Anda di halaman 1dari 2

Identitas Artikel: Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Sastra Anak

1. Jawaban

Sastra anak adalah setiap karya sastra yang ditujukan untuk anak-anak yang pokok bahasannya tidak
harus berkaitan dengan anak atau peristiwa yang melibatkan anak (Supriyadi & Riyadi, 2018). Sastra
anak-anak dapat mencakup deskripsi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, isinya harus
berangkat dari sudut pandang anak dalam memandang dan memperlakukan sesuatu dan berada dalam
jangkauan pemahaman emosional dan kapasitas mental anak.

Pembelajaran sastra pada anak-anak berpengaruh positif terhadap tumbuhnya rasa, kreativitas, dan
inisiatif. Karena fungsi utama pembelajaran sastra sebagai penjernihan akal budi, yang dapat
meningkatkan kemanusiaan dan kesadaran sosial, menumbuhkan apresiasi budaya, serta
mempermudah penyaluran gagasan, imajinasi, dan ekspresi kreatif.

Sastra anak dan perkembangan karakter saling terkait karena penguasaan sastra berkaitan dengan sikap
dan perilaku manusia, serta apa yang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, serta benar dan salah.
Pembelajaran sastra di sekolah berupaya untuk meningkatkan pemahaman, perilaku, dan kemampuan
siswa dalam rangka mengembangkan siswa yang berilmu dan berintegritas.

2. Jawaban
Anak usia dini adalah masa dimana anak untuk berkembang, pada usia ini anak akan membentuk
pondasi karakter dirinya. Dalam hal ini orang tua berperan banyak untuk membentuk karakter anak,
juga saat ini faktor lingkungan serta media smartphone akan berpengaruh cukup besar dalam
perkembengan karakter karena anak sekarang lebih suka melihat media sosial dan meniru apapun yang
dilihatnya. Hal ini guru juga harus bias membimbing dan mengarahkan para siswanya untuk untuk
memilih mana hal yang patut dicontoh dan mana yang bias ditinggalkan.
Pendidikan sastra memegang peranan penting dan esensial dalam pembentukan kepribadian anak.
Sastra ini harus dimanfaatkan dalam bidang pendidikan untuk membentuk dan mengembangkan
kepribadian anak. Sastra anak mendidik anak melalui cerita, nasehat, sindiran, larangan, dan sarana
lainnya, sehingga berfungsi sebagai sarana pendidikan. Pada hakekatnya, sastra anak dipandang sebagai
investasi masa depan umat manusia, investasi peradaban.
3. Jawaban
Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, Indonesia menghadapi berbagai persoalan sosiologis
yang multidimensi dan pelik terkait dengan konsumsi sastra anak. Sastra anak didalamnya akan
mempelajari konteks pendidikan karakter, globalisasi menghadirkan kendala yang berat, khususnya bagi
sastra anak. Pendidikan karakter merupakan sifat mulia yang ditanamkan pada anak usia dini, seperti
rasa tanggung jawab, disiplin, mandiri, amanah, hormat dan sopan santun, percaya diri, kreatif, pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, kebaikan dan kerendahan hati, toleransi dan cinta kasih
perdamaian. Hal pertama yang harus diajarkan kepada siswa adalah pengetahuan moral yang lebih
banyak pada ranah kognitif. Domain ini terdiri dari kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai
moral, penentuan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan pribadi. Pada
langkah pembelajaran selanjutnya, sentimen moral dikembangkan. Aspek yang berkaitan dengan
perasaan moral meliputi hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal-hal yang baik, kemampuan untuk
melatih pengendalian diri, dan kerendahan hati.
Identitas Artikel: Implementasi Higher Order Thinking Skils Dalam Pembelajran Bahasa Indonesia Di
Madrasah Ibtidaiyah
1. Jawaban
Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order
Thinking Skills (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya Kemendikbud dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. keterampilan berpikir
tingkat tinggi menurut Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi,
membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan
melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.
HOTS perlu diterapkan dalam proses pembelajaran dan asesmen pembelajaran. Guru tidak hanya
dituntut mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan
tingkat tinggi, tetapi juga harus mampu melaksankan penilaian asesmen berbasis HOTS. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan proses berpikir tingkat tinggi yang lebih efektif.
Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi sebagai berikut. (1) menentukan secara tepat dan
jelas apa yang akan dinilai, (2) merencanakan tugas atau butir soal yang menuntutsiswa untuk
menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki, dan (3) menentukan langkah apa
yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah
ditunnjukkan dalam proses (Kemendikbud, 2019:9).
2. Jawaban
Berdasarkan hasil studi internasional Programme for International Student Asessment (PISA)
menunjukkan prestasi literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains yang dicapai peserta didik
Indonesia sangat rendah dalam memahami informasi yang kompleks, teori, analisis, dan pemecahan
masalah, pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah, serta melakukan investigasi.
Pembelajaran HOTS merupakan pembelajaran yang dirancang untuk menyiapkan generasi abad 21.
Genarasi pada abad- 21 harus dipersiapkan untuk memiliki kompetensi dan keterampilan yang meliputi:
kompetensi critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), creativity
(kreativitas), Communication Skilss (kemampuan berkomunikasi), Ability to Work Collaboratively
(kemampuan untuk bekerja sama). Dalam penerapan pembelajaran HOTS guru diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun
kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah.
3. Jawaban
Dalam implementasi pembelajaran HOTS ini dalam pelaksanaannya ada 3 yakni menelaah informasi
secara kritis, menciptakan daya kreatif siswa, dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Pada proses pembelajaran HOTS ini guru melakukan apersepsi untuk merangsang siswa dalam
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat siswa dan membuat siswa merasa tertarik dalam
merespon apersepsi yanmg diberikan. Apersepsi yang diberikan guru disini yakni berupa gambar, video,
maupun contoh kasus yang kemudian akan ditanggapi atau dikritisi oleh siswa mengenai isi dan bentuk
dari apa yang ditampilkan. Selanjutnya siswa disajikannya sebuah masalah yang harus diselesaikan
dengan melalui pengamatan atau penelitiannya sendiri dan mencari sendiri jawabannya, dari sini guru
bisa melihat apakah laporan penelitiannya sudah sesuai dengan format laporan atau tidak. Terakhir
yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah bias dengan melalui diskusi, jadi
guru mengangkat sebuah permasalahan kemudian di diskusikan bersama, selanjutnya siswa di tuntut
untuk mencari sendiri apa akar dari permasalahan tersebut atau apa solusi dari permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai