Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Papeda: Vol 2, No 2, Juli 2020

ISSN 2715 - 5110

Penerapan Model Pembelajaran STM untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu
Siswa Kelas IV SD Negeri Pesanggrahan 02

Cholis Makhvudah1 , Karma Iswasta Eka2 & Dhi Bramasta3

Program Studi PGSD, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Indonesia



E-mail: cholis.makhvu28@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu siswa
melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada tema 8 Daerah Tempat
Tinggalku di kelas IV SD Negeri Pesanggrahan 02. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas model Kemmis dan MC Taggart yang dilaksanakan dalam satu siklus. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2019/2020 pada bulan Maret. Subjek yang digunakan
siswa kelas IV SD Negeri Pesanggrahan 02 yang berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-
laki dan 5 siswa perempuan. Alat pengumpulan data menggunakan lembar evaluasi keterampilan
berpikir kreatif, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
rasa ingin tahu dan lembar angket sikap rasa ingin tahu siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya
keterampilan berpikir kreatif pada siswa dari lembar tes keterampilan berpikir kreatif pada siklus I
yaitu 69,32% dengan kriteria baik. Hasil lembar evaluasi sikap rasa ingin tahu siswa dari nilai rata-rata
siswa pada siklus I yaitu 59,66% dengan kriteria cukup baik. Kesimpulan bahwa melalui model
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM ) menunjukan adanya peningkatan keterampilan
berpikir kreatif dan rasa ingin tahu siswa pada tema 8 Daerah Tempat Tinggalku di kelas IV SD
Negeri Pesanggrahan 02.

Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Kreatif; Rasa Ingin Tahu; Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM).

Abstract

This study aims to improve creative thinking skills and students curiosity through the Science,
Technology, and Society (STS) learning models on the theme 8 Daerah Tempat Tinggalku in class IV
SD Negeri Pesanggrahan 02. This type of research is classroom action research Kemmis and MC
Taggart models conducted in one cycle. This research was conducted in the second semester of the
2019/2020 school year in March. The subjects in this study were students in class IV SD Negeri
Pesanggrahan 02, totaling 22 students consisting of 17 male students and 5 female students. Data
collection tools in this study used an evaluation sheet of creative thinking skills, a teacher activity
observation sheet, a student activity observation sheet, a curiosity observation sheet, and a student
curious attitude questionnaire sheet. The results showed the existence of creative thinking skills in
students from the creative thinking skills test sheet in the first cycle that is 69.32% with good criteria.
The results of the evaluation sheet of students curiosity attitudes from the average value of students in
the first cycle were 59.66% with quite good criteria. The conclusion that through of the Science,
Technology, and Society (STS) learning model there is an increase in students' creative thinking skills
and curiosity on the theme 8 Daerah Tempat Tinggalku in grade IV of SD Negeri Pesanggrahan 02.

Keywords: Creative Thinking Skills; Curiosity; Science Learning Model, Technology, and Society
(STS).

