Anda di halaman 1dari 9

Wacana e-ISSN : 2579-8464

Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA SMA
Agus Budiyono 1, Hartini2

1,2
Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Islam Madura, Pamekasan, Indonesia.
Email: abybudiyono@gmail.com

ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh signifikansi antara model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi-
experiment dengan bentuk desain eksperimen pretest-posttest kontrol group design.
Populasinya adalah kelas X MA Matsaratul Huda Pamekasan dengan sampel sebanyak
dua kelas yang dipilih secara acak kelas. Pengambilan data menggunakan tes instrumen
keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa nilai
pretest dan posttest pada kelas kontol 33,13 dan 56,06 sedangkan nilai pretest dan
posttest pada kelas eksperimen 31,04 dan 85. Analisis data menggunakan uji t diperoleh
data thitung sebesar 8,94, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,01 atau thitung <
ttabel artinya terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen
memperoleh nilai <g> sebesar 0,78 atau berada pada kategori tinggi adapun pada kelas
kontrol memperoleh nilai <g> sebesar 0,34 atau berada dalam kategori sedang.

Kata Kunci: Model pembelajaran inkuiri terbimbing, peningkatan dan keterampilan


proses sains

PENDAHULUAN ilmiah guna menghasilkan penguasaan


Kurikulum KTSP (BSNP, konsep. Serangkaian proses ilmiah
2006) menjelaskan bahwa sains tersebut diharapkan dapat
merupakan cara mencari tahu secara mengembangkan pengalaman untuk
sistematis, sehingga tidak hanya dapat merumuskan masalah,
sebagai kumpulan pengetahuan yang mengajukan dan menguji hipotesis
terdiri dari fakta, konsep atau melalui percobaan, merancang dan
kebenaran sejati namun lebih dari itu merangkai intrumen percobaan,
menekankan pada proses penemuan. mengumpulkan data, mengolah data
Kurikulum ini juga menegaskan dan menafsirkan data serta
bahwa pembelajaran sains harus menkomunikasikan hasil percobaan
menekankan pada serangkaian proses secara lisan maupun tulisan, dengan

141 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

demikian siswa diharapkan mampu siswa agar siswa mampu melatih


memiliki kemampuan berpikir dan keterampilan bertanya, kemampuan
bertindak efektif dan kreatif baik berfikir kritis, menumbuh-
dalam ranah abstrak maupun dalam kembangkan keterampilan fisik dan
ranah konkret yang merupakan mental serta menjadi sarana untuk
pengembangan diri secara mandiri di meningkatkan pengembangan konsep
sekolah. dan pengembangan sikap serta nilai-
Keterampilan proses sains nilai yang berharga sebagai bekal guna
(KPS) merupakan keterampilan yang menghadapi tantangan di era
sangat dibutuhkan dan dimiliki oleh globalisasi.
siswa untuk menghadapi persaingan Namun fakta di lapangan yakni
antar manusia di era globalisasi. di sekolah, KPS belum dilatih dan
Haryono (2006) mengungkapkan dikembangkan dengan optimal.
tentang pentingnya KPS dalam dunia Nandang (2009), menyatakan proses
pendidikan karena dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah
berkembangnya KPS maka belum megoptimalkan beberapa
kompetensi dasar akan berkembang keterampilan yang terdapat dalam diri
yakni sikap ilmiah siswa dan siswa, hal ini dikarenakan
keterampilan dalam memecahkan pembelajaran di kelas masih bersifat
masalah, sehingga dapat terbentuknya umum dan teoritik serta kurang
siwa yang kreatif, kompetitif , inovatif membiasakan siswa untuk
dan kritis terbuka dalam persaingan menggunakan alat pikirnya, sementara
pada dunia global di masyarakat. di masyarakat siswa dituntut untuk
Lebih lanjut, Dimyati (2009) dapat melaksanakan keterampilan
mengungkapkan bahwa seorang guru secara optimal.
tidak memungkinkan untuk bertindak Hal di atas sesuai dengan fakta
sebagai satu-satunya orang yang dapat di lapangan, hasil observasi dan
mentransfer fakta dan teori-teori, wawancara peneliti dengan salah satu
sehingga dibutuhkan KPS untuk guru fisika SMA di Kabupaten
diterapkan dalam proses belajar Pamekasan menunjukkan bahwa KPS
mengajar. Untuk itu diperlukan siswa bahkan belum pernah diukur,
pengembangan keterampilan guna selain itu model yang biasa digunakan
memproses dan memperoleh semua oleh guru dalam sistem pembelajaran
konsep, fakta dan prinsip pada diri adalah model dengan metode ceramah

