Abstract
The resesearch aimed to examine the effect of inquiry learning model of the critical thinking
skills and describe the effect of Inquiry Learning Model of the process skills on the Biology subject
of grade VII students at SMP Negeri 19 Palu. The research method was a quasi experiment. The
population was the grade VII. It was based random sampling and the selected class was the class
VIIa with the number of students were 28 as the control class and class VIIB with the number of
students were 27 as the experiment class. Retrieving data using the instrument test of the critical
thinking ability and the students' skills of observation sheets. Hypothesis test process skills were
analyzed by analysis of variance (ANOVA). Hypothesis test results of the critical thinking skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 31,003 > F table 4,02. Hypotheses test results of the process skills
showed 0,001 < 0,05 and F count 26,666> F table was 4,02. The results of the study indicated that
there were significant to the inquiry learning model critical thinking skills and also there was the
effect of the process skills of the students.
Keyword : Inquiry Learning Model, Critical Thinking Ability, Process Skills
1
2 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10 ISSN: 2089-8630
untuk mencari atau memahami informasi, keterampilan, dan disposisi untuk belajar
dalam pembelajaran inkuiri mengutamakan seumur hidup, misalnya, kemandirian,
siswa sebagai pelaku utamanya, siswa bebas keterampilan berpikir, kepercayaan diri,
mengeluarkan pendapat dan berkomentar pengambilan keputusan, pembelajaran
mengenai permasalahan-permasalahan yang kooperatif dan lainnya keterampilan hidup.
diajukan oleh guru. Pembelajaran ini Berpikir kritis merupakan aktifitas
dirancang secara khusus mengajak siswa berpikir secara reflektif dan rasional yang
untuk terlibat secara langsung dalam proses difokuskan pada penentuan apa yang harus
ilmiah dalam waktu yang relatif singkat dan diyakini atau dilakukan. Definisi ini lebih
membantu para siswa belajar merumuskan menekankan pada bagaimana membuat
dan menguji pendapatnya sendiri. (Samdas, keputusan atau pertimbangan-pertimbangan,
2012) dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis
Model pembelajaran inkuiri adalah merupakan proses berpikir reflektif yang
suatu model yang menekankan pengalaman- membutuhkan kecermatan dalam mengambil
pengalaman belajar yang mendorong siswa keputusan melalui serangkaian prosedural
dapat menemukan konsep-konsep dan untuk menganalisis, menguji, dan
prinsip. Model pembelajaran inkuiri adalah mengevaluasi bukti serta dilakukan secara
cara penyajian pelajaran yang memberi sadar. Pengajaran keterampilan berpikir kritis
kesempatan kepada siswa untuk menemukan di Indonesia memiliki beberapa kendala, salah
informasi dengan atau tanpa bantuan guru. satunya adalah dominasinya guru dalam
Model pembelajaran inkuiri adalah proses pembelajaran dan tidak memberi akses
merupakan proses belajar yang memberikan pada peserta didik untuk berkembang secara
kesempatan pada siswa untuk menguji dan mandiri melalui penemuan dan proses
menafsirkan problema secara sistematika berpikirnya, selain minimnya keterampilan
yang memberikan konklusi berdasarkan berpikir kritis siswa yang bermuara pada
pembuktian. Berdasarkan beberapa rendahnya kemampuan siswa untuk
pengertian yang tersebut di atas dapat menyelesaikan setiap permasalahan, siswa
disimpulkan bahwa model inkuiri adalah terbiasa dengan menyalin atau mencontek
suatu cara yang digunakan dalam proses sehingga pada saat diberikan soal-soal atau
pembelajaran sehingga siswa mempunyai tes nilai yang dihasilkan dibawah rata-rata
kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau atau kurang memuaskan.
menyelidiki sesuatu yang melibatkan seluruh Salah satu tugas perkembangan yang
kemampuan siswa untuk mencari dan sejak usia dini sudah harus diketahui oleh
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, individu adalah pemahaman akan konsep-
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan konsep sederhana tentang kenyataan sosial
sendiri. dan alam. Oleh karena itu, sudah seharusnya
Melibatkan peserta didik dalam inkuiri diterapkan pendidikan terutama berbasis pada
memungkinkan peserta didik untuk terlibat kemampuan siswa, yaitu pendidikan
dalam proses mental yang tinggi (penalaran) kecakapan hidup (life skills) untuk
dan mengambil keputusan. Sepanjang proses mengembangkan keterampilan pribadi/
inkuiri, para guru dan peserta didik didorong personal, keterampilan berpikir/ akademik,
untuk berpikir kritis, terbuka, dan yang paling keterampilan sosial, dan keterampilan
penting keingintahuan tentang lingkungan vokasional. (Sumiati dan Asra, 2007).
belajar. Peserta didik menjadi lebih sadar Keterampilan proses yang merupakan bagian
bahwa mereka bertanggung jawab atas dari kinerja ilmiah yang mengarah pada
temuan mereka sendiri. Proses inkuiri proses penemuan juga belum mendapat
memiliki potensi untuk mengembangkan perhatian yang serius dari dunia pendidikan.
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 3
Pencapaian kinerja ilmiah siswa yang masih pembelajaran inkuiri. Variabel terikat
rendah dalam pembelajaran disebabkan (dependent variable) dalam penelitian ini
karena karakteristik materi yang terlalu padat adalah kemampuan berpikir kritis dan
dan tolak ukur keberhasilan pendidikan di keterampilan proses belajar siswa. Teknik-
sekolah masih difokuskan dari segi produk teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
(konsep). data adalah Instrumen Tes yang diberikan
Masalah-masalah yang menyebabkan sebelum (pretest) dan setelah (posttest)
rendahnya kemampuan berpikir kritis dan proses pembelajaran pada kelas eksperimen
keterampilan proses siswa adalah kurang dan kelas kontrol.
tepatnya guru dalam memilih strategi Instrumen yang digunakan untuk
pembelajaran, yaitu cara-cara yang digunakan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai pada penelitian ini adalah instrumen berupa
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. tes bentuk pilihan essay tes yang dipakai
Kemampuan berpikir kritis seharusnya dapat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
dimiliki oleh setiap siswa, apabila siswa siswa yang meliputi 6 keterampilan kognitif
sudah memiliki kemampuan berpikir kritis dia menurut Facione (2010) yaitu interpretasi
akan lebih mudah untuk memecahkan suatu (interpretation), analisis (analysis), evaluasi
masalah yang ada di hadapan mereka, dengan (evaluation), inferensi (inference), penjelasan
terbiasanya menyelesaikan atau memecahkan (explanation), dan self-regulation. Instrumen
sebuah masalah maka dia akan terbiasa tes ketetampilan proses sesuai yang
menghadapi masalah yang sesulit apapun. dikemukakan oleh Nur (2002) penulis
Untuk itu tugas guru yang paling utama dari mengambil 4 keterampilan proses meliputi
pendidikan ini adalah mengembangkan keterampilan memprediksi/ peramalan,
kemampuan yang dimiliki oleh siswanya, mengobservasi/pengamatan,
terutama kemampuan berpikir kritis. Jadi mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
dengan diterapkannya Selanjutnya keterampilan proses siswa di
model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat amati dengan menggunakan lembar observasi.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan Instrumen belajar terlebih dahulu di validiasi,
keterampilan proses sehingga diharapkan di uji reliabilitas, menghitung daya pembeda
akan meningkatnya kualitas pendidikan. dan tingkat kesukaran soal di bantu dengan
program Anates V5 kemudian dilakukan uji
METODE coba. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
terlebih dahulu di uji normalitas data dan
Penelitian ini dirancang dengan homogenitas. Data kemampuan berpikir kritis
menggunakan eksperimen semu (quasy dan keterampilan proses selanjutnya di
experiment). Populasi penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan t-test dan
semua siswa kelas VII SMP Negeri 19 Palu analisis of varian (anova). Pengolahan data
tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling dilakukan dengan menggunakan program
yang digunakan adalah teknik simple random statistik SPSS 16.