113
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

PENDAHULUAN maka pada abad ke-21 ini diperlukan


Pendidikan merupakan proses interaksi ketrampilan lain agar dapat hidup fungsional
antara guru dan siswa yang mendorong dan bermakna. Kecakapan abad-21 menurut
terjadinya proses pembelajaran. Guru Greenstein (Maskanah dan Wicaksono, 2019:
bertugas membuat sumber daya manusia 467) mencakup kemampuan berpikir tingkat
menjadi cakap dan berkualitas. Pendidikan tinggi (high order thinking skills), komunikasi
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan kolaborasi. Salah satu kompoen dari High
2001 tentang Sistem Pendidikan Nasional Order Thinking Skills yaitu kemampuan
Bab 1 Pasal 1, merupakan usaha sadar dan berpikir kreatif. Menyikapi tantangan
terencana untuk mewujudkan suasana pendidikan diabad-21, siswa dituntut mampu
belajar dan proses pembelajaran agar menyelesaikan masalah dalam kehidupan
peserta didik secara aktif mengembangkan sehari-hari melalui sains atau ilmu
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengetahuan yang diperolehnya, untuk itulah
spiritual keagamaan, pengendalian diri, paradigma pembelajaran di kelas perlu diubah
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dari teacher centered ke arah student centered
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, (berpusat pada siswa) yaitu dengan
masyarakat, bangsa dan negara. diterapkannya kurikulum 2013 di Indonesia.
Proses belajar mengajar merupakan Keterampilan berpikir kreatif menurut
bagian penting dalam lembaga formal, Nurlaela dan Ismayanti (2015: 6) merupakan
karena keberhasilan proses belajar mengajar suatu kegiatan mental yang digunakan seorang
ditentukan oleh proses belajar mengajar untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
berlangsung. Proses belajar yang menarik Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-
juga akan menjadikan siswa lebih aktif, hubungan yang sudah mapan, dan
interaktif, dan komunikatif. Pendidikan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri.
diharapkan mampu membentuk karakter Berpikir kreatif menurut Munandar (Arini dan
yang menjadikan manusia lebih baik Asmila, 2017: 26) yang sering disebut juga
melalui proses pembelajaran. Maju berpikir divergen ialah memberikan macam-
mundurnya suatu bangsa menurut Sunito macam kemungkinan jawaban berdasarkan
(Maskanah dan Wicaksono, 2019: 467) informasi yang diberikan dengan penekanan
ditentukan oleh kreativitas pendidikan pada keragaman jumlah dan kesesuain.
bangsa itu sendiri dan kompleksnya Adapun, indikator berpikir kreatif menurut
masalah kehidupan menuntut Sumber Daya Munandar (Arini dan Asmila, 2017: 27) yang
Manusia (SDM) yang handal dan mampu merupakan cara memupuk sikap mengambil
berkompetensi. sebagai berikut; 1) Berpikir lancar (fluency), 2)
Di era globalisasi ini dunia terus Berpikir luwes (fleksibel), 3) Berpikir orisinil,
mengalami perubahan. Ilmu pengetahuan dan 4) Berpikir terperinci (elaborasi).
dan teknologi juga berkembang sangat Keterampilan berpikir kreatif adalah
cepat, agar mampu berperan secara kemampuan yang muncul karena adanya
bermakna di era globalisasi ini, maka potensi sehingga perlu dilatih karena membuat
diperlukan keterampilan hidup yang lebih lancar dan luwes (fleksibel) dalam berpikir,
sesuai dengan tuntutan perkembangan mampu melihat suatu masalah dari berbagai
zaman. Beberapa puluh tahun sebelumnya sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak
dianggap cukup dengan kemampuan dasar gagasan. Gagasan tersebut menjelaskan
dalam membaca, menulis, dan berhitung, kegiatan belajar tidak hanya fokus pada bidang

114
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

akademik saja, tetapi dituntut kemampuan rasa ingin tahu pada siswa. Guru sebagai
untuk menganalisis permasalahan dan tidak fasilitator dituntut untuk lebih kreatif, baik
ditekankan pada hafalan, sementara menggunakan strategi, model dan alat peraga
menurut Winarsih (2012: 43) pendidikan yang memadai dalam proses pembelajaran.
selama ini masih menekankan pada hafalan. Diperlukan upaya untuk meningkatkan
Hafalan yang banyak membuat siswa keterampilan berpikir kreatif dan rasa ingin
dituntut mampu memahami teori dengan tahu siswa yaitu dengan memperbaiki kualitas
hafalannya bukan pemahamannya yang pembelajaran agar lebih bermakna.
berdampak pada kurangnya keterampilan Pembelajaran yang bermakna diperoleh
berpikir kreatif siswa dan rasa ingin tahu ketika siswa menemukan dan memahami
siswa. Kurangnya berpikir kreatif siswa dan konsep melalui pengalamannya sendiri.
rasa ingin tahu siswa ditandai dengan Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui
kesulitan dalam menyusun kalimat, tidak eksperimen atau percobaan. Guru mengatakan
memberikan gagasan dengan gaya bahasa saat pembelajaran berlangsung siswa tidak
sendiri, dan tidak menggabungkan gagasan melakukan percobaan. Hal itu menunjukan
sendiri dengan gagasan orang lain. bahwa psikomotor siswa masih rendah. Siswa
Hasil observasi di kelas IV SD Negeri tidak diajak untuk mengamati suatu benda atau
Pesanggrahan 02, menunjukan bahwa keadaan di sekitar sehingga kurang memahami
dalam proses pembelajaran masih adanya apa isi pembelajaran.
siswa yang tidak bertanya mengenai materi Salah satu upaya memperbaiki kualitas
yang telah disampaikan oleh guru saat pembelajaran yaitu dengan penerapan model
proses pembelajaran berlangsung. Lebih pembelajaran yang dapat mendorong siswa
lanjut, siswa juga tidak bisa menjawab agar keterampilan berpikir kreatif dan rasa
pertanyaan yang diberikan oleh guru ingin tahu dapat meningkat. Banyak model
berkaitan dengan materi pembelajaran, pembelajaran yang dapat digunakan untuk
ketika diberikan pertanyaan siswa hanya meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
merangkumnya saja namun tidak berusaha dan rasa ingin tahu siswa salah satunya adalah
mencari jawaban dalam bacaan dan mencari model pembelajaran Sains Teknologi
materi terkait dengan yang ditanyakan oleh Masyarakat (STM).
guru dibuku paket maupun menyebutkan Pendidikan sains dengan STM menurut
atau mengaitkan contoh permasalahan yang Hunaepi, dkk (2014: 53) berpendapat
pernah di alami atau yang terjadi di menjadikan siswa sebagai pemeran aktif dalam
masyarakat. Hal tersebut menunjukan pelajaran sains itu sendiri karena melalui
kurangnya berpikir kreatif dan rasa ingin program STM akan mempertinggi aspek
tahu pada siswa terhadap materi pelajaran kreativitas siswa. Siswa lebih banyak memiliki
yang diajarkan oleh guru. Proses belajar gagasan yang orisinil, penjelasan-penjelasan
mengajar yang dilakukan oleh guru sudah serta evaluasi atas dirinya. Siswa mampu
cukup baik, namun perlu dioptimalkan menyelesaikan permasalahan yang dihadapkan
dalam variasi memilih, menggunakan serta kepadanya dalam bentuk dan situasi yang lain.
memanfaatkan strategi, metode, model dan Adapun ranah yang terlibat dalam model
alat peraga. pembelajaran STM menurut Poedjiadi (2010:
Penerapan model, maupun strategi 131) yaitu konsep, fakta dan generalisasi,
pembelajaran yang bervariasi dan menarik, proses, kreativitas, aplikasi konsep, sikap dan
dapat meningkatkan berpikir kreatif dan tindakan nyata.

115
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

Uraian di atas menjadi pertimbangan kreatif dan lembar tes kemampuan berpikir
peneliti berkolaborasi bersama guru kreatif. Teknik pengumpulan data yaitu
melakukan penelitian yang memfokuskan melalui teknik tes dan teknik non tes. Teknik
pada peningkatan keterampilan berpikir tes menggunakan soal uraian yang diberikan
kreatif dan rasa ingin tahu pada siswa. pada siswa sedangkan teknik non tes berupa
Inovasi dalam penelitian ini adalah dalam obervasi dan dokumentasi saat penelitian.
pembelajaran berlangsung tidak hanya di Analisis data yang digunakan pada penelitian
dalam kelas saja, namun juga dilakukan di untuk mendapatkan data yang diperoleh, baik
luar kelas untuk mencari, menemukan dan data penelitian melalui teknik tes atau non tes.
mempelajari teknologi sederhana yang ada Analisis data yang diperoleh meliputi analisis
di masyarakat yang dikaitkan dengan materi kemampuan berpikir kreatif pada siswa,
pelajaran. Materi pelajaran yang akan analisis angket sikap rasa ingin tahu pada
dilakukan salah satunya adalah gaya dengan siswa, analisis lembar observasi sikap rasa
gerak pada pada peristiwa yang dipraktekan ingin tahu pada siswa, analisis lembar
siswa secara langsung. observasi kegiatan aktivitas guru dan lembar
observasi kegiatan aktivtitas siswa
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Hasil Kemampuan berpikir kreatif Siswa
Kelas (PTK) merupakan pencermatan atau Siklus I
pengamatan yang dilakukan dengan sengaja Selama proses pembelajaran menggunakan
terhadap kegiatan belajar mengajar yang model pembelajaran STM pada Tema 8
terjadi di kelas antara guru dan siswa secara “Daerah Tempat Tinggalku” di kelas IV SDN
bersamaan, yang bertujuan untuk Pesanggrahan 02 dilakukan tes uraian
memperbaiki dan meningkatkan kualitas kemampuan berpikir kreatif berjumlah 5 soal
pembelajaran. dari 4 indikator, pada setiap pertemuan di
PTK ini dilakukan di kelas IV SDN siklus I. Berikut rekapitulasi hasil tes
Pesanggrahan 02 terletak di desa kemampuan berpikir kreatif siklus I dapat
Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, dilihat pada Tabel 1.
Kabupaten Cilacap. Subyek penelitian ini Tabel 1. Rekapitulasi Hasil
merupakan siswa kelas IV berjumlah 22 KemampuanBerpikir Kreatif
siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki Skor
dan 5 siswa perempuan. Desain penelitian Indikator
yang digunakan adalahNomodel Kemmis dan Kemampuan
P1 P2
Jml Rata-Rata
Berpikir Kreatif
Mc. Taggart terdiri dari empat tahapan
penelitian yaitu tahap perencanaan 1. Berpikir lancar
1,36 2,14 3,5z 1,75
(planning), tindakan (action), observasi (fluency).
2. Berpikir luwes
(observation), dan refleksi (reflection). 1,88 1,98 3,86 1,93
(fleksibel).
Instrumen yang digunakan adalah 3. Berpikir orisinil. 2 2,45 4,45 2,26
4. Berpikir
lembar observasi kegiatan aktivitas guru, terperinci 2,18 2,64 4,82 2,41
lembar observasi kegiatan aktivtias peserta (elaborasi).
JUMLAH 7,42 9,21 16,63
didik, lembar observasi sikap rasa ingin RATA-RATA 1,86 2,30 2,08
tahu, angket sikap rasa ingin tahu pada KRITERIA Baik Baik Baik

siswa, kisi-kisi soal kemampuan berpikir

116
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

Tabel 1 menunjukkan bahwa siklus I Berikut rekapitulasi hasil angket rasa ingin
pertemuan 1 siswa mendapatkan rata-rata tahu pada siswa siklus I dapat dilihat pada
1,86 dengan kriteria baik hal ini tentu tabel 2, yaitu:
belum mencapai indikator keberhasilan Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Observasi
penelitian. Sedangkan pada siklus I Sikap Rasa Ingin Tahu Siswa
pertemuan 2 mendapatkan skor rata-rata Aspek Sikap SKOR
Rata-
2,30 dengan kriteria baik. Rata-rata siklus I No Rasa Ingin Jml
P1 P2 Rata
Tahu Siswa
dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 1. Penerapan
memperoleh skor rata-rata 2,08 dengan eksplorasi dan
6 13 19 9,5
elaborasi dalam
menunjukan kriteria baik. Pada siklus I pembelajaran.
setiap pertemuan menunjukan adanya 2. Memanfaatkan
media
peningkatan setiap indikator, dibuktikan pembelajaran
dengan indiaktor 1 mengalami peningkatan (cetak dan 19 20 39 19,5
elektronik) yang
yaitu 0,78. Indikator 2 mengalami menumbuhkan
peningkatan skor 0,10. Indikator 3 keingintahuan.
3. Menumbuhkan
mengalami peningkatan skor 0,45. Indikator keinginan untuk
12 18 30 15
4 mengalami peningkatan skor sebesar melakukan
penelitian.
0,46. Pencapain dari hasil siklus 1 dari 4. Berwawasan
yang luas. 8 9 17 8,5
pertemuan 1 dan pertemuan 2 mencapai
indikator keberhasilan. Indikator JUMLAH 45 60 52,5
RATA-RATA 51,14% 68,18% 59,66%
keberhasilan pada penelitian ini yaitu KRITERIA Cukup Baik Cukup
mencapai skor 1,8 s/d 2,4 dengan kriteria Baik Baik