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 142


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

(teacher centered), sehingga karena siswa merupakan subjek


menyebabkan keterampilan siswa belajar yang harus melibatkan diri
dalam menemukan dan secara aktif dalam proses
menghubungkan konsep yang telah pembelajaran, sedangkan guru
guru sampaikan jarang dikembangkan. hanyalah mediator dan fasilitator yang
Selain itu model tersebut di duga mengoordinasikan dan membimbing
kurang mampu memfasilitasi siswa kegiatan belajar siswa.
untuk mengembangkan KPS. Adapun Menurut Jauhar (2011)
salah satu upaya yang dapat kegiatan pembelajaran inkuiri
dilaksanakan dalam mengembangkan bertujuan untuk merumuskan
KPS siswa adalah dengan model pertanyaan melalui kegiatan
pembelajaran inkuiri terbimbing. investigasi, merumuskan hipotesis,
Model pembelajaran inkuiri mengumpulkan dan analisis data, serta
merupakan pembelajaran yang membuat kesimpulan yang didapat
menuntut siswa untuk mampu melalui keterampilan proses.
merencanaka dan melakukan Pembelajaran inkuiri
experimen, mengumpulkan dan terbimbing berupa proses belajar dan
menganalisis data serta menarik pembelajaran yang menfasilitasi siswa
kesimpulan yang berorientasi agar mampu mencari dan menyelidiki
memecahkan masalah. Sehingga secara sistematis, kritis, logis, analitik,
dengan proses inkuiri tersebut siswa sehingga mereka dapat merumuskan
terlibat aktif dalam memecahkan suatu dan menemukan sendiri melalui
permasalahan yang diberikan oleh panduan pertanyaan. Suwasono (2011)
guru. melaporkan bahwa inkuiri terbimbing
Model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan keaktifan,
merupakan salah satu model dalam keterampilan proses, motivasi dan
pembelajaran berbasis inkuiri yang pengalaman belajar siswa. Lebih
digunakan dalam pembelajaran sains. lanjut Schlenker dalam Trianto
Nur dalam (Haryono, 2006) (2009), melaporkan bahwa dengan
menjelaskan bahwa model inkuiri berinkuiri siswa memiliki peningkatan
terbimbing ditekankan kepada siswa dalam hal pemahaman sains,
agar mampu melakukan proses produktif dalam berpikir kreatif, dan
pencarian pengetahuan dibandingkan siswa memiliki keterampilan dalam
dengan transfer pengetahuan. Hal itu

