Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Penerapan Model (Azzahrotul Hasanah) 1

1
1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP


KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Azzahrotul Hasanah1., Lisa Utami1


1
Program Studi Pendidikan Kimia FTK UIN SUSKA RIAU, Indonesia
Email azzahrotulhasanah@gmail.com
Email l154_lazoelva@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017 di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 12 Pekanbaru. Metode yang digunakan adalah quasi
eksperiment. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel
penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 36 siswa.
Pengambilan data menggunakan instrumen lembar observasi keterampilan proses sains. Analisis
data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh thitung
sebesar 2,61, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 1,66, sehingga thitung > ttabel yang
menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat pengaruh model
Problem Based Learing (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan, dengan koefisien pengaruh (KP) sebesar 8%.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Keterampilan Proses Sains, Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan

Pendahuluan IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu


keterampilan proses dasar (basic skills) dan
Ilmu pengetahuan alam (IPA)
keterampilan proses terintegrasi (integrated
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
skills). Keterampilan proses dasar terdiri atas
atau sains yang semula berasal dari bahasa
mengamati, menggolongkan, mengukur,
inggris science. Kata science sendiri
mengomunikasikan, menginterpretasi data,
berasal dari kata dalam bahasa latin
memprediksi, menggunakan alat, melakukan
scientia yang berarti saya tahu (Trianto,
percobaan, dan menyimpulkan.
2013:136). IPA pada hakikatnya dibangun
Keterampilan proses terintegrasi meliputi
atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan
merumuskan masalah, mengidentifikasi
sikap ilmiah. Proses belajar mengajar IPA
variabel, mendeskripsikan hubungan
menekankan pada keterampilan proses yang
antarvariabel, mengendalikan variabel,
dimiliki siswa karena secara umum IPA
mendefinisikan variabel secara operasional,
dipahami sebagai ilmu yang lahir dan
memperoleh dan menyajikan data,
berkembang lewat langkah-langkah
menganalisis data, merumuskan hipotesis,
observasi, perumusan masalah, penyusunan
merancang penelitian, dan melakukan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui
penyelidikan/ percobaan (Kemdikbud,
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta
2013:6).
penemuan konsep dan teori.
Keterampilan proses sains perlu
Keterampilan proses merupakan
diterapkan kepada siswa, karena
seperangkat keterampilan yang digunakan
keterampilan proses dapat diartikan sebagai
para ilmuan dalam melakukan penyelidikan
wawasan atau anutan pengembangan
(Qomariyah dkk, 2014). Keterampilan
keterampilan-keterampilan intelektual,
proses merupakan seperangkat keterampilan
sosial, dan fisik yang bersumber dari
yang digunakan dalam melakukan
kemampuan-kemampuan mendasar yang
penyelidikan untuk menemukan suatu
prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
konsep/prinsip/teori. Keterampilan proses
Keterampilan proses dimaksudkan untuk
2 Jurnal Pendidikan Sains

mengembangkan kemampuan-kemampuan mengatakan meskipun SMA Negeri 12


yang dimiliki siswa serta agar siswa dapat Pekanbaru telah menerapkan kurikulum
menghayati dan memahami pelajaran 2013 namun, dalam proses pembelajaran
dengan baik (Kurnia Saputri, 2015:2). masih banyak siswa yang cenderung pasif,
Keterampilan proses sains penting dalam hanya menerima materi yang diajarkan,
pembelajaran saat ini, karena perkembangan tanpa mau menelaah lebih dalam dan
ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung berkelanjutan (minimnya Keterampilan
semakin cepat sehingga guru tidak hanya Proses Sains Siswa), kurangnya inisiatif
mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa untuk bertanya kepada guru, jika
siswa, adanya kecendrungan bahwa siswa ditanya contoh dalam kehidupan sehari-hari,
lebih memahami konsep-konsep yang rumit maka siswa akan memberikan jawabannya
dan abstrak jika disertai dengan contoh yang sesuai dengan yang diberikan oleh guru, dan
konkret, penemuan dan perkembangan ilmu belum terbiasanya siswa dihadapkan dengan
pengetahuan dan teknologi tidak bersifat pembelajaran-pembelajaran yang berbasis
mutlak, tetapi bersifat relatif, dalam proses masalah.
belajar mengajar, pengembangan konsep Salah satu Pembelajaran yang
tidak terlepas dari pengembangan sikap dan bertujuan untuk mengembangkan
nilai dalam diri siswa (Kurnia Saputri, kemampuan berpikir, bekerja ilmiah dan
2015:2). bersikap secara ilmiah melalui
Berdasarkan 21st Century perkembangan ketrampilan proses sains
Partnership Learning Framework, terdapat adalah pembelajaran berbasis masalah
beberapa kompetensi yang harus dimiliki (problem based learning). Menurut Arends
oleh sumber daya manusia abad 21, yaitu Model tersebut merupakan pembelajaran
kemampaun memecahkan masalah (Problem yang berorientasi pada masalah dan
Solving Skills) dan kemampuan pemecahannya di dalam kelas. Ciri utama
berkomunikasi (Communication Skills). Tan model pembelajaran ini adalah bahwa
menyatakan bahwa pendidikan di zaman ini pengetahuan dicari dan dibentuk oleh siswa
berhubungan erat dengan masalah yang ada dalam upaya memecahkan contoh-contoh
di dunia nyata sehingga pendidik diharapkan masalah yang dihadapkan pada mereka
tidak hanya menanyakan bagaimana tetapi sebagai subjek yang melakukan aktivitas
mengapa agar peserta didik mampu belajar, siswa tidak berperan sebagai
menemukan konsep sendiri untuk mengatasi penerima informasi pasif, tetapi diarahkan
masalah (Andi Wahyudi, 2015:6). untuk menemukan informasi yang relevan
Penyebab yang menjadikan dan merancang solusi atas permasalahan
beberapa aspek keterampilan proses sains yang ada sehingga Problem Based Learning
belum terpenuhi diantaranya adalah menurut Tosun & Senocak dapat
pembelajaran yang digunakan belum menciptakan suasana pengetahuan
menerapkan dan mengoptimalkan aspek- metakognisi yaitu siswa dapat berfikir
aspek yang ada pada keterampilan proses bagaimana cara berfikir dan siswa dapat
sains siswa, meskipun sudah dilakukan mengontrol proses kognisinya sendiri. Selain
usaha untuk mengajak siswa untuk terlibat itu Problem Based Learning (PBL) menurut
kedalam proses pembelajaran, dari siswa Masek & Sulaiman dapat mempengaruhi
sendiri masih ditemukan kegiatan-kegiatan pengetahuan yang didapatkan siswa
yang tidak termasuk dalam pembelajaran mencapai kemampuan metakognisi dan
seperti mengobrol dengan teman dan membuat siswa berfikir tingkat tinggi
beberapa mengerjakan tugas lain saat sehingga keterampilan proses sains dapat
pembelajaran berlangsung, sehigga perlu dikuasai siswa, dengan kata lain
segera diatasi agar proses pembelajaran pengetahuan dan keterampilan proses sains
dapat berjalan dengan baik(Andi Wahyudi, siswa dapat meningkat (Andi Wahyudi,
2015:5). 2015:6-7).
Berdasarkan hasil wawancara yang Penelitian sebelumnya yang di
telah dilakukan dengan guru SMA Negeri 12 lakukan oleh Aan Hanafiah menyimpulkan
Pekanbaru pada tanggal 31 Januari 2017 bahwa model pembelajaran Problem Based
Pengaruh Penerapan Model (Azzahrotul Hasanah) 1
1
3

Learning (PBL) memiliki pengaruh terhadap Target/Subjek Penelitian


Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa Subjek dalam dalam penelitian ini
pada materi laju reaksi, besarnya adalah peserta didik kelas XI IPA SMA
peningkatan keterampilan proses sains Negeri 12 Pekanbaru. Sedangkan Objek
dengan model Problem Based Learning penelitian ini adalah kemampuan proses
(PBL) dari 18,15% menjadi 47,73%. sains siswa dengan menggunakan model
Adapun keterampilan proses sains tertinggi pembelajaran Problem Based Learning pada
pada kelas eksperimen adalah mengajukan mata pelajaran kimia pada materi kelarutan
pertanyaan (90,74), sedangkan yang paling dan hasil kali kelarutan.
rendah adalah keterampilan memprediksi Populasi dalam penelitian ini adalah
(22,22%). Sehingga menjadi dasar peneliti seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 12
untuk melakukan penelitian dengan model Pekanabaru Tahun Pelajaran 2016/2017
PBL terhadap keterampilan proses sains yang berjumlah 236 orang. Teknik yang
siswa, dengan menerapkan model PBL pada dipilih adalah purposive sampling yang
kelas eksperimen, maka peneliti ingin dikenal dengan sampling pertimbamgan,
melihat apakah model PBL ini dapat yaitu teknik sampling yang digunakan
mempengaruhi keterampilan proses sains peneliti jika peneliti mempunyai
siswa. Materi yang sesuai dengan model pertimbangan-pertimbangan atau tujuan
PBL ini adalah materi yang berupa konsep tertentu, hanya mereka yang ahli yang patut
yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. memberikan pertimbangan untuk
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan sangat pengambilan sampel yang diperlukan
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Sugiyono, 2009:h. 84). Pada penelitian ini,
dan juga merupakan materi yang yang ditetapkan sebagai sampel adalah
menggabungkan konsep dan perhitungan siswa/i kelas XI IPA, karena pemilihan
sehingga diperlukan cara berpikir dan materi yaitu kelarutan dan hasil kali
analisis yang tinggi untuk memahami materi kelarutan, yang akan diukur pengaruh
tersebut dalam memecahkan masalah. perlakuan model PBL terhadap KPS siswa.
Karena PBL ini dapat membangkitkan Adapun pertimbangan pemilihan sampel
keaktifan siswa dan dapat membangun untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
pengetahuannya sendiri. adalah berdasarkan pertimbangan guru.
dengan mempertimbangkan pengambilan
Metode Penelitian sampel kelas sesuai kemampuan kognitif
Penelitian yang dilakukan rata-rata siswa kelas tersebut. Sampel pada
merupakan penelitian kuantitatif penelitian ini diambil sebanyak 72 siswa
menggunakan metode eksperimen semu terdiri dari 36 sampel XI IPA 2 sebagai
(quasi experimental research. Dalam hal ini kelas kontrol dan 36 sampel XI IPA 1
peneliti menggunakan dua kelas dengan sebagai kelas eksperimen.
kemampuan yang sama, dimana ada kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Kelas Teknik Pengumpulan Data
eksperimen adalah kelas yang diberi Teknik pengumpulan data yang
perlakuan menggunakan model Problem digunakan dalam penelitian ini adalah
Based Learning (PBL) sedangkan kelas lembar observasi/pengamatan dan
kontrol dengan metode diskusi informasi. dokumentasi.
observasi (observation) adalah suatu
Waktu dan Tempat Penelitian teknik yang dilakukan dengan cara
Penelitian dilaksanakan di SMA mengadakan pengamatan secara teliti serta
Negeri 12 Pekanbaru pada kelas XI semester pencatatan secara sistematis (Suharismi
2 pada bulan maret- april tahun pelajaran Arikunto, 2015:60). Observasi yang
2016/2017.. Populasi dalam penelitian dilakukan disini adalah observasi langsung,
adalah seluruh kelas XI SMA Negeri yang mengumpulkan data berdasarkan
Pekanbaru tahun pelajaran 2016/2017. pengamatan yang menggunakan mata atau
telinga secara langsung. Dengan demikian
melalui observasi dapat terlihat kemunculan
4 Jurnal Pendidikan Sains

keterampilan proses sains yang diamati Tabel 1. Kriteria Skor Penilaian


dengan menggunakan panca indera secara Presentase (%) Keterangan
langsung. 81-100 Sangat baik
Dokumentasi dalam penelitian ini 61-80 Baik
digunakan untuk memperoleh daftar nama 41-60 Cukup
dan jumlah siswa kelas XI SMA Negeri 12 21-40 Kurang
Pekanbaru, Rancangan Pelaksaaan 0-20 Sangat kurang
Pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta
didik (LKPD), serta mendokumentasikan Analisa data penelitian, terdiri atas
aktivitas siswa saat pembelajaran analisis data awal (uji homogenitas), uji
berlangsung. Dokumentasi ditujukan untuk normalitas, dan analisis data akhir (uji
memperoleh data langsung dari tempat hipotesis) serta penentuan nilai pengaruh (r2)
penelitian, meliputi buku yang relevan, dan peningkatan koefisien pengaruh (Kp).
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto- Sebelum menganalisis data dengan
foto, dan data yang relevan dengan testt, maka data yang didapat harus
penelitian (Riduwan, 2010: 77). Foto dilakukan uji normalitas terlebih dahulu, uji
dokumentasi berfungsi untuk merekam ini bertujuan untuk menguji apakah suatu
berbagai kejadian penting dalam proses sampel dalam penelitian ini berasal dari
pembelajaran. Hasil lembar pengamatan populasi yang normal atau tidak. Untuk
keterampilan proses sains digunakan sebagai menguji normalitasnya dapat menggunakan
bukti nyata dari proses pengumpulan data. Chi kuadrat, maka rumus yang digunakan
RPP digunakan sebagai bukti nyata dari adalah (Hartono, 2012:178):
rancangan proses pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran. (fo fe)2
X2 =
fe
Teknik Analisis Data =1
Penilaian observasi menggunakan Analisis data akhir meliputi uji
alat atau instrumen berupa lembar observasi prasyarat (uji homogenitas dan uji
dengan daftar cek (check list) dan skala normalitas) dan uji hipotesis dengan
penilaian (rating scale)). Teknis analisis menggunakan test t. Untuk menentukan
data berupa analisis lembar observasi yang pengaruh dari model yang diterapkan
digunakan untuk mengetahui gambaran digunakan rumus Kp (Riduwan, 2012:224):
keterampilan proses sains pada saat proses Kp = r2 x 100%
pembelajaran berlangsung. Tahapan
analisisnya sebagai berikut:
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Pemberian tanda cek () pada tiap
deskriptor yang tampak dilembar Data hasil penelitian ini berupa
observasi yang diberikan oleh observer keterampilan proses sains siswa pada materi
pada setiap siswa untuk tiap jenis kelarutan dan hasil kali kelarutan.
keterampilan proses. Pengukuran keterampilan proses sains
2. Data hasil observasi keterampilan menggunakan lembar observasi. Data hasil
proses dihitung menggunakan rumus penelitian tersebut diperoleh dari dua kelas
sebagai berikut: sampel yang merupakan bagian dari
Skor yang diperoleh populasi kelas XI SMA Negeri 12
Nilai = 100% Pekanbaru. Kelas XI.1 sebagai kelas
skor maksimal
eksperimen yang terdiri dari 36 siswa. kelas
XI.2 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari
36 siswa. Kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional yaitu diskusi
informasi sedangkan kelas eksperimen
menggunakan model probem based
learning. Penelitian dilakukan selama 6 kali
pertemuan dalam waktu 3 minggu. Materi
Pengaruh Penerapan Model (Azzahrotul Hasanah) 1
1
5

pembelajaran IPA kimia tentang kelaruta proses sains siswa adalah berupa lembar
dan hasil kali kelarutan dipilih dalam observasi..
penelitian ini dengan menggunakan model Observer dalam penelitian ini
pembelajaran problem based learning. berjumlah 5 orang observer yang bertugas
Observasi pada penelitian ini untuk mengamati kegiatan yang dilakukan
menggunakan observasi guru(peneliti) oleh peserta didik menggunakan lembar
dan observasi keterampilan proses sains observasi. Lembar observasi digunakan
siswa. Observasi guru(peneliti) bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses yang
untuk mengetahui keterlaksanaan dan muncul sesuai kegiatan yang dilakukan
kesesuaian Rencana Pelaksanaan selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran (RPP) dengan langkah- Setiap observer mengobservasi satu
kelompok, mereka melakukan penilaian
langkah pembelajaran yang dilakukan
keterampilan proses menggunakan
oleh guru di dalam kelas. Sedangkan instrumen berupa lembar pengamatan atau
observasi KPS siswa digunakan untuk lembar observasi dengan daftar cek (check
mengetahui perilaku siswa yang list) dan skala penilaian (rating scale) yang
berkaitan dengan keterampilan proses terdapat dalam lembar observasi tersebut.
sains siswa selama proses pembelajaran. Nilai observasi ketrampilan proses sains
Observasi dilakukan antara kelompok kontrol dan kelompok
menggunakan lembar observasi yang eksperimen dianalisis dengan uji
telah divalidasi oleh dosen ahli yaitu ibu parametrik yaitu uji t. Uji t digunakan untuk
Lisa Utami, S.Pd., M.Si. Analisis uji mengetahui ada tidaknya perbedaan
validitas, peneliti melakukan uji secara signifikan antara nilai kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen, namun
isi. Validitas isi merupakan validitas
sebelum dilakukan uji t harus dilakukan uji
berdasarkan saran-saran dan diskusi normalitas dan uji homogenitas.
dengan ahlinya dengan melihat Berdasarkan analisis tersebut dapat
kesesuain antara indikator dan diketahui ada tidaknya pengaruh model
pernyataan, serta bahasa yang digunakan Probem Based Learning terhadap
baku atau tidak. Untuk memenuhi keterampilan proses sains siswa.
kriteria tersebut, peneliti melakukan uji Berikut disajikan perolehan nilai
validitas terlebih dahulu. Instrumen yang dan rata-rata kelompok kontrol dan
digunakan untuk mengukur keterampilan eksperimen dan Gambar 1 dan Gambar 2.

Eksperimen Kontrol

79%75% 83%78%
63%60% 62%60% 69%66% 62%59% 63%60%

Gambar 1. Perolehan nilai KPS kelas kontrol dan kelas eksperimen


6 Jurnal Pendidikan Sains

Rata-rata KPS Kelas Eksperimen dan


Kontrol

65%

62%

eksperimen kontrol
Gambar 2. Rata-Rata Nilai KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 1 terlihat Data KPS siswa dianalisis secara


bahwa nilai KPS setiap aspeknya kelas statistik menggunakan uji-t untuk
ekseprimen lebih tinggi dari pada kelas mengetahui pengaruh model Problem Based
kontrol dapat dipastikan bahwa model Learning terhadap KPS. Rancangan
Problem Based Learning yang diterapkan hipotesis untuk keputusan uji adalah :
mampu mengembangkan KPS. Didukung
dengan data rata-rata perolehan nilai dari Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata
kelompok kontrol dan eksperimen dapat nilai KPS antara kelas kontrol dan
diketahui pengaruh pembelajaran Problem eksperimen
Based Learning dengan melihat selisih Ha : Terdapat perbedaan rata-rata nilai
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen KPS antara kelas kontrol dan
kemudian dibandingkan dengan jumlah rata- eksperimen
ratanya. Berikut disajikan hasil analisis pada
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis uji-t pengaruh PBL terhadap KPS

Kelas N X thitung ttabel
Eksperimen 36 3038 84,38 2,618 1,666
Kontrol 36 2835 78,75

Mengacu pada Tabel 1 terlihat Indikator pertama adalah


bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara keterampilan mengamati, terlihat pada
kelas kontrol dengan kelas eksperimen. gambar 1 bahwa siswa kelas eksperimen
Adanya perbedaan menunjukkan bahwa lebih unggul dari kelas kontrol, hal ini
terdapat pengaruh model PBL terhadap dikarenkan siswa kelas eksperimen yang
KPS. Hal tersebut dikuatkan dengan rata- diterapakan pembelajaran Problem Based
rata perolehan nilai KPS kelas eksperimen Learning (PBL) terlebih dahulu diberikan
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. suatu permasalahan yang berkaitan dengan
materi, dari pemberian masalah tersebut
Pengaruh Model PBL terhadap KPS akan muncul pertanyaan mengapa dalam
Aspek KPS yang diukur meliputi diri siswa yang memunculkan rasa
mengamati, mengelompokkan, penasaran, sehingga siswa akan mengamati
mengkomunikasikan, memprediksi, lebih seksama dan didapatkan beberapa data
menggunakan alat dan bahan, menerapkan awal dari permasalahan tersebut. Dengan
kosep dan meramalkan. Nilai kelas demikian pembelajaran dengan model
eksperimen dari keenam aspek tersebut lebih Problem Based Learning (PBL) dapat
tinggi dibanding kelas kontrol. Hal tersebut meningkatkan keterampilan proses sains
dikarenakan penerapan model PBL pada siswa pada aspek mengamati. Penelitian
kelas eksperimen. oleh Aan Hanafiah juga mengungkapkan
bahwa pada proses pembelajaran dengan
Pengaruh Penerapan Model (Azzahrotul Hasanah) 1
1
7

model Problem Based Learning (PBL), pada gambar 1 bahwa keterampilan


siswa dihadapkan dengan wacana-wacana menerapkan konsep, kelas eksperimen lebih
yang diawali pada masalah, sehingga unggul dari kelas eksperimen. Hal ini
membantu siswa untuk lebih terampil dalam dikarenkan kelas eksperimen yang
mengamati suatu peristiwa (Aan Hanafiah, diterapkan pembelajaran Problem Based
2010: 3). Learning (PBL) siswa akan melakukan
Indikator kedua adalah keterampilan serangkain kegiatan berupa praktikum untuk
meramalkan, terlihat pada gambar 1 bahwa menerapkan konsep apa yang berhubungan
keterampilan meramalkan siswa kelas dengan masalah tersebut, sehingga konsep
eksperimen lebih unggul dari kelas control yang telah dikumpulkan dapat dirumuskan
(gambar 1). Hal ini dikarenakan siswa kelas masalahnya. Dari praktikum tersebut siswa
ekperimen yang diterapkan pembelajaran juga dapat menemukan penjelasan (konsep)
Problem Based Learning (PBL) diberikan tentang sesuatu yang berkenaan dengan
lembar masalah, sehingga siswa akan peristiwa, sehingga keterampilan proses
menerka-nerka kemungkinan hasil yang sains siswa pada aspek menerapkan konsep
akan diperoleh dari praktikum dan siswa akan meningkat.
akan meramalkan suatu keadaan tertentu Indikator keenam adalah
yang belum pernah diamati secara langsung keterampilan menggunakan alat dan bahan
dengan didasarkan pada pengetahuan yang terlihat pada gambar 1 bahwa keterampilan
sudah diperoleh. Dengan demikian menggunakan alat dan bahan, siswa kelas
keterampilan proses sains siswa pada aspek eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol.
meramalkan dapat dikuasai dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa kelas eksperimen
Indikator ketiga adalah keterampilan tidak hanya merancang percobaan, siswa
menafsirkan, terlihat pada gambar 1 bahwa kelas eksperimen juga dituntut untuk
keterampilan menafsirkan, siswa kelas menentukan alat dan bahan yang sesuai
eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol, dengan percobaan yang siswa rancang
hal ini dikarenakan siswa kelas ekperimen secara berkelompok sehingga siswa lebih
yang diterapkan pembelajaran Problem mengetahui tujuan dan cara menggunakan
Based Learning (PBL) melakukan alat tersebut. Dengan demikian
praktikum atau percobaaan sehingga pembelajaran denga model PBL dapat
diperoleh informasi awal dari praktikum. meningkatkan keterampilan proses sains
Informsi awal yang diperoleh akan siswa pada aspek menggunakan alat dan
memudahkan siswa untuk menafsirkan bahan, Donnel at al menyatakan bahwa
konsep apa yang berhubungan dengan pergeseran tanggung jawab untuk menyusun
masalah tersebut sesuai denga pemahaman prosedur praktikum kesiswa berarti siswa
atau informasi yang telah diketahui harus menyadari apakah percobaan tertentu
sebelumnya. Dengan demikiaan yang mereka rancang itu cocok, mengapa
keterampilan proses sains siswa pada aspek harus begitu dan apa yang akan terjadi
menafsirkan akan berkembang. (Yuniar TE, AT Widodo, 2015: 7).
Indikator keempat adalah Indikator ketujuh adalah
keterampilan mengelompokkan, terlihat keterampilan mengkomunikasikan, terlihat
pada gambar 1 bahwa keterampilan pada gambar 1 bahwa keterampilan
mengelompokkan, siswa kelas eksperimen mengkomunikasi kan, kelas eksperimen
lebih unggul dari siswa kelas kontrol. Hal ini lebih unggul dari kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan kelas ekperimen yang dikarenakan kelas eksperimen dengan model
diterapkan pembelajaran Problem Based pembelajaran Problem Based Learning
Learning (PBL) diberikan lembar kerja yang (PBL) melakukan diskusi kelompok dan
berguna untuk mengarahkan siswa mempersentasikan hasil karya nya didepan
menemukan konsepnya, sehingga siswa kelompok lain. Penelitian Indah Puji Rahayu
dapat mengelompokkan hasil percobaan mengungkapan bahwa dengan kegiatan
sesuai dengan konsep yang telah dipelajari. diskusi inilah keterampilan berkomunikasi
Indikator kelima adalah siswa dalam kelompok maupun dengan
keterampilan menerapkan konsep, terlihat
8 Jurnal Pendidikan Sains

kelompok lain dapat berkembang (Indah Simpulan dan Saran


Puji Rahayu, 2012: 8).
Simpulan
Pembelajaran dengan menerapkan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
model Problem Based Learning dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
melatih keterampilan proses sains siswa
Problem Based Learning (PBL) memiliki
serta membuat siswa memiliki kemampuan
pengaruh terhadap Keterampilan Proses
pemecahan masalah yang merupakan
Sains (KPS) siswa pada materi kelarutan dan
tuntutan skill abad-21, hal ini sejalan dengan
hasil kali kelarutan. Hal tersebut dibuktikan
pendapat Meyers, Washburn & Dyer bahwa
dari hasil t-test dimana thitung lebih besar
keterampilan proses sains dapat dikuasai
dari ttabel, yaitu 2,61 > 1,66 yang
siswa jika keterampilan berfikir tingkat
menunjukkan bahwa hipotesis alternatif
tinggi didapatkan siswa sedangkan
(Ha) diterima, artinya terdapat perbedaan
keterapilan berfikir tingkat tinggi dapat
keterampilan proses sains siswa yang lebih
didapatkan melalui Problem Based Learning
baik terhadap siswa yang mendapat
(Andi Wahyudi, 2015:)8. Lebih Lanjut
pembelajaran melalui model problem based
Frikson Joni Purba mengungkapkan bahwa
learning dibandingkan siswa yang mendapat
penerapan pembelajaran berbasis masalah
pembelajaran konvensional.
dapat meningkatkan keterampilan proses
sains, dimana pembelajaran berbasis Pengaruh model Problem Based
masalah siswa lebih berpartisipasi aktif Learning terhadap keterampilan proses sains
memecahkan masalah (Frikson Joni Purba, siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI
2015: 12). Ilmu Pengetahuan Alam SMA Negeri 12
Problem Based Learning merupakan Pekanbaru pada materi kelarutan dan hasil
model pembelajaran yang melatih siswa kali kelarutan pada kelas eksperimen
menemukan konsepnya sendiri berdasarkan memiliki koefisien pengaruh sebesar 8%.
masalah nyata dari kehidupan dengan Saran
keterampilan penyelidikan sehingga model Sebaiknya ketika menerapkan model
tersebut merupakan model yang paling pembelajaran Problem Based Learning ini,
tinggi levelnya (Mugla, 2011). Sintaks guru memberi tahu alat dan bahan pelajaran
model Problem Based Learning yang terdiri apa yang diperlukan dalam pembelajaran
dari lima aspek yaitu penyajian masalah, Problem Based Learning ini pada
mengorganisasi siswa meneliti, membantu pertemuan sebelumnya, sehingga
investivigasi siswa, memamerkan hasil pembelajaran dapat terjadi sesuai rencana
karya dan evaluasi pemecahan masalah. dan pemanfaatan waktu menjadi lebih
Sintaks tersebut membuat Guru berperan efektif.
dalam membimbing siswa melakukan
penyelidikan, bukan memberikan konsep Penelitian ini hanya difokuskan
kepada siswa. untuk melihat pengaruh model pembelajaran
Setelah diketahui bahwa terdapat Problem Based Learning terhadap
pengaruh model Problem Based Learning keterampilan proses sains siswa, bagi
(PBL) terhadap keterampilan proses sains peneliti lain yang ingin meneliti disarankan
siswa, dilakukan perhitungan untuk untuk meneliti variabel lain dari siswa
mengetahui besarnya pengaruh tersebut. misalnya keaktifan siswa, pemahaman
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan konsep, pemecahan masalah dan sebagainya.
uji koefisien pengaruh, dan diperoleh
besarnya pengaruh model Problem Based REFERENSI
Learning (PBL) terhadap keterampilan Aan, H. (2015). Pengaruh Model Problem
proses sains siswa adalah sebesar 8%. Based Learning (PBL)) terhadap
Keterampilan proses sains siswa yang Keterampilan Proses Sains (KPS)
dihasilkan kelas eksperimen jauh lebih baik Siswa pada Materi Laju Reaksi,
daripada pembelajaran yang diterapkan Skripsi. Universitas Islam Negeri
dengan metode diskusi informasi. Sultan Syarif Hidayatullah.
Pengaruh Penerapan Model (Azzahrotul Hasanah) 1
1
9

Andi, W. (2015). Pengaruh Problem Based Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian
Learning terhadap Keterampilan untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Proses Sains dan Hasil Belajar Pemula, Bandung: Alfabeta.
Biologi Siswa kelas X SMA Negeri
Jumpolo Tahun 2013/2014. Jurnal Sugiyono. (2010), Metode Penelitian
Pendidikan Kimia ISSN:2252-6897. Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung:Alfabeta.
Frikson, J.P. (2015). Pengaruh Model
Problem Based Learning dengan Trianto. (2009). Mendesain Model
Pemahaman Konsep Awal terhadap Pembelajaran Inovatif-Progresif
Keterampilan Proses Sains Siswa Konsep, Landasan, dan
SMA. Jurnal Pendidikan Fisiska Implementasinya pada Kurikulum
ISSN 2252-732X Vol 4 No 2. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Hartono. (2012). Statistik untuk Penelitian, Group.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yuniar TE. (2015). Problem Based
Indah, P.R. (2012). Inovasi Pembelajaran Learning Berpendekatan Seven
Berbasis Masalah Berbantuan Media Jumps untuk Meningkatakan Hasil
Transvisi Untuk Meningkatkan Belajar Siswa. Jurnal FMIPA Kimia
Keterampilan Prosws Sains. Jurnal Universitas semarang ISSN NO
FMIPA Uiversitas Negeri Semarang 2252-6609.
ISSN 1504-9876.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


(2013). Buku Guru Ilmu
Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan

Kurnia, S. (2015). Pengaruh Model


Problem Based Learning Terhadap
Keterampilan Menyimpulkan Hasil
Percobaan Siswa pada Pembelajaran
Fisika Dikelas X SMA Negeri 1
Tanjung Lubuk. Jurnal Inovasi dan
Pemebelajaran fisika, ISSN 2248-
9010.

Mugla. (2011). Overviews on Inquiry Based


and Problem Based Learning
Methods. Journal of Educational
Science: ISSN 1308 8971.

Qomariyah. (2014). Penerapan Model


Pembelajaran Guided Discovery
untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Siswa Kelas VII. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa, Vol. 02,
No. 01, hal 78-88, ISSN: 2252-7710.

Anda mungkin juga menyukai