Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR KERJA MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER KODE


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU DOKUMEN
PENDIDIKAN
F1.03.07
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Dosen Pengampu Mata kuliah : Dr. Nurul Umamah, M.Pd
Pokok Bahasan : Teknik dan Model Pembelajaran
Model Pembelajaran : Case Method

IDENTITAS MAHASISWA
Nama/NIM/Kelas Muhammad Sandy Wijaya/210210302016/A
Nama Anggota Muhammad Sandy Wijaya/210210302016/A
kelompok Tiara Nandini Nariswari/210210302028/A
Mika Angelina Sinaga/229919990135/A
Pertemuan Ke 6
Hari/Tanggal 28 September 2022

BAHAN DISKUSI
Silahkan baca dengan seksama beberapa buku-buku primer, jurnal nasional dan internasional
bereputasi tentang model pembelajaran.

Berdasarkan hasil pemahaman Anda setelah membaca referensi-referensi tersebut, kemudian


identifikasi permasalahan dan temukan solusi pemecahan masalahnya. Fokuskan kajian anda
pada:
1. Jelaskan urgensi dari model pembelajaran!
2. Analisislah unsur pokok dalam model pembelajaran!
3. Diskusikan Bersama kelompok Anda, apa sajakah kelompok model pembelajaran? Jelaskan
masing-masing kelompok model pembelajaran tersebut!
HASIL DISKUSI
A. Landasan Teoritis (Tuliskan hasil bacaan Anda tentang model pembelajaran disini,
pokok bahasan mengikuti panduan di atas)

Metode Accelerated Learning


Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan atau
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Teori yang mendasari model pembelajaran ini:
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala
sesuatu yang menarik perhatiannya;
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk
menganalisis strategi berpikirnya tersebut;
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi
lama yang telah dimiliki siswa;
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan
membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar
menghargai penjelasan atau solusi altematif.

Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri dibangun dengan asumsi bahwa sejak lahir
manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu
tentang keadaan alam di sekililingnya tersebut merupakan kodrat sejak ia lahir ke dunia,
melalui indra penglihatan, indra pendengaran, dan indra-indra yang lainnya. Keingintahuan
manusia terus menerus berkembang hingga dewasa dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimilikinya akan menjadi bermakna manakala didasari oleh keingintahuan
tersebut.

Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan
didisiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Selain itu inkuiri dapat
mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah.

Karakteristik Pembelajaran Inkuiri


1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan, artinya pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dalam
proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu sendiri
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self belief). Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya
jawab antara guru dan siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam inkuiri siswa tak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri


Dalam pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu
sebagai berikut.
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir, karena inkuiri didasari oleh teori kognitif yang
menekankan arti penting proses internal seseorang. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar. Karena
itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inkuiri bukan ditentukan oleh penguasaan
siswa terhadap suatu materi pelajaran, tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu. Pada inkuiri ini yang dinilai adalah proses menemukan sendiri hal
baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa
2. Prinsip Interaksi
Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa dengan
guru, interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Kegiatan pembelajaran selama
menggunakan pendekatan inkuiri ditentukan oleh interaksi siswa. Keseluruhan proses
pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada
kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara aktif. Guru hanya perlu menjadi
fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi mereka. Guru juga harus memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu
mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Prinsip Bertanya
Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaanpertanyaan yang
dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Selama
pembelajaran inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended,
memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan
jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak
pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran
inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how you think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5. Prinsip Keterbukaan
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif
yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil
inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang
hayat. Inkuiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga
bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan
bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Dengan demikian, peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri adalah :
Pertama, Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
Kedua, Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
Ketiga, Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi
keyakinan pada diri sendiri.
Keempat, Administrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
Kelima, Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
Keenam, Manajer. Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
Ketujuh, Rewarder. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat inkuiri pada siswa.

Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri


Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut:
Orientasi, Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran dengan cara merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan
masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting, karena keberhasilan
pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Merumuskan Masalah, Pada langkah ini guru membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses berpikir dan mencari jawaban teka-teki itulah
yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
Mengajukan Hipotesis, Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya
sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan
setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis
pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Mengumpulkan Data, Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Menguji Hipotesis, Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Merumuskan Kesimpulan, Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kadang banyaknya jawaban yang
diperoleh menyebabkan kesimpulan yang diputuskan tidak fokus terhadap masalah yang
hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
Keunggulan,

B. Hasil Studi Kasus (Diskusikan dan buatlah hasil studi kasus Anda dalam bentuk
artikel jurnal)
Rumusan/Akar Masalah:
6. Pengembangan Model Pembelajaran Accelerated Learning Included By Discovery
(Alid) Pada Materi Jaringan Tumbuhan Kelas Xi Sma Negeri 7 Surakarta?

Solusi:
1. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan model pembelajaran ALID
pada materi jaringan tumbuhan adalah Pengembangan model pembelajaran accelerated
learning included by discovery (ALID) pada materi jaringan tumbuhan dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik dari model pembelajaran yaitu adanya sintak,
sistem sosial, sistem pendukung, peran siswa, peran guru, dampak instruksional, dan
dampak pengiring. Hasil pengembangan model pembelajaran ALID pada materi
jaringan tumbuhan layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut.
Kelayakan model pembelajaran ALID berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan
respon siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori baik dan sangat baik pada
produk pengembangan. Model pembelajaran ALID mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan dari rerata hasil
belajar antara kelas baseline dengan kelas penerapan model ALID, dengan nilai kelas
penerapan model lebih baik dibandingkan dengan kelas baseline.
Rekomendasi yang diberikan terkait pengembangan model pembelajaran ALID pada
materi jaringan tumbuhan adalah Evaluasi pembelajaran terkait dengan penerapan
model ALID dapat dilakukan secara keseluruhan, meliputi: evaluasi dimensi
pengetahuan dengan tes tulis, lisan dan penugasan; dimensi sikap dengan observasi,
penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal; dimensi keterampilan dengan tes
praktik, penilaian proyek dan portofolio. Penelitian yang telah dilakukan masih
terbatas pada uji lapangan yang hanya melibatkan satu sekolah sehingga perlu
dilakukan penelitian lanjutan hingga pada tahap diseminasi. Pemanfaatan model
pembelajaran ALID dapat disosialisasikan dan diterapkan di sekolah-sekolah lain.
Perlu adanya pengkajian lebih lanjut dengan experimental research tentang dampak
implementasi hasil pengembangan model pada berbagai aspek.

Artikel Studi Kasus


A. Pengembangan Model Pembelajaran Accelerated Learning Included By Discovery
(Alid) Pada Materi Jaringan Tumbuhan Kelas Xi Sma Negeri 7 Surakarta

B. Model pembelajaran accelerated learning included by discovery (ALID) adalah model


pembelajaran yang dikembangkan dengan mengintegrasikan model pembelajaran
accelerated learning dan discovery menjadi satu keterpaduan saling melengkapi
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Penelitian pengembangan model bertujuan
untuk: 1) mengembangkan model pembelajaran ALID untuk meningkatkan hasil
belajar, 2) mengetahui kelayakan model pembelajaran ALID dalam meningkatkan hasil
belajar, dan 3) menguji keefektifan produk model dalam meningkatkan hasil belajar.
Penelitian pengembangan model menggunakan prosedur menurut Borg&Gall yang
telah dimodifikasi menjadi sembilan tahapan yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan
informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk model awal, 4) uji coba
permulaan, 5) revisi produk pertama, 6) uji lapangan terbatas, 7) revisi produk kedua,
8) uji lapangan operasional dan 9) revisi produk ketiga. Analisis data yang digunakan
selama pengembangan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif serta uji T.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) pengembangan model pembelajaran ALID dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik dari model yaitu adanya sintak, sistem sosial,
sistem pendukung, peran siswa, peran guru, dampak instruksional, dan dampak
pengiring, 2) hasil pengembangan model pembelajaran ALID layak untuk diterapkan
pada materi jaringan tumbuhan. Kelayakan model pembelajaran ALID berdasarkan
penilaian dari ahli dan praktisi memperoleh kategori sangat baik sedangkan penilaian
siswa memperoleh kategori baik, 3) model pembelajaran ALID mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Kelas yang menerapkan model ALID memiliki hasil belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan kelas baseline yang menggunakan model ceramah
bervariasi baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.. Hasil analisis
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari rerata hasil belajar kognitif antara
kelas baseline dengan kelas uji coba (sig 0,00 < 0,05).

C. Kurikulum 2013 menyatakan bahwa perlu adanya peningkatan dan keseimbangan


aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Standar proses yang semula berfokus pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dituntut lebih lagi dilengkapi dengan aspek
mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Proses pembelajaran dirancang
dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada siswa (student
centered learning). Pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil, melainkan proses.
Tuntutan pengembangan kurikulum Pembelajaran biologi merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan alam (IPA) atau sains yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran sains bertujuan untuk memberi
pengalaman langsung kepada siswa melalui pengembangkan pengetahuan yang
menyangkut kerja ilmiah, pemahaman konsep, dan aplikasinya. Sejalan dengan
penerapan kurikulum 2013, pembelajaran sains idealnya tidak hanya menekankan hasil
belajar pada ranah kognitif saja, melainkan juga pada ranah psikomotorik, dan afektif.
Kenyataan yang sering dijumpai di sekolah-sekolah adalah siswa terbiasa belajar hanya
pada domain kognitif yang rendah Proses pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan hasil belajar sains secara proporsional dan memberdayakan kerja
ilmiah masih sangatlah kurang. Siswa menjadi obyek pendidikan tanpa memperhatikan
berbagai karakteristik dan emosi yang dimiliki oleh siswa. Salah satu bukti masih
kurangnya hasil belajar biologi didukung oleh data hasil analisis ujian nasional SMA
Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan persentase penguasaan
materi berkaitan dengan kompetensi dasar jaringan tumbuhan sebesar 56,74% di tingkat
sekolah, 55,78% di tingkat kabupaten dan 68,04% di tingkat provinsi dan 60,13% di
tingkat nasional. Faktor–faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain motivasi, minat, dan
kemampuan berpikir siswa. Hasil observasi dan wawancara terkait dengan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 7 Surakarta menunjukkan data skor
kumulatif implementasi sebesar 94,39% dengan skor kesenjangan sebesar 5,61%.
Sumbangan skor kesenjangan terbesar diperoleh dari kurang terpenuhinya standar
proses yang berdampak terhadap hasil belajar siswa yang kurang pula. Salah satu solusi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran berkaitan
dengan standar proses adalah dengan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran
dengan teknik, strategi, metode, pendekatan yang digunakan oleh guru. Teknik, strategi,
metode, pendekatan dapat terkandung dalam model pembelajaran tertentu. Model
pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivis yang
memberi peluang kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri konsep dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Namun, model pembelajaran discovery
yang dilakukan pada kelas dengan jumlah siswa terlalu banyak akan menyulitkan guru
untuk mengontrol kegiatan siswa. AL merupakan model pembelajaran yang memiliki
ciri cenderung luwes, gembira, mementingkan tujuan, bekerjasama, manusiawi, multi
indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas serta melibatkan mental emosional
dan fisik. Perlu diterapkan model pembelajaran perpaduan dari model pembelajaran
discovery dan accelerataed learning (AL) yang dapat saling melengkapi satu sama lain
menjadi model pembelajaran accelerated learning included by discovery (ALID).
D. Metode Pemecahan Masalah
Penelitian pengembangan model pembelajaran ALID mengacu pada Borg and Gall
(1983) yang telah dimodifikasi menjadi sembilan tahapan yaitu: 1) penelitian dan
pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) uji coba
permulaan, 5) revisi produk pertama, 6) uji lapangan utama/terbatas, 7) revisi produk
kedua, 8) uji lapangan operasional/keefektifan dan 9) revisi produk ketiga.

E. Hasil dan Pembahasan


Data yang diperoleh selama mengembangkan model pembelajaran ALID berasal dari
tahap penelitian dan pengumpulan informasi, validasi ahli, pengguna lapangan skala
kecil (praktisi pendidikan dan siswa) serta uji lapangan operasional/ keefektifan. Hasil
tahap penelitian dan pengumpulan informasi meliputi analisis 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP), evaluasi hasil Ujian Nasional (UN), analisis perkembangan kognitif
siswa, wawancara dengan guru dan siswa, observasi permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran dan analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta
pelaksanaannya, dan analisis kebutuhan siswa. Data hasil analisis ujian nasional SMA
Negeri 7 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan persentase penguasaan
materi berkaitan dengan kompetensi dasar jaringan tumbuhan masih rendah. Hasil
observasi dan wawancara terkait dengan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA
Negeri 7 Surakarta menunjukkan sumbangan skor kesenjangan terbesar diperoleh dari
kurang terpenuhinya standar proses yang berdampak terhadap hasil belajar. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta ratarata
berumur berkisar 17 tahun. Siswa SMA dengan usia 15-18 tahun sedang mengalami
perkembangan dalam berpikir formal. Pada tahap berfikir formal berarti bahwa remaja
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah
dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan hipotesis. Analisis perkembangan
kognitif dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan model pembelajaran
yang akan diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran Biologi SMA Negeri 7 Surakarta menyatakan bahwa model
pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah bervariasi
dengan media slide power point. Banyak siswa yang nilainya belum mencapai
ketuntasan pada materi jaringan tumbuhan.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi


Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan model pembelajaran ALID
pada materi jaringan tumbuhan adalah Pengembangan model pembelajaran accelerated
learning included by discovery (ALID) pada materi jaringan tumbuhan dilakukan
dengan memperhatikan karakteristik dari model pembelajaran yaitu adanya sintak,
sistem sosial, sistem pendukung, peran siswa, peran guru, dampak instruksional, dan
dampak pengiring. Hasil pengembangan model pembelajaran ALID pada materi
jaringan tumbuhan layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut.
Kelayakan model pembelajaran ALID berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan
respon siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori baik dan sangat baik pada
produk pengembangan. Model pembelajaran ALID mampu meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan dari rerata hasil
belajar antara kelas baseline dengan kelas penerapan model ALID, dengan nilai kelas
penerapan model lebih baik dibandingkan dengan kelas baseline.
Rekomendasi yang diberikan terkait pengembangan model pembelajaran ALID pada
materi jaringan tumbuhan adalah Evaluasi pembelajaran terkait dengan penerapan
model ALID dapat dilakukan secara keseluruhan, meliputi: evaluasi dimensi
pengetahuan dengan tes tulis, lisan dan penugasan; dimensi sikap dengan observasi,
penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal; dimensi keterampilan dengan tes
praktik, penilaian proyek dan portofolio. Penelitian yang telah dilakukan masih terbatas
pada uji lapangan yang hanya melibatkan satu sekolah sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan hingga pada tahap diseminasi. Pemanfaatan model pembelajaran
ALID dapat disosialisasikan dan diterapkan di sekolah-sekolah lain. Perlu adanya
pengkajian lebih lanjut dengan experimental research tentang dampak implementasi
hasil pengembangan model pada berbagai aspek.
G. Referensi
Accelerated Learning Network (2003).”Frequently Asked Questions About Accelerated
Learning”, Denver: ALN
Priyayi, D. F., & Adi, B. (2014). Pengembangan Model Pembelajaran Accelerated
Learning Included By Discovery ( ALID ) Pada Materi Jaringan Tumbuhan
Kelas Xi Sma Negeri 7 Surakarta. Inkuiri, 3(Ii), 1–15.

Anda mungkin juga menyukai