143 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

memperoleh dan menganalisis kelas eksperimen, yang masing-


informasi. masing kelas berjumlah 24 siswa.
Keberhasilan dari model Instrumen penelitian
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan tes KPS dengan analisis
terhadap kererampilan proses sains data menggunakan uji t. Uji t
dibuktikan oleh Sabahiyah (2013) dilakukan setelah uji prasyarat yaitu
yang menyimpulkan bahwa uji normalitas dan uji homogenitas.
keterampilan proses sains siswa Adapun analisa data yang digunakan
meningkat setelah diterapkan untuk mengetahui peningkatan KPS
pembelajaran dengan model inkuiri siswa menggunakan data skor rata-rata
terbimbing. Kurniawan (2010) <g> yang diolah dengan menggunakan
melaporkan bahwa mahasiswa persamaan yang dikembangkan oleh
semester 1 pada mata kuliah Hake (1999), yaitu sebagai berikut.
Praktikum Fisika Dasar 1 juga <S post    S pre 
<g> 
memiliki keterampilan proses sains Sm ideal   S pre 
yang meningkat setelah diterapkan Keterangan:
model pembelajaran inkuiri <g> : skor rata-rata gain yang
terbimbing. Lebih lanjut Supardi dinormalisasi
<Spost> : skor rata-rata tes akhir
(2013) juga melaporkan bahwa model yang diperoleh siswa
pembelajaran Inkuiri Terbimbing <Spre> : skor rata-rata tes awal
yang diperoleh siswa
dapat meningkatkan keterampilan Sm ideal : skor maksimum ideal
Proses Sains. Sedangkan kategori <g>
disajikan pada Tabel 1.
METODE Tabel 3.Kategori Tingkat <g>
Penelitian ini menggunakan Batasan N-gain Kategori
metode penelitian quasi-experiment <g> > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ <g> ≥ 0,70 Sedang
dengan bentuk desain pretest-posttest <g> < 0,30 Rendah
kontrol group design (Sugiono, 2012). (Hake, 1999)
Populasi dalam penelitian ini adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
seluruh siswa kelas X MA Matsaratul
Hasil dari penelitian ini berupa
Huda, adapun sampel berjumlah dua
data tes keterampilan proses sains
kelas yang diambil dengan teknik acak
(KPS) siswa yang disajikan dalam
kelas yaitu satu kelas kontrol dan satu
Tabel 2.
Table 2. distribusi data KPS siswa

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 144


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

Eksperimen Kontrol
Data Skor Skor Rata- Skor Skor Rata-
SD SD
Maks Min rata Maks Min rata
Pretest 50 10 31,04 10,91 55 15 33,33 12,33
Postest 95 70 85 7,80 85 40 56,04 13,82
̅
𝒙 85 56,04
𝑺𝐠 11,22109843
thitung 8,9398
ttabel 2,0129
<g>
<g> 0,78 0,34
Kategori Tinggi Sedang

Berdasarkan tabel 1 diatas, setelah pada kelas eksperimen dan kontrol.


dilakukan uji normalitas dan uji Pada kelas eksperimen peningkatan
homogenitas data dapat dipaparkan nilai <g> KPS sebesar 0,74 atau
bahwa nilai pretes dan postes KPS berada pada kategori tinggi,
siswa pada kelas eksperimen dan sedangkan pada kelas kontrol nilai
kontrol terdistribusi secara normal dan <g> KPS sebesar 0,34 atau berada
homogen. Selanjutnya hasil uji-t data pada kategori sedang. Hal ini
nilai postest pada kelas eksperimen memperkuat bahwa model
dan kelas kontrol diperoleh thitung = pembelajaran inkuiri terbimbing
8,9398 lebih besar dari ttabel = 2,0129. member dampak yang baik terhadap
Data di atas dapat dinyatakan bahwa peningkatan KPS siswa.
KPS siswa meningkat secara Lebih lanjut deskripsi peningkatan
signifikan setelah diterapkan model KPS siswa pada setiap indikator KPS
pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal tersaji dalam grafik berikut.
ini dikarenakan latihan dengan inkuiri 0,78 0,88 0,95 0,93
0,64 0,56
pemahaman sains siswa dapat 0,37 0,4
0,29
0,03
meningkatkan, berfikir kreatif secara
produktif, dan siswa lebih terampil
dalam memperoleh dan menganalisis
informasi (Schlenker dalam Trianto,
eksperimen kontrol
2010).
Grafik nilai <g> pada indikator
Lebih lanjut berdasarkan data
KPS.
pretest dan posttest pada tabel 1 juga
memperlihatkan bahwa terdapat
Secara umum hasil data <g> KPS
perbedaan peningkatan KPS siswa

145 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

siswa kelompok eksperimen memiliki hipotesis yang telah diajukan,

nilai <g> yang lebih tinggi sedangkan pada siswa kelompok

dibandingkan dengan kelompok kontrol hanya mendengarkan apa yang

kontrol. Salah satu nilai hasil data <g> disampaikan oleh guru.