baik. Temuan pada siklus I menunjukan adanya


Hasil Sikap Rasa Ingin Tahu pada Siswa peningkatan indikator. Pada indikator 1
Selama proses pembelajaran menunjukan peningkatan yaitu 7. Indikator 2
menggunakan model pembelajaran pada menunjukan peningkatan yaitu 1. Indikator 3
Tema 8 “Daerah Tempat Tinggalku” di mengalami penuruan dari pertemuan 1 ke
kelas IV SDN Pesanggrahan 02 dilakukan pertemuan 2 yaitu sebesar 6. Indikator 4
penilaian lembar observasi rasa ingin tahu menunjukan penurunan dari pertemuan 1 ke
siswa berjumlah 4 indikator pada setiap pertemuan 2 yaitu sebesar 1. Pada siklus I
pertemuan di siklus I. belum mencapai indikator keberhasilan dengan
hasil rekapitulasi observasi sikap rasa kriteria baik.
ingin tahu pada siswa, pertemuan 1 siswa Pembahasan
mendapatkan rata-rata 51,14% Pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di
mendapatkan kriteria cukup baik, tentunya kelas untuk meningkatkan kemampuan
hal ini mencapai belum indikator berpikir kreatif dilakukan tes disesuaikan
keberhasilan, sedangkan pertemuan 2 dengan indikator kemampuan berpikir kreatif
mengalami peningkatan mendapatkan rata- dan meningkatkan sikap rasa ingin tahu pada
rata 68,18% dengan kriteria baik. Rata-rata siswa dilakukan lembar observasi dan angket
dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 rasa ingin tahu siswa sesuaikan dengan
memperoleh nilai rata-rata 59,66% dengan indicator sikap rasa ingin tahu pada siswa.
menunjukan kriteria cukup baik, pencapain Indikator berpikir kreatif menurut Munandar
dari siklus I dari pertemuan 1 dan (Arini dan Asmila, 2017: 27) yaitu 1) Berpikir
pertemuan 2 belum keberhasilan. lancar (fluency), 2) Berpikir luwes (fleksibel),

117
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

3) Berpikir orisinil, 4) Berpikir terperinci kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai


(elaborasi). Hasil skor rata-rata kemampuan kriteria baik.
berpikir kreatif setiap indikator siklus I Indikator rasa ingin tahu pada siswa
pada pertemuan 1 dan 2, dapat dilihat pada Menurut Sutarna (2018: 11) indikator
gambar 1 sebagai berikut: pencapaian pembelajaran sebagai berikut; 1)
3 penerapan eksplorasi dan elaborasi dalam
Pertemuan 1 Pertemuan 2
pembelajaran, 2) memanfaatkan media
2,5
pembelajaran (cetak dan elektronik) yang
2
menumbuhkan keingintahuan, 3)
1,5
menumbuhkan keinginan untuk melakukan
1 penelitian, dan 4) berwawasan yang luas.
0,5 Berikut gambar 2 hasil skor nilai sikap rasa
0 ingin tahu pada siswa setiap indikator siklus I
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 pada pertemuan 1 dan 2, yaitu:
25
Gambar 1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Pertemuan 1 Pertemuan 2
20
Kreatif Tiap Indikator pada Siklus I
Temuan dalam penelitian ini 15
ditunjukkan dengan peningkatan hasil tes 10
kemampuan berpikir kreatif setiap indikator
berpikir kreatif, yaitu indikator 1) Berpikir 5

