Anda di halaman 1dari 14

INTEGRASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN

TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL AND CONTENT


KNOWLEDGE (TPACK) DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ABAD 21

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Berbasis IT


Dosen Pengampu: Dr. Darmuin, M. Ag.

oleh:
Evita Nur Apriliana
NIM. 2103018008

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2022
A. Pendahuluan

Abad 21 berpusat pada perkembangan Era Revolusi Industri 4.0 yang


mengedepankan pengetahuan sebagai tombak utama. Namun, dengan pengetahuan
saja tidak cukup untuk mewujudkan Era Revolusi Industri 4.0, karena perlu adanya
keseimbangan antara pengetahuan dengan keterampilan sebagai dasar dari sumber
daya manusia yang berkualitas pada perkembangan zaman.1 Untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan tenaga pendidik yang siap
mengajar dan mendidik melalui pembelajaran abad 21 yang tentunya diharuskan
relevan dengan perkembangan Era Revolusi Industri 4.0.
Pada era abad 21, skill yang dibutuhkan peserta didik semakin kompleks.
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang
berkembang sangat cepat pada era globalisasi ini, maka individu perlu belajar
berkarya. guru memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat
menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu
mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
Peserta didik dilatih untuk memiliki ketrampilan yang mencakup: (1) Keterampilan
Berpikir Kritis; (2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah; (3) Komunikasi dan
Kolaborasi; (4) Kreativitas dan Inovasi; (5) Literasi Media Informasi, Komunikasi,
dan Teknologi.2 Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada
pembelajaran di abad ke-21.
Melihat fenomena ini, maka perlu dilakukan penyesuaian antara desain
pembelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan siswa pada era abad 21,
sehingga pembelajaran yang dilakukan tepat sasaran. Salah satunya melalui
Integrasi Pendekatan saintifik dan TPACK dalam pembelajaran PAI. Oleh karena
itu tulisan ini berupaya mengulas tiga pertanyaan yakni: pertama, Bagaimanakah
konsep Pendekatan Saintifik dan urgensinya dalam pembelajaran Abad 21? Kedua,

1
Rifa Hanifa Mardhiyah et al., “Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21 sebagai
Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia,” Lectura : Jurnal Pendidikan 12, no. 1 (4
Februari 2021): 29–40, https://doi.org/10.31849/lectura.v12i1.5813.

2
Mashudi, “Pembelajaran Modern: Membekali Peserta Didik Keterampilan Abad Ke-21,”
Al-Mudarris : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam 04, no. 1 (2021): 93–114, https://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/mdr/article/download/3187/1682.

2
Bagaimanakah konsep Technological Pedagogical and Content Knowledge
(TPACK) dan urgensinya dalam pembelajaran Abad 21? Ketiga Bagaimanakah
implementasi integrasi pendekatan saintifik dan Technological Pedagogical and
Content Knowledge (TPACK) dalam pembelajaran PAI? Melalui tulisan sederhana
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca terkait integrase
pendekatan saintifik dan Technological Pedagogical and Content Knowledge
(TPACK) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Konsep Pendekatan Saintifik dan Urgensinya dalam Pembelajaran Abad 21


Pendekatan saintifik merupakan desain pembelajaran yang menuntut siswa
beraktifitas sebagaimana seorang ahli sains. Dalam praktiknya siswa diharuskan
melakukan serangkaian aktivitas selayaknya langkah-langkah penerapan metode
ilmiah.3 Sejak kurikulum K-13 diberlakukan, para guru diarahkan agar pemberian
pengalaman belajar kepada peserta didik dilakukan berbasis kompetensi inti dan
kompetensi dasar dengan menggunakan kerangka kerja saintifik, yakni:
mengamati/ menelusuri konsep dan teori, menanya, mengumpulkan informasi/
data, menalar/ membangun argumentasi, dan mendeskripsikan/
mengkomunikasikan hasil penalarannya, yang dirumuskan secara adaptif sesuai
dengan konteksnya.4
Pertama, mengamati. Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaanya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga yang relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan

3
Agus Pahrudin dan Dona Dinda Pratiwi, Pendekatan Saintifik dalam Implementasi
Kurikulum 2013 dan Dampaknya terhadap Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran (Lampung:
Pustaka Ali Imron, 2019), 38, http://repository.radenintan.ac.id/11440/1/PENDEKATAN
SAINTIFIK.pdf.

4
L Stolberg, “Understanding the Approaches to the Teaching of Religious Education of Pre-
Service Primary Teachers: The Influence of Religio-Scientific Frameworks,” Teaching and Teacher
Education 24, no. 1 (2008): 190–203, https://doi.org/10.1016/j.tate.2007.01.001; Kusaeri Kusaeri
dan Rangga Sa’adillah, “Telaah Epistemologis Pendekatan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam,” ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 2016,
https://doi.org/10.15642/islamica.2015.9.2.344-372.

3
makna serta tujuan pembelajaran. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peseta didik menemukan
fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap
objek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa membuat pertanyaan
yang harus dilakukan melalui kegiatan penelitian.5
Kedua, Menanya. Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik
untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan
peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk mejadi
penyimak dan pembelajaran yang baik. Pada langkah ini bertujuan untuk
membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran. Selain itu melalui pertanyaan, peserta didik akan
terdorong dan terinspirasi untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan
dari dan untuk dirinya sendiri. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengujian
atas pertanyaan yang telah dibuatnya. Pengujian di maksudkan untuk menegaskan
apakah masalah yang diajukan dapat diteliti (logis), terukur, bermanfaat, etis, dan
faktual (tersedia sumber datanya). Hasil kegiatan ini adalah rumusan masalah yang
benar-benar layak diteliti.6
Ketiga, Mengumpulkan data. Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali
dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk
itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan
tersebut terkumpul sejumlah informasi. Keempat, Mengasosiasi. Pada tahap ini
peserta didik diarahkan untuk mengasosiakan data-data yang telah dikumpulkan
pada tahap sebelumnya. Menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data yang

5
Pahrudin dan Pratiwi, Pendekatan Saintifik dalam Implementasi Kurikulum 2013 dan
Dampaknya terhadap Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran, 49.

6
Pahrudin dan Pratiwi, 50.

4
telah dihasilkan. Berdasarkan pengkajian ini, data tersebut selanjutnya dimaknai.
Proses pemaknaan data ini melibatkan penggunaan sumber-sumber penelitian lain
atau pengetahuan yang sudah ada. Setelah itu Kemampuan menyimpulkan
merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian
yang telah dilaksanakan. Simpulan biasanya harus menjawab rumusan masalah
yang diajukan sebelumnya.7
Kelima, Mengkomunikasikan. Kemampuan ini adalah kemampuan
menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun
tulisan. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu menulis dan berbicara secara
komunikatif dan efektif. Peserta didik diarahkan untuk menuliskan laporan hasil
aktivitas yang sudah dilakukan. Setelah laporan selesai, perwakilan siswa
mengkomunikasikan hasil laporan tersebut di dalam kelas dan selanjutnya laporan
tersebut dapat dipublikasikan di majalah dinding sekolah atau dinding karya yang
ada di dalam kelas.8 Secara lebih ringkas aktivitas pembelajaran dalam pendekatan
saintifik dapat diamati pada tabel 1 berikut.

Sintaks Aktivitas Pembelajaran


Mengamati Melihat, mengamati, membaca,mendengar,
menyimak (tanpa dan deng) an alat)
Menanya -Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke
yang bersifat hipotesis.
-Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan
mandiri (menjadi kebiasaan).
-Menentukan data yang akan diperlukan dari
pertanyaan yang diajukan.
Mengumpulkan data -Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,
eksperimen).
-Mengumpulkan data.
Mengasosiasi/Menalar Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
menentukan hubungan data/ kategori.
-Menyimpulkan dari hasil analisa data.

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk


lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, ataun media
lainnya.
Tabel 1 Aktivitas Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik

7
Pahrudin dan Pratiwi, 52.

8
Pahrudin dan Pratiwi, 53.

5
Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwasannya pendekatan
saintifik dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk
memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan
data yang cermat dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan.
Agar dapat melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya terhadap
fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan, dilatih
ketelitiaanya dalam mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam
mengolah data untuk menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat
simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya. Lebih lanjut,
pendekatan saintifik bertujuan untuk melatih peserta didik berpkir kritis dan
memecahkan masalah melalui langkah-langkah ilmiah. Dengan demikian dapat kita
ketahui bahwasannya tujuan dari pendekatan saintfik ini relevan dengan kebutuhan
kompetensi peserta didik abad 21. Keterampilan abad 21 yang dimaksud adalah
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Karena itu pendekatan
saintifik penting untuk diintegrasikan dalam pembelajaran PAI Abad 21.

