konsepsi
indonesia
Dosen Pengampu
Dr. Nurul Umamah, M.Pd
Jefri Rieski Triyanto, M.Pd
3.Langkah-Langkah Pertama
Menuju +_ 1900-27
Lanjutan...
Ketika VOC berkuasa di Nusantara, terkhusus di
Batavia, telah masif dilakukan pergerakan kekuatan
militer sebagai salah satu usaha paksa untuk
menerapkan sistem monopoli bagi rakyat pribumi.
Gaya hidup masyarakat Batavia pun bergeser menjadi
bercorak "Indisch". Pola kehidulan sosial pun juga
dapat dilihat dengan bagaimana masyarakat Belanda,
baik para pedagang, militer, hingga para pegawainya
tinggal di pusat kota sedangkan para pendatang, baik
dari wilayah Nusantara lainnya atau dari wilayah Asia
lainnya menempati wilayah sekitar yang disebut
Ommelanden.
Lanjutan...
Kesadaran masyarakat pribumi yang mulai
mempertanyakan hal-hal tersebut juga didorong oleh
dimulainya kebudayaan "cetak", dimana informasi dan
berita telah diperdagangkan. Informasi yang
diperjualbelikan ini menjadi pemantik masyarakat
pribumi untuk berpikir lebih jauh lagi mengenai
kehidupan yang mereka jalani serta peristiwa-
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Kebudayaan "cetak" tidak hanya terjadi di Batavia
melainkan juga di beberapa wilayah lain, seperti
Surabaya, Semarang, dan Padang.
Lanjutan...
Dja Endar Muda yang merupakan seorang wartawan
keturunan Tapanuli menerbitkan sebuah majalah
berjudul Insulinde yang merupakan majalah pertama
yang memperkenalkan slogan "kemajuan". Melalui
majalah ini, masyarakat diajak untuk mempersiapkan
diri memasuki "dunia maju", konsep dunia maju
sendiri merupakan salah satu pengaruh Barat yang
pertama dan bertahan lama di Hindia Belanda. Konsep
dunia maju juga diperkokoh oleh salah seorang
wartawan bernama Datuk Sutan Maharadja yang
menganggap bahwa konsepsi dunia maju harus
mampu memberlakukan sistem sosial dan politik yang
demokratis serta musyawarah mufakat.
Lanjutan...
Pemikiran Rivai terkait kaum muda dilanjutkan oleh
seorang pensiunan dokter Jawa bernama Wahidin
Sudirohusodo yang ingin mendirikan organisasi. Di
mana nantinya organisasi ini akan diisi oleh kaum
muda dan kaum tua yang menyelenggarakan kursus
bahasa terutama bahasa Belanda serta menerbitkan
berbagai majalah yang memuat ilmu-ilmu populer
seperti geografi, ekonomi, sejarah, dan lain
sebagainya.
Lanjutan...
Pergerakan masyarakat nusantara kala itu untuk
memperoleh kemajuan terus mengalami dinamika di
mana pada tahun 1917 sebuah gerakan kebudayaan
muncul di Surabaya yang dinamakan Jawa Dipa.
Tujuan dari gerakan ini ialah ingin menjadikan bahasa
Jawa agar hanya terdiri dari satu tingkatan saja, yaitu
ngoko dan tidak bertingkat-tingkat. Hal ini
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa adanya
tingkatan-tingkatan bahasa menunjukkan betapa
kentangnya sistem hierarki sosial masyarakat kala itu
titik akan tetapi gerakan ini juga menimbulkan
perdebatan di kalangan terpelajar Jawa karena
dituduh sebagai usaha kemiskinan bahasa dan
perusakan keselarasan bahasa sehingga lambat laun
gerakan ini pun mulai menghilang.
Lanjutan...
Tidak mengejutkan bahwa Rivai memiliki pemikiran
yang tajam dan kritis terkait dunia maju serta
perubahan pola hidup yang lebih baik mengingat ia
merupakan salah satu perantau yang telah
meninggalkan kampung halaman dan suasana tatanan
primordia lama untuk mengadu nasib di kota-kota
kolonial sehingga merekalah yang paling awal
merasakan kekurangan tatanan lama dalam
menghadapi suasana baru yang dipaksakan dari luar.
1. Budi Utomo
a. Latar belakang
Pembentukan organisasi Budi Utomo tersebut terinspirasi oleh upaya Wahidin
Sudirohusodo dalam mengumpulkan dana belajar (studiefonds) untuk membantu pelajar
cakap, tetapi kurang mampu secara finansial
b. Tujuan
Mengupayakan hubungan kekeluargaan aatas segenap bangsa bumiputera.
Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja
anak-anak sekolah
Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi nilai cita kemanusiaan dalam upaya
mencapai kehidupan layak
Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah.
Tepatnya pada 20 Mei 1908, Dr. Sutomo bersama mahasiswa STOVIA mendirikan sebuah
organisasi untuk menampung aspirasi mereka. Meskipun pada waktu pembentukannya Budi
Utomo masih didominasi para pemuda Jawa, setidak nya semangat untuk bersatu
memperjuangkan nasib bangsa menjadi tolok ukur kebangkitan nasionalisme Indonesia. Budi
Utomo menyelenggarakan kongres pertama pada 3-5 Oktober 1908. Kongres tersebut
menghasilkan beberapa keputusan antara lain R.T. Tirtokusumo terpilih sebagai ketua Budi
Utomo. Kongres tersebut juga menyepakati kegiatan Budi Utomo difokuskan dalam bidang
pendidikan dan budaya, serta hanya dilakukan dalam lingkup Pulau Jawa dan Madura. Sejalan
dengan pecahnya Perang Dunia I, Budi Utomo mengusulkan agar Hindia Belanda
mempersiapkan diri dengan mengadakan wajib militer. Alasannya agar Hindia Belanda siap
jika sewaktu waktu ada intervensi pihak asing. Selanjutnya, Budi Utomo mengusulkan agar
pemerintah kolonial membentuk perwakilan rakyat. Untuk tujuan tersebut, wakil Budi
Utomo, Dwidjosewojo, mengadakan pendekatan kepada pemimpin - pemimpin Belanda.
Akhirnya, pada Desember 1916 Belanda mengesahkan undang - undang pembentukan
lembaga perwakilan rakyat (volksraad). Memasuki dekade 1920-an Budi Utomo mengalami
perubahan penting. Perubahan tersebut tidak lepas dari perkembangan nasionalisme
Indonesia yang seolah mengalami gelombang pasang pada dekade 1920 - an. Untuk
mengetahui perubahan penting dan dinamika Budi Utomo sebagai organisasi modern
pertama di Indonesia.
Pelopor Gerakan Munculnya Nasionalisme
2. Sarekat Islam
a. Latar belakang
Pergerakan SI awalnya bernama Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samsudin di
Surakarta pada tahun 1911.
b. Tujuan
Memperkuat persatuan dan kesatuan pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan
pedagang asing terutma pedangang dari tiongkok. Naun pada tahun 10 September 1912 SDI
berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Mengembangkan jiwa dagang
Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitas
Memajukan pengajaran dan semua usaha yang bisa meningkatkan derajat bangsa
Berlandaskan dagang menurut perintah agama.
Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak melawan peerintah Hindia Belanda. Ketuap pertama
Sarekat Islam adalah H.O.S Cokroaminoto sebagai ketua Sarekat Islam Pertama. Pusat kegiatan
Sarekat Islam ditetapkan pertama kali di Surabaya. Salah satu tokoh yang turut memberi
respons terhadap kolonialisme Barat adalah Tirtoadisuryo. Tirtoadisuryo melakukan perlawanan
terhadap kolonialisme Barat melalui tulisan. Banyak tulisan Tirtoadisuryo yang meresahkan
pemerintah kolonial Belanda. Selain melalui tulisan, perjuangan Tirtoadisuryo melawan
kolonialisme Barat dilakukan melalui organisasi bernama Sarekat Dagang Islam ( SDI ). SDI
didirikan tidak berselang lama setelah Budi Utomo didirikan. Organisasi ini awalnya hanya
bertujuan melindungi kepentingan pedagang muslim terutama dalam perdagangan batik.
Tirtoadisuryo merupakan pemimpin SDI pada awal pembentukan nya. Selanjutnya, pada 1911
kepengurusan SDI diambil Samanhudi. Pada 1912 kedudukan H. Samanhudi sebagai ketua SDI
digantikan oleh Haji Oemar Said Cokroaminoto . H.O.S. Cokroaminoto kemudian meng ganti nama
organisasi menjadi Sarekat Islam ( SI Perubahan nama dilakukan agar Sarekat Islam tidak hanya
bergerak dalam bidang ekonomi , tetapi juga dalam bidang lain seperti bidang politik dan sosial
Dalam kongres SI di Solo pada Januari 1913 H.O.S. Cokroaminoto menegaskan tujuan SI adalah
mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan dan tolong - menolong di
antara umat Islam . Akan tetapi , setelah kongres tahun 1921 Sarekat Islam terpecah menjadi
kubu , yaitu SI Putih dan SI Merah . SI Putih yang berpusat di Yogyakarta berasaskan kebangsaan
dan keagamaan . Adapun SI Merah yang berpusat di Semarang berasaskan komunis berpusat di
Semarang . Pada 1923 SI Putih mengadakan kongres di Madiun . Dalam kongres tersebut
organisasi ini berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam ( PSI ) . Sementara itu , anggota SI
Merah membentuk Sarekat Rakyat ( SR ) dan memilih berafiliasi dengan Partai Komunis
Indonesia ( PKI ) .
Pelopor Gerakan Munculnya Nasionalisme
3. Indische Partij
a. Latar belakang
Organisasi ini didirikan di Bandung Desember 1912 Organisasi ini dipimpin oleh E.F.E. Douwes Dekker,
Suwardi Suryaningrat, dan Cipto Mangunkusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.
Tujuan pembentukan Indische Partij antara lain menumbuh kan dan meningkatkan jiwa persatuan
semua golongan , memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan
kehidupan rakyat yang mendeka.
b. Tujuan
Meresapkan cita-cita kesatuan nasional indonesia
Memberantas kesmbongan sosal dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan
Emberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama
yang lainnya.
Meperbesar pengaruh pro hindia Belanda di dalam pemerintahan. Memperbaiki keadaan ekonomi
bangsa Indonesia, terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Indische Partij Coba Anda baca kembali kutipan artikel Als ik een Nederlander was (Seandainya Saya
Seorang subbab A atau buka laman internet untuk menemukan artikel tersebut secara lengkap
Seperti yang telah Anda pelajari, artikel tersebut ditulis oleh Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal
dengan nama Ki Hajar Dewantara ketika menjadi salah satu pemimpin Indische Partij. Artikel yang
diterbitkan surat kabar de Expres tersebut ditulis untuk mengkritik perayaan seratus tahun
kemerdekaan Belanda. Indische Partij disebut sebagai partai politik pertama pada masa pergerakan
nasional. Sebutan ini tidak terlepas dari gagasan nasionalisme Hindia Belanda yang diusung Indische
Partij . Nasionalisme Hindia Belanda yang digagas para tokoh Indische Partij adalah kesadaran seluruh
rakyat Hindia Belanda (Indonesia) sebagai satu kesatuan. E.F.E. Douwes Dekker menyatakan rakyat
Hindia Belanda meliputi semua golongan yang tinggal di tanah Hindia Belanda.
Permohonan Indische Partij agar diakui sebagai badan hukum pada 4 Maret 1913 ditolak oleh
Gubernur Jenderal Idenburg. Idenburg beralasan bahwa Indische Partij merupakan organisasi
beraliran politik yang dapat mengganggu keamanan umum. Bahkan, pada 11 Maret 1913 Indische
Partij ditetapkan sebagai organisasi terlarang. Tindakan radikal Indische Partij dan pelabelan dari
pemerintah kolonial berimbas pada nasib ketiga pemimpinnya. Tidak lama setelah pembentukan
Komite Bumiputra, tepatnya pada Agustus 1913 ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuvan
palang Ketiganya memilih hukuman pengasingan di negeri Belanda. Hukuman pengasingan yang
dijalani pemimpin tersebut menyebabkan kegiatan Indische Partij menurun .
Massa
Gerakan Radikal
1. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia Pada mulanya organisasi ini bernama Indische Vereeniging didirikan
pada tahun 1908 oleh para pelajar / mahasiswa yang belajar di negeri Belanda seperti R.M
Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein Djajadiningrat. Kemudian dengan datangnya
para aktivis perjuangan dari Indonesia seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, J.B. Sitanala,
organisasi ini semakin bernuansa politik kebangsaan Bahkan nama Indische Vereeniging
diubah menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1922 dan diubah lagi menjadi
"Perhimpunan Indonesia" pada tahun 1925. Asas perjuangannya yaitu menolong dirinya
sendiri (swadaya), nonkooperasi, persatuan nasional. PI menjadi organisasi politik yang
semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Moh. Hatta, PI berkembang
dengan pesat dan mendorong para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan
kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik Pl tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia,
tetapi juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan
melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. Pl juga menuntut kemerdekaan Indonesia
dengan secepatnya.
5. Muhammadiyah
Keberadaan organisasi BU telah memberikan inspirasi kepada KH Ahmad Dahlan untuk
mendirikan sebuah organisasi yang bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi yang
didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan
keagamaan. Salah satu tujuan pendirian Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam. Islam
seharusnya bersumber pada Alquran dan hadis. Tindakannya adalah amar makruf nahimunkar,
atau mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang buruk.
6. Nahdlatul Ulama
Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 Januari 1926, di Surabaya. Pendiri organisasi ini adalah
Kiai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi ini berpegang teguh pada
Ahlusunnah wal jam'ah. Organisasi ini tetap mempertahankan tradisi yang sudah lama
berkembang di kalangan ulama. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial, ekonomi,
dan pendidikan. Organisasi Islam ini sekarang merupakan organisasi massa Islam yang cukup
besar di Indonesia.
7. Taman Siswa
Organisasi ini bergerak di bidang sosial dan pendidikan yang bersifat nasional. Organisasi
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta oleh Raden Mas Suwardi
Suryaningrat yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Tujuannya lebih
diarahkan pada upaya memajukan pendidikan bagi bumiputra. Pendidikan yang ditawarkan
adalah sistem pendidikan nasional yang berdasarkan kepada kebudayaan asli Indonesia. Asas
perjuangan Taman Siswa adalah "Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani". Dalam waktu singkat Taman Siswa ini sudah berkembang pesat. Ki Hajar Dewantara
diakui sebagai bapak pendidikan di Indonesia. la telah meletakkan dasar - dasar bagi
pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Fraksi Nasionalisme
1. Volksraad
Pada 17 April 2019 rakyat Indonesia menggunakan hak pilihnya dalam pemilu
serentak. Dalam pemilu ini, rakyat Indonesia memilih anggota legislatif serta
presiden dan wakil presiden. Pemilu legislatif dilakukan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dewan legislatif dibentuk untuk
memperjuangkan nasib rakyat. Dewan tersebut bernama volksraad. Volksraad
dibentuk pemerintah Belanda pada 16 Desember 1916. Wacana pembentukan
volksraad sebenarnya telah berkembang sejak 1915 berkaitan dengan adanya
gerakan Indie Werbaar (Pertahanan Sipil Hindia). Meskipun dibentuk pada 1916,
volksraad baru mengadakan sidang pertama pada 18 Mei 1918. Sidang pertama ini
dibuka langsung oleh Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum. Anggota
volksraad terdiri atas orang Belanda, orang Timur Asing, dan orang - orang pribumi.
Pada awal pembentukannya volksraad memiliki 38 orang anggota.
Dari jumlah tersebut lima belas orang anggotanya merupakan orang Indonesia.
Keanggotaan volksraad dipimpin oleh seorang ketua dewan. Pada 1921 jumlah
anggota volksraad bertambah menjadi 49 orang, 39 % dari jumlah tersebut berasal
dari orang Indonesia. Selanjutnya, jumlah tersebut meningkat menjadi 60 orang
pada 1927 dan keanggotaan yang berasal dari Indonesia juga mengalami
peningkatan. Jumlah keanggotaan dari orang Indonesia terus meningkat hingga
akhirnya mencapai porsi 50 %. Pada awalnya volksraad hanya bertugas sebagai
penasihat pemerintah Belanda. Selanjutnya, sejak 1927 volksraad memiliki
kewenangan legislatif bersama gubernur jenderal. Dalam volksraad gubernur
jenderal memiliki hak veto yang menyebabkan kewenangan volksraad sangat
terbatas.
Mekanisme keanggotaan volksraad dipilih melalui sistem pemilihan tidak
langsung. Usulan - usulan anggota volksraad pihak pribumi juga sering ditolak oleh
pemerintah Belanda. Bahkan, lembaga ini tidak memiliki hak angket dan hak
menentukan anggaran belanja seperti parlemen pada umumnya. Pada 27 Januari
1930 anggota volksraad dari golongan nasionalis membentuk Fraksi Nasional.
Pembentukan fraksi ini merupakan ide Muhammad Husni Thamrin.
Fraksi Nasionalisme
2. Petisi Soetardjo
Petisi Soetarjo tersebut diajukan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo, Ketua
Persatoean Pegawai Bestuur Bumipoetera (PPBB), kepada pemerintah kolonial
Belanda pada 15 Juli 1936. Soetardjo mencetuskan gagasan petisi ini berdasarkan
pasal 1 Undang - Undang Dasar Kerajaan Belanda yang berbunyi "Kerajaan
Nederland (Belanda) meliputi wilayah Nederland, Hindia Belanda, Suriname, dan
Curasao". Soetardjo berpendapat keempat wilayah tersebut memiliki derajat yang
sama. Oleh karena itu, Soetardjo mengajukan permohonan agar diselenggarakan
suatu musyawarah untuk mempertemukan wakil bangsa Indonesia dan Belanda
yang setiap anggotanya mempunyai hak yang sama. Pengajuan Petisi Soetardjo
dilakukan karena semakin meningkatnya rasa ketidakpuasan di kalangan rakyat
terhadap kebijakan politik yang diterapkan Gubernur Jenderal de Jonge. Soetardjo
menganggap hubungan antara Indonesia dan kehidupan Belanda perlu diperbaiki,
bukan diperkeruh dengan kebijakan-kebijakan yang mengekang rakyat Indonesia.
Usulan Soetardjo mendapat dukungan dari Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung,
Alatas, I.J. Kasimo, dan Ko Kwat Tiong. Adanya dukungan ini menunjukkan Petisi
Soetardjo didukung oleh berbagai golongan, suku bangsa, dan agama yang ada di
Indonesia. Petisi Soetardjo kemudian dibahas dalam sidang volksraad pada 17
September 1936.
Fraksi Nasionalisme
Dalam sidang tersebut terjadi perdebatan sehingga memunculkan tiga kelompok besar
sebagai berikut.
Kelompok van Helsdingen - Notosoeroto , yang terdiri atas wakil - wakil dari
Christelijke Staatspartij (CSP), Vaderlandsche Club , Ondernemersgroep , dan
Indische Katholieke Party. Kelompok ini menolak Petisi Soetardjo karena
menganggap rakyat Indonesia belum mampu menyelenggarakan pemerintahan
sendiri.
Kelompok Sukardjo Wirjopranoto, yang terdiri atas anggota Fraksi Nasional, PSII,
dan Parindra dengan tegas menolak Petisi Soetardjo karena dianggap tidak ada
gunanya. Sukardjo Wirjopranoto berpendapat bahwa petisi tersebut dapat
melemahkan, bahkan mematikan cita - cita kemerdekaan Indonesia. Bahkan,
Sukardjo Wirjopranoto menuduh Soetardjo menjalankan opportunistische
politiek.
Kelompok Suroso, yang terdiri atas sebagian anggota Fraksi Nasional, Politiek -
Economische Bond (PEB), dan Indo-Europeesch Verbond (IEV). Kelompok ini
berpendapat bahwa bangsa Indonesia sudah cukup matang dan sudah
sepantasnya pemerintah kolonial Belanda memberikan hak kepada bangsa
Indonesia.
Ada 29 September 1936 volksraad mengadakan pemungutan suara mengenai
Petisi Soetardjo. Hasilnya, 26 suara setuju dan 20 suara menolak Petisi Soetardjo.
Selanjutnya, pada 1 Oktober 1936 Petisi Soetardjo dikirimkan kepada Ratu
Belanda, Staaten Generaal, dan Menteri Urusan Negara Jajahan. Pada Februari
1937 sidang Staaten Generaal ( parlemen ) Belanda membahas petisi tersebut.
Akan tetapi, parlemen Belanda belum dapat memutuskan menerima atau
menolak Petisi Soetardjo karena masih menunggu saran dari gubernur jenderal di
Indonesia. Berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda Nomor 40 tanggal 16
November 1938, Ratu Belanda menolak Petisi Soetardjo yang diajukan atas nama
volksraad. Penolakan tersebut didasarkan pada alasan "bangsa Indonesia belum
matang untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri". Surat tersebut
disampaikan dalam sidang volksraad pada 29 November 1939.
Represi dan Krisis Ekonomi
1927-1942
Lanjutan...
Bahkan Perhimpuan Indonesia memiliki pengaruh
Lanjutan...
Lanjutan...
Sementara itu
Lanjutan...
Motif pemerintah
Gagasan nasionalisme disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal dan
kseternal. Munculnya Konsepsi Indonesia, penggunaan istilah Indonesia
semakin matang dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. Momentum inilah yang menandai nasionalisme Indonesia telah mencapai
identitas yang sempurna. Penggunaan istilah “Indonesia” menunjukan sifat
radikal yang menuntut Indonesia merdeka. Perkembangan teknologi media
cetak dan jurnalisme memiliki peran penting dalam menyebarkan manifesto
politik ini. Pelopor munculnya pergerakan nasional tidak lepas dari kaum muda
intelektual Indonesia, mulai dari yang moderat, radikal dan beberapa fraksi
nasional. pemuda (28 oktober 1928) mempuyai nilai simbolik yang penting
dalam proses pematangan pembentukan bangsa.