Anda di halaman 1dari 8

Perkembangan dan Unit Pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri

Erny Mulyati Wahyuningtyas

(A72218046)

Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki tujuan untuk
membentuk insan kamil, berkepribadian muslim sehingga tercipta manusia yang mempunyai
keseimbangan antara jasmani dan rohani, lahir dan batin, ilmu dan akal. Di Jawa Timur
memiliki banyak pondok pesantren yang menarik untuk di teliti, seperti pondok pesatren
Lirboyo. Sehingga di dalam Jurnal ini berisi tentang sejarah pondok pesantren Lirboyo dan
perkembangan serta unit pendidikannya. Pengumpulan data dan sumber-sumber digunakan
yaitu menggunakan metode pustaka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
bahwasannya Pondok Pesantren Lirboyo berada di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto
Kotamadya Kediri Jawa Timur yang mulai di rintis pada tahun 1910 oleh KH. Abdul Karim
dan pondok pesantren ini memiliki sistem pendidikan yang baik dan memiliki alumnus santri
yang menjadi tokoh Islam NU di Indonesia.

Kata Kunci : Pondok Pesantren Lirboyo, Perkembangan, KH. Abdul Karim


PENDAHULUAN

Sejarah pendidikan agama Islam yang independen, dan kemudian populer dengan sebutan
“Pesantren” sebenarnya merupakan sejarah tipologi Institusi Pendidikan Islam yang usianya
sudah mencapai ratusan tahun, dan pondok pesantren telah lahir jauh sebelum Republik
Indonesia dibentuk. Sebagai lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung
keberlangsungan pendidikan Nasional, pesantren tidak hanya berkembang sebagai lembaga
yang hanya ngaji dan menelaah kitab salaf, sekaligus juga berperan penting bagi
keberlangsungan komunitas yang mempertahakan tradisional sebagai wajah bagi keaslian
budaya Indonesia.1

Pondok pesantren merupakan lembaga kawah candradimuka santri sebagai calon warotsatul
anbiya’ (pewaris keilmuan para nabi) dalam mendalami sekaligus mengembagkan khazanah
keilmuan agama Islam. Sebagai lembaga yang menyimpan makna keaslian Indonesia, pondok
pesantren memiliki ciri dan tradisi yang khas.2

Keberadaan pesantren di Indonesia merupakan banteng pertahanan bagi spiritualitas Negara


Kesatuan Republik Indonesia dan di akui bahwa sejarah berdirinya republik ini tak lepas dari
jasa para ulama alumnus pesantren. Salah satunya pondok pesantren Lirboyo, yang
pendidikannya tetap memegang teguh pendidikan salaf dan juga menerapkan kehidupan
berbangsa bernegara. Seperti yang disampaikan oleh Kiai Anwar pengurus pondok pesantren
Lirboyo “(Lirboyo) ini adalah pusat kegiatan gerilya di Jawa Timur. Jadi, santri Lirboyo tidak
lepas, artinya tetap ikut berjuang mempertahankan negara kita Republik Indonesia dan
banyak santri-santri yang diberangkatkan ke Surabaya”.3

Keberadaan pondok pesantren Lirboyo ini telah berhasil membentuk para santrinya menjadi
manusia yang berbudi luhur, berakhal mulia, memahami dan menjalankan ajaran agama
Islam. Banyak para alumnus dari pondok pesatren Lirboyo yang menjadi panutan para umat
Islam di Indonesia, seperti alm. KH. Maimoen Zubair dan KH. Said Aqil Siroj masih banyak
yang menjadi tokoh di Indonesia. Dalam pembahasan kali ini saya akan berfokus pada tiga
hal yaitu, bagaimana sejarah lahirnya pondok pesatren Lirboyo? Bagaimana perkembangan

1
http://www.google.com/amp/s/lirboyo.net/sejarah-dan-peran-pondok-pesantren/amp/(2010) diakses pada
tanggal 3 November 2019.
2
Nurcholish Madjid, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal 63.
3
https://lirboyo.net/kiai-anwar-pesantren-tak-pernah-ketinggalan-memperjuangkan-kemerdekaan/ (17 Oktober
2016) diakses pada tanggal 6 November 2019.
pendidikan di pondok pesantren Liroboyo? Dan bagaimana perkembangan unit pendidikan di
pesantren Lirboyo?

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo

Pondok pesantren Lirboyo berada di sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto
Kotamadya Kediri Jawa Timur. Pondok pesantren Lirboyo didirika oleh KH. Abdul Karim
(mbah Manab) pada tahun 1910 M (penetapan tahun yang didasarkan kepada mulainya
menetapnya KH. Abdul Karim).4 Mbah Manab (sebutan KH. Abdul Karim sebelum
menunaikan ibadah haji) adalah seorang ‘alaim yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah,
beliau dinikahkan dengan putri KH. Sholeh yang bernama Nyai Khodijah (Dlomroh).

Awalnya desa Lirboyo dulunya daerahnya kurang aman, bahkan penduduknya saat itu
bermoral rendah dan juga bromo corah. Kemudian lurah desa Lirboyo meminta bantuan
kepada KH. Sholeh, karena dia tidak mampu untuk menenteramkan warga desanya. Akhirnya
KH. Sholeh membantu lurah tersebut dan mengingat menatunya belum memiliki tempat
tinggal. KH. Sholeh membeli sebidang tanah di Lirboyo seluas kurang lebih 1.785 m2, dan
membangun rumah sederhana berdinding bambu dan beratap daun kelapa untuk menantunya.

Mbah Manab melakukan tabligh, amar ma’ruf dan nahi munkar untuk menyadarkan
masyarakat Lirboyo dan upaya tersebut membuahkan hasil. Kemudian mbah Manab
membuat langgar (mushola) dan pada tahun 1911 mbah Manab membangun pondok, dan
pada tahun 1913 langgar tersebut di sempurnakan menjadi masjid. 5 Santri pertama yag
menimba ilmu di pondok pesantren Lirboyo adalah Umar berasal dari Madiun.

Awal berdirinya pondok pesantren Lirboyo, semua pengajian ditangani langsung oleh mbah
Manab selaku pengasuh pondok dan memberi pengajian sebanyak 12 kitab dalam setiap
harinya. Kitab yang digemarinya untuk diajarkan adalah kitab Nahwu, Saraf, misalnya kitab
Alfiah ibnu Malik dan Syarahnya, Ibnu ‘Aqil, da kitab Fiqih seperti Fathul Qorib. Beliau
mengajarkannya mulai dari pagi hingga menjelang zuhur, kemudian beliau istirahat, dan
dilanjutkan setelah sholat zuhur sampai asar.

Pada tahun 1926 santri mencapai 80 orang, tiga tahun berikutnya santri bertambah mencapai
200 orang dan pada pertengahan tahun 1930an santri Lirboyo mencapai 500 orang. Pada
masa kolonial Jepang keadaan satri Lirboyo tercatat 750 orang. Jumlah ini terus bertahan
4
Asep Bahtiar dkk, Pesantren Lirboyo, Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda, (Kediri: BPKP2L(Badan
Pembina Pondok Pesantren Lirboyo, 2010), hal 3.
5
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Kediri: IAIT Press, 2011), hal 63.
hingga wafatnya KH. Abdul Karim (mbah Manab) pada tahun 1954 M bertepatan dengan
tanggal 21 Ramadhan 1374 H.6

Tahun 1920an pesantren Lirboyo mengupayakan penggunaan sistem kasikal yang madrasah,
yang diberi nama Hidayatul Mubtadi’in dan betahan hingga saat ini. Sebelum penggunaan
sistem kasikal, pondok pesatren lirboyo menggunakan sistem pembelajaran bandongan dan
sorogan, dan semakin banyaknya santri kemudian dibagunlah sistem pembelajaran kasikal.
Setelah KH. Manab pulang ke rahmatulaah, kepengurusan pesantren dibebankan kepada dua
menatunya yaitu KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Ali.

Tepat tanggal 3 Sya’ban 1386/15 November 1966 lahirlah satu lembaga tertinggi pesantren
yang berfungsi menentukan langkah-langkah kebijakan, lembaga ini disebut Badan Pembina
Kesejahteraan Pondok Pesantren Lirboyo (BPKP2L). Anak dan cucu pendiri pondok
pesantren, mereka dizinkan untuk mendirika pesantren di sekitar pondok induk agar terhindar
dari konflik. Setidaknya ada 9 unit pesatren yang bisa disebut yaitu Pesantren HM (Hidayatul
Mubtadi’in) berdiri tahun 1950, Pesantren Putri Hidayatul Mutadi’aat berdiri tahun 1985,
Pesantren HMQ (Hidayatul Mubtadi'aat Al-Qur’aniyyah) berdiri pada tahun 1986, Pesantren
Tahfiz al-Qur’an berdiri pada tahun 1986, HM al-Mahrusiyah berdiri tahun1988, Pesantren
HY (HajI Ya’qub) yang semula hanya perkumpulan belajar sejak tahun 1993 dijadika pondok
unit, Pesatren Salafiy Terpadu Ar-Risalah berdiri tahun 1995, Pesantren HM Antara berdiri
tahun 1996, dan Pesantren Dar As-Salam berdiri tahun 2002. 7 Pengurus pondok pesantren
Lirboyo sekarang yaitu KH. Marzuki Dahlan yang sudah dipegang sejak tahun 1985 silam
dan bersama dua saudara sepupunya yaitu KH. Abdulloh Kafabihi dan KH. Anwar Mansyur.

Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Liroboyo

Sistem pengajaran di pondok pesatren merupakan bagian dari struktur internal pendidikan
Islam di Indonesia yang di selenggarakan secara tradisional yang telah menjadikan Islam
sebagai cara hidup. Sistem pengajaran di pondok pesantren Lirboyo diawal berdirinya
menggunakan metode salafi, sebuah metode dengan format pengajaran weton, sorongan
(santri membaca dan mengulas pelajaran langsung dihadapan kita) dan bandongan (santri
nyimak dan memaknai kitab sesuai dengan makna yang dibacakan oleh kiai). Seiring dengan
perkembangan pesatren Lirboyo dan grafik statistik santri yang terus meningkat setiap
tahunnya, sementara metode belajar pada saat itu masih kurang maksimal, dalam

6
Ibd., hal 66.
7
Ibd., hal 67.
mengakomodir santri dan kompleksitas materi yang harus di pelajari, mengharuskan pesatren
Lirboyo untuk menerapkan sistem klasikal.8

Sistem klasikal yaitu sebuah metode pengajaran yag bersifat formalistik, orientasi pendidikan
dan pengajarannya terumuskan secara teratur da prosedural, baik meliputi masa, kurikulum,
tingkatan dan kegiatan. Sistem klasikal ini di pondok pesantren Lirboyo (baik pondok putra
maupun pondok putri) telah berdiri Madrasah Hidayatul Mubtadi’en, yang terinspirasi KH.
Abdul Wahab dan mendapatkan restu KH. Abdul Karim (mbah Wahab) dengan dawuh,
“Santri kang durung biso moco lan nulis kudu sekolah” (Santri yang belum bisa membaca
dan menulis harus sekolah).9

Jenjang pendidikan Madrasah di pondok pesantren Lirboyo dibagi menjadi empat tingkatan,
sedangkan penentuan tingkatan ditentukan berdasarkan kemampuan satri dalam menguasai
pelajaran yang telah ditentukan. Pembagian jenjang klasikal yaitu tingkatan Madrasah
Ibtida’iyah (MI) ditempuh 6 tahun, tingkatan Tsanawiyah (Mts) ditempuh 3 tahun, tingkatan
Aliyah (MA) ditempuh 3 tahun, dan I’dadiyah aatau Sekolah Persiapan (SP) ditempuh 1
tahun. Untuk menunjang pelajaran di kelas, madrasah diniyah Lirboyo mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler berupa Muhafadah (hafalan) mingguan, tamrin (ulangan) tiap malam Senin,
musyawarah kitab Fath al-mu’in, fath al-qorib, al-muhally.10

Pondok pesantren Lirboyo yang mengadopsi pengetahuan umum untuk para santrinya, tetapi
masih tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik dan merupakan upaya untuk
meneruskan tujuan utama yaitu pendidikan calon ulama yang setia kepada paham Islam
tradisional. Seperti penjelasan KH. Idris Marzuqi bahwa bagaimanapun perkembagan
pendidikan dan majunya sebuah kebudayaan, mustahil jika pesantren salaf meninggalkan ciri
khasnya, yaitu melestarikan pengajaran kitab kuning warisan para leluhur pendahulunya.11

Perkembangan Unit Pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo

Berkembangnya dunia pendidikan yang semakin maju, keberadaan Pondok Pesatren Lirboyo
diwajibkan untuk memiliki pendidikan formal. Pondok Pesantren Lirboyo Kediri sendiri
sudah memiliki tiga corak institusi pendidikan, yang pertama Madrasah diniyah yang
bernama Madrasah Hidayatul Mubtadi’in (MHM) yang didirikan pada tahun 1920-an,

8
http://ww.lirboyo.net/Madrasah-Hidayatul-Mubtadi-en/(Desember 2013), diakses 9 November 2019.
9
Ibd., diakses 9 November 2019.
10
Ibd., diakses 9 November 2019.
11
Ibd., diakses 9 November 2019.
Madrasah Diniyah al-Mahrusiyah, dan Madrasah Diniyah ar-Risalah. Kedua MTs dan MA
HM Tribakti yang didirikan pada tahun 1986 oleh KH. Imam Yahya Mahrus dan
menggunakan kurikulum Departemen Agama .Ketiga SD, SMP, dan SMA ar-Risalah yang
didirikan oleh KH. Ma’ruf Zainuddin dan Hj. Aina Aina’ul Mardliyyah dan menggunakan
kurimulum Departemen Pendidikan Nasional. Walaupun terkesan klasik, tetapi madrasah
diniyah ini dapat bertahan ketikan berhadapan dengan pendidikan yang lebih modern.12

Sejak tanggal 9 Muharam 1386 H, bertepatan dengan tanggal 30 April 1965 M, Pesatren
Lirboyo sering dianggap sudah memiliki lembaga pendidikan tinggi yang bernama
Universitas Islam Tribakti (UIT) Kediri. Lembaga yang didirikan oleh KH. Mahrus Aly yang
saat itu mendapat usulan dari Imam Basyari, alumnus tsanawiyah MHM Lirboyo yang
menyelesaikan kuliah dari IAIN Jakarta tahun 1965. Kemudian UIT diresmikan dan dibuka
oleh Menteri Agama RI saat itu, Prof. KH. Syaifuddin Zuhri pada tanggal 9 Rajab 1386 H
bertepatan dengan tanggal 25 Oktober 1966 M dengan dua fakultas, Syariah dan Tarbiyah.

Kemudian pada tanggal 8 Shofar 1409 H bertepatan tanggal 19 September 1988 UIT berubah
nama menjadi Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri berdasarkan Surat Kopertais Wil.
IV Surabaya Nomor: 123/I/Kop. Wil. IV/88 tertanggal 19 september 1988. Pada tahun 2004,
peruruan tinggi ini membuka Program Magister, program studi Pendidikan Islam dan
lembaga ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Tribakti (YPIT) Kediri. 13
Sekarang fakultas di Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri ada tiga yaitu Fakultas
Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah.

KESIMPULAN

Pondok pesatren Lirboyo Kediri yang didirikan pada tahun 1910 M oleh KH. Abdul Karim
hingga saat ini masih eksis dan untuk mencapai keeksisannya bukanlah mudah. Dimana saat
itu sang kiai sendiri yang mengajar ngaji sendiri dipimpim sendiri pondoknya, hingga para
santr menjadi manusia yang berbudi luhur, berakhal mulia, memahami dan menjalankan

12
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Kediri: IAIT Press, 2011), hal 74.
13
Ibd., hal 75.
ajaran agama Islam. Pondok pesantren Lirboyo juga memiliki alumnus yang sangat
membanggakan dan juga membawa nama baik pesantren Lirboyo.

Pemebelajaran di pondok pesatren Lirboyo awalnya menggunaka metode pembelajaran yang


masih tradisional yaitu Wetonan dan Sorongan. Hingga berkembangnya zaman pendidikan
akhirnya pondok pesantren Lirboyo berupaya mengikuti zaman dunia modern. Tetapi disisi
lain pondok pesatren Lirboyo tidak meninggalkan ciri khasnya sebagai lembaga yang
pendidikan Islami.

Berkembangnya dunia pendidikan membuat pondok pesatren Lirboyo dituntut untuk


memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat da juga para santri. Pesantren Lirboyo
membangun beberapa unit pendidikan baik itu formal maupun non formal.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/amp/s/lirboyo.net/sejarah-dan-peran-pondok-pesantren/amp/ (2010)
diakses pada tanggal 3 November 2019.

Nurcholish Madjid, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002).


https://lirboyo.net/kiai-anwar-pesantren-tak-pernah-ketinggalan-memperjuangkan-
kemerdekaan/ (17 Oktober 2016) diakses pada tanggal 6 November 2019.

Asep Bahtiar dkk, Pesantren Lirboyo, Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda, (Kediri:
BPKP2L (Badan Pembina Pondok Pesantren Lirboyo, 2010)).

Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Kediri: IAIT Press, 2011).

http://ww.lirboyo.net/Madrasah-Hidayatul-Mubtadi-en/(Desember 2013), diakses 9


November 2019.

Anda mungkin juga menyukai