lancar (fluency), pada siklus I pertemuan 1 0


siswa memperoleh skor rata-rata 1,36 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4
kriteria cukup baik sedangkan siklus I
pertemuan 2 memperoleh skor rata-rata Gambar 2. Hasil Observasi Sikap Rasa Ingin Tahu
2,14 kriteria baik. Indikator 2) Berpikir Tiap Indikator pada Siklus I
luwes (fleksibel), pada siklus I siswa Temuan dalam penelitian ini ditunjukkan
dengan peningkatan hasil observasi sikap rasa
memperoleh skor rata-rata 1,88 kriteria
ingin tahu pada siswa dengan setiap
baik, sedangkan siklus I pertemuan 2
indikatornya, yaitu indikator ; 1) penerapan
memperoleh skor rata-rata 1,98 dengan
kriteria baik. Indikator 3) Berpikir orisinil, eksplorasi dan elaborasi dalam pembelajaran,
pada siklus I pertemuan 1 siswa luas pada siklus I pertemuan 1 siswa
memperoleh skor rata-rata 2 dengan kriteria memperoleh skor nilai 6 dengan kriteria
baik sedangkan siklus I pertemuan 2 kurang baik sedangkan siklus I pertemuan 2
memperoleh skor rata-rata 2,45 dengan memperoleh skor nilai 13 dengan kriteria
cukup baik, 2) memanfaatkan media
kriteria sangat baik. Indikator 4) Berpikir
pembelajaran (cetak dan elektronik) yang
terperinci (elaborasi), pada siklus I
menumbuhkan keingintahuan, luas pada siklus
pertemuan 1 siswa memperoleh skor rata-
I pertemuan 1 siswa memperoleh skor nilai 19
rata 2,18 dengan kriteria baik sedangkan
siklus I pertemuan 2 memperoleh skor rata- dengan kriteria baik sekali sedangkan siklus I
rata 2,64 dengan kriteria sangat baik. pertemuan 2 memperoleh skor nilai 20 dengan
Penelitian ini yang dilakkan selama 1 siklus kriteria baik sekali, 3) menumbuhkan
yang terdiri dari 2 pertemuan berhasil keinginan untuk melakukan penelitian, luas
mencapai indikator keberhasilan dengan pada siklus I pertemuan 1 siswa memperoleh

118
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

skor nilai 12 dengan kriteria cukup baik dengan teknologi yang ada di sekitarnya serta
sedangkan siklus I pertemuan 2 dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di
memperoleh skor nilai 18 dengan kriteria lingkungan.
baik sekali, dan 4) berwawasan yang luas Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
pada siklus I pertemuan 1 siswa dan sikap rasa ingin tahu pada siswa kelas IV
memperoleh skor nilai 8 dengan kriteria SD Negeri Pesanggrahan 02, diperoleh hasil
kurang baik sedangkan siklus I pertemuan 2 rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa
memperoleh skor nilai 9 dengan kriteria dari siklus I dan siklus I pertemuan 2
kurang baik. Penelitian ini yang dilakukan mengalami peningkatan yaitu siklus I
selama 1 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan 1 sebesar 1,86 dengan krtieria
pertemuan berhasil mencapai indikator kurang baik, meningkat pada siklus I
keberhasilan dengan kemampuan berpikir pertemuan 2 menjadi 2,30 termasuk dalam
kreatif siswa mencapai kriteria baik dan golongan kriteria baik. Hasil nilai persentase
belum mencapai indicator keberhasilan observasi sikap rasa ingin tahu pada siswa dari
dengan kemampuan sikap rasa ingin tahu siklus I pertemuan 1 dan siklus I pertemuan 2
mencapai kriteria baik. mengalami peningkatan yaitu siklus I
Model pembelajaran STM, memberikan pertemuan 1 sebesar 51,14% dengan kriteria
dampak yang baik pada kegiatan proses cukup baik, meningkat pada siklus I pertemuan
pembelajaran, hal ini dibuktikan siswa 2 menjadi 68,18% termasuk dalam golongan
mampu meningkatkan kemampuan berpikir kriteria baik. Hal ini dikarenakan penggunaan
kreatifnya dalam memecahkan suatu model pembelajaran STM yang menunjang
masalah melalui tahapan pada pembelajaran proses pembelajaran. Kemampuan bepikir
sesuai dengan tahapan model pembelajaran kreatif mempunyai peranan penting bagi siswa
STM. Pada tahap pengembangan konsep, yang harus dikembangkan supaya siswa lebih
aplikasi konsep dan pemantapan konsep mudah memahami konsep dan memiliki sudut
siswa dituntut untuk melatih kepekaan pandang yang berbeda dalam mengatasi
siswa terhadap lingkungan sebagai akibat permasalahan.
perkembangan sains dan teknologi,
berpartisipasi lebih aktif baik untuk KESIMPULAN
memberikan gagasan, analisis, mencari Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sumber informasi yang dibutuhkan, dilakukan selama 1 siklus dalam meningkatkan
mengalisis, membuat kesimpulan. Pada kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin
penelitian ini mencapai indikator tahu pada siswa menggunakan model
keberhasilan dengan mencapai skor rata- pembelajaran STM (Sains Teknologi
rata 2,08 dengan kriteria baik. Model Masyarakat) di kelas IV SD Negeri
Sejalan dengan hal ini, menurut Poedjiadi Pesanggrahan 02 menunjukan hasil sesuai
(2010: 124) model pembelajaran STM dengan indikator keberhasilan yaitu 70% siswa
dapat mengembangkan kemampuan yang memenuhi kemampuan berpikir kreatif
kognitif, afektif dan psikomotor yang secara mencapai kriteria baik yaitu 0,6 < M ≤ 1,2,
utuh dibentuk dalam diri individu sebagai sedangkan hasil rasa ingin tahu pada siswa
siswa dengan dengan harapan agar belum sesuai dengan indikator kerhasilan yaitu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. kurang dari 70% siswa yang memenuhi sikap
Melalui model ini diharapkan siswa dapat rasa ingin tahu. Peningkatan tersebut terlihat
menghubungkan pengetahuan mereka dari hasil rekapitulasi tes kemampuan berpikir

