Anda di halaman 1dari 14

KOLABORASI AGAMA DAN BUDAYA LOKAL: TRADISI ISLAM

WETU TELU DI BAYAN (LOMBOK UTARA)

Mata Kuliah Sejarah Islam Lokal

Dosen Pengampu: Alanuari, MA.

Disusun Oleh:

R. Riski Dwi Koestanto (21220002)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ISLAM NUSANTARA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
2022
Abstrak

Islamisasi awal di Lombok terjadi sekitar abad 16-17 M. Pada tahun 1545 M, salah
satu ulama Jawa yang bernama Sunan Prapen diperintahkan oleh Sunan Giri agar
mendatangi pulau Lombok tepatnya di Salut, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara
untuk menyebarkan ajaran Islam. Dengan keadaan masyarakat Lombok saat itu
yang memiliki kepercayaan lokal “Boda” sebutan dari penduduk asli Lombok,
maka dalam proses Islamisasi mengalami dinamika yang cukup sulit. Wetu Telu
menjadi salah satu hasil kontradiksi tradisi lokal dengan ajaran Islam. Pendapat lain
mengatakan bahwa Wetu Telu adalah hasil ketidak sempurnaan proses Islamisasi
di Pulau Lombok. Pada artikel ini akan kita bahas pemahaman tentang ajaran Watu
Telu termasuk proses awal munculnya ajaran tersebut.

Kata Kunci: Wetu Telu, Islamisasi Lombok, Islam Lokal

Abstract

Islamization in Lombok occurred around the 16th-17th centuries AD. In 1545 AD,
one of the Javanese scholars named Sunan Prapen was ordered by Sunan Giri to
come to the island of Lombok to be precise in Salut, Kayangan District, North
Lombok to spread Islamic teachings. With the condition of the Lombok people at
that time who had the local belief "Boda" as the native people of Lombok, the
dynamics of the Islamization process were quite difficult. Wetu Telu is one of the
results of contradictions between local traditions and Islamic teachings. Another
opinion says that WetuTelu is the result of an imperfect process of Islamization on
the island of Lombok. In this article, we will discuss the understanding of the Watu
Telu teachings, including the initial process of the emergence of these teachings.

Keywords: WetuTelu, Lombok Islamization, Local Islam

2 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
PENDAHULUAN Namun, jika kita melihat
perjalanan peristiwa Wetu Telu ini
A. Latar Belakang
telah terjadi proses Hinduisasi dan
Pengamalan keagamaan yang ada Islamisasi ditambah dengan
pada sebagian suku Sasak di Desa pengaruh pemerintah Belanda, dan
Bayan Kabupaten Lombok Utara, kekuasaan Orde baru (M. Ardi
Pulau Lombok terkait dengan Kusumawardana, 2019).
pelaksanaan sholat wajib pada
B. Rumusan Masalah
masyarakat Wetu Telu masih ada
1. Bagaimana Keadaan Geografi
hingga saat ini. Wetu Telu adalah
Pulau Lombok dan Suku Sasak?
praktik unik yang dilakukan sebagian
2. Bagaimana Proses Islamisasi di
masyarakat Sasak yang tinggal di
Pulau Lombok?
pulau Lombok yang menganut agama
3. Apa yang Dimaksud Dengan
Islam. Diduga penerapan ajaran unik
Ajaran Wetu Telu?
ini terjadi akibat para penyebar Islam
di masa lalu mencoba
C. Tujuan Penulisan
memperkenalkan Islam secara
Berdasarkan rumusan masalah
bertahap kepada masyarakat Sasak
diatas maka tujuan penulisannya
saat itu dan kemudian menyerahkan
adalah
perkembangan ajaran Islam di pulau
1. Mengetahui Keadaan Geografi
Lombok kepada muridnya dalam
Pulau Lombok dan Suku
keadaan ajaran Islam yang belum
Sasak.
sempurna.
2. Mengetahui Proses Islamisasi
Islam Wetu Telu juga termasuk di Pulau Lombok.
tampilan Islam lokal yang bertahan 3. Memahami Ajaran Wetu Telu.
dengan keasliannya. Wetu Telu
berada di sebelah utara Lombok dan D. Manfaat Penulisan
sekarang dikenal sebagai Kecamatan
Umumnya manfaat penulisan ini
Bayan, Lombok Utara. Tidak jelas
terdiri dari teoritis dan praktis.
kapan Wetu Telu hadir dan digunakan
dalam istilah agama suku Sasak.

3 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
1. Secara teoritis, hasil Sumbawa, Arab dan Tionghoa.
penelitian ini dapat memberikan Masyarakat Lombok mayoritas
kontribusi bagi perkembangan ilmu memiliki pekerjaan seperti bertani,
pengetahuan sejarah dan menangkap ikan, kerajinan tangan,
perkembangan khazanah intelektual pertukangan dan berdagang.
Islam terutama pepahaman tentang
Keadaan alam Pulau Lombok
ajaran Wetu Telu.
dengan luas sekitar 5179 meter
2. Secara praktis, hasil
persegi umumnya merupakan
penelitian ini dapat menjadi bahan
kompleks pegunungan dengan
rujukan dan literatur penelitian lebih
Gunung Rinjani sebagai puncaknya
lanjut untuk mengembangkan
pada ketinggian 3726 meter. Terdapat
pengetahuan tentang ajaran Wetu
dataran subur yang dibagian
Telu.
tengahnya ada Danau Segara Anak
(anak sungai) terhampar persawahan
PEMBAHASAN
dengan hiasan pola lapangan tenis.
Sekilas Keadaan Geografi Lombok
Bagian selatan meliputi area tandus
dan Etnografi Suku Sasak
dengan sawah tadah hujan.
Pulau Lombok merupakan bagian
Sasak merupakan suku asli
dari gugusan kepulauan di samping
penduduk pulau Lombok, di Provinsi
timur Bali dan barat Sumbawa.
Nusa Tenggara Barat. Masyarakat
Berdampingan dengan perairan Laut
Suku Sasak kebanyakan hidup di
Jawa di utara dan Samudra Hindia di
daerah sekitar pegunungan dan
selatan. Kota Mataram sebagai ibu
kawasan pesisir. Maka mata
kota Provinsi Nusa Tenggara Barat
pencaharian mereka juga berbeda-
memiliki tiga kabupaten yaitu
beda. Masyarakat yang hidup di
Kabupaten Lombok Barat (Mataram),
kawasan pegunungan kebanyakan
Kabupaten Lombok Tengah (Praya),
bekerja sebagai petani dan yang hidup
dan Kabupaten Lombok Timur
di daerah pesisir bekerja sebagai
(Selong). Mayoritas Penduduk
nelayan. Lahan yang produktif, mata
Lombok merupakan suku Sasak,
air yang berlimpah, dan wilayah tepi
selainnya merupakan suku Jawa, Bali,

4 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
laut yang luas sangat mendukung dan kepercayaan lokal kuno yang
untuk pertanian dan perikanan dipraktikkan secara luas dan
(Bustami Saladin, 2011: 95-96). terintegrasi erat ke dalam struktur
sosial masyarakat setempat. Di pulau
Selain bertani dan menangkap
Jawa, Lombok dan daerah lainnya,
ikan, mereka juga beternak seperti
Islam berakar kuat pada budaya
kambing, kerbau, dan sapi untuk
pribumi, Islam menyatu dengan
nambah penghasilan. Selain itu
kepercayaan lokal (Muhammad
masyarakat Sasak menciptakan
Harfin Zuhdi, 2012: 2).
beberapa hasil karya berupa barang
anyaman rotan, ukiran dan kegiatan Berdasarkan data sejarah,
menenun lainnya yang banyak diperkirakan bahwa perakaran Islam
diekspor sampai keluar daerah di Lombok berlangsung pada abad ke-
Lombok (M. Junus Melatoa, 1995: 16 M. Didukung dengan keadaan
65). geografi Desa Bayan tepatnya 500m
disamping utara desa Bayan terlihat
Dalam beragama Pulau Lombok
hamparan perairan luas dengan
dikenal sebagai pulau yang
keadaan air yang tidak berombak. Di
kepercayaan masyarakatnya beragam
ujungnya terdapat bentangan pesisir
(plural) dan sejauh ini mereka
yang dikenal dengan Dermaga Cirik,
melakukan kegiatan sosial dalam
yang dipercayai sebagai dermaga
situasi yang relatif damai. Penduduk
peristirahatan rombongan para
pulau Lombok memeluk empat
penyebar Islam awal.
agama, yaitu: Hindu, Budha, Kristen-
Protestan dan Islam. Sedangkan Islam Terdapat beberapa mitos yang
menjadi agama mayoritas yang dianut diyakini oleh masyarakat Sasak Desa
masyarakat Lombok (Nur Latifah, Bayan, dipercayai nama desa Bayan
2019: 123). disematkan oleh penyebar Islam yang
masuk pertama kali ke wilayah ini,
Proses Islamisasi di Pulau Lombok
dengan mengambil kata “bayan”
Sebelum Islam datang di Pulau dalam kitab suci al-Qur`an surat Ali-
Lombok, terdapat banyak macam adat Imran (3): 138 yang memiliki arti

5 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
“penerang”. Harapannya agar Lombok Awalnya menolak
masyarakat didesa tersebut kedatangan Sunan Prapen, namun
memperoleh penerangan (melalui setelah menjelaskan maksud
agama Islam) dalam menjalani kedatangannya adalah untuk
kehidupan bermasyarakat di sana menjalankan misi suci yang akan
(Zaki Yamani Athhar, 2005: 72). dijalankan secara damai, ia pun
akhirnya diizinkan. Peristiwa tersebut
Menurut Babad Lombok, Islam di
terjadi dari tahun 1505 sampai dengan
Lombok ini berasal dari pulau Jawa,
tahun 1545. Sunan Prapen dan
lalu menyebar ke kawasan timur
rombongan kemudian melanjutkan
kepulauan Indonesia. Sunan Giri
perjalanannya ke kerajaan Lombok
memberikan titah kepada semua
dan banyak daerah lain seperti ke
pejabat yang terlibat dalam
Lombok Utara di Kerajaan Bayan dan
penyebaran Islam. Ada beberapa
sekitarnya (Jamaluddin, dan Siti
ulama besar yang disebut-sebut
Nurul Khaerani, 2020: 149-152).
membimbing Islamisasi kawasan
timur yang semuanya termasuk Tradisi Islam Wetu Telu
keluarga dari Sunan Giri. Di Lombok,
Sebelum jauh mendalami ajaran
Sunan Prapen yang merupakan putra
tradisi Wetu Telu, perlu kiranya
Sunan Giri pertama kali
memahami dahulu yang dimaksud
menginjakkan kaki di Salut. Sebuah
dengan Agama, Islam dan Adat. Hal
desa tua di pesisir utara yang
ini diperlukan agar tidak terjadi
memiliki peran strategis dalam
kesalahpahaman yang fatal dalam
mensukseskan tujuan Sunan Prapen
memahami ajaran tradisi Wetu Telu.
di Lombok.
Secara bahasa, agama diambil dari
Kemudian ia melanjutkan
bahasa Sansekerta yaitu kata "a" yang
perjalanan ke Menanga Baris,
memiliki arti tidak, dan "gam" yang
Labuhan Lombok. Prabu Rangke Sari
artinya pergi, maka agama artinya
beserta para patih, abdi dalem dan
menetap, absolut, terdahulu, tidak
para menterinya menyambut
berubah sejak dulu, menjadi
kedatangan Sunan Prapen. Raja
kultur/budaya yang diwariskan.

6 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
"Gam" yang menjadi frasa dalam kata Sebagian besar Islam Wetu Telu
Agama memiliki makna kitab suci merupakan masyarakat terpencil dan
dan petunjuk. Dalam artian Agama tertinggal dalam kehidupan di
merupakan Ajaran yang pedesaan. Mereka biasanya tinggal di
berlandaskan/berasas dari kitab suci wilayah utara dan selatan pulau
yang dipilih untuk menjadi pentunjuk Lombok. Namun pemeluk Islam
dan gagasan/pandangan hidup Wetu Telu yang menetap hingga kini
manusia (Harun Nasution, 1979: 9- hanya terdapat di Pulau Lombok
11). bagian utara, di desa Bayan,
Kabupaten Lombok Barat, yang juga
Secara istilah agama itu adalah
merupakan jantung Islam Wetu Telu
kebiasaan atau perilaku manusia
(Rasmianto, 2009: 138).
berdasarkan jalan, aturan atau hukum
Tuhan, yang bila diikuti atau ditaati, Ada banyak versi dan alasan
maka akan menerima imbalan yang munculnya kepercayaan ini. Islam
layak, sebanding atau adil bagi yang Wetu Telu sering dihubungkan
menjalaninya (Muhammad Harfin dengan proses Islamisasi yang belum
Zuhdi, 2014: 30). tuntas dilakukan. Selain itu, ajaran
Islam masih sukar untuk diterima
Akar dari kata Adat diambil dari
sepenuhnya oleh masyarakat Sasak.
bahasa Arab artinya kebiasaan.
Keyakinan Animisme, Dinamisme,
Adapun berdasarkan terminologi
sebagai warisan nenek moyang
diartikan suatu tindakan perilaku
mereka, tetap tidak bisa ditinggalkan.
yang dikerjakan secara berulang-
Dogma Hindu juga menyimpan
ulang/terus menerus/kontinu dan
kesamaan dengan keyakinan nenek
lantas membentuk kebiasaan.
moyang yang masih mendominasi
Kebiasaan itu konsisten dan
perilaku mereka dalam kehidupan
dipandang oleh setiap
sehari-hari. Di sisi lain, para da'i yang
manusia/masyarakat/insan. Sehingga
belum selesai menyerukan ajaran
kebiasaan mencerminkan adat. (P
yang dibawanya, mereka mulai
Nurjanah, 2021).
berpindah dari wilayah ini untuk terus

7 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
menyebarkan Islam ke wilayah lain membuat Wetu Telu sangat sinkretik
(seperti Sumbawa dan Bima). (Muhammad Harfin Zuhdi, 2014: 32).

Meskipun sebelum meninggalkan Beberapa kalangan menganggap


daerah ini, para syekh menunjuk fenomena Wetu Telu mirip seperti
badal (kiai) sebagai wakilnya untuk pengikut Islam Abangan atau Islam
mengembangkan ajaran Islam kepada Jawa, seperti trikotomi yang
masyarakat (suku Sasak). Akan dikemukakan oleh Geertz dan ditulis
tetapi, Kiai hanya meneruskan ajaran oleh Mark Woodward. Namun,
yang mereka peroleh dari gurunya. penyebutan Islam Wetu Telu dibantah
Mereka tidak berani memunculkan oleh Raden Gedarip, seorang tokoh
tafsir baru atas ajaran Islam sebagai adat dari Karangsalah. Menurutnya,
jawaban atas tantangan yang muncul Islam itu satu, tidak ada polarisasi
dari permasalahan kehidupan di antara yang tiga (Wetu Telu) dan
masyarakat. Hasilnya, Suku sasak yang lima. “Sebenarnya Wetu Telu
yang baru separuh mengenal ajaran itu bukan agama, tapi sebuah adat.”
Islam mengalami stagnasi dan tidak Menyambung ucapannya bahwa
berkembang. (Zaki Yamani Athhar, masyarakat adat Wetu Telu mengenal
2005: 76). dua kalimat syahadat, “Tuhan Yang
Maha Esa dan Nabi Muhammad
Penganut Wetu Telu memiliki ciri
adalah utusan Tuhan”. Dua kalimat
khusus dalam penerapan kehidupan
syahadat juga diucapkan para
sehari-hari, yaitu sangat lekat dengan
pengikut Wetu Teluini. Setelah
adat leluhurnya. Dalam aliran Wetu
dituturkan dalam bahasa Arab, kata
Telu penuh akan nuansa Islamnya.
Gedarip, dilanjutkan dengan bahasa
Namun, penyebutannya sering
sasak, misalnya: “Asyhadu Ingsun
dipahami sebagai ungkapan adat. Di
sinuru anak sinu. Anging stoken
sini nafas agama menyatu dengan
ngaraning pangeran. Anging Allah
adat, namun terkadang adat itu sendiri
pangeran. Ka sebenere lan ingsun
tidak selamanya sesuai dengan
anguruhi, Setukhune nabi
agama. Kombinasi praktik
Muhammad utusan demi Allah.
keagamaan dan adat inilah yang
Allahhumna shalli ‘Ala Sayyidina

8 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
Muhammad” Itu berarti: membuat para pendukung Wetu Telu
“Kami berjanji (bersaksi) bahwa tidak enggan mengubahnya, meskipun
ada tuhan selain Allah, dan kami mereka merasa cukup sulit untuk
percaya bahwa Nabi Muhammad mempertahankannya secara rasional.
adalah utusan Allah.” Ini disebut
Versi kedua, menyebutkan bahwa
"janji" karena orang mengakui bahwa
munculnya Wetu Telu dengan
mereka telah menerima Islam
sinkretis disebabkan pendeknya
(Muhammad Harfin Zuhdi, 2017: 7).
waktu penyampaian ajaran Islam oleh
Sebenarnya sudah sejak lama mubaligh dan toleransi masyarakat
eksistensi Wetu Telu di Lombok yang tinggi terhadap animisme, dan
sebagai motif/keragaman Islam. antropomorfisme. Kutipan erni dan
Namun, hampir tidak ada informasi alfonso terhadap pendapat goris
yang pasti tentang asal mula varian menyatakan pangeran prepen pernah
ini. Walaupun ada beberapa versi, mengajarkan Islam disana walaupun
tetapi masih sukar untuk sebentar. Setelah mengislamisasi
memverifikasi kebenaran masing- orang sasak, selanjutnya ia
masing versi. Setidaknya terdapat mendakwahkan islam dengan
empat versi yang menunjukkan asal melanjutkan perjalanan ke Sumbawa
mula Wetu Telu. serta Bima. Sampai akhirnya ia
mempecayai 2 murid (raden samulia
Versi pertama, mengatakan bahwa
dan raden salut) untuk pengembangan
Islam yang disampaikan oleh
kualitas keberagamaan di bayan.
mubaligh dari Jawa menyimpan unsur
Namun, setelah ditinggalkan Sunan
mistis dan sinkretik. Akhirnya, Islam
Prapen, orang Sasak banyak yang
yang berkembang dari Jawa terdapat
beralih ke paganisme.
ornamen keagamaan yang sama.
Keadaan semacam ini telah Versi ketiga, berpendapat bahwa
diwariskan oleh berbagai generasi Wetu Telu muncul sebagai hasil dari
dan menyatu erat dalam adat-istiadat metode penyebaran Islam yang
yang telah tersusun. Dengan dilakukan oleh para mubaligh Islam,
menyatunya adat selanjutnya setelah melihat penolakan yang keras

9 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
disebabkan fanatisme ekstrim belum terlaksana dengan sempurna.
masyarakat Sasak yang masih Mereka hanya berpuasa pada tiga hari
menganut agama hindu dan budha. pertama, tiga pertengahan, dan tiga
Maka para mubaligh ini bertindak hari terakhir (Rasmianto, 2009: 142).
dengan hati-hati dan lembut,
Penegasan bahwa Wetu Telu
menyampaikannya tidak secara
sebagai sistem religi mewujudkan
revolusioner, tetapi tersusun sedikit
keyakinan bahwa semua makhluk
demi sedikit agar syariat Islam
melewati tiga tahap dalam rangkaian
terlaksana (Bustami Saladin,2011:
siklus; lahir, hidup, dan mati.
97-98).
Penganut Wetu Telu
Berbeda dengan versi sebelumnya,
melaksanakan ritual-ritual (upacara)
Wetu Telu muncul setelah Belanda
yang menggambarkan dengan
menguasai Lombok pada tahun 1890.
kehidupan dinamakan gawe urip,
Saat itu, Belanda sedang mencari
yang mencakup seluruh tahapan
siasat untuk mengalahkan suku Sasak
hidup manusia sejak dilahirkan
yang beragama Islam ortodoks, maka
hingga menikah. Yang termasuk
mereka melakukan politik devide et
dalam gawe urip, antara lain:
impera dengan menciptakan istilah
Islam Wetu Telu dalam upaya untuk a. Buang Abu (upacara

melemahkan dan menyebabkan kelahiran), yaitu upacara

konflik lanjutan antara keduanya. membuang abu batu bara yang


dibakar oleh dukun beranak
Penganut Wetu Telu memandang
(belian) setelah menyaksikan
hidup serba tiga, seolah-olah angka
kelahiran. Upacara ini
ini disakralkan. Lima Rukun Islam
berlangsung sekitar seminggu
oleh umat Islam Wetu Telu dibagi
setelah melahirkan. Saat itu,
menjadi tiga, yaitu syahadat, shalat
orang tua juga mengumumkan
dan puasa selama bulan Ramadhan.
nama anaknya setelah
Sedangkan rukun keempat dan kelima
berkonsultasi dengan
yaitu Haji dan Zakat ditinggalkan,
pemangku kepentingan atau
pelaksanaan puasa Ramadhan juga

10 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
ulama tentang nama yang dengan kematian disebut gawe
cocok untuk anaknya. pati (ritual menjelang dan
b. Ngurisang (potong rambut), sesudah kematian). Ritual ini
adalah ritual pemotongan dilakukan mulai hari
rambut dilakukan setelah penguburan (nusurtanah), hari
membuang abu. Upacara ini ketiga (nelung), hari ketujuh
dilakukan bagi anak-anak (mituk), hari kesembilan
berusia 1 hingga 7 tahun. (nyiwak), hari keempat puluh
Ngurisang dianggap penting (matagpuh), hari keseratus
karena kemudian anak yang (nyatus), hari keseribu. (nyiu)
melaluinya disebut menyelam (Muhammad Harfin Zuhdi,
(Muslim) dan bukan Boda, 2017: 8-9).
yang artinya dia belum masuk
Dari beberapa ritual diatas dapat
Islam. .
diambil kesimpulan bahwa dalam
c. Ngitanang (sunat), dilakukan
kegiatan-kegiatan ritual yang
saat anak berusia 3 sampai 10
dilakukan oleh penganut Wetu Telu
tahun. Ngitanang juga
masih memiliki nafas dan warna
dipandang sebagai simbol
Islam.
Islamisasi. Anak itu tetap Boda
sampai dia disunat. Doktrin atau kredo dan peradaban

d. Merosok (menghaluskan gigi) yang bersifat historis dan kontekstual

adalah ritual yang menandai sebagai dua unsur dasar yang

pergantian dari masa anak- membentuk satu kesatuan yang tidak

anak menuju dewasa. Selama dapat dipisahkan. Dari segi doktrinal,

upacara ini, kepala adat Islam memberikan pesan-pesan

menggosok gigi depan remaja transendental yang bersifat absolut

yang berbaring di tempat tidur. dan tidak berubah, namun ketika

e. Merari/Mulang (Mencuri pesan-pesan transenden tersebut

Perempuan) dan Metikah masuk ke dalam realitas kehidupan

(perkawinan) Sedangkan ritual masyarakat (peradaban masyarakat),

yang dilakukan sehubungan warna Islam dapat berubah dan

11 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
beragam karena perbedaan persepsi. Islam (Muhammad Harfin Zuhdi,
Hal ini menciptakan peradaban Islam 2014: 37-39).
yang sangat beragam dan dinamis,
Kesimpulan
baik dari segi ruang maupun waktu.
Wetu Telu merupakan sebuah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
ajaran Islam yang dianut sebagian
fenomena ritual keagamaan terjalin
masyarakat Lobok Timur tepatnya di
erat dengan tradisi lokal yang
Desa Bayan yang menjadi pusat
memiliki ragam kepercayaan dan
ajarannya. Wetu Telu sebagai varian
ritual yang sinkret atau abangan.
Islam yang dalam pengamalannya
Banyak cendekiawan Muslim
memiliki keunikan yang menjadi ciri
Indonesia telah memberikan
khas mereka. Hal tersebut disebabkan
informasi tentang Islam yang sangat
beberapa factor yang mempengaruhi
berbeda dengan karakteristik Islam
seperti kurang sempurnanya ajaran
Arab.
Islam yang disampaikan mubaligh
Beberapa kepercayaan dan praktik dan dipengaruhi oleh sikap fanatisme
lokal telah menjadi bagian dari masyarakat terhadap kepercayaan
kompleks budaya dunia. Banyak lokal penduduk asli Desa Bayan.
Muslim Indonesia kontemporer yang
Islam Wetu Telu dengan tradisinya
enggan menyebutkannya Islam
yang mengkolaborasikan agama dan
karena mereka menentang konsepsi
budaya lokal menjadi bukti
Islam modern (universal). Dalam
keautentikan peradaban Islam di
beberapa kasus mereka masuk ke
Indonesia dengan tanpa mengurangi
Indonesia sebagai bagian dari
keyakinanya terhadap Tuhan yang
perluasan peradaban Islam, meskipun
Maha Esa dan Nabi Muhammad
bukan tulang punggung agam Islam.
SAW sebagai utusannya (Dua
Islam lokal dapat didefinisikan
Kalimat Syahadat). Yang paling
sebagai kumpulan teks
terpenting dari setiap perbedaan itu
tradisi tertulis atau lisan atau ritual
adalah sikap pluralism dan toleransi
yang keberadaannya tidak diketahui
yang tinggi dari masyarakat muslim
di daerah asalnya
di Lombok.

12 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
DAFTAR PUSTAKA Muhammad Harfin Zuhdi, ISLAM
WETU TELU DI BAYAN
Budiwanti, Erni, Islam Sasak:Wetu
LOMBOK: DIALEKTIKA
Telu Versus Waktu Lima,
ISLAM NORMATIF DAN
Yogyakarta: LkiS, 2000.
KULTURAL. Akademika
Fadli, Etika Masyarakat Wetu Telu. e-journal.iainpekalongan.
Skripsi. STAIN Malang. 2017.
1998.
Muhammad Harfin Zuhdi,
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari PAROKIALITAS ADAT
Berbagai Aspek. Jakarta: WETU TELU DI BAYAN
UI Press, 1979. (Wajah Akulturasi Agama

M. Ardi Kusumawardana. Wetu Telu Lokal Di Lombok).

dalam perspektif Ulama Istinbath, Vol. 13, No. 1,

Lombok (Studi 2014.

Pemahaman Salat dalam Nur Latifah, Pola Keberagamaan


Alquran Surat Al-Isra’ Masyarakat Islam di
[17]: 78). Undergraduate Lombok Nusa Tenggara
thesis, Universitas Islam Barat. Jurnal Elkatarie
Negeri Sunan Ampel Jurnal Ilmu Pendidikan
Surabaya. 2019. dan Sosial-Vol. 2, No.1,

M. Junus Melatoa, Ensiklopedi Suku 2019.

Bangsa Sasak di Rasmianto, Interrelasi Kiai,


Indonesia. ( Jakarta.: Eka Penghulu dan Pemangku
Putera). 1995. Adat dalam Tradisi Islam

Muhammad Harfin Zuhdi, ISLAM Wetu Telu di Lombok. el-

WETU TELU DI BAYAN Harakah, Vol. 11, No. 2,

LOMBOK: DIALEKTIKA 2009.


ISLAM DAN BUDAYA Zaki Yamani Athhar, KEARIFAN
LOKAL. Akademika e- LOKAL DALAM
journal.metrouniv. 2012.

13 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k
AJARAN ISLAM WETU
TELU DI LOMBOK.
Ulumuna, Volume IX
Edisi 15, No. 1, 2005.

Bustami Saladin, WETU TELU;


Suatu Bentuk
Keberagaman
Pendidikan Pembebasan
Berbudaya Masyarakat
Lombok. KARSA, Vol.
IXI No.1, 2011.

Jamaluddin, dan Siti N. K,


ISLAMISASI
MASYARAKAT SASAK
DALAM JALUR
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL:
TELAAH ARKEOLOGIS
DAN MANUSKRIP.
Jurnal Lektur
Keagamaan, Vol. 18, No.
1, 2020.

14 | RADEN T r a d i s i W e t u T e l u d i L o m b o k

Anda mungkin juga menyukai