KPS yang terlihat sangat signifikan Perbedaan nilai hasil <g> yang

antara kelompok kelas eksperimen dan paling rendah antara kelompok

kelompok kontrol adalah keterampilan eksperimen dibandingkan dengan

memprediksikan yang bernilai 0,88 kelompok kontrol terlihat pada

sedangkan pada kelompok kontrol keterampilan mengklasifikasikan yaitu

hanya bernilai 0,03. Perbedaaan juga sebesar 0,78 untuk kelompok

terlihat pada keterampilan hipotesis eksperimen dan 0,56 untuk kelompok

dan mengkomunikasikan yaitu pada kontrol, hanya terpaut nilai sebesar

keterampilan hipotesis untuk 0,22. Hal ini dikarenakan pada saat

kelompok eksperimen bernilai 0,93 pembelajaran pada tahap guru

sedangkan pada kelompok kontrol menjelaskan materi ajar siswa

bernilai 0,39 dan untuk keterampilan mendengarkan dengan baik

mengkomunikasikan pada kelompok Namun pada aspek keterampilan

eksperimen bernilai 0,91 sedangkan menafsirkan hasil nilai <g> untuk

kelompok kontrol bernilai 0,37. Hal kelas eksperimen mendapatkan nilai

ini disebabkan karena siswa pada sebesar 0,64. Hal tersebut tidak

kelompok kelas eksperimen terlibat sesuian dengan hasil data respon

langsung dalam merancang dan aktivitas siswa, siswa mampu

mengkomunikasikan hasil percobaan memberikan penafsiranhasil

dalam kegiatan praktikum yang pengamatan untuk dijadikan sebuah

dilaksanakan untuk membuktikan kesimpulan dengan presentase 100%.

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 146


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

Hal ini dikarenakan pada saat dibandingkan dengan nilai <g> siswa

pembelajaran pada tahap eksplorasi yang menggunakal model

hanya beberapa siswa yang mengikuti konvensional dapat diambil

petunjuk guru dengan seksama. kesimpulan bahwa kelas yang

Berdasarkan hasil observasi menggunakan model pembelajaran

mengenai keterlaksanaan inkuiri terbimbing lebih baik

pembelajaran di saat pembelajaran dibandingkan kelas yang

berlangsung menunjukkan bahwa menggunakan model konvensional.

inkuiri terbimbing memberikan Hal ini berarti model pembelajaran

keterlibatan siswa untuk aktif dalam inkuiri terbimbing berpengaruh

KPS. Selain itu KPS dilakukan siswa signifikan terhadap KPS siswa. IPA

selama pembelajaran. Hal ini sejalan berhubungan dengan cara menemukan

dengan karekteristik sains yang tentang alam secara sistematis,

berhubungan dengan cara mengetahui sehingga IPA tidak hanya penguasaan

sesuatu bukan hanya fakta dan konsep pengetahuan semata yang hanya

saja tetapi menekankan pada berupa fakta-fakta dan prinsip-prinsip

penemuan-penuan seperti yang saja namun lebih pada suatu proses

dilakukan oleh para saintis terdahulu. penemuan, begitu pula dalam

Hal ini menguatkan agara dalam pelajaran fisika yang berkaitan dengan

pembelajaran kemampuan siswa kehidupan sehari- hari. Pembelajaran

dalam proses perlu digalakkan guna fisika dengan model pembelajaran

menemukan konsep sendiri. inkuiri terbimbing dapat melibatkan

Hasil perbandingan perbandingan siswa aktif dalam kegiatan praktikum

nilai <g> siswa yang diterapkan model di laboratorium sehingga siswa

pembelajaran inkuiri terbimbing memperoleh penguasaan konsep yang

147 Vol. 4, No. 2, Desember 2016


e-ISSN : 2579-8464 Wacana
p-ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

menyeluruh berupa fakta dan konsep peneliti menyarankan dalam


penelitian berikutnya agar memadukan
tentang materi yang dipelajari. Hal ini
model inkuiri terbimbing ini dengan
menunjukkan bahwa melalui kegiatan
model lain yang beririsan sehingga
praktikum siswa melakukan kegiatan dapat memperbanyak hasil-hasil
penelitian inkuiri terbimbing pada
observasi, mengajukan prediksi,
materi lain pada pelajaran fisika
membuat hipotesis, menganalisis data
bahkan pada mata pelajaran lainnya
dan membuat kesimpulan tentang dalam rumpun IPA.

materi yang dipelajari melalui


DAFTAR PUSTAKA
kegiatan secara langsung sehingga
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan
materi tersebut menjadi lama dalam
Menengah. Jakarta: Depdiknas
ingatan dan bermakna dengan
Dimyati, dkk. 2009. Belajar Dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
pengatahuan baik yang sudah
cipta
dipelajari maupun yang akan
Haryono. 2006. Model Pembelajaran
Berbasis Peningkatan
dipelajari selanjutnya.
Keterampilan Proses Sains.
Jurnal Pendidikan Dasar 7(1).
1-13.
PENUTUP
Hake, RR. 1998. Analizhing
Dari hasil dan pembahasan diatas
change/gain scores. Indiana:
dapat ditarik kesimpulan bahwa model Indiana University.
pembelajaran inkuiri terbimbing
Jauhar, M. 2011. Implementasi
berpengaruh secara signifikan PAIKEM dari Behavioristik
sampai Konstruktivistik.
terhadap KPS siswa dibandingkan
Jakarta: PT. Prestasi
dengan model pembelajaran Pustakaraya.
konvensional. Selain itu nilai <g>
Kurniawan, W. 2010. Pembelajaran
siswa berada pada kategori tinggi Fisika dengan Metode Inkuiri
Terbimbing untuk
sebesar 0,74 untuk kelas eksperimen
Mengembangkan
sedangkan nilai <g> siswa berada Keterampilan Proses Sains.
JP2F volume 1 nomor 2
pada kategori sedang sebesar 0,34
(2010).
untuk kelas kontrol.
Nandang. 2009. Pendidikan Sains di
Sekolah dan Kebutuhan

Vol. 4, No. 2, Desember 2016 148


Wacana e-ISSN : 2579-8464
Didaktika Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains p-ISSN : 2337-9820

Masyarakat. [online] Diakses


pada
http://nandang.blogdetik.com/2
009/04/08/pendidikan-sians-di-
sekolah-dan-kebutuhan-
masyarakat/ Rabu, 20 Maret
2015.

Sabahiyah, dkk. 2013. Pengaruh


Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap
keterampilan Proses Sains dan
Penguasaan Konsep IPA siswa
kelas v gugus 03 Wanasaba
Lombok. e-jurnal program
pasca sarjana universitas
pendidikan ganesha (volume
3).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R 𝓈
D. Bandung: Alfabeta.

Supardi, Imam. 2013. Penerapan


Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing pada pokok
bahasan Kalor untuk
melatihkan keterampilan
proses Sains terhadap hasil
belajar di SMAN 1 Sumenep.

Suwasono, P. 2011. Upaya


meningkatkan keterampilan
proses sains mahasiswa Fisika
Angkatan Tahun 2010/2011
Offering M Kelas G Melalui
Penerapan Pembelajaran Fisika
Model Inkuiri Terbimbing.
Jurnal Fisika dan
Pembelajarannya. 15 (1).

Trianto. 2009. Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana

149 Vol. 4, No. 2, Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai