelajaran berbasis Kritis Siswa. Harmoni Sosial: Jurnal
HOTS di sekolah-sekolah, serta meningkatkan Pendidikan IPS Volume 5, No 1,
berbagai macam program pelatihan dan March 2018 diambil
pembinaan yang dapat meningkatkan kualitas https://journal.uny.ac.id/index.php/hsj
guru dalam melaksankan pembelajaran yang pi/article/view/11181/11407
berbasis HOTS.
2. Bagi Sekolah Sani, R.A. (2014). Inovasi Pembelajaran.
Pembelajaran HOTS sudah berjalan baik, Jakarta: Bumi Aksara
akan tetapi sebaiknya sekolah lebih
meningkatkan pemantauan terhadap Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di Berorientasi Standar Proses
kelas. Pendidikan. Jakarta: Kencana.
3. Bagi Guru IPS Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan
Sebaiknya guru lebih meningkatkan lagi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
mengenai rangsangan kepada siswa agar lebih Rosdakarya
membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap
materi, sehinga siswa akan lebih meningkatkan Saputra, A. (2015). Pengembangan Butir Soal
eksplorasi terhadap materi pembelajaran. HOTS (Higher Order of Thinking
Skill). Diambil dari
DAFTAR PUSTAKA http://www.oasepembelajaran.com/20
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010). 15/09/pengembangan-butir-soal-hots-
Kerangka Landasan Untuk higher.html
Pembelajaran, Pengajaran, dan
Asesmen Revisi Taksonomi Soemantri, M.N. (2001). Menggagas
Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pembaharuan Pendidikan IPS.
Pustaka Pelajar Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fajar, A. (2005). Portofolio Dalam Pelajaran Sudjana, N. & Rivai, A. (2010). Media
IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensido.
Kemendikbud. (2016). PeraturanMenteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Sudrajat. (2014). Pendidikan Multikultural
22Tahun 2016 tentang Standar Untuk Meningkatkan Kualitas
Proses Pendidikan Dasar dan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Menengah JIPSINDO No. 1, Volume 1, Maret
2014 diambil dari
Kertayasa, I. Ketut. (2014). Indonesia PISA https://journal.uny.ac.id/index.php/jip
Center. Diambil pada tanggal 20 sindo/article/view/2874/2399
Januari 2018 dari
http://www.indonesiapisacenter.com/ Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi
2014/03/tentang-website.html Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Sugiyono. (2015). Metode Penelitian


Kualitatif. Bandung: PT Remaja Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Rosdakarya Bandung: Alfabeta.

Murray, E. C. (2011). Implementing Higher Sukardi. (2014). Metodologi Penelitian


Order Thinking in Middle School Pendidikan: Kompetensi dan
Mathematics Classrooms. Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Dissertation. Georgia: Graduate
Faculty of The University of Georgia. Supardi, Widiastuti, A. & Saliman. (2015).
Pengembangan Media Pembelajaran
Rivai, I. N. A. & Wulandari, T. (2018). IPS Terpadu Berbasis Audiovisual.
Perbedaan Metode Debat dan JIPSINDO No. 1, Volume 2, Maret
Ceramah Terhadap Penguasaan 2015. Diambil dari

99
https://journal.uny.ac.id/index.php/jip
sindo/article/view/4521/389

Supardi. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosial.


Yogyakarta: Ombak

Suparmini, Sudrajat, & Wibowo, S. (2015).


Strategi Cooperative Learning
Sebagai Peningkatan Kualitas
Pembelajaran IPS di SMP. JIPSINDO
No. 2, Volume 2, September 2015
(Online). Diambil dari
https://journal.uny.ac.id/index.php/jip
sindo/article/view/7778

100
101
102

Anda mungkin juga menyukai