Anda di halaman 1dari 2

4 Munculnya Konsepsi Indonesia 1900-1942

1. Zaman Penjajahan Baru

Pada permulaan abad XX, kebijakan kolonial Belanda memiliki tujuan baru yaitu Politik Etis. Politik
Etis berakar pada masalah kemanusiaan dan sekaligus pada keuntungan ekonomi. Politik etis
memiliki 3 prinsip dasar kebijakan yaitu pendidikan, pengairan, dan perpindahan penduduk. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlakukan dana. Oleh karena itu, hutang pemerintah kolonial yang
mencapai sekitar 40 juta gulden diambil alih oleh pemerintah Belanda, sehingga Batavia dapat
meningkatkan pengeluaran tanpa harus dibebani hutang lagi. Politik Etis pun berjalan.

Pemerintah Belanda mulai melakukan pembangunan ekonomi di luar pulau Jawa. Kemudian
pemerintah Belanda meningkatkan perekonomian dengan memanfaatkan dua komoditi utama
Indonesia yaitu minyak bumi dan karet, disusul dengan komoditi lain seperti kopi, gula, tebu, dan
lain-lain. Bergesernya ekonomi ke daerah-daerah luar Jawa itu menimbulkan kesulitan yang besar
dalam kebijakan pemerintah kesulitan yang terus berlangsung sejak saat itu. Kini lapangan lapangan
investasi dan penghasil penghasil komoditi ekspor yang terpenting adalah daerah-daerah luar Jawa.
Akan tetapi masalah-masalah kesejahteraan yang utama tuntutan-tuntutan pokok terhadap hutang
kehormatan adalah di Jawa. Dengan demikian perbedaan antara Jawa dan luar Jawa yang berakar
pada masa lalu menjadi semakin mencolok sekarang.

Pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi semua perkembangan yang terjadi selama zaman
penjajahan baru ini dan juga menghantui sejarah Indonesia semenjak itu. pertumbuhan penduduk
Jawa mempunyai kaitan yang mendasar dengan tingkat kesejahteraan yang rendah tetapi pihak
Belanda tidak mempunyai kebijakan yang dapat memecahkan masalah tersebut. Pihak Belanda telah
meningkatkan anggaran belanja mereka untuk proyek-proyek kesehatan umum sebesar hampir 10
kali lipat antara tahun 1900 dan 1930. Akan tetapi, menghadapi kemiskinan yang mendalam dan
penduduk Jawa terlalu banyak hasilnya terbatas.

Selain itu banyak sekali usaha yang dijalankan di bidang pendidikan dan hasil-hasilnya seringkali
membuat bangga para pejabat Belanda. Semua pendukung politik etis menyetujui ditingkatkannya
pendidikan bagi rakyat Indonesia. Di bawah abendanon pendekatan elitislah yang diutamakan.
Namun dalam pelaksanaan hal tersebut abendanon menghadapi tantangan dari berbagai kalangan
termasuk para bupati yang lebih konservatif. Cita-cita tentang pendidikan kaum wanita yang begitu
dinamakan oleh Kartini dan abendanoon tersebut tidak pernah mendapat prioritas pemerintah
terutama karena pengaruh para bupati yang konservatif dan pejabat-pejabat kolonial yang skeptis.

Selama van Heutsz menjabat sebagai gubernur jenderal (2904-1909) dan Dirk Fock menjabat sebagai
menteri urusan daerah jajahan (1905-1907) di negeri Belanda gagasan mengenai pendidikan rakyat
memperoleh lebih banyak dukungan. Adanya perbaikan-perbaikan pendidikan yang paling berarti
adalah dalam sistem sekolah dasar dua kelas yang dibuka secara kecil-kecilan untuk orang-orang
Indonesia sejak tahun 1892-1893. Orang-orang Indonesia kini mempunyai kesempatan lebih luas
untuk memperoleh pelajaran bahasa Belanda tetapi masih ada masalah yang sifatnya struktural.
Pada tahun 1908

Anda mungkin juga menyukai