C. Konsep Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) dan


Urgensinya dalam Pembelajaran Abad 21
Technological Pedagogical Content Knowledge: A Framework for Teacher
Knowledge (TPACK) awalnya ditulis oleh Punya Mishra dan Mattew J. Koehler
pada tahun 2006 dalam “Technological Pedagogical Content Knowledge: A
Framework for Teacher Knowledge”. Teori tersebut hadir setelah 5 tahun meneliti
bagaimana pembelajaran dioperasikan pada berbagai tingkat kelas yang berbeda.
Penelitian tersebut berdasarkan pada Lee S. Shulman dalam artikel ilmiahnya di
tahun 1986, “Those Who Understand: Knowledge Growth in Teaching”. Awalnya,
Shulman membahas konsep pengetahuan dalam mengajar yang harus dimiliki guru
yaitu pengetahuan konten (pengetahuan spesifik tentang pelajaran yang diajarkan)
dan pengetahuan pedagogi (pengetahuan tentang bagaimana cara mengajar

6
termasuk metode mengajar). Kemudian, teori ini disebut dengan Pedagogical
Content Knowledge (PCK).9
Sekitar 20 tahun kemudian Mishra dan Koehler melihat adanya perubahan
besar yang terjadi dalam pendidikan yaitu tuntutan untuk menggunakan teknologi
dalam pembelajaran. Teknologi awalnya diperlakukan sebagai sesuatu yang
terpisah dengan pedagogi dan konten. Namun, mereka kemudian menyadari bahwa
pengetahuan teknologi merupakan seperangkat pengetahuan yang setara dengan
PCK. Melalui penelitiannya, Mishra dan Koehler menemukan framework baru yang
lebih sesuai dengan kondisi terkini. Framework ini disebut dengan TPACK.
TPACK menambahkan pengetahuan teknologi kedalam PCK yang hanya terdiri
dari pengetahuan pedagogi dan pengetahuan konten. Dengan demikian, TPACK
memberikan tiga area pengetahuan untuk diperhatikan oleh guru yaitu teknologi,
pedagogi, dan konten. 10 Untuk memahami kerangka kerja TPACK dengan lebih
mudah, kita dapat melihat gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK)11

9
Punya Mishra dan Matthew J. Koehler, “Technological Pedagogical Content Knowledge: A
Framework for Teacher Knowledge,” Teachers College Record 108, no. 06 (2006): 1017–54,
https://www.tcrecord.org/Home.asp.

10
H.-Y. Lee, C.-Y. Chung, dan G Wei, “Research on Technological Pedagogical and Content
Knowledge: A Bibliometric Analysis From 2011 to 2020,” Frontiers in Education 7 (2022),
https://doi.org/10.3389/feduc.2022.765233.

11
Matthew J. Koehler et al., “The Technological Pedagogical Content Knowledge
Framework,” in Handbook of Research on Educational Communications and Technology (New
York, NY: Springer New York, 2014), 101–11, https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3185-5_9.

7
Secara lebih rinci, gambar 1 menunjukkan perpaduan antara ketiga area
pengetahuan sehingga kerangka kerja TPACK sebenarnya mencakup 6 area yaitu:
Pertama, Technological Knowledge (TK): pengetahuan terkait cara pengoperasian
komputer dan software (teknologi) yang relevan dengan materi dan kegiatan
pembelajaran; Kedua, Pedagogical Knowledge (PK): kemampuan mengelola
pembelajaran untuk peserta didik; Ketiga, Content Knowledge (CK): materi subjek
pengetahuan seperti ilmu alam, matematika, bahasa, dll; Keempat, Technological
Content Knowledge (TCK): pengetahuan tentang bagaimana konten materi bisa
dipelajari dengan teknologi atau penjelasan yang diwakili oleh teknologi; Kelima,
Pedagogical Content Knowledge (PCK): bagaimana untuk merumuskan
penyampaian materi pembelajaran agar mudah dipahami. Keenam, Technological
Pedagogical Knowledge: bagaimana teknologi bisa memfasilitasi pendekatan
pedagogi. Contohnya dengan menggunakan teknik diskusi asynchronous.12 Dari
beragam uraian diatas dapat kita pahami bahwasannya Technological, Pedagogical
and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur
yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. Pengetahuan tentang
ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang komprehensif
dalam dunia pendidikan bernama TPACK.13
Penerapan TPACK dalam pembelajaran mendukung peserta didik untuk
memiliki kompetensi dalam literasi teknologi yang menjadi salah satu kebutuhan
keterampilan abad 21. TPACK sangat menekankan kerangka kerja guru meliputi
perpaduan tiga area pengetahuan yang meliputi tenologi, pedagogi dan konten
pembelajaran. Tujuannya adalah agar tercipta pembelajaran yang efektif. TPACK
melibatkan koneksi, interaksi, dan batasan kerja guru dalam keseluruhan area
pengetahuan tersebut. Ketika para guru masa kini menguasai TPACK maka akan
terwujud guru professional berbasis TIK yang siap mendidik generasi Z sesuai

12
Ahmad Yani, Mamat Ruhimat, dan Asep Mulyadi, “TPACK Venn Diagram: Measuring
The Balance of Implementation of Learning Models In Entering The Industry 4.0 Era (Study On
Geography Learning In 2013 Curriculum),” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 28, no. 2 (26 Desember
2019): 172–83, https://doi.org/10.17509/jpis.v28i2.21341.

13
M Sarjoni et al., “Review of the Importance of Technological Pedagogical Content
Knowledge in Teaching Reading Skills,” Universal Journal of Educational Research 8, no. 1 A
(2020): 30–35, https://doi.org/10.13189/ujer.2020.081305.

8
dengan zamannya. Tiga unsur pengetahuan yang disatukan dalam perencanaan,
proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi perpaduan yang hebat dalam
pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era
teknologi digital. 14 Jadi konten pengetahuan merupakan objek yang bisa didesain
sedemikian rupa sehingga menggabungkan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam
mendesain konten pengetahuan dalam TPACK adalah sesuatu yang prospektif
dilakukan. Pengetahuan pendidik tentang teknologi, pedagogi dan konten yang
integratif dapat menjadi salah satu kemampuan dahsyat dalam implementasi
pendidikan (kurikulum) masa kini (era digital).

D. Implementasi Integrasi Pendekatan Saintifik dan Technological


Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Abad 21
Penggunaan pendekatan saintifik di Indonesia mulai digalakkan sejak
ditetapkannya kurikulum 2013 secara nasional. Pendekatan saintifik menjadi hal
yang baru pada kala itu, sehingga menimbulkan banyak problematika. Dalam
pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik ini dikenal dengan sintak
generiknya sebagai berikut: Mengamati; Menanya; Mengumpulkan informasi;
Mengasosiasi; dan Mengkomunikasikan.15 Dalam praktiknya, sintak umum ini
dapat digunakan untuk membelajarkan satu bab dalam satu tatap muka atau lebih,
tergantung pada KI, KD, dan keluasan materi. Pendekatan tersebut dapat dikemas
dalam pelbagai model pembelajaran yang secara psikologis-pedagogis memiliki
karakter pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik (student active learning).
Dengan pendekatan ini, peserta didik difasilitasi untuk lebih banyak melakukan

14
Tirtha Goradia, “Role of Educational Technologies Utilizing the TPACK Framework and
21st Century Pedagogies: Academics’ Perspectives,” IAFOR Journal of Education 6, no. 3 (1
Desember 2018): 43–61, https://doi.org/10.22492/ije.6.3.03.

15
Sarini Musyafi’ah Ali dan Kartini Ponengoh, “Optimalisasi Pendekatan Scientific dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Tafhim Al-’Ilmi 11, no. 2 (15 Februari 2020): 201–22,
https://doi.org/10.37459/tafhim.v11i2.3750; Zubaedi Zubaedi, “Scientific and Characteristic
Dimension of 2013 Curriculum Implementation to Islamic Religious Education (PAI) Subject at
SMKN 2 Bengkulu,” Madania: Jurnal Kajian Keislaman 24, no. 1 (30 Juni 2020): 61,
https://doi.org/10.29300/madania.v24i1.3213.

9
proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman dalam berbagai
model pembelajaran, seperti: problem based learning (PBL), studi kasus, kerja
lapangan, debat, simulasi, belajar kolaboratif, dan lain sebagainya.16
Lebih lanjut, pada abad 21 dunia pendidikan kita harus merubah paradigma
lamanya. Dahulu, penyelanggaraan pendidikan memiliki beberapa aspek yang
harus dipenuhi, seperti harus ada gedungnya, harus dipantau gurunya dan segala
aspek real yang harus dipenuhinya. Hari ini banyak sekolah yang menyediakan
fasilitas pendidikan hanya bermodalkan teknologi data. Peserta didik tinggal duduk
di rumahnya dan membuka komputer yang dimilikinya dengan penggunaan listrik
dan jaringan internet di rumahnya. Mereka hanya perlu registrasi dan melakukan
instruksi secara online. Prosesnya mirip dengan sekolah manual akan tetapi
memiliki dilakukan secara virtual. Dalam praktiknya, terdapat materi ajar yang
sangat lengkap yang dipersiapkan oleh teknologi datanya, ada media pembelajaran
yang sudah menggunakan computer/ internet based, ada juga evaluasi yang
didesain secara valid dan reliabel dalam mengukur keberhasilan pendidikannya.
Sistem ini lebih hebat dari sekolah nyata. Mungkin yang kurang adalah pengalaman
nyata siswa dalam interaksi bersama kawan-kawan sekelasnya.
Pendekatan saintifik cocok digunakan untuk mengembangkan KI
pengetahuan dan ketrampilan akademis peserta didik, sebab ia menggunakan model
berpikir induktif: dari pengetahuan khusus menuju pengetahuan umum. Persoalan
yang kemudian timbul adalah pada dalam langkah mengamati. Objek saintifik
melibatkan peran pancaindra dalam pengamatan, sehingga objek tersebut harus
berupa objek fisik-materil/nyata. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam
mapel PAI, sebab objek bahasan dalam PAI bukan hanya perihal objek fisik-
materil, tetapi juga membahas objek metafisik yakni hal-hal mengenai alam gaib,
seperti malaikat, jin dan setan, bahkan lebih pada hal itu seperti, alam kubur,
akhirat, surga dan neraka.17 Misalnya, nikmat surga bagi orang baik, dan

16
Ahmad Salim, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
di Madrasah,” Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan 12, no. 1 (4 Maret 2016): 33,
https://doi.org/10.21154/cendekia.v12i1.362.
17
Muhammad Zidane Ansyari, Urwatul Wusqo Nur Salsabila, dan Muhammad Khairul Rijal,
“Problematika Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran PAI,” Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal

10
sebaliknya siksa neraka bagi ahli keburukan (surat al-Ghasiyah: 1-16). Terlebih lagi
terdapat ajaran Islam tentang keimanan yang bersifat gaib, seperti malaikat dan
setan (surat al-Baqarah: 34), yang tidak logis dan tidak bisa dibuktikan dalam
kenyataan, kecuali diyakini melalui keimanan. Dua hal ini setidaknya menjadi
problem serius penggunaan pendekatan saintifik untuk semua materi PAI di
sekolah.
Jika pendekatan saintifik tetap dipaksakan, sangat mungkin pendidik dan
peserta didik mengalami kebingungan dalam mempelajari materi-materi PAI di
sekolah, dan pada akhirnya bisa menghambat tercapainya visi, misi, dan tujuan
pembelajaran PAI di sekolah. Selain persoalan diatas, banyak keraguan muncul
terkait dengan kemampuan pendekatan saintifik dalam menumbuhkembangkan
sikap dan perilaku positif peserta didik. Hal ini karena pendekatan saintifik lebih
menekankan pada proses penalaran logika dan data empiris. Padahal persoalan
moral dan perilaku tidak hanya melibatkan aspek kognitif (moral knowing),
melainkan lebih banyak berkenaan dengan aspek afektif (moral feeling).
Diantara upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran PAI dengan
pendekatan saintifik adalah melalui penerapan TPACK. TPACK memfasilitasi
peserta didik untuk belajar secara langsung dan tidak langsung. Peserta didik tidak
hanya bisa belajar melalui tatap muka, tetapi juga bisa belajar di mana saja melalui
fasilitas teknologi yang memadai.18 Dalam rangka mengajarkan materi-materi yang
gaib dalam bidang PAI, maka fokus yang dipelajari bisa merujuk pada objek-objek
yang dapat dikaitkan dengan keberadaan yang gaib itu. Misalnya, mengajar materi
tema Tuhan (Allah), maka pendekatannya tidak langsung menghadirkan Allah
secara empirik, tetapi bisa membuat analogi-analogi yang bisa dikaitkan dengan
keberadaan Tuhan. Misalnya, bisa memakai ajaran logika Al-Kindi yang berusaha
meyakinkan keberadaan Tuhan. Alam semesta ini ada, pasti ada yang menciptakan,
yang menciptakan adalah Tuhan. Alam semesta ini indah, pasti ada yang

Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 5, no. 3 (1 November 2020): 47–55,


https://doi.org/10.21093/twt.v5i3.2229.

18
R Asfihana dan Yansyah, “Integrating Technological Pedagogical Content Knowledge into
Video-Making Activities: Learning from Practice,” Journal of Asia TEFL 19, no. 1 (2022): 345–53,
https://doi.org/10.18823/asiatefl.2022.19.1.27.345.

11
membuatnya indah, yang membuatnya indah adalah Tuhan. Alam semesta ini
teratur, pasti ada yang mengatur, yang megatur alam semesta adalah Tuhan.
TPACK juga dapat menjadi pendekatan untuk pembelajaran PAI pada materi-
materi yang perlu dikonkretkan. Misalnya, ketika proses pembelajaran materi fiqih
sub bab pemulasaran jenazah, maka bisa menggunakan metode demonstrasi praktik
merawat jenazah, lalu direkamdan hasilnya dijadikan media pembelajaran oleh
guru dan peserta didik dengan melihat video hasil demo merawat jenazah.19

E. Penutup
Pada pembelajaran abad 21 peserta didik harus dilatih untuk memiliki lima
keterampilan, antara lain: (1) Keterampilan Berpikir Kritis; (2) Kemampuan
Menyelesaikan Masalah; (3) Komunikasi dan Kolaborasi; (4) Kreativitas dan
Inovasi; (5) Literasi Media Informasi, Komunikasi, dan Teknologi. Merespon hal
ini, maka dalam proses pembelajaran perlu mengintegrasikan pendekatan saintifik
dan Tecnological Pedagoical and Content Knowledge (TPACK). Oleh karena itu,
materi ajar PAI hendaknya dirancang dengan mengedepankan keaktifan peserta
didik dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran PAI diarahkan agar dapat
menstimulasi peserta didik melalui proses penggalian informasi sampai dengan
mengkomunikasikannya dengan baik. Selain itu pada pembelajaran Abad 21 ini,
guru dituntut memiliki tiga kompetensi sekaligus yaitu menguasai materi
pembelajaran sesuai bidang studinya, menguasai metode dan strategi
pembelajarannya, dan terampil dalam menggunakan teknologi, alat, dan media
pembelajaran. Tiga tuntutan tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya, tetapi harus terpadu dan bersamaan dalam implementasi
pembelajaran. Materi ajar wajib difahami oleh guru karena merupakan isi materi
yang akan disampaikan. Strategi pembelajaran juga perlu dikuasai oleh guru agar
efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pembelajaran. Teknologi
pembelajaran juga harus dikuasai oleh guru untuk memperkuat strategi
pembelajaran sehingga pencapaian tujuan pembelajaran lebih akseleratif.

19
Departemen Pendidikan Kemenag RI. 2021. Modul Pendidikan Profesi Guru, 21.

12
REFERENSI
Ali, Sarini Musyafi’ah, dan Kartini Ponengoh. “Optimalisasi Pendekatan Scientific
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Tafhim Al-’Ilmi 11, no. 2 (15
Februari 2020): 201–22. https://doi.org/10.37459/tafhim.v11i2.3750.
Ansyari, Muhammad Zidane, Urwatul Wusqo Nur Salsabila, dan Muhammad
Khairul Rijal. “Problematika Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran PAI.”
Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran 5, no.
3 (1 November 2020): 47–55. https://doi.org/10.21093/twt.v5i3.2229.
Asfihana, R, dan Yansyah. “Integrating Technological Pedagogical Content
Knowledge into Video-Making Activities: Learning from Practice.” Journal
of Asia TEFL 19, no. 1 (2022): 345–53.
https://doi.org/10.18823/asiatefl.2022.19.1.27.345.
Departemen Pendidikan Kemenag RI. 2021. Modul Pendidikan Profesi Guru.
Goradia, Tirtha. “Role of Educational Technologies Utilizing the TPACK
Framework and 21st Century Pedagogies: Academics’ Perspectives.” IAFOR
Journal of Education 6, no. 3 (1 Desember 2018): 43–61.
https://doi.org/10.22492/ije.6.3.03.
Koehler, Matthew J., Punya Mishra, Kristen Kereluik, Tae Seob Shin, dan Charles
R. Graham. “The Technological Pedagogical Content Knowledge
Framework.” In Handbook of Research on Educational Communications and
Technology, 101–11. New York, NY: Springer New York, 2014.
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3185-5_9.
Kusaeri, Kusaeri, dan Rangga Sa’adillah. “Telaah Epistemologis Pendekatan
Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.” ISLAMICA: Jurnal Studi
Keislaman, 2016. https://doi.org/10.15642/islamica.2015.9.2.344-372.
Lee, H.-Y., C.-Y. Chung, dan G Wei. “Research on Technological Pedagogical and
Content Knowledge: A Bibliometric Analysis From 2011 to 2020.” Frontiers
in Education 7 (2022). https://doi.org/10.3389/feduc.2022.765233.
Mashudi. “Pembelajaran Modern: Membekali Peserta Didik Keterampilan Abad
Ke-21.” Al-Mudarris : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam 04, no. 1 (2021): 93–
114. https://e-journal.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/mdr/article/download/3187/1682.
Mishra, Punya, dan Matthew J. Koehler. “Technological Pedagogical Content
Knowledge: A Framework for Teacher Knowledge.” Teachers College
Record 108, no. 06 (2006): 1017–54. https://www.tcrecord.org/Home.asp.
Pahrudin, Agus, dan Dona Dinda Pratiwi. Pendekatan Saintifik dalam Implementasi
Kurikulum 2013 dan Dampaknya terhadap Kualitas Proses dan Hasil
Pembelajaran. Lampung: Pustaka Ali Imron, 2019.
http://repository.radenintan.ac.id/11440/1/PENDEKATAN SAINTIFIK.pdf.
Rifa Hanifa Mardhiyah, Sekar Nurul Fajriyah Aldriani, Febyana Chitta, dan
Muhamad Rizal Zulfikar. “Pentingnya Keterampilan Belajar di Abad 21
sebagai Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia.” Lectura :
Jurnal Pendidikan 12, no. 1 (4 Februari 2021): 29–40.
https://doi.org/10.31849/lectura.v12i1.5813.
Salim, Ahmad. “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Madrasah.” Cendekia: Jurnal Kependidikan dan
Kemasyarakatan 12, no. 1 (4 Maret 2016): 33.
https://doi.org/10.21154/cendekia.v12i1.362.
Sarjoni, M, F A Rahman, A.Md. Sabil, dan M.Md. Khambari. “Review of the
Importance of Technological Pedagogical Content Knowledge in Teaching
Reading Skills.” Universal Journal of Educational Research 8, no. 1 A (2020):
30–35. https://doi.org/10.13189/ujer.2020.081305.
Stolberg, T L. “Understanding the Approaches to the Teaching of Religious
Education of Pre-Service Primary Teachers: The Influence of Religio-
Scientific Frameworks.” Teaching and Teacher Education 24, no. 1 (2008):
190–203. https://doi.org/10.1016/j.tate.2007.01.001.
Yani, Ahmad, Mamat Ruhimat, dan Asep Mulyadi. “TPACK Venn Diagram:
Measuring The Balance of Implementation of Learning Models In Entering
The Industry 4.0 Era (Study On Geography Learning In 2013 Curriculum).”
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 28, no. 2 (26 Desember 2019): 172–83.
https://doi.org/10.17509/jpis.v28i2.21341.
Zubaedi, Zubaedi. “Scientific and Characteristic Dimension of 2013 Curriculum
Implementation to Islamic Religious Education (PAI) Subject at SMKN 2
Bengkulu.” Madania: Jurnal Kajian Keislaman 24, no. 1 (30 Juni 2020): 61.
https://doi.org/10.29300/madania.v24i1.3213.

14

Anda mungkin juga menyukai