sampling. Subyek penelitian terdiri dari 2
kelas yaitu kelas VIIa menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
konvensional dengan jumlah siswa 28 orang
atau sebagai kelas kontrol dan kelas VIIb Deskripsi hasil kemampuan berpikir kritis
menggunakan model pembelajaran Inkuiri Data hasil penelitian dari 28 siswa yang
atau sebagai kelas eksperimen dengan jumlah mengikuti pretest pada kelas kontrol terdapat
siswa 27 orang. Variabel bebas (Independent 17 orang yang tidak tuntas sehingga secara
variable) dalam penelitian ini adalah metode klasikal belum tuntas dengan persentase
4 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10 ISSN: 2089-8630
60,7%. Jika dilihat dari kemampuan berpikir kemampuan menganalisis. Untuk kelas
kritis siswa lebih tinggi pada self regulation eksperimen dari 27 siswa yang mengikuti
atau kemampuan dalam hal kesadaran diri postest semua siswa telah secara klasikal
sementara kemampuan terendah terletak pada persentase 100%, jika dilihat dari kemampuan
kemampuan mengevaluasi data, sedangkan berpikir kritis siswa nilai tertinggi terletak
untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang pada kemampuan eksplanasi dan untuk nilai
mengikuti pretest terdapat 13 orang yang terendah terletak pada kemampuan
tidak tuntas sehingga secara klasikal belum menganalisis.
tuntas dengan persentase 48,18%. Jika dilihat Untuk melihat perubahan kemampuan
dari kemampuan berpikir kritis siswa tertinggi berpikir kritis siswa per-indikator pada kelas
pada kemampuan menginferensi sedangkan eksperimen yang diberi perlakuan
nilai terendah terletak juga pada kemampuan pembelajaran dengan metode inkuiri
mengevaluasi. kemampuan Eksplanasi atau penjelasan
Pada postest dari 28 siswa yang dengan penalaran, Interpretasi atau
mengikuti postest pada kelas kontrol terdapat kemampuan memahami dan mengungkapkan,
1 orang yang tidak tuntas sehingga secara Evaluasi, Self Regulation atau kemampuan
klasikal belum tuntas dengan persentase memantau aktifitas kognitif diri/kesadaran diri,
3,6%, Jika dilihat dari kemampuan berpikir Inferensi atau kemampuan mengidentifikasi
kritis siswa nilai tertinggi terletak pada dan Analisis atau kemampuan
kemampuan kesadaran diri (self regulation) mengidentifikasi ditunjukan seperti pada
dan untuk nilai terendah terletak pada gambar 1.
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
Pretest
30.0%
20.0% Postest
10.0%
0.0%
Gambar 1. Diagram penguasaan kemampuan berpikir kritis per-indikator dilihat dari pretest dan
posttest pada kelas ekperiemen
3,6%, Jika dilihat dari keterampilan proses mengobservasi dan untuk nilai terendah
siswa nilai tertinggi terletak pada kemampuan terletak pada kemampuan menyimpulkan.
mengobservasi dan untuk nilai terendah Untuk melihat perubahan keterampilan
terletak pada kemampuan menyimpulkan. proses perindikator pada kelas eksperimen
Untuk kelas eksperimen dari 27 siswa yang yang diberi perlakuan pembelajaran dengan
mengikuti postest semua siswa telah tuntas metode inkuiri keterampilan memprediksi,
secara klasikal dengan persentase 100%, jika mengamati, menjelaskan dan menyimpulkan
dilihat dari keterampilan proses siswa nilai ditunjukan seperti pada Gambar 2
tertinggi terletak pada kemampuan
100.0%
90.0%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0% Pretest
20.0% Postest
10.0%
0.0%
Tabel 1. Persentase Kemunculan Keterampilan Proses Sains berdasarkan lembar observasi pada kelas
kontrol dan kelas ekperimen
No Aspek Ketrampilan Proses Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rerata Ketercapaian Rerata Ketercapaian
1. Keterampilan Memprediksi 23 85 % 18 63%
2. Keterampilan Mengobservasi 25 94 % 23 82%
3. Keterampilan Mengomunikasi 23 82 % 19 64%
4. Keterampilan Menyimpulkan 23 85 % 20 65%
6 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 1-10 ISSN: 2089-8630
Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata pada kelas kontrol. Dalam hal ini keterampilan
persentase kemunculan aspek keterampilan menjelaskan/mengkomunikasikan memiliki
proses pada kelas eksperimen dan kelas persentase kemunculan paling rendah yaitu
kontrol yang paling tinggi setelah dilakukan sebesar 82% untuk kelas eksperimen dan 64%
pengamatan (observasi) adalah keterampilan pada kelas kontrol
mengobservasi dengan rata-rata kemunculan
sebesar 94% dan 82%. Kehadiran model N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis
dalam pembelajaran ini memungkinkan siswa Hasil pretest dan postest kemampuan
melakukan observasi/pengamatan dengan berpikir kritis siswa pada kelompok
baik dan benar. Kemudian keterampilan eksperimen dan kelompok kontrol N-gainnya,
memprediksi dengan rata-rata kemunculan menunjukan peningkatan kemampuan berpikir
sebesar 85% pada kelas eksperimen dan 63% kritis siswa antara sebelum dan sesudah
pada kelas kontrol dan keterampilan pembelajaran yang dapat dilihat pada
menyimpulkan dengan rata-rata kemunculan Gambar 3.
sebesar 85% untuk kelas ekperimen dan 65%
80
Rata-rata N-gain Berpikir
60
Kritis
40 N Gain Kemampuan
Berpikir Kritis
20
0
Kls Kontrol Kls Eksperimen
Gambar 3. N-Gain kemampuan Berpikir kritis Siswa
N-gain kelompok eksperimen rata-rata
sebesar 68,28 lebih tinggi dibanding N-Gain Tes Keterampilan Proses
kelompok kontrol rata-rata sebesar 44,49 Hasil pretest dan postest keterampilan
yaitu selisih 23,79. N-gain tertinggi kelompok proses siswa pada kelompok eksperimen dan
eksperimen adalah 100; sedangkan kelompok kelompok kontrol menunjukan perubahan
kontrol 87,50. Walaupun kedua hasil tersebut hasil belajar antara sebelum dan sesudah
berada pada kategori sedang, namun telah pembelajaran yang dapat dilihat pada Gambar
terlihat adanya peningkatan kemampuan 4.
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen.
70
Rata-rata N-gain Berpikir
60
50
Kritis
40
N Gain Keterampilan
30 Proses Siswa
20
10
0
Kls Kontrol Kls Eksperimen
Gambar 4. N-Gain Keterampilan Proses Siswa
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 7
pada pembelajaran dengan model inkuiri ini siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan terlibat
siswa dituntut untuk melakukan penjelasan langsung dalam pembelajaran seperti siswa
sehingga secara tidak langsung keterampilan harus membuat prediksi kemudian melakukan
menjelaskan siswa dapat berkembang. pengamatan untuk membuktikan jawaban dari
Sebagian besar siswa mampu menjelaskan prediksi yang telah dibuat dan menjelaskan
kesesuaian antara prediksi yang telah dibuat kesesuaian antara prediksi dengan hasil
dengan hasil pengamatan yang telah pengamatan. Dari keterlibatan siswa dalam
dilakukan. Bila prediksi yang dibuat siswa kegiatan pembelajaran tersebut secara tidak
sesuai dengan hasil pengamatan yang telah langsung keterampilan proses sains siswa
dilakukan maka akan terjadi penguatan dapat meningkat. Hal tersebut sejalan dengan
konsep dalam diri siswa. Namun bila prediksi pendapat Semiawan (1996) bahwa
siswa berbeda dengan hasil pengamatan yang keterampilan mengamati (observasi)
telah dilakukan, maka siswa akan merupakan keterampilan ilmiah yang
membangun kembali konsep yang telah ada mendasar. Selanjutnya Matthew (2004)
dalam diri siswa berdasarkan pengamatan mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri
yang telah dilakukan siswa itu sendiri. Hal menjadi sangat tepat dilaksanakan dengan
tersebut juga sejalan dengan teori belajar metode demonstrasi yang bisa langsung
Piaget (1972) dalam Ende (2013) yang diobservasi.
menyatakan bahwa jika dugaan siswa sama Berdasarkan data hasil lembar observasi
dengan hasil pengamatan maka akan terjadi dapat dilihat bahwa keterampilan mengamati
penguatan konsep yang dimiliki siswa, siswa selama pembelajaran dengan model
sebaliknya jika yang diamati berbeda dengan inkuiri menunjukkan bahwa keterampilan
yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif mengamati siswa memiliki persentase sebesar
konflik yang perlu adanya proses akomodasi 94%. Selama pembelajaran dengan model
kognitif dalam pikiran siswa. inkuiri siswa diminta untuk mengamati
kejadian atau peristiwa yang terjadi secara
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri langsung dengan menggunakan indera juga
terhadap Keterampilan Proses Siswa mencatat dengan rinci fakta yang relevan dari
Hasil uji hipotesis dengan Anova untuk objek dan segala sesuatu di sekitarnya,
keterampilan proses siswa diperoleh data misalnya siswa diminta untuk mengamati
yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan gerakan membuka dan menutupnya insang
peningkatan keterampilan proses siswa pada ikan setelah diberikan bermacam-macam
kelas yang di terapkan pembelajaran inkuiri bahan polutan dengan waktu yang telah
(kelas eksperimen) dengan kelas yang ditentukan sampai ikan mengalami kematian.
diterapkan pembelajaran konvensional Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa
(kelompok kontrol) secara nyata. melakukan kinerja yang sangat antusias dan
Hasil penguasaan keterampilan proses sangat baik sehingga hasilnya pun
siswa perindokator diperoleh karena pada menunjukkan hasil yang positif.
penerapan pembelajaran tersebut siswa diberi Joyce dan Weil (2000) dalam
kesempatan yang seluas-luasnya dalam Kemendikbud (2014) mengemukakan bahwa
mengonstruksi pengetahuannya untuk inti dari pembelajaran inkuiri adalah
memecahkan atau menjawab masalah yang melibatkan peserta didik dalam masalah
diberikan dan juga melakukan kegiatan penyelidikan nyata dengan menghadapkan
ilmiah. Hal lain yang mungkin menyebabkan mereka dengan cara penyelidikan
peningkatan keterampilan proses siswa adalah (investigasi), membantu mereka
pembelajaran dengan model inkuiri ini mengidentifikasi masalah konseptual atau
memberikan pengalaman langsung bagi metodologis dalam wilayah investigasi, dan
Sri Usdalifat, dkk. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan ……………… 9
Matthew, K. 2004. Classroom Use of Multi Sutama, I.N., I.B. Putu Arnyana, I.B. Jelantik
Media-Supported Predict-Observe- Swasta. 2014. “Pengaruh Model
Explain Taks in Sosial Construktivist Pembelajaran Inkuiri terhadap
Learning Environment. Research in Keterampilan Berpikir Kritis dan
Science Education 34:427-453. Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi
Nur, M., 2002. Keterampilan-keterampilan Kelas XII IPA SMA Negeri 2
Proses Sains.” Makalah yang Amlapura” E-Journal Program
disampaikan pada Pelatihan Pascasarjana Universitas Pendidikan
Pembelajaran yang Berkaitan dengan Ganesha.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Sumiati dan Asra. 2007. Metode
kepada Para Guru MIPA SMU Negeri Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Kabupaten Sidoarjo. Surabaya: PSMS Prima
UNESA. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Semiawan, C. 1996. Pendekatan keterampilan dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
proses. Jakarta: PT. Gramedia Prestasi Pustaka
Widiasarana Indonesia.
Shamdas G., 2012. Pembelajaran Inovatif.
Lembaga Pengkajian Pembaharuan
Hukum dan Kebijakan Publik
(LP2HKP). Palu.