Anda di halaman 1dari 39

DINASTI SONG DAN DINASTI YUAN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur

Dosen Pengampu:

Dr. Sumardi, M. Hum


Riza Afita Surya, S. Pd., M. Pd

Anggota Kelompok:

Muhammad Sandy Wijaya 210210302016

Indah Pratiwi Mayori Mayangsari 210210302017

Hofidatul Wilda 210210302018

Putri Riza Febriana Aurellia 210210302020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Dinasti Song dan Dinasti Yuan” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Nasional
Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Sumardi, M. Hum dan Ibu Riza Afita Surya, S. Pd., M. Pd selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Sejarah Sejarah Asia Timur ini. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini.

Jember, 24 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Berdirinya Dinasti Song................................................................................3
2.1.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semu Dinasti Song. .7
2.1.2 Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Song.........................9
2.1.3 Perkembangan Seni Semasa Dinasti Song...........................................10
2.1.4 Perkembangan Ekonomi Dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Song.11
2.1.5 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Sesama Dinasti Song
........................................................................................................................12
2.1.6 Runtuhnya Dinasti Song.......................................................................17
2.2 Berdirinya Dinasti Yuan..............................................................................19
2.2.1 Pemimpin pemerintahan Dinasti Yuan.................................................21
2.2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Yuan
........................................................................................................................25
2.2.3 Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Yuan.......................26
2.2.4. Perkembangan Seni Semasa Dinasti Yuan..........................................27
2.2.5 Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Yuan. 27
2.2.6 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Yuan
........................................................................................................................28
2.2.7 Runtuhnya Dinasti Yuan......................................................................30
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

ii
iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinasti Song adalah salah satu dinasti yang memerintah di Cina antara
tahun 960 Masehi sampai dengan tahun 1279 Masehi sebelum Cina diinvasi oleh
bangsa Mongol. Dinasti ini menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh
Negara dan setelah kejatuhannya digantikan oleh Dinasti Yuan. Dinasti ini
merupakan pemerintahan pertama di dunia yang mencetak uang kertas dan
merupakan dinasti Cina pertama yang mendirikan angkatan laut. Dalam periode
pemerintahan dinasti ini pula, untuk pertama kalinya bubuk mesiu digunakan
dalam peperangan dan kompas digunakan untuk menentukan arah utara. Dinasti
Song dibagi ke dalam dua periode berbeda, Song Utara dan Song Selatan. Semasa
periode Song Utara, ibukota Song terletak di kota Bianjing dan dinasti ini
mengontrol kebanyakan daerah Cina dalam. Song Selatan merujuk pada periode
setelah dinasti Song kehilangan kontrol atas Cina Utara yang direbut oleh Dinasti
Jin. Pada masa periode ini, pemerintahan Song mundur ke selatan Sungai Yangtze
dan mendirikan ibukota di Lin'an. Walaupun Dinasti Song telah kehilangan
kontrol atas daerah asal kelahiran kebudayaan Cina yang berpusat di sekitar
Sungai Kuning, ekonomi Dinasti Song tidaklah jatuh karena 60 persen populasi
Cina berada di daerah kekuasaan Song Selatan dan mayoritas daerah
kekuasaannya merupakan tanah pertanian yang produktif. Dinasti Song Selatan
meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk mempertahankan daerah maritim
dinasti Song. Untuk mendesak Jin dan bangsa Mongol, dinasti Song
mengembangkan teknologi militer yang menggunakan bubuk mesiu.
Dinasti Yuan didirikan oleh Kubilai Khan yang bergelar shizu yang hidup
antara 1279-1294. Ia merupakan cucu dari Jenghiz Khan yang mendirikan
kekaisaran terbesar kedua dalam sejarah dunia, setelah Kekaisaran Mongolia
mengalami perpecahan . Dinasti Yuan didirikan oleh bangsa Mongol dan
memerintah Tiongkok dari 1271 hingga 1368 M atau selama 97 tahun. Kaisar
pertama mereka adalah Kubilai Khan (memerintah 1260-1279 M). Ia berkuasa
setelah mengalahkan Dinasti Song yang telah memerintah di Tiongkok sejak 960

1
M. Meski berkuasa relatif singkat, namun dinasti Yuan berhasil membawa
stabilitas dan perdamaian di Tiongkok serta membawa kemakmuran ekonomi
tertentu bagi sebagian orang. Semasa pemerintahan Tiongkok, semua itu tak
tercapai karena pertikaian tanpa akhir di antara para pemimpin yang
Sejarah kekuasaan Dinasti Mongol dimulai pada 1268. Saat itu Kubilai
Khan memusatkan perhatian untuk merebut kekuasaan dari Dinasti Song. Setelah
berhasil, ia menetapkan dirinya, seperti yang diimpikan oleh semua pemimpin
nomaden sebelum dia, sebagai kaisar Tiongkok. Bangsa Mongol telah melakukan
beberapa serangan besar di wilayah Dinasti Song, terutama pada masa
pemerintahan Jenghis Khan (memerintah 1206-1227 M) pada 1212-1215 M dan
Mongke Khan (memerintah 1251-1259 M) pada 1257-1260 M.

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana berdirinya Dinasti Song dan Yuan?
2. Bagaimana perkembangan dan kejayaan dari dinasti Song dan Yuan?
3. Bagaimana terjadinya keruntuhan dari dinasti Song dan Yuan?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang berdirinya Dinasti Song dan Yuan
2. Untuk mengetahui perkembangannya dan kejayaan dari Dinasti Song dan Yuan
3. Untuk mengetahui terjadinya keruntuhan dari dinasti song dan yuan

1.3 Manfaat
1. Bagi penulis yaitu sebagai sarana Latihan dalam mengembangkan kemampuan
dalam penulisan karya ilmiah
2. Bagi pembaca yaitu sebagai penambah referensi mengenai pengetahuan sejarah
didunia khususnya benua Asia Timur serta memberi informasi.
3. Bagi masyarakat yaitu untuk mengenalkan kepada masyarakat luar tentang
bagaimana sejarah dari china

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Berdirinya Dinasti Song


Pendiri dari Dinasti Song adalah Chao Kuang Yin, dengan gelar Song T`ai
Tsu.1 Dinasti ini kerap mendapatkan gangguan dari bangsa-bangsa di perbatasan,
seperti bangsa K’itan, bangsa Jurchen dan bangsa Mongol. Karena gangguan-
gangguan inilah maka Dinasti Song terpecah menjadi 2 bagian, yakni Dinasti
Song Utara (960-1127 Masehi) dengan Pien atau K’aifeng sebagai ibu kotanya
dan Song Selatan (1127-1279 Masehi) dengan Nanking sebagai ibu kotanya.2
1. Dinasti Song Utara
Terjadi perpindahan pusat pemerintahan tersebut adalah untuk menjauhkan
diri dari serbuan bangsa barbar; demikian juga Dinasti Song ini mendapat
gangguan dari ketiga bangsa tersebut di atas. Untuk menjaga keseimbangan
kekuasaan, maka Kaisar-kaisar Song sering melakukan politik pembelian
perdamaian (memberikan upeti). Di bawah pemerintahan T'ai Tsu, Dinasti ini
bercita-cita untuk mempersatukan seluruh Cina, tetapi sebelum cita-cita terealisir
T'ai Tsu telah meninggal dunia (976 M).3
Kaisar kedua dari Dinasti Song ialah Song T'ai Tsung (976-998 M). la
meneruskan cita-cita T'ai Tsu dan berhasil menaklukkan Hangchow. Akan tetapi
pada masa inipun Song sering kali mendapat gangguan dari bangsa K'itan dan
pada masa pemerintahannya bangsa tersebut menjadi makin kuat. Bangsa K'itan
berhasil mendirikan Kerajaan Liao (907-1124 M). Bangsa ini tidak pernah dapat
ditaklukkan oleh Dinasti Song, bahkan pada masa kaisar ketiga, yakni Song Chen
Tsung (998- 1023 M) dilakukan penyerangan namun gagal menaklukkan bangsa
tersebut, hingga akhirnya mengadakan perjanjian perdamaian pada 1004 M, yang
isi perjajiannya ialah:4
"setiap tahun Song membayar upeti 100.000 tael perak dan 200.000 gulung
sutera kepada bangsa K'itan".

1
Agung, L. (2012). Sejarah Asia Timur 1 (N. T. Mukti (ed.)). Ombak. Hal 41
2
Ibid, Hal 42
3
Ibid, Hal 43
4
Ibid, Hal 44

3
Jika dilihat dari isinya, perjanjian tesebut menunjukkan kelemahan Dinasti
Song. Karena lemahnya Dinasti Song, maka muncul kerajaan lain di perbatasan,
yakni Kerajaan His-hsia dari suku bangsa Tangut di Tibet. Pada masa
kepemerintahan Kaisar yang keempat yakni Song Jen Tsung (1023-1063 M),
dibuatlah suatu perjanjian dengan Kerajaan His-hsia tersebut, yang isinya:
"setiap tahun Song memberikan upeti 250.000 ons perak, 250 gulung
sutera dan 250.000 kati teh".
Dengan adanya sistem pembelian, lewat perjanjian perdamaian yakni
dengan membayar upeti seperti tersebut di atas, mengakibatkan melemahnya
perekonomian Dinasti Song. Dalam masa kelemahan Dinasti Song yang
diakibatkan oleh pembayaran upeti-upeti kepada bangsa-bangsa K'itan dan Tangut
tersebut, muncullah Wang An Shih (1021-1085 M). Wang An Shih adalah
seorang yang bercita-cita mengadakan pembaharuan sosial. Tetapi usaha baiknya
mendapat tentangan keras terutama dari golongan pedagang dan tuan tanah yang
merasa dirugikan. Konsep pembaharuan Wang An Shih. Antara lain ialah:5
1. Diadakan pajak perdagangan untuk mengisi kas negara. Dengan demikian maksud
monopoli perdagangan bagi pemerintahan ini mendapat tantangan dari para
pedagang;
2. Membuat rencana "Tunas Hijau" dengan jalan memberikan kredit kepada petani-
petani kecil dengan bunga 20% setahun, pada hal di luar bunga tersebut mencapai
50%;
3. Menghapus rodi dan diganti pajak per-kepala yang dikenakan kepada seluruh
penduduk;
4. Mengorganisir kembali sistem militer dan kewajiban masuk milisi serta dibentuk
penjagaan kampung yang disebut "Pao Chia", yaitu di mana setiap keluarga harus
mengirimkan seorang anak untuk menjaga kampung (ronda). Sistem "Pao Chia"
dibarengi dengan peraturan Pao Ma yakni pemeliharan kuda-kuda untuk
keperluan perang. Hal ini dilakukan dalam usaha memperbaiki sistem kavaleri.
Untuk itu ditunjuk keluarga-keluarga tertentu yang diberi tugas untuk memelihara
kuda untuk kepentingan angkatan perang.