119
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

kreatif yang dikerjakan oleh siswa, hasil DAFTAR RUJUKAN


observasi sikap rasa ingin tahu, hasil Aly, A., & R, Eny. (2010). Ilmu Alamiah
rekapitulasi angket rasa ingin tahu pada Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
siswa, aktivitas kegiatan guru dalam Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pemsbelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
menyampaikan materi pembelajaran dan
Arikunto, S., dan C. S. A. Jabar. (2009).
aktivitas siswa dalam memahami materi Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
pembelajaran. Siklus I pertemuan 1 Bumi Aksara.
kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi
tahu pada siswa belum mencapai indikator Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
kemampuan berpikir kreatif disebabkan Arini, W., & A. Asmila. (2017). Analisis
Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi
siswa belum mengerti proses pembelajaran
Cahaya Siswa Kelas VIII SMP XA Verius
menggunakan model STM, siswa hanya Kota Lubuklinggau. Science and Physics
fokus terhadap pembuatan proyek dalam Education Jounal, 1 (1): 23-28.
proses pembelajaran sehingga siswa Asmoro, B.P., & F.D. Mukti. (2019).
kebanyakan memperoleh materi dari proses Peningkatan Rasa Ingin Tahu Ilmu
pembuatan proyek. Pada siklus I pertemuan Pengetahuan Alam Melalui Model
2, pembelajaran menggunakan model STM Contextual Teaching And Learning Pada
Siswa Kelas V A Sekolah Dasar Negeri
dapat mencapai indikator keberhasilan
Karangroto 02. Jurnal Abdau, 2(1): 120-
kemampuan berpikir kreatif dan 121.
meningkatnya rasa ingin tahu pada siswa. Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik
Keaktifan guru saat kegiatan belajar sangat dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
mempengaruhi hasil tes, pada saat Cipta.
pembelajaran dimulai siswa antusias serta Hacieminoglu, E., dkk. (2015). Differences
semangat di proses pembelajaran melalui between Students in STS and Non-STS
Classrooms Regarding Creativity. Revista
model pembelajaran STM lebih
de Cercetare si Interventie Sociala, 50.
menyenangkan dan bermakna, sehingga Hendrayana, S. (2017). Meningkatkan
rasa ingin tahu siswa meningkat. Hal ini Keterampilan Berpikir Rasional Siswa
ditunjukan dengan hasil kemampuan Melalui Model Sains Teknologi
berpikir kreatif yang diperoleh menunjukan Masyarakat pada Konsep Sumber Daya
peningkatan yaitu siklus I pertemuan 1 Alam. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 2(1), 73-98.
memperoleh skor rata-rata 2,18 berkriteria
Hunaepi, dkk. (2014). Sains Teknologi
baik, sedangkan siklus I pertemuan 2 skor Masyarakat Strategi, Pendekatan, dan
rata-rata 2,64 dengan kriteria sangat baik. Model Pembelajaran. Lombok: Duta
Pada siklus I pertemuan 2, pembelajaran Pustaka Ilmu.
menggunakan model STM masih belum Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran Terpadu
dapat mencapai indikator keberhasilan Tematik. Bandung: Alfabeta.
sikap rasa ingin tahu pada siswa. Hal ini Kusumah, W., & D. Dwitagama. (2010).
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
ditunjukan dengan hasil observasi sikap
Jakarta: Indeks.
rasa ingin tahu pada siswa yang diperoleh Maskanah, S., & A. G. C. Wicaksono. (2019).
menunjukan peningkatan yaitu siklus I Pengaruh Model Pembelajaran Debate
pertemuan 1 memperoleh 51,14% Terhadap Berpikir Kreatif Siswa SMA
berkriteria cukup baik, sedangkan siklus I Negeri 11 Semarang Melalui LSLC.
pertemuan 2 memperoleh 68,18% dengan Edusaintek, 3.
kriteria baik. Nurlaela,L., & E. Ismayanti. (2015). Strategi

120
Cholis Makhvudah, Karma Iswasta Eka & Dhi Bramasta / JPAPEDA (2) (2) (2020) : 113 - 121

Belajar Berfikir Kreatif. Yogyakarta: Persada.


Ombak. Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses
Pluck, G., & H. Johnson. (2011). Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Stimulating Curiosity to Enchance Rosda Karya.
Learning. Education Science and Sutarna, N. (2018). Pendidikan Karakter
Psychology, 2(19): 24-29. Siswa Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Pustaka Diniyah.
Masyarakat Model Pembelajaran Tim Pusat Penilaian Pendidikan. (2019).
Kontekstual Bermuatan Nilai. Panduan Penilaian Tertulis. Jakarta: Pusat
Bandung: Remaja Rosdakarya. Penilaian Pendidikan.
Purwanto, N. (2017). Prinsip-prinsip dan Widoyoko, E.P. (2018). Teknik Penyusunan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya. Pustaka Pelajar.
Pratomo, S., T. Sumiati., & R. Mursilah. Winarsih, A., and S. Mulyani. (2012).
Penerapan Model Sains Teknologi Peningkatan profesionalisme guru IPA
Masyarakat (STM) Untuk melalui lesson study dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir pengembangan model pembelajaran PBI.
Kreatif Siswa Kelas V Di Sekolah Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1.1.
Dasar. Metodik Didaktik, 13(1).
Utami, S. H. A., M. Mawardi., & S. Astuti.
(2019). Improving Critical Thingking
Skills And Learning Outcomes Using
Science Technology Socesty (STS)
Learning Model On The 5 th Grade
Elementary School Students. JPsd
(Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar),
5(1), 137-149.
Samani, M. dan Hariyanto. (2012). Konsep
dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santi, D. K. (2014). Peningkatan
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar
IPA Menggunakan Model
Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada Siswa Kelas
VI SDN 1 Kalinanas-Wonosegoro.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 4(3), 122-131.
Septiawan, I. G. K., Ni, W. Arini., & I, G.
W. Sudatha. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) Berbantuan Media
Audio Visual Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V
Semester Ganjil di SD Negeri 2 Sudaji,
Kecamatan Sawan, Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.
MIMBAR PGSD Undiksha, 2(1).
Sudijono, A. (2012). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

121

Anda mungkin juga menyukai