Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

TRADISI KEAGAMAAN LOKAL ARAB MELAYU DI DAERAH SEBERANG


KOTA JAMBI

DISUSUN OLEH:
R.M.FIKRI ATHALLAH
A1A219028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

Page | 1
TRADISI KEAGAMAAN LOKAL ARAB MELAYU DI DAERAH SEBERANG
KOTA JAMBI

DISUSUN OLEH:
R.M.FIKRI ATHALLAH
A1A219028

ABSTRAK:
Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mencari nilai karakter yang terkandung dalam tradisi
lokal kebudayaan keagamaan masyarakat Arab Melayu yang ada di Seberang Kota Jambi.
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk melakukan penulisan artikel ini
adalah metode Wawancara beberapa narasumber yang tinggal di daerah Seberang Kota
Jambi. Penulisan artikel ini dilakukan secara objektif dari hasil wawancara dan tambahan lain
dari sumber bacaan literatur guna melengkapi penulisan artikel. Wujud tradisi keagamaan
masyarakat Arab Melayu Seberang Kota Jambi yang ada di dalam artikel ini terdiri dari
kegiatan peringatan Assyura, perayaan nisfu sya’ban, Burdah, Nginau, Nuak Ketan, Nyukur
bayi, Ziarah Kubur, Gambus, tari Zapin, tari Dana Syarah dan Hadrah.

Page | 2
PENDAHULUAN

Kota Jambi merupakan ibukota dari provinsi jambi yang merupakan salah satu Kota
madya yang ada di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi mempunyai Dua Kota madya dan
Sembilan Kabupaten. Seberang Kota Jambi ini merupakan Kawasan tertua yang terletak di
Wilayah kelurahan Pelayangan dan Danau Teluk Kota Jambi.

Kawasan ini terletak di pusat Kota Jambi pada bagian sisi utara Sungai Batanghari. Di
bagian sisi selatan sungai Batanghari merupakan Kawasan strategis ekonomi Jambi. Di sisi
selatan ini didapati rumah dinas Gubernur Jambi, komplek perkantoran, komplek toko
perdagangan dan pasar Angso Duo. Pasar Angso Duo ini merupakan pasar terbesara yang ada
di Jambi, yang juga menjadi urat nadi perdangangan di Jambi.

Kawasan Seberang Kota Jambi ini merupakan gambaran daerah kota lama Jambi atau
kota Jambi yang sebelum berpindah ke bagian selatan sungai Batanghari. Disini hidup dan
berkembang masyarakat asli Jambi yang menganut budaya keagamaan dari Arab Melayu.
Budaya Arab Melayu ini merupakan hasil percampuran budaya yang dibawa para pedagang
arab yang dulu pernah berlabuh di Jambi dengan budaya masyarakat setempat ( Melayu ).

Masyarakat Seberang Kota Jambi merupakan keturunan arab yang bercampur dengan
pribumi melayu melalui proses pernikahan. Di masa lalu banyak pedagang dari arab yang
melakukan kegiatan perdagangan di daerah ini. dari kegiatan perdagangan yang berlangsung
ini menjadi wadah untuk saling mempelajari budaya hingga akhirnya menghasilkan
kebudayaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi. Penamaan budaya ini didