Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Upaya yang dilakukan dalam bidang pendidikan untuk menghadapi era

revolusi industri 4.0 adalah mempersiapkan sistem pembelajaran yang lebih

inovatif, dan meningkatkan kompetensi lulusan yang memiliki keterampilan abad

ke-21 (Learning and Innovations Skills). Sekolah berperan memfasilitasi

pengembangan berbagai keterampilan untuk mempersiapkan peserta didik

menghadapi era revolusi industri 4.0. Sekolah diharapkan mampu menyiapkan

metode dan pendekatan pembelajaran yang relevan sehingga dapat memenuhi

kebutuhan siswa menjadi generasi baru, karena robotika canggih dan transportasi

otonom, kecerdasan buatan dan pembelajaran dengan mesin, advanced materials,

bioteknologi dan genomik telah mengubah cara hidup (Marshall, 2014).

Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2017) kemampuan siswa di

Indonesia tergolong rendah dalam memahami informasi yang rumit dan kompleks

dan juga kemampuan dalam memecahkan masalah, daya analisis dan kemampuan

penyelidikan . Siswa tidak lagi cukup hanya mahir dalam menghafal, membaca, dan

menulis, namun siswa perlu memiliki berbagai keterampilan berpikir tingkat tinggi

dan berbagai kecakapan lain (Kivunja, 2014). Keterampilan berfikir tingkat tinggi

diperlukan untuk siswa untuk beradaptasi dan menjadi lebih responsif ketika dunia

di sekitar terus berubah. Berbagai keterampilan perlu dimasukkan dalam program

pembelajaran agar setiap individu memperoleh keterampilan secara eksplisit

(Abdullah dan Osman, 2010).

1
Griffin & Care (2015) menggolongkan keterampilan dan sikap abad 21

sebagai ways to thinking (knowledge, critical and creative thinking), ways to

learning (literacy and softskills), dan ways to learning with other (personal, social,

and civic responsibilities). Selanjutnya Hotaman (2008) mengidentifikasi

keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skills), keterampilan berpikir kreatif

(Creative Thinking Skills), keterampilan komunikasi (Communication skills), dan

keterampilan kolaborasi (Collaboration skills) sebagai kompetensi yang diperlukan

di abad ke-21.

Keterampilan berpikir kritis penting dimiliki oleh siswa dalam menemukan

sumber masalah dan bagaimana mencari dan menemukan solusi yang tepat atas

masalah yang dihadapi (Egan, dkk., 2017 ). Guru memegang peranan penting

dalam merancang dan mengembangkan program pembelajaran yang lebih terfokus

pada pemberdayaan keterampilan ini (khaldun, dkk., 2019).

Keterampilan berpikir kreatif merupakan suatu tindakan yang benar-benar

baru dan asli, baik secara pribadi (asli hanya untuk individu) atau secara budaya

Kesediaan siswa untuk berpikir tentang masalah atau tantangan, berbagi pemikiran

itu dengan orang lain dan mendengarkan umpan balik, merupakan beberapa contoh

berpikir kreatif yang dapat ditunjukkan oleh siswa dalam pembelajarannya

(Abdullah dan Osman, 2010).

Menurut khaldun, dkk. (2019) guru khususnya bidang kimia diharapkan

dapat merancang instrumen penilaian HOTS (Higher Order Thinking Skill) dalam

pembelajaran yang mampu melatih proses berfikir kritis dan kreatif siswa yaitu

menyusun butir- butir soal yang mampu merangsang keterampilan berfikir tingkat

tinggi. Keterampilan berfikir tingkat tinggi dari siswa diharapkan dapat meningkat

2
melalui penilaian hasil belajar (Vijayaratnam, 2012). Berdasarkan hasil penelitian

Ghani, dkk. (2017) diketahui bahwa penggunaan soal-soal HOTS dalam ujian dapat

memacu siswa berfikir untuk mendalami materi pelajaran, serta dapat

meningkatkan motivasi belajar. Harta (2017) juga menjelaskan bahwa soal-soal tes

berbasi HOTS pada pembelajaran kimia berpengaruh terhadap keterampilan siswa

dalam memecahkan berbagai masalah yang kompleks. Kreativitas dan kemandirian

siswa untuk memecahkan masalah dapat meningkat melalui sistem peniliaian yang

baik (Broman dan Parchman, 2014).

Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan secara umum peserta

didik belum memiliki keterampilan berfikir kritis dan keterampilan berfikir kreatif

dengan baik. Siswa belum terbiasa menjawab soal dengan kategori HOTS baik

dalam ulangan harian maupun ujian semester. Hasil observasi pelaksaan evaluasi

pembelajaran di kelas, soal-soal latihan yang diberikan kepada siswa pada saat

proses pembelajaran mengandung tiga level terendah yaitu C1,C2 dan C3. Hasil

wawancara dengan guru kimia didapatkan bahwa materi hidrolisis garam dan

larutan peyangga masih sulit dipahami siswa. Hal ini ditandai dengan minimnya

nilai presentase penguasaan materi soal Ujian Nasional tahun 2017/1018. Nilai

presentase siswa benar dalam menjawab soal menyimpulkan sifat larutan

berdasarkan wacana yaitu 45,45. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan

pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa

melalui kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat mengintegrasikan beberapa

disiplin ilmu.

Menurut Gates (2017) pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan

beberapa disiplin ilmu pengetahuan yaitu pendekatan pembelajaran STEAM

3
(Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics). STEAM menstimulasi

keingintahuan dan motivasi siswa mengenai keterampilan berpikir tingkat tinggi

(Quigley, dkk. 2017) dilanjutkan dengan penelitian Liao (2016) STEAM meliputi

pemecahan masalah, kerja sama, pembelajaran mandiri, pembelajaran berbasis

proyek, pembelajaran berbasis tantangan, dan penelitian.

STEAM dirancang untuk mengembangkan berbagai keterampilan abad ke-

21 yang dapat digunakan dalam semua bidang kehidupan sehari-hari (Perignat dan

Katz, 2018). Pembelajaran STEAM disengaja untuk memadukan berbagai mata

pelajaran ke dalam kurikulum terpadu (Gonzales, dkk 2014). Proses pembelajaran

STEAM mendorong siswa memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi (Griese,

dkk., 2015).

Melalui pendekatan pembelajaran STEAM siswa dapat mengembangkan

proses berpikir tingkat tinggi dalam memecahkah masalah (Scoot, 2012). Penelitian

Elrod & Kezar (2015) menjelaskan siswa dapat belajar banyak keterampilan sosial,

kolaboratif, kerja tim, dan kepemimpinan.Siswa juga dapat belajar untuk

melakukan eksplorasi terbuka dan penyelidikan langsung yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi. Liao (2016) menyatakan bahwa pendidikan

STEAM dapat ditingkatkan melalui integrasi lebih lanjut dengan mata pelajaran

lain yang ada sekolah. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti ingin

melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendekatan Pembelajaran STEAM

(Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) Terhadap Kemampuan

Berfikir Kritis dan Kreatif Siswa pada Materi Hidrolisis Garam dan Larutan

Penyangga.

4
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimanakah pengaruh pendekatan pembelajaran STEAM (Science,

Technology,Engineering, Arts, and Mathematics) terhadap kemampuan berfikir

kritis siswa pada materi hidrolisis garam dan larutan penyangga ?

2) Bagaimanakah pengaruh pendekatan pembelajaran STEAM (Science,

Technology,Engineering, Arts, and Mathematics) terhadap kemampuan berfikir

kreatif siswa pada materi hidrolisis garam dan larutan penyangga ?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

1) Mendeskripsikan pengaruh pendekatan pembelajaran STEAM (Science,

Technology,Engineering, Arts, and Mathematics) terhadap kemampuan berfikir

kritis siswa pada materi hidrolisis garam dan larutan penyangga

3) Mendeskripsikan pengaruh pendekatan pembelajaran STEAM (Science,

Technology,Engineering, Arts, and Mathematics) terhadap kemampuan berfikir

kreatif siswa pada materi hidrolisis garam dan larutan penyangga ?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca diantaranya:

1) Bagi peneliti, menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan yang

diharapkan dapat bermanfaat dalam mengelola pembelajaran.

5
2) Bagi peserta didik, dapat belajar berkomunikasi melalui berbagai pendapat atau

gagasan dengan baik serta mampu berkerjasama.

3) Bagi guru, memperkaya alternatif model atau strategi pembelajaran serta dapat

menciptakan suasana kelas yang aktif secara fisik dan psikis

4) Bagi sekolah, masukan dan perbaikan proses pembelajaran kimia agar dapat

memperbaiki kualitas pembelajaran.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., & Osman, K. (2010). Scientific inventive thinking skills among
primary students in Brunei. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 7,
294-301.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2017. Modul Penyusunan Soal


Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Elrod, S., & Kezar, A. (2014). Developing leadership in STEM fields: The PKAL
Summer Leadership Institute. Journal of Leadership Studies, 8(1), 33-39.

Egan, A., Maguire, R., Christophers, L., & Rooney, B. (2017). Developing
creativity in higher education for 21st century learners: A protocol for a
scoping review. International Journal of Educational Research, 82, 21-27.

Ghani, I.B.A., Ibrahim, N.H., Yahaya, N.A, & Surif, J. 2017. Enhancing
Student’HOTS In Laboratory Educational Activity By Using Concept Map
As An Alternative Assessment Tool. Chemistry Education Review, 1(2):
279-294.

Gates, A. E. (2017). Benefits of a STEAM collaboration in Newark, New Jersey:


Volcano simulation through a glass-making experience. Journal of
Geoscience Education, 65(1), 4–11..

Gonzales, A., Jones, D. & Ruiz, A. (2014). Toward achievement in the “Knowledge
Economy” of the 21st Century: Preparing students through T-STEM
academies. Research in Higher Education Journal, 25, 1-14.

Griffin, P., & Care, E. (2015). Assessment And Teaching of 21st Century Skills:
Methods and Approach. Dodrecht:Springer Business Media.

Griese, B., Lehmann, M. & Winter, B.R. 2015. Refining Questionnaire-based


Assessment of STEM students’ Learning Strategies. Journal of STEM
Education, 2(12): 2-12.

Harta, J. 2017. Pengembangan Soal Esai Berbasis HOTS untuk Menyelidiki


Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa SMA. Jurnal Penelitian,
21(1):62-69.

Hotaman, D. (2008). The Examination of the basic skill levels of the students in
accordance with the perceptions of teachers, parents and students.
International Journal of Instruction, 1(2), 39-55.

7
Kivunja, C. (2014). Innovative pedagogies in higher education to become effective
teachers of 21st century skills: unpacking the learning and innovations skills
domain of the new learning paradigm. International Journal of Higher
Education, 3(4), 37.

Khaldun, I., Hanum, L., Utami, S.D. 2019. Pengembangan Soal Kimia Higher
Order Thinking Skills Berbasis Komputer dengan Wondershare Quiz
Creator Materi Hidrolisis Garam dan Larutan Penyangga. Indonesia
Journal of Science Education.7(2): 132-142

Liao, C. (2016). From interdisciplinary to transdisciplinary: An arts-integrated


approach to STEAM education. Art Education, 69(6), 44–49.

Marshall, J. (2014). Transdisciplinarity and art integration: Toward a new


understanding of art-based learning across the curriculum. Studies in Art
Education, 55(2), 104–127.

Perignat, E. and Katz-Buonincontro, J. 2018. STEAM in Practice and Research: An


Integrative Literature Review. Thinking Skills and Creativity 31: 31-43.

Quigley, C. F., Herro, D., & Jamil, F. M. (2017). Developing a conceptual model
of STEAM teaching practices. School Science and Mathematics, 117(1-2),
1–12.

Scott, C. 2012. An Investigation Of Science, Technology, Engineering and


Mathematics (STEM) Focused High Schools In The U.S. Journal of STEM
Education, 13(5): 30-39.

Vijayaratnam, P. 2012. Developing Higher Order Thinking Skills And Team


Commitment via Group Problem Solving: A Bridge to the Real World.
Procedia- Social and Behavioral Sciences, 66: 53-63.

Anda mungkin juga menyukai