5
Ibid, Hal 44

4
Konsep pembaharuan Wang An Shih tidak berlangsung lama, karena
mendapat tantangan dari berbagai pihak di kalangan masyarakat, terutama para
pedagang, tuan tanah dan kaum sastrawan. Tokoh-tokoh yang menentang antara
lain: Sze-ma Kuang, Ou-yang Siu dan Su Tung P'o. Cita-citanya tidak mendapat
dukungan dan dipraktekkan dalam kondisi yang kurang tepat. Di samping itu
kondisi Dinasti Song saat itu memang betul-betul lemah. Bersamaan dengan ini di
daratan Cina juga dilanda bencana kelaparan (tahun 1047 M), hal ini menambah
resahnya Dinasti Song saat itu.6
Keadaan Dinasti Song yang lemah memberikan kesempatan kepada bangsa-
bangsa diluarnya untuk memperkuat diri. Pada masa ini bangsa Jurchen di
Manchuria berhasil mendirikan Kerajaan Chin (1115-1234 M). Oleh karena itu
maka bangsa ini seterusnya disebut Bangsa Chin. Bangsa Chin kemudian berhasil
menduduki sebagian kekuasaan bangsa K'itan. Pada mulanya bangsa Chin ini
diterima sebagai sekutu Dinasti Song dalam mengahdapi bangsa K'itan, sehingga
bangsa Chin pada 1124 M berhasil mengahncurkan Kerajaan Liao dari bangsa
K'itan. Akan tetapi setelah bangsa K'itan berhasil dihancurkan, bangsa Chin terus
merongrong kekuasaan Dinasti Song dan selanjutkan melakukan penyerangan.
Kaisar Song Hui Tsung (1100-1125 M) turun takhta dan digantikan oleh putranya
yakni Song Chin Tsung. Pada masa ini terjadi peperangan antara Diansti Song
melawan bangsa Chin. Dalam posisi terdesak Kaisar Song Chin Tsung mau
berdamai dengan Bangsa Chin (tahun 1126 M), dengan syarat Dinasti Song harus
mengganti kerugian perang sebesar 5 juta ons emas, 50 juta ons perak; 10.000
ekor sapi dan kuda dan 1 juta gulung sutera. Namun setelah bala bantuan datang,
Kaisar Song Chin Tsung membatalkan perdamaian itu dan melanjutkan
peperangan. Bangsa Chin berhasil menghancurkan Kota Kaifeng pada 1127 M,
dengan demikian runtuhlah Dinasti Song utara.7

6
Ibid, Hal 45
7
Ibid, Hal 45

5
2. Dinasti Song Selatan
Dengan hancurnya Kota Kaifeng (keruntuhan Dinasti Song Utara) bukan
berarti berakhirlah Dinasti Song, sebab orang-orang Song yang berada disebelah
selatan yang dipimpin oleh Pangeran Kang (putra Kaisar Song Hui Tsung)
berhasil menghimpun kekuatan dengan Nanking sebagai pusatnya. Setelah naik
takhta, Pangeran Kang bergelar Sung Kao Tsung, maka dengan tampilnya Sung
Kao Tsung mulailah masa Sung selatan (1127-1276 M). Pada masa itu Bangsa
Chin terus melakukan penyerangan ke selatan hingga ke lembah Yangtse Kiang.
Pada 1138 M, Sung Kao Tsung terpaksa memindahkan pusat pemerintahannya
dari Nanking ke Hangchow. Sebagai garis batas kekuasaan Dinasti Sung dengan
bangsa Chin ialah Sungai Yangtse Kiang. Dengan demikian Cina terpecah
menjadi dua, di sebelah utara yang dikuasai oleh Kerajan Chin dari bangsa
Jurchen dan disebelah selatan memerintah Dinasti Sung. Selanjutnya antara
keduanya diadakan, pembicaraan perdamaian. Persetujuan antara keduanya (Sung
an Chin) terjadi pada 1141 M, dalam persetujuan ditetapkan bahwa daerah
perbatasan antara keduanya terletak antara Sungai Kuning dan Sungai Yangtse. Di
samping itu, setiap tahun Dinasti Sung akan menyerahkan upeti kepada Chin
sebesar 250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera. Sebagaimana halnya dulu
masa Dinasti Sung Utara terjadi perdamaian antara Dinsati Sung dengan Kerajaan
Liao, juga antara Dinasti Sung dengan Bangsa Chin, meskipun sudah ada
perjanjian antara keduanya, peperangan masih sering terjadi. Ketika di Cina
terjadi permusuhan antara Dinasti Sung dengan Bangsa Chin, di daerah Utara
muncul kekuatan baru yakni bangsa Mongol.8
Bangsa ini mulai kuat ketika dipimpin oleh Jengis Khan (Temuchin). Di
bawah Jengis Khan kekuasaan bangsa Mongol semakin luas. Daerah-daerah yang
berhasil dikuasai yakni beberapa daerah di Cina Utara, Turkistan Timur, lembah
Oxus, lembah Indus bagian hulu, daerah Persia dan Eropa di ujung tenggara.
Setelah Jengis Khan meninggal, wilayah kekuasaannya yang luas itu jatuh
ke tangan cucunya yakni Ogodai. Pada masa Ogodai berkuasa, ia berusaha untuk
menaklukkan Cina. Usahanya mula-mula ialah meruntuhkan Kerajaan Chin,

8
Ibid, Hal 46

6
untuk memenuhi tujuan tersebut Ogodai bekerjasama dengan Dinasti Sung.
Bangsa Chin akhirnya berhasil dihancurkan pada 1234 M. Akan tetapi setelah
Bangsa Chin berhasil dihancurkan, antara Dinasti Sung dan Mongol terjadi
permusuhan.9
Pada meninggal 1241 M dunia, Ogodai sementara ekspansi bangsa
Mongol dihentikan. Ekspansi untuk dilakukan kembali sesudah bangsa Mongol
mendapat pimpinan yang kuat yakni Mango, yang pada 1251 M menjadi "Grand
Khan" (Semacam kaisar). Pada masa ini perluasan daerah diarahkan ke barat,
yakni menaklukan Dinasti Abbasiyah. Pada 1258 M Bagdad dikuasai oleh bangsa
Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang juga berhasil menguasai kota
Allepo dan Damaskus. Sedangkan perluasan wilayah ke Cina dipimpin oleh
Kubilai Khan. Pada 1258 M Mango meninggal, dan kekuasaan jatuh ke tangan
Kubilai Khan.10
Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan Kubilai Khan semakin besar
dan selanjutnya dinobatkan menjadi "Grand Khan" (kaisar). Walaupun Kubilai
Khan telah menjadi kuat, ternyata tidak dapat mengalahkan Sung dengan mudah.
Setelah terjadi pertempuran selama 5 tahun (1268-1273 M), bangsa Mongol baru
berhasil mengalahkan Dinasti Sung, dengan kemenagan gemilang. Pada 1276 M,
Hanchow yang menjadi pusat pemerintahan Dinasti Sung Selatan berhasil
dikuasai. Sebagian anggota keluarga Sung berhasil melarikan diri ke selatan dan
mendirikan pusat pertahanan di Canton. Pada 1277 M. Canton dapat dihancurkan.
Pertahanan Dinasti Sung yang terakhir di berada Kwangtung, namun kemudian
Kwangtung juga berhasil ditaklukkan oleh bangsa Mongol pada 1279 M. Dengan
demikian sejak 1279 M seluruh Cina jatuh ke tangan bangsa Mongol, dan
mulailah babak baru dalam sejarah Cina yakni Cina dibawah kekuasaan bangsa
asing yakni Mongol.11
2.1.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semu Dinasti Song
Penemuan terpenting pada masa ini adalah kompas (ditemukan tahun 1119
Masehi) yang sangat berguna bagi pelayaran. Penemuan komp yang pertama di
9
Ibid, Hal 47
10
Ibid, Hal 47
11
Ibid, Hal 47

7
dunia ini memajukan pelayaran secara besar-besa Selain itu, teknik pembuatan
kapal yang ni maju memampukan China untuk memaski penjelajahan samudra,
yang berlangsung hig zaman Dinasti Ming.12
Prestasi lainnya adalah pembuatan in bertenaga air pada tahun 1090 di
Kaifeng oleh Song Jam yang aslinya setinggi 30 kaki ini d memperagakan rasi-
rasi bintang sesuai denga saat kemunculannya. Bi Sheng menyempurnaka teknik
mencetak dengan metode huruf bergk yang baru ditemukan kurang lebih 500 tab
kemudian oleh Gutenberg.
Sebelumnya orang menggunakan metode cukilan kayu, di mana bi hendak
mencetak satu halaman, ia harus memahat keseluruhan hal itu (tentu saja secara
terbalik dan memakan waktu lama). Kini, dengan adanya temuan baru ini, waktu
yang diperlukan untuk mencetak sebuah buku menjadi lebih singkat, karena
masing-masing huruf itu dapat dipergunakan kembali untuk mencetak halaman
lainnya. Huruf-huruf yang saling lepas dahulu di atas sebuah pelat logam dan
dikelilingi oleh sebuah bingkai agar tidak berantakan kemana-mana. Setelah
penyusunan selesai, barulah halaman buku itu dapat dicetak.
Qin Jiushao adalah ahli matematika terkemuka
semasa Dinasti Song yang telah terlebih dahulu
menemukan metode untuk mencari akar persamaan
polinomial (suku banyak) -yang baru ditemukan
beberapa ratus tahun kemudian oleh bangsa Barat
dan dinamai Metode Horner oleh mereka. Penemuan
ini dicantumkan dalam buku karyanya yang berjudul
Gambar 1: Qin Jiushao (Source -
https://mathshistory.st- Shushu Jiuzhang (1247). Selain untuk
andrews.ac.uk/Biographies/Qin_Jius
hao/) memperkirakan akar persamaan polinomial, metode
ini bermanfaat untuk menentukan nilai suatu fungsi pangkat polinomial (suku
banyak) bila variabelnya hendak diganti bilangan tertentu.
Karya ilmiah lainnya seperti Xiepu karya Fu Gong (1059) dan
Pembahasan Mengenai Buah-buahan dari Selatan (Julu), karya Han Yanzi

12
Tania, I. 2016. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia. Hal, 426

8
(1178). Kerajaan juga menerbitkan ensiklopedi berjudul Taiping Yulan yang
selesai pada tahun 983 dan berisikan 1.500 bab
2.1.2 Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Song
Dalam bidang kesehatan anak, Liu Fang (1150) menulis karyanya
mengenai penyakit anak berjudul Youyouxinshu (Cara Penanganan Bara
terhadap Penyembuhan Penyakit Anak-anak), di mana salah satu bagian di
antaranya membahas mengenai penyakit pelagra. Tabib lainnya yang
mengkhususkan diri pada ilmu pengobatan anak adalah Qian Yi (1023-1104) yang
dikenal sebagai tabib spesialis anak terbesar China. la membedakan secara jelas
penyakit-penyakit anak seperti cacar, campak dan penyakit-penyakit lain
sejenisnya dalam karya utamanya berjudul Xiaoer Yaozheng Zhijue (Kunci
Penyembuhan Penyakit Anak). Ilmu bedah tulang yang dapat menangani patah
tulang juga telah dikembangkan. Selain itu, pada zaman ini orang telah mengenal
metode penambalan gigi yang berlubang dengan cairan air raksa.
Ilmu kedokteran forensik lahir pertama kali dengan ditulisnya Xiyuanlu
(1247) oleh Song Zi (1186-1249), di mana hal ini memajukan pengetahuan bangsa
Tionghoa mengenai anatomi. Wang Weiyi (1026), yang merupakan seorang
13

tabib sekaligus pematung, menciptakan dua patung perunggu yang


menggambarkan titik-titik akupunktur. Ini mempermudah siapa saja yang hendak
mempelajari teknik pengobatan China terkemuka tersebut.
Tabib-tabib terkemuka lainnya adalah Liu Wansu (1120-1200), yang
mengamati masalah demam dan suhu badan tinggi bila seseorang menderita
penyakit serius. Ia menganjurkan untuk memanfaatkan rempah-rempah yang
bersifat mendinginkan guna meringankan penderitaan pasien. Ini berkebalikan
dengan pendahulunya yang lebih memusatkan perhatian pada rempah-rempah
yang bersifat panas. Liu Wansu juga berpengaruh terhadap pemahaman generasi
berikutnya terhadap penyakit menular yang mendahului bangsa Barat.
Zhang Zihe (1156-1228) memperkenalkan penggunaan obat-obatan untuk
membasmi bakteri patogen penyebab penyakit dalam tubuh manusia, di mana
teknik ini sebenarnya telah dikenal semenjak zaman Dinasti Han. Li Dongyuan

13
Ibid, Hal 428

9
alias Li Gao (1180-1252) dikenal karena hipotesisnya bahwa kebanyakan penyakit
disebabkan oleh luka pada lambung dan limpa sebagai akibat makan dan minum
yang berlebihan. Karya terkenalnya, Piweilun (Risalah Mengenai Lambung dan
Limpa), mencantumkan resep obat tradisional yang dipergunakan secara meluas,
yang terdiri dari ginseng dan campuran astragalus (buzheng yigitang).
2.1.3 Perkembangan Seni Semasa Dinasti Song
Su Shi atau dengan nama samarannya Su Dongpo (1036-1101) merupakan
penyair kenamaan Dinasti Song. Kehidupan su Dongbo mencerminkan naik
turunnya nasib manusi. Selama bertahun-tahun, su memangku jabatan tinggi
sebagai seorang pembesar yang bijaksana. 14Namun, beberapa kali ia diturunkan
pangkatnya dan bahkan pernah dihukum buang ke pulau Hainan. Selain
sastrawan, Su Dungbo banyak memanfaatkan keindahan alam untuk memperkuat
nuansannya. Ia pernah mengatakan bahwa sajaknya adalah lukisan adalah sajak.
Salah satu contoh karyanya berjudul Telaga Barat Sesudah Hujan.
Sajak di atas mengisahkan tentang keindahan Telaga Barat dan
membandingkannya dengan Xishi, seorang wanita cantik pada Zaman Musim
Semi dan Rontok. Wanita ini bersedia menjadi selir raja negeri musuh dan
sesudah itu meruntuhkannya dari dalam. Sejarah s Dinasti Song juga mencatat
adanya penyair wanita bernama Li Jingtha (1018-1145)
Kecintaan pada negara juga menjadi topik berbagai karya sastr semasa
Dinasti Song. Salah seorang penyair yang karyanya banyak diwarnai oleh tema
kecintaan pada negara atau patriotisme adalah La (1125-1210). la sangat
mendambakan agar Dinasti Song berhasil meng kembali wilayah utara yang telah
diduduki oleh bangsa barbar. Bahkan sebelum meninggalnya, ia berpesan kepada
anaknya agar mengabai padanya melalui upacara sembahyang bila China telah
berhasil merebut wilayahnya kembali.
Seni lukis yang sangat dihargai semasa Dinasti Song banyak
mengabadikan keindahan alam. Warna tidak banyak digunakan kecuali untuk
melukiskan bunga-bunga, burung, dan lain sebagainya. Penghargaaan yang tinggi
terhadap seni lukis tersebut ditandai dengan pendirian Akademi Lukis Kerajaan.
14
Ibid, Hal 430

10
Pelukis ternama yang hidup semasa Dinasti Song dalah Zhang Ziduan, yang
karyanya berjudul Pemandangan Sungai Qingming benar-benar memesona.
Lukisan setinggi 25,5 cm dan panjang 525 cm ini kini disimpan di Peking Palace
Museum. Lukisan menggambarkan situasi pedesaan yang tenang hingga hiruk-
pikuknya dan-jalan di kota. Sentra utama lukisan ini adalah sebuah jembatan yang
menjadi pusat aktivitas bisnis perkotaan yang dipadati oleh berbagai kedai pejal
teh, gunting, sayuran dan lain sebagainya. Penunggang kuda, tandu, gbak, kereta,
dan lain sebagainya memadati jembatan itu. Sungai Bian yg menjadi urat nadi
transportasi dipenuhi pula oleh perahu beraneka aan. Masing-masing mengangkut
barang dagangan. Berkat lukisan ini, dapat mengenali kehidupan masyarakat
semasa Dinasti Song.
Barang-barang porselin zaman Song terkenal akan warna abu-abu dan
ungu bersemu hijaunya serta terkadang dihiasi gambar-gambar indah. Serta Seni
arsitektur Dinasti Song tampak nyata pada pembangunan Shijia yang berasal dari
tahun 1056.

Porselin Pagoda Shiji


2.1.4 Perkembangan Ekonomi Dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Song
Kemajuan Dinasti Song ditandai dengan penemuan uang kertas yang
pertama di dunia. Uang kertas ini pertama kali di berlakukan pada masa
pemerintahan Kaisar Renzong dan di cetak di Chengdu, Sichuan, pada tahun

11
1024.yang melatar belakangi dipergunakannya uang kertas tersebut yaitu untuk
kemajuan dalam bidang ekonomi yang luar biasa, sehingga permintaan akan uang
logam meningkat.15 Uang logam dirasa cukup berat untuk dibawa kemana-mana
dan menyita banyak tempat.

Uang Kertas
Budidaya paddi dan perdagangan menjadi hal penting di China. Mengapa?
Karena di bagian industri mengalami banyak perkembangan, serta menjadi
sumber penghasilan utaa bagi kaum pekerja, dan sebagai pemasukkan bagi negara
melalui pembayaran pajak. Industry penting saat itu berupa keramik, kertas, sutra,
dan percetakan. Dalam bidang pertanian juga semakin berorientasi pada industry,
sehingga berkembanglah industry agro semasa Dinasi Song. Tanaman yang
bernilai tinggi pada masa itu berupa teh dan ulberi (daunan untuk makanan ulat
sutra). Semakin maju bidang industri pada saat itu semakin juga menyerap banyak
tenaga kerja.
2.1.5 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Sesama Dinasti Song
1. Buddhisme
a. Merosotnya Moral Biarawan Buddhis
Kemerosostan para biarawan pada moralitas, yang disebabkan oleh jual
beli sertifikat pengakuan sebagai biksu oleh negara. Sertifikat ini terbitkkan
karena Dinasti Song menghadapi krisis finansial yang parah akibat dipaksa
berperang menghadapi serangan suku barbar dari utara. Jika menjadi seorang
biarawan akan memperoleh berbagai hak istimewa, seperti dibebaskan dari pajak
dan kerja wajib. Sehingga banyak orang awam yang berlomba-lomba untuk
mendapatkan sertifikat semacam itu dengan mengeluarkan sejumlah uang.
15
Ibid, Hal 433

12
Kebijaksanaan ini mulai ditempuh pemerintah pada tahun 1067 Awalnya
pemerintah tiap tahunnya berhasil menjual 3.000 hingga 4.000 sertifikat, tetapi
jumlahnya makin meningkat hingga 10.000 padi tahun 1083. Harganya juga terus
membubung tinggi. Pada mulanya, harga sertifikat itu berkisar 130 satuan mata
uang yang berlaku saat itu. Kemudian naik menjadi 170 pada tahun 1089, dan 800
pada tahun 1192. Harga tersebut adalah harga resmi yang dikeluarkan oleh
kerajaan. Namun ditengah-tengah masyarakat, orang dapat membelinya dengan
harga yang lebih murah. Bahkan orang kaya membeli banyak sertifikat semacam
inu dan menjualnya kembali ketika harganya naik. Para penjahat adalah kelompok
lain memanfaatkan penjualan surat itu, karena mereka yang dapat melepaskan diri
dari jeratan hukum dengan berpura-pura menjadi biksu dan berlindung di vihara.
Oleh karena itu, para biarawan palsu merajalela, sehingga menurunkan martabat
mereka secara keseluruhan.
Selain itu, gelar sebagai biksu kehormatan turut pula diperjual- belikan
pada zaman ini. Pemberian gelar kehormatan semacam ini diawali pada masa
pemerintahan Wu Zetian, di mana sang biarawan dianugerahi jubah ungu --warna
pakaian khusus bagi para pejabat tinggi kekaisara Semasa awal Dinasti Song,
hanya seorang biarawan yang dapat menjawab 10 pertanyaan mengenai Tripitaka
yang berhak atas anugerah jubah ungu ini. Tetapi, belakangan untuk mengisi
kekosongan kas negara. gelar kehormatan ini lalu diperjual-belikan. Para biksu
yang seharusnya menjauhkan diri dari keduniawian, kini terjerumus lagi ke
dalamnya
Pada Dinasti Song seseorang membeli jubah ungu bertujuan untuk
meningkatkan martabatnya, tanpa di dukung oleh kapabilitas maupun kemampuan
yang nyata.
b. Aliran-Aliran Yang Berkembang Semasa Dinasti Song
Terdapat dua aliran pada perkembangan Buddhisme setelah lolos dari
penganiayaan oleh Kaisar Wuzong dari Dinasti Tang, yakni Sukhavati dan Chan.
Bila sebelumnya para mahaguru Chan semasa Dinasti Tang menjauhkan diri dari
politik, tetapi kini biara-biara Chan menjadi pusat budaya dan politik. Mudah
dipahami bahwa hal ini merendahkan moralitas para biarawan. Makin banyak

13
orang yang tertarik memasuki biara hanya demi melarikan diri dari kelaparan dan
memperoleh kedudukan, sehingga motivasi mereka tidak murni lagi.
Aliran Chan yang dahulunya memusatkan diri pada meditasi, kini makin
condong pada intelektualisme. Para pengikutnya mulai membukukan ajaran-
ajaran mahaguru terdahulu dalam kitab-kitab yang berjudul Biyanlu (Catatan
Karang Biru) pada tahun 1125 dan Yulu Catatan Sabda-Sabda). Praktisi Chan saat
itu memang gemar mempelaja riwayat para mahaguru sebelumnya, dengan
harapan dapat mendala pengalaman spiritual mereka.
Pada perkembangan selanjutnya, terjadi harmonisaar be aliran Buddhisme.
Mahaguru dari suas aliean mempelaja An memadukan teknik meditasinya, seperti
Mahaguru Yan (904-975) yang menjadi pakar baik dalam aliran Chan maupun
Suk
2. Daoisme
Pada masa Dinasti Song merupakan zaman
keeemasan ilmu alkimia. Tokoh terkenal alkimia
internal pada masa ini adalah Lu Dongbin yang
merupakan murid Zhongli Quan. La Dongbin
mewariskan ajarannya pada banyak muridnya.
Salah satu di antara mereka adalah Chen Xiyi
yang terkenal dengan pelatihan Qigongnya, di
mana teknik ini merupakan penggabungan Yijing
sema usaha untuk melancarkan aliran energi
dalam tubuh.
Murid lainnya adalah Wang Zhe atau juga disebut
Wang Chong (1123-1170). Dialah yang
Gambar 2: Lu Dongbin (Source -
https://static.wikia.nocookie.net/desolat menggabungkan ajaran Dao, Buddha, da
e-era/images/0/0f/Lu_Dongbin.jpg/
revision/latest?cb=20201006211443) Konfusianisme. Selain itu, ia juga merupakan
pendiri Aliran Quanzhen (Realitas Sempurna, juga disebut aliran Dan Ding),
meskipun alira tersebut baru dinamakan demikian setelah kematiannya. Tokoh-
tokoh alkimia internal berikutnya adalah Zhang Boduan, Qiu Changchun, Q
Chuji, dan Zhang Sanfeng. Zhang Sanfeng (lebih terkenal dengan nam Thio Sam

14
Hong) inilah yang menggabungkan antara alkimia internal da ilmu bela diri, di
mana ia juga merupakan pencipta Taiqichuan.
Qiu Chuji (1148-1237) adalah penerus ajaran Wang Zhe y diundang oleh
Genghis Khan, karena tertarik oleh obat keabadian mengatakan pada penguasa
Mongol tersebut, bahwa obat semaca itu sebenarnya tidak ada dan keabadian
hanya dapat dicapai melal perealisasian Dao. Qiu banyak memberikan nasihat
agar Khan tidak banya membunuh. Ia pandai pula menulis puisi dan banyak sekali
puisinya tersimpan hingga saat ini. Demikian pula catatan mengunjungi Genghis
Khan. perjalanannya ketiika mengunjungi Genghis Khan.
3. Konfusianisme
Periode ini ditandai oleh berkembangnya suatu alam pemikiran baru dalam
Konfusianisme yang disebut neo-Konfusianisme. Tokohnya yang paling
terkemuka adalah Zhu Xi (1130-1200). Ia berasal dari keluarga yang gemar
membaca, dan semenjak kecil telah rajin belajar. Ketika usianya masih sangat
muda, ia telah mempelajari Buddhisme dan Daoisme, tetapi kemudian beralih
pada Konfusianisme. Zhu Xi memegang jabatan-jabatan penting pemerintahan
dan selama masa jabatannya itu, ia berupaya memperkuat sekolah-sekolah tinggi.
Banyak murid yang berguru padanya dan apa yang ia ajarkan mencerminkan
kecerdasannya yang tinggi. Ulasan-ulasan Zhu Xi mengenai kitab-kitab klasik
memperoleh persetujuan resmi kerajaan dan menjadi dasar bagi ujian negara
semenjak hun 1313 hingga dihapuskannya pada tahun
1905.
Zhu Xi mengajarkan mengenai li dan qi. Li dipandang
olehnya sebagai 25 mendasar suatu benda, sedangkan
qi adalah bahan atau substansi yang membentuk
segala sesuatu. Sehelai daun atau sekuntum bunga
berbeda, karena gi kedua benda itu dikuasai oleh li
yang berbeda. Li ini telah ada semenjak dahulu, tidak
dilahirkan, tidak dapat rusak, dan tidak akan berubah dengan cara apa pun.
Keseluruhan li ini merupakan bagian dari li agung
Gambar 3: Zhu Xi (Source -
https://upload.wikimedia.org/wi yang tunggal atau Yang Maha Dalam, dan terkadang
kipedia/commons/1/1c/Zhu-
xi1.gif)

15
disamakannya dengan Dao. Mengenai kodrat manusia, Zhu Xi mengatakan bahwa
meskipun li setiap orang adalah sama, tetapi qi-nya tidak. Bila qi seseorang
tercemar, ia akan berperangai buruk. Dalam bidang pemerintahan, Zhu Xi
mengajarkan bahwa li ini menentukan tatanan pemerintahan ideal. Bila
pemerintah berlaku sejalan dengan tatanan ideal ini, ia dikatakan baik; bila
benerangan, maka pemerintahan itu buruk. Dikatakannya pula bahwa semenjak
kelahiran Konfusius, tidak ada penguasa yang menerapkan pemerintahan yang
mempelajari segala benar-benar baik. Seorang penguasa hendaknya sesuatu demi
menambah khazanah pengetahuannya dan menjadi manusia bijaksana. Tokoh neo-
Konfusianis lainnya yang bernama Lu Xiangshan 1139-1193) merupakan
tandingan Zhu Xi. Berbeda dengan Zhu Xi yang gjarkan bahwa segala sesuatu
terbentuk oleh & dan gi Lu mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bereksistensi
adalah li. Ia mengajarkan pula bahwa: "Alam semesta adalah pikiranku dan
seseorang pikiranku adalah alam semesta." Bila Zhu Xi mengajarkan bahwa
perilaku buruk disebabkan oleh qi atau substansi dasar seseorang yang tidak
murni, sebaliknya Lu beranggapan bahwa tiap manusia pada dasarnya adalah
baik, hanya saja mereka kemudian disesatkan oleh hal-hal duniawi Tujuan hidup
manusia adalah mengembalikan "pikiran asali" yang belum tersesat itu dengan
jalan melakukan meditasi, sehingga boleh dikatakan bahwa pandangan Lu
Xiangshan ini mirip dengan Buddhisme Zen
4. Sintesis Antara Buddhisme, Daoisme, dan Konfuanisme
Pada masa akhir Dinasti Tang, impian untuk menciptakan pil keabadian
berakhir sudah. Masa kacau yang mengakhiri Dinasti Tang (907-960)
menyebabkan banyak sarjana melarikan diri untuk menjadi pertapa. Mereka
meresapi filsafat Dao serta mengagumi ajaran Buddhisme Zen, namun tidak
bersedia meninggalkan ajaran Konfusianis mereka. Untuk itulah, mereka
menciptakan sintesis antara ketiga ajaran tersebut.
Sintesis ketiga ajaran ini berawal pada masa Dinasti Song Utara (960-
1126) dan pada mulanya hanya pada tingkatan filosofis saja. Mereka
menggabungkan metode pengembangan kedamaian batiniah Daois, gagasan
bahwa segala sesuatu bermula dari pikiran yang berasal dari Buddhisme Zen,

16
dengan pandangan Konfusianis bahwa segala sesuatu pada mulanya adalah baik.
Salah seorang pelopornya adalah Wang Zhe (Wang Chongyang).
Wang pada mulanya merupakan penganut Konfusianisme, namun masa
kekacauan setelah runtuhnya Dinasti Tang menjadikan nilai-nilai Konfusius tidak
dapat lagi diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Kenyataan ini menjadikan
Wang beralih pada Ajaran Daoisme, dan ia mulai mempelajari karya-karya
Zhongli Quan serta Lu Dongbin guna mendapatkan keabadian. Setelah menjadi
seorang Daois, Wang Zhe memperoleh nama Daois Wang Chongyang.
Sejarah dan legenda mengatakan bahwa Wang juga mempelajari beraneka
aliran Buddhisme China, termasuk Chan dan Tiantai. Hasil penelitiannya atas
berbagai agama yang berada di China pada masa itu, membuatnya menyimpulkan
bahwa penggabungan gagasan Buddhisme Chan mengenai kesunyataan
(kekosongan), etika yang diajarkan Kongzi, dan metode Daois untuk
meningkatkan kesehatan dan umur panjang dapat menyumbangkan gagasan yang
lebih mendalam mengenai realitas kebenaran. Aliran yang didirikan Wang
Congyang ini menggunakan Kitab Kaojing (Kitab Klasik mengenai Bakti) dari
Konfusianisme, Sutra Hari dari Buddhisme, dan Daodejing serta Qingjingjing
(Kitab Pelatihan Ketenangan).
2.1.6 Runtuhnya Dinasti Song
Runtuhnya dinasti song adalah salah satu dinasti yang memerintah di
Tiongkok antara tahun 960 sampai dengan tahun 1279 sebelum Tiongkok diinvasi
oleh bangsa Mongol. Dinasti ini menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh
Negara dan setelah kejatuhannya digantikan oleh Dinasti Yuan. Dinasti ini
menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara dan setelah kejatuhannya
digantikan oleh Dinasti Yuan. Dinasti ini merupakan pemerintahan pertama di
dunia yang mencetak uang kertas dan merupakan dinasti Tiongkok pertama yang
mendirikan angkatan laut. Dalam periode pemerintahan dinasti ini pula, untuk
pertama kalinya bubuk mesiu digunakan dalam peperangan dan kompas
digunakan untuk menentukan arah utara. Dinasti Song dibagi ke dalam dua
periode berbeda, Song Utara dan Song Selatan.

17
1. Song Utara
Kaisar Song Taizu (memerintah 960–976) menyatukan Tiongkok dengan
menaklukkan berbagai daerah-daerah kekuasaan semasa pemerintahannya dan
mengakhiri pergolakan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara. Di Kaifeng, ia
mendirikan pemerintahan pusat yang kuat. Ia menjaga stabilitas administrasi
negara dengan mempromosikan sistem ujian pegawai sipil dalam menunjuk
pejabat-pejabat birokrat. Kerajaan Song memiliki hubungan diplomatik dengan
kerajaan Chola di India, Fatimiyah di Mesir, Sriwijaya, Kekhanan Kara-Khanid
dari Asia Tengah, dan kerajaan-kerajaan lainnya yang juga menjadi mitra dagang
dengan Jepang. Dari awal sejak didirikannya oleh Taizu, Dinasti Song secara
bergantian terlibat dalam peperangan dan hubungan diplomasi dengan bangsa
Khitan dari Dinasti Liao di Timur Laut dan bangsa Tangut dari Dinasti Xia Barat
di Barat Laut. Dinasti Song menggunakan kekuatan militer dalam usahanya
menumpas Dinasti Liao dan merebut kembali Enam belas Prefektur, daerah
kekuasaan Khitan yang dianggap sebagai bagian dari Tiongkok. Dinasti Song
berhasil memenangkan beberapa peperangan dengan bangsa Tangut pada awal
abad ke-11. Kemenangan ini mencapai puncaknya di bawah arahan Jenderal Shen
Kuo (1031–1095), yang juga seorang cendekiawan dan negarawan. Terdapat pula
perang yang signifikan melawan Dinasti Lý dari Vietnam dari tahun 1075 sampai
dengan tahun 1077 dikarenakan sengketa wilayah perbatasan dan diputusnya
hubungan dagang dengan kerajaan Đại Việt.[17] Setelah tentara Lý berhasil
memberikan kerusakan parah dalam serangannya di Guangxi, komandan Song
Guo Kui (1022–1088) kemudian membalas dengan menyerang balik sampai
sejauh Thăng Long (sekarang Hanoi)
2. Song Selatan
Walaupun telah melemah dan didesak ke selatan, Dinasti Song Selatan berhasil
meningkatkan ekonomi dan mempertahankan eksistensinya melawan Dinasti Jin.
Dinasti Song Selatan memiliki perwira-perwira militer seperti Yue Fei dan Han
Shizhong. Pemerintah Song juga mensponsori proyek-proyek besar seperti
pembuatan kapal, perbaikan pelabuhan, pembangunan menara api dan gudang
pelabuhan untuk mendukung perdagangan maritim luar negeri dan pelabuhan laut

18
internasional seperti Quanzhou, Guangzhou, dan Xiamen, yang menyokong
aktivitas perdagangan Tiongkok. Dinasti Song oleh karenanya mendirikan
angkatan laut permanen pertama Tiongkok pada tahun 1132, dengan markas
besarnya di Dinghai. Dengan adanya angkatan laut permanen, Kerajaan Song
menjadi siap untuk menghadapi tentara laut Jin di Sungai Yangtze pada tahun
1161, pada Pertempuran Tangdao dan Pertempuran Caishin
2.2 Berdirinya Dinasti Yuan
Genghis Khan merupakan tokoh yang berperan dalam berdirinya dinasti
Yuan. Beliau merupakan pemimpin tertinggi suku-suku Mongol (khan) pada
tahun 1206. Pada kepemimpinan Genghis Khan bangsa Mongol mengalami
kebangkitan, pada mulanya suku-suku bangsa Mongol merupakan taklukan dari
Kerajaan Jin kemudian Genghis Khan berhasil menyatukan bangsa Mongol dan
beliau mulai mengincar negara-negara tetangganya. Tahun 1209 berhasil
menaklukan kerajaan Xia Barat. Keberhasilan atau kebangkitan bangsa Mongol
ini menarik perhatian Dinasti Song karena dianggap sebagai kesempatan untuk
menaklukan Kerajaan Jin yang menjadi ancaman bagi Dinasti Song. Akhirnya
Dinasti Song dan juga bangsa Mongol bekerja sama untuk menaklukan Kerajaan
Jin. Tidak sampai disitu setelah berhasil menaklukan kerajaan Jin Genghis Khan
menaklukan Liao Barat pada tahun 1218.
Target Genghis Khan selanjutnya yaitu Kerajaan Chwarezm di Asia
Tengah yang di sirikan oleh bangsa Turki. Genghis Khan lanjut melakukan
serangan ke kota-kota yang lainnya seperti Bukhara, Samarkand, Balkh, Bamiyan
serta penduduk yang juga dibinasakan. Tidak hanya itu 2 orang jenderal suruhan
Genghis Khan melakukan serangan ke Iran Utara, Kaukasus sampai memasuki
Rusia. Pasukan Mongol mengalami kemenangan di Asov pada tahun 1223, setelah
menghancurkan Krim mereka Kembali bergabung dengan pasukan induknya di
Turkistan. Kemudian Genghis Khan lanjut melakukan penyerangan dan meminta
bantuan kepada bangsa Tangut yang pernah mendirikan kerajaan Xia Barat untuk
mengirimkan pasukannya. Tetapi bangsa Tangut tidak bersedia dan menolaknya,
akibat dari menolak perintah Genghis Khan bangsa Tangut dihukum oleh Genghis

19
Khan sendiri yang memimpin ekspedisi militer menuju bangsa Tangut. Akan
tetapi saat mengepung Ningxia Genghis Khan wafat.
Setelah wafatnya Genghis Khan kepemimpinan digantikan oleh putra
ketiganya yang Bernama Ogodai. Ogodai berencana untuk menaklukan Dinasti
Song tetapi rencana tersebut gagal dan hanya berhasil merebut Sichuan. Ogodai
melanjutkan serangan ke Eropa dengan niat untuk menaklukan benua tersebut.
Tahun 1240 Moskow dan Kiev berhasil ditaklukan dan dimusnahkan. Kelompok
pasukan lainnya memasuki Polandia, membakar Krakow, menyerbu Silesia, serta
merebut Breslau. Tahun 1241 Di Liegnitz, pasukan kesatria dan bangsawan
Jerman dikalahkan. Ogodai berhasil membuat takut bangsa Eropa kala itu hingga
tahun 1241 penaklukan terhadap benua Eropa dihentikan karena Ogodai wafat.
Guyuk merupakan putra Ogodai yang menggantikan ayahnya setelah
wafat tetapi tidak berselang lama enam tahun kemudian tepatnya pada tahun 1247
Guyuk wafat. Kemudian digantikan oleh Mangu, seorang cucu Genghis Khan.
Kekhalifahan di Bagdad dihancurkannya (1258). Ia menitahkan saudaranya
Kubilai (yang kelak menjadi khan berikutnya) untuk menjadi wakilnya di dua
provinsi China yang telah direbut. Kerajaan Nanzhao di Yunnan ditaklukkan
dengan maksud dijadikan pangkalan untuk menyerang Dinasti Song dari arah
selatan. Untuk mengurung posisi Song, mereka maju lebih jauh dengan
menaklukkan Indocina. Tetapi, sebelum niat untuk menyerang Song ini
terlaksana, Mangu Khan mendadak meninggal.
Tahun 1260 Kubilai diangkat sebagai khan baru di Xanadu yang
merupakan raja Mongol pertama yang menempatkan ibukotanya di wilayah China
(yakni Beijing sekarang yang diganti namanya menjadi Khanbaligh). Pada raja-
raja sebelumnya memerintah dari Karakorum. Kemudian Kubilai mendirikan
dinasti baru memakai nama Tionghoa-Yuan-. Serangan terus dilanjutkan oleh
Kubilai dengan kekuatan yang baru pula menyerang Dinasti Song dan tahun 1276
berhasil merebut Linan yang pada saat itu merupakan ibu kota Dinasti Song
Selatan. Dinasti song dan pasukan Kubilai melakukan peperangan karena
panglima perang yang setia kepada Dinasti Song melakukan perlawanan
meskipun ibusuri telah menyerah kepada bangsa Mongol dan Kaisar Gongzong

20
telah diangkut sebagai tawanan. Pasukan Mongol terus menerus melakukan
desakan mengakibatkan kaisar dan keluarga kerajaan harus mengungsi ke laut.
Akhirnya, pada ahun 1279, ketika menyadari tiada harapan lagi untuk melarikan
diri, Lo Xiufu, salah seorang hamba setia Dinasti Song, menerjunkan diri ke laut
bersama dengan Bingdi, kaisar terakhir Dinasti Song yang masih bocah.16 Dinasti
Yuan merupakan dinasti asing di China karena dinasti ini bermula didirikan oleh
bangsa Mongol sebagai pelopornya yakni Genghis Khan. Tetapi tetap yang
dianggap sebagai pendirinya yaitu Kubilai Khan yang bergelar Shizu (1279-
1294).
2.2.1 Pemimpin pemerintahan Dinasti Yuan
1. Temur Oljeitu (1294-1307)
Pada masa pemerintahannya Temur
Oljeitu ditanda-tangani perjanjian
perdamaian dengan Jepang. Setelah
kematiannya pada tahun 1307, kekuatan
Mongol melemah secara drastis. Pertikaian
antara kelompok yang pro dan kontra
terhadap budaya Tionghoa mewarnai suksesi
kekuasaan sepanjang akhir hayat dinasti ini.
Terjadi semacam tumpang tindih dalam
administrasi pemerintahan negara, seperti
keharusan untuk menyediakan lapangan
kerja bagi kaum elite Mongol dan para
pendatang asing, serta penggunaan empat macam bahasa (bahasa Tionghoa
sehari-hari dan tertulis, Uighur, dan Persia bagi para pedagang Muslim).
Perpindahan tahunan di antara dua ibukota, yang harus diikuti oleh seluruh
pejabat dan seisi istana, mengakibatkan pemborosan baik dari segi finansial
maupun waktu. Dari perpindahan tersebut, para pejabat harus menghabiskan
waktu sekurang-kurangnya saru setengah bulan dalam perjalanan. Pencetakan
uang yang berlebihan mengakibatkan inflasi besar-besaran pada masa itu.
16
Tania, I. 2016. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia. Hal, 445

21
2. Khaishan (1308-1311)
Khaishan merupakan seorang penguasa yang memegang teguh tradisi
padang rumput Mongolia. Sehingga ia bukan seorang penguasa yang
berpengalaman dalam administrasi pemerintahan kerajaan dan berlaku seperti
seorang kepala suku nomad biasa. Gelar dan hadiah dianugerahkan sekehendak
hatinya, sehingga seorang aktor, jagal, biarawan Buddhis, dan pendeta Daois
dapat diangkat sebagai menteri. Ulang dihambur-hamburkannya untuk
membangun istana atau biara-biara Buddhis, dan setelah itu mencetak uang kertas
sebanyak tiga kali lipat guna mengisi kekosongan kas negara. Akibatnya, inflasi
yang sudah parah menjadi makin tak terbendung Khaisan digantikan oleh
saudaranya.17
3. Ayurbarwada (1311-1320)
Ayurbarwada merupakan seorang
penguasa yang terdidik dalam tradisi
Tionghoa. Ia merupakan seorang yang
mencintai seni lukis dan kaligrafi. Sebagai
seorang yang menganut sistem pemerintahan
Konfusianis, kaisar memecat Apurbarwada
menteri-menteri pro tradisi Mongol dan
sebagai gantinya mengangkat kaum
Konfusianis. Sistem ujian penerimaan pejabat
diberlakukannya kembali. Tindakan yang pro
Konfusianisme ini mengakibatkan ditentang
keras oleh suatu faksi yang dipimpin oleh Ibusuri Targi, ibu Ayurbarwada sendiri,
dan menterinya, Temudur.
4. Shidebala (1321-1323)
Sebagai seorang penguasa, ia berhasil merangkul kedua faksi yang ada.
Meskipun demikian, masa awal kekuasaannya didominasi oleh ibusuri Targi dan
Temudur yang korup. Mereka melakukan serangkaian aksi teror terhadap menteri-
menteri yang pro terhadap budaya Tionghoa. Ini berlangsung hingga wafatnya

17
Ibid, hal 446

22
Temudur, di mana kaisar dengan dibantu oleh menteri barunya, Baiju, berhasil
memberantas korupsi. Politik antikorupsi inilah yang pada akhirnya menamatkan
riwayat Shidebala karena dibunuh oleh seorang bangsawan yang penghasilan
ilegalnya berkurang akibat kebijaksanaan tersebut.
5. Yesun Temur (1323-1328)
Beliau merupakan seorang penguasa
yang paling kolot memegang tradisi padang
rumput Mongolia. Karena fanatisme sukunya
yang demikian kuat, ia hanya mengangkat
orang dari bangsa Mongol saja sebagai
menterinya. Yesun menghidupkan kembali
tradisi Mongolia yang memperlakukan semua
agama secara sama di mana rohaniwan Muslim
dan Kristen juga dibebaskan dari kerja wajib
bagi negara, sebagaimana halnya dengan
rohaniwan Buddhis serta Daois. Yesun Temur
dikenal sebagai kaisar Dinasti Yuan yang paling terpelajar serta memiliki banyak
kecakapan. Kehidupannya diwarnai oleh kesederhanaan dan ia memangkas
berbagai pemborosan yang terjadi dalam istana, seperti memperkerjakan terlalu
banyak pegawai hingga mencapai 10.000 orang, yang mencakup penjaga,
pemelihara burung elang, dan juru masak. Yesun Temur digantikan oleh putranya
yang bernama Aragibag, la hanya sempat memerintah selama sebulan saja,
sehingga tidak dimasukkan dalam daftar penguasa Dinasti Yuan.
6. Tugh Temur (1328-1329 dan 1329-1332)
Tugh Temur (1328-1329 dan 1329-
1332) menggantikannya sebagai kaisar, tetapi
mundur setahun kemudian demi naik tahtanya
Khosila 1329), kakaknya. Setelah Khosila
wafat setahun kemudian, Tugh Temur naik
tahta kembali sebagai kaisar.

23
7. Toghon Temur (1333-1368)
Masa pemerintahannya merupakan
yang terlama di antara seluruh penguasa
dinasti ini. Meskipun menyatakan bahwa
ayahnya adalah Khoshila, tetapi diyakini
secara meluas bahwa ia sesungguhnya
adalah putra Kaisar Song Gongzong yang
diadopsi oleh Khoshila. Oleh memerintah,
Toghon Temur menyerahkan urusan
pemerintahan kepada para menterinya.
Bayan, penasihat utamanya, menimpakan
kesalahan atas mundurnya Dinasti Yuan
pada proses penyerapan budaya Tionghoa
yang masih berlangsung hingga saat itu. la lalu melarang bangsa Tionghoa untuk
mempelajari bahasa Mongol dan memberlakukan politik segregasi. Senjata, kuda,
dan perkakas besi juga disita olehnya dari tangan bangsa Tionghoa. Bahkan
pementasan opera China turut pula dilarangnya.
Sebenarnya sebelum Tonghon Temur
pemerintahan dipegang oleh Irinjibal yang
merupakan adik dari Tonghon Temur karena
Irinjibal masih telalu muda pada saat itu masih
berumur 6 tahun. Irinjibal hanya sempat
memerintah selama 53 hari saja, sehingga tidak
dimasukkan dalam daftar resmi penguasa Dinasti
Yuan.

24
2.2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Yuan
Zhu Shijie merupakan seorang ahli matematika terkemuka pada zaman
Dinasti Yuan. Ia menemukan Segitiga Pascal. Penemuan ini tercantum dalam
karyanya pada tahun 1303 yang berjudul Siyuan yujian. Oleh karena itu,
penemuan 300 tahun lenih awal dibandingkan dengan penemuan serupa oleh
Blaise Pascal.

Segitiga Pascal
Terdapat banyak kegunaan dari segitiga pascal tersebut seperti
menentukan koefisien fungsi pangkat suku banyak (polinominal) dan menghitung
peluang atau kemungkinan terjadinya suatu peristiw. Persinggungan dengan
budaya lain ikut memajukan ilmu pengetahuan Ghina. Bangsa Iran (Persia) pada
saat itu sangat maju dalam bidang matematika dan astronomi yang ikut
memengaruhi perkembangan ilmu di China. Tidak lama setelah penaklukan
Bagdad pada tahun 1258, sebuah observatorium didirikan di Maragha, sebelah
selatan Tabris. Seluruh ahli astronomi berbagai bangsa diundang ke sana. Ahli
astronomi dan geografi. Persia yang bernama Jamal al-Din (sekitar 1301)
mempersembahkan pada kaisar suatu risalah bergambar mengenai ilmu bumi.
Pada tahun 1267, ia menciptakan sistem penanggalan baru. Kaisar mendirikan

25
pula sebuah observatorium Islam (buibui sitian tai), yang selanjutnya ditiru oleh
kaisar pertama Dinasti Ming. Ata ibn Ahmad menulis suatu karya tentang
astronomi pada tahun 1362, yang membahas mengenai fase-fase bulan.
2.2.3 Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Yuan
Yelu Chucai (lahir 1243) adalah penasihat utama Genghis Khan yang
mengumpulkan kembali naskah-naskah pengobatan lama. Akademi ilmu
pengobatan direorganisasi pada tahun 1305 dan sebelumnya ensiklopedi ilmu
pengobatan telah dicetak ulang pada tahun 1300.
Tabib terkemuka Dinasti Yuan
adalah Zhu Danxi alias Zhu
Zhenheng (1280-1358). Zhu
meyakini bahwa penyakit kronis
yang diderita seseorang
disebabkan oleh terlalu hanyak
menyibukkan diri dalam
kesenangan duniawi hingga
menyebabkan kekurangan energi
pin. Untuk menyeimbangkan hal mi, Zhu menganjurkan seseorang untuk
mengonsumsi ramuan obat yang ggup memperkuat kinerja ginjal dan hati.
2.2.4. Perkembangan Seni Semasa Dinasti Yuan

Guan Hanqing merupakan sastrawan terkenal pada masa Dinasti Yuan


karya-karyanya banyak menyoroti kehidupan masyarakat karena beliau sosok

26
yang dekat dengan rakyat. Salah satu karyanya yakni drama dari pegawai korup,
Wanita-wanita cantik, pendekar atau sarjana. Memang dram pada masa itu
merupakan karya sastra yang termuka zaju merupakan sebutan dari drama di
Dinasti Yuan. Zaju melibatkan 3 unsur di dalamnya yaitu nyanyian (qu). Tarian,
dan dialog para pemainnya yang diiringi musik.
Guan Hanqing sastrawan yang lahir sekitar pertengahan abad ke-13.
Karya-karyanya banyak dikagumi oleh masyarakat sampai Dewan Perdamaian
Dunia menyatakan sebagai salah seorang yang telah memberikan sumbangan bagi
kemanusiaan pada tahun 1958. Selain Guan Hanqing Wang Haifu merupakan
dermawan lainnya yang menulis kisah yang berjudul Xixiangji (Bilik Barat).
Selain itu sastrawan lainnya yaitu Zhang Guobin yang merupakan seorang Wanita
yang menulis kisah berjudul Menyambung Kemeja.
2.2.5 Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan Semasa Dinasti Yuan
Mereka menerapkan sistem pajak yang telah diterapkan semasa Dinasti
Tang, di mana rakyat harus membayar pajak dalam bentuk gandum (zu), tekstil,
atau barang lainnya (diao), serta kerja wajib bagi negara (yong). Inilah sebabnya
mengapa sistem ini disebut dengan zuyongdiao. Para petani diharuskan untuk
membayar pajak dua kali dalam setahun yang disebut dengan sistem liangshuifa.
Untuk memperlancar transportasi dan perdagangan, dibangunlah suatu terusan
antara lembah Sungai Yangzi dengan Khanbaligh. Hubungan perdagangan lewat
laut juga masih memberikan kontribusi besar, di mana hal ini dimungkinkan oleh
kemajuan teknologi pembuatan kapal semasa Dinasti Song.18
2.2.6 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Yuan
 Buddhisme dan Daoisme
Peristiwa yang menghebohkan pada masa Dinasti Yuan yakni perselisihan
antara kaum Daoisme dengan Buddhisme. Bangsa mongol sebelumnya lebih
tertarik pada Daoisme sebelum Buddhisme awal mulanya pada saat itu Gengshi
Khan yang tertarik dengan obat Panjang usia yang dibuat oleh Qiu Chuji yang
merupakan seorang mahaguru Daois aliran Quanzen, Qiu Chuji diangkat oleh
Gengshi Khan sebagai pemimpin tertinggi Daois yang juga memimpin agama-
18
Ibid, hal 453

27
agama lainnya termasuk Buddhisme. Para pendeta Daois dibawah perintah Qui
Chuji mereka memanfaatkan kepemimpinan dengan bertindak sewenang-wenang
sesuai kemauan diri sendiri. Mereka menyita dan mengambil alih vihara-vihara
Buddhis, tidak hanya itu mereka bahkan berani mengganti patung-patung Buddha
dengan dewa-dewi Daois.
Mereka mengembangkan doktrin yang menyatakan bahwa Buddha
hanyalah salah satu dari 81 penjelmaan Laozi, sehingga Daoisme dianggap lebih
unggul dan merupakan asal-muasal Buddhisme. Lukisan-lukisan yang
menggambarkan 81 penjelmaan Laozi (Bashiyihuatu) ini disebarkan ke mana-
mana. Kaum Daois menyebarkan pula doktrin lainnya bahwa Laozi pernah pergi
ke India dan mengajarkan Daoisme pada Buddha. Doktrin ini didasarkan atas
kitab palsu berjudul Laozi Huahujing (Kitab Laozi Mempertobatkan Kaum
Barbar), yang ternyata isinya justru banyak mengutip kitab-kitab Buddhis.19
Perseteruan terus berlanjut sampai kematian Qiu Chuji mereka makin
menjadi-jadi sampai akhirnya Mangu Khan memanggil mereka semua untuk
menyelesaikan masalahnya. Pada perkumpulan tersebut Daois kalah sebab gagal
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan termasuk bukti
keautentikan Laozi Huahujing. Karena Daois sudah kalah Buddhis menuntut
Daois karena telah menghancurkan vihara. Mangu mengeluarkan titah agar Daois
mengganti patung-patung yang telah di hancurkan dan juga mengembalikan
vihara-vihara yang telah dirampas oleh mereka dan Mangu melarang untuk
menyebarkan kitab-kitab yang sebelumnya dianggap palsu hanya untuk
merendahkan ajaran Buddhisme. Tetapi kaum Daois tidak memenuhi titah
tersebut sehingga kaum Buddhis menuntutnya kembali pada tahun 1256.
Kasus ini masih berlanjut dan Mangu yang sudah jenuh dengan
perselisihan yang tidak selesai ini meminta Kubilai saudaranya untuk mengurus
perselisihan ini. Hingga pada tahun 1258 pihak Daois akhirnya mengakui
kesalahannya dan mendapatkan hukuman yang berat. Untuk sementara waktu
perselisihan ini mereda tetapi beberapa tahun kemudia tepatnya tahun 1280 umat
Daois membakar kuilnya sendiri dan berdalih menuduh umat Buddhis sebagai

19
Ibid, hal 454

28
pelakunya. Tetapi tuduhan ini cepat terbongkar dan penggagasnya dijatuhi
hukuman mati.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh umat Buddhis untuk melaporkan
pelanggaran-pelanggaran yang masih dilakukan oleh kaum Daois, seperti
mengedarkan secara sembunyi-sembunyi kitab-kitab yang dilarang. Investigasi
yang dilakukan oleh pihak berwenang ternyata mengungkapkan hal yang jauh
lebih parah dibandingkan tuduhan itu. Plat dan huruf-huruf untuk mencetaknya
masih disembunyikan oleh kaum Daois dan karya-karya terlarang memang masih
diedarkan dengan judul lain. Mengetahui kenyataan ini, Kubilai Khan
mengeluarkan titah pada bulan ke-10 tahun 1281 bahwa seluruh naskah Daois
dengan Daodejing sebagai pengecualian harus dimusnahkan beserta plat-
plat pencetaknya.20
Kejadian tersebut membuat kaisar-kaisar Mongol selanjutnya menjadi
penganut ajaran Buddhisme dan mereka tertarik dengan Buddhisme Tibet
(Lamaisme) yang beraliran Tantra. Lamaisme dijadikan agama negara dibawah
perlindungan pemerintah, para biarawan Buddhisme juga mendapatkan hak
istimewa yaitu di keluarkannya undang yang bunyinya barang siapa yang
memukul biarawan Buddhisme Tibet akan dipotong tangannya (1309).
 Islam
Semasa pemerintahan Kublai Khan, didirikanlah Akademi Islam (buibui
guozi xue) atas usul pejabat tingginya yang beragama Islam, Moiz al-Din.
Akademi ini melakukan penerjemahan naskah-naskah Arab
 Kristen
Jejak-jejak perkembangan agama Kristen semasa Dinasti Yuan, masih
dapat kita jumpai saat ini dalam bentuk kuburan-kuburan Kristen, seperti makam
Katharina von Viglione yang berangka tahun 1342. Paus beberapa kali
mengirimkan utusannya ke China untuk menyebarkan agama di sana. Seorang
biarawan bernama Giovanni de Piano Carpini (1182?-1252) yang berasal dari
Perugia, Italia, dikirim ke Karakorum oleh Paus Innocentius IV pada tahun 1245.
Dua tahun kemudian, ia kembali lagi tanpa membawa kemajuan berarti. Namun
20
Ibid, hal 455

29
karyanya yang berjudul Ystoria Mongalorum menjadi informasi berharga
mengenai adat istiadat bangsa Mongol.
Selanjutnya, Paus Nicholas IV ingin mengadakan hubungan dengan
bangsa Mongol, sehingga ia lalu mengirimkan seorang rohaniwan Katolik
bernama Giovanni de Monte Corvino. la berkarya selama 42 tahun di China.
Belakangan, paus mengirimkan beberapa orang rohaniwan lagi dan
mengangkatnya sebagai uskup agung. Selama berkarya di China, Yohannes telah
menerjemahkan Perjanjian Baru dan kitab Mazmur ke dalam bahasa Mongol serta
mengkristenkan 30.000 orang.21
2.2.7 Runtuhnya Dinasti Yuan
Meninggalnya Kubilai Khan pada tahun 1294 M menjadi pertanda
kemunduran dari bangsa Mongol.1Kemunduran dari bangsa Mongol terjadi
karena kaisar kaisar penerus setelah wafatnya Kubilai Khan tidak terlalu kuat
dalam memimpin. Lemahnya kepemimpinan dari kaisar-kaisar
tersebutmengakibatkan bangsa Mongol terus mengalami kemunduran dan banyak
daerah-daerah kekuasaanbangsa Mongol yang melepaskan diri.

Keruntuhan Dinasti Yuan benar benar terjadi ketika dipimpin oleh Toghon
Temur (1333-1368).2Toghon Temur diyakini sebagai anak dari Kaisar Song
Gongzong yang di adopsi oleh Khosila. ToghonTemur menggantikan adiknya
Irinjibal menjadi kaisar selanjutnya dimana masa kepemimpinanya merupakan
yang terlama diantara seluruh penguasa dinasti Yuan. Sayangnya Toghon
Timurmerupakan seorang kaisar yang lemah dan masih terlalu muda untuk
memimpin Dinasti. ToghonTemur belum sanggup untuk memerintah sehingga
menyerahkan urusan pemerintah kepada paramenterinya. Penasihat dari Toghon
Temur, yaitu Bayan mengklaim bahwa kemunduran dari Dinasti Yuan terjadi
karena adanya proses penyerapan budaya Tionghoa. Bayan pun lalu
memberlakukan politik segregasi dan melarang bangsa Tionghoa untuk
mempelajari bahasa Mongol. Selain itusenjata, perkakas besi, dan kuda milik

21
Ibid, hal 456

30
bangsa Tionghoa disita bahkan Opera China dilarang untukdipentaskan atas
perintah Bayan.
Selain karena lemahnya kekuasaan kaisar Toghon Temur, kemunduran
Dinasti Yuan juga terjadiakibat adanya faktor alam. Pada saat itu, banyak terjadi
bencana alam seperti banjir dan wabahpenyakit. Wabah yang menyebar dikala itu
diyakini merupakan penyakit sampar atau pes. Ditambahlagi banyak para pribumi
yang merasa kurang puas dengan Dinasti Yuan yang dianggap sangat
kejamterhadap rakyat. Ketidakpuasaan ini menimbulkan berbagai pemberontakan
diberbagai daerah.Pemberontakan yang paling penting adalah pemberontakan
besar dibawah kepemimpinan Zhu YuanZhang. Pada tahun 1356 dibawah
kepemimpinan Zhu Yuan Zhang berhasil menakhlukkan wilayahNanking yang
kemudian disusul penguasaan di daerah-daerah selatan. Hingga pada tahun
1368,ibukota Dinasti Yuan yang bernama Dadu berhasil dikuasai. Kaisar Toghon
Temur pun melarikan dirike utara yang menjadi pertanda berakhirnya rezim
Mongol di China.

31
BAB 3 KESIMPULAN

Pendiri dari Dinasti Song adalah Chao Kuang Yin, dengan gelar Song T`ai
Tsu. Dinasti ini kerap mendapatkan gangguan dari bangsa-bangsa di perbatasan,
seperti bangsa K’itan, bangsa Jurchen dan bangsa Mongol. Song Utara terjadi
perpindahan pusat pemerintahan tersebut adalah untuk menjauhkan diri dari
serbuan bangsa barbar; demikian juga Dinasti Song ini mendapat gangguan dari
ketiga bangsa tersebut di atas. Untuk menjaga keseimbangan kekuasaan, maka
Kaisar-kaisar Song sering melakukan politik pembelian perdamaian . Di bawah
pemerintahan T'ai Tsu, Dinasti ini bercita-cita untuk mempersatukan seluruh
Cina, tetapi sebelum cita-cita terealisir T'ai Tsu telah meninggal dunia. Kaisar
kedua dari Dinasti Song ialah Song T'ai Tsung. la meneruskan cita-cita T'ai Tsu
dan berhasil menaklukkan Hangchow. Akan tetapi pada masa inipun Song sering
kali mendapat gangguan dari bangsa K'itan dan pada masa pemerintahannya
bangsa tersebut menjadi makin kuat. Kembali sistem militer dan kewajiban masuk
milisi serta dibentuk penjagaan kampung yang disebut Pao Chia yaitu di mana
setiap keluarga harus mengirimkan seorang anak untuk menjaga kampung.
Sistem Pao Chia dibarengi dengan peraturan Pao Ma yakni pemeliharan
kuda-kuda untuk keperluan perang. Hal ini dilakukan dalam usaha memperbaiki
sistem kavaleri. Untuk itu ditunjuk keluarga-keluarga tertentu yang diberi tugas
untuk memelihara kuda untuk kepentingan angkatan perang. Konsep
pembaharuan Wang An Shih tidak berlangsung lama, karena mendapat tantangan
dari berbagai pihak di kalangan masyarakat, terutama para pedagang, tuan tanah
dan kaum sastrawan. Tokoh-tokoh yang menentang antara lain: Sze-ma Kuang,
Ou-yang Siu dan Su Tung P'o. Song Selatan dengan hancurnya Kota Kaifeng
bukan berarti berakhirlah Dinasti Song, sebab orang-orang Song yang berada
disebelah selatan yang dipimpin oleh Pangeran Kang berhasil menghimpun
kekuatan dengan Nanking sebagai pusatnya. Setelah naik takhta, Pangeran Kang
bergelar Sung Kao Tsung, maka dengan tampilnya Sung Kao Tsung mulailah
masa Sung selatan.

32
Pada masa itu Bangsa Chin terus melakukan penyerangan ke selatan
hingga ke lembah Yangtse Kiang. Pada 1138 M, Sung Kao Tsung terpaksa
memindahkan pusat pemerintahannya dari Nanking ke Hangchow. Sebagai garis
batas kekuasaan Dinasti Sung dengan bangsa Chin ialah Sungai Yangtse Kiang.
Dengan demikian Cina terpecah menjadi dua, di sebelah utara yang dikuasai oleh
Kerajan Chin dari bangsa Jurchen dan disebelah selatan memerintah Dinasti Sung.
Selanjutnya antara keduanya diadakan, pembicaraan perdamaian. Persetujuan
antara keduanya terjadi pada 1141 M, dalam persetujuan ditetapkan bahwa daerah
perbatasan antara keduanya terletak antara Sungai Kuning dan Sungai Yangtse. Di
samping itu, setiap tahun Dinasti Sung akan menyerahkan upeti kepada Chin
sebesar 250.000 ons perak dan 250.000 gulung sutera. Sebagaimana halnya dulu
masa Dinasti Sung Utara terjadi perdamaian antara Dinsati Sung dengan Kerajaan
Liao, juga antara Dinasti Sung dengan Bangsa Chin, meskipun sudah ada
perjanjian antara keduanya, peperangan masih sering terjadi. Ketika di Cina
terjadi permusuhan antara Dinasti Sung dengan Bangsa Chin, di daerah Utara
muncul kekuatan baru yakni bangsa Mongol.
Bangsa ini mulai kuat ketika dipimpin oleh Jengis Khan . Di bawah Jengis
Khan kekuasaan bangsa Mongol semakin luas. Daerah-daerah yang berhasil
dikuasai yakni beberapa daerah di Cina Utara, Turkistan Timur, lembah Oxus,
lembah Indus bagian hulu, daerah Persia dan Eropa di ujung tenggara. Setelah
Jengis Khan meninggal, wilayah kekuasaannya yang luas itu jatuh ke tangan
cucunya yakni Ogodai. Pada masa Ogodai berkuasa, ia berusaha untuk
menaklukkan Cina. Usahanya mula-mula ialah meruntuhkan Kerajaan Chin,
untuk memenuhi tujuan tersebut Ogodai bekerjasama dengan Dinasti Sung.
Bangsa Chin akhirnya berhasil dihancurkan pada 1234 M. Akan tetapi setelah
Bangsa Chin berhasil dihancurkan, antara Dinasti Sung dan Mongol terjadi
permusuhan. Pada meninggal 1241 M dunia, Ogodai sementara ekspansi bangsa
Mongol dihentikan.
Ekspansi untuk dilakukan kembali sesudah bangsa Mongol mendapat
pimpinan yang kuat yakni Mango, yang pada 1251 M menjadi «Grand Khan» .
Pada masa ini perluasan daerah diarahkan ke barat, yakni menaklukan Dinasti

33
Abbasiyah. Pada 1258 M Bagdad dikuasai oleh bangsa Mongol di bawah
pimpinan Hulagu Khan yang juga berhasil menguasai kota Allepo dan Damaskus.
Sedangkan perluasan wilayah ke Cina dipimpin oleh Kubilai Khan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Agung, L. (2012). Sejarah Asia Timur 1 (N. T. Mukti (ed.). Ombak.


Tania, I. 2016. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia
Handa, Lin., Cao Yuzhang. 2014. Kisah-Kisah dari 5000 Tahun Sejarah China Jilid 2.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
W, Frederick Weels. 1897. A History Of China. Yogyakarta: Indoliterasi

35

Anda mungkin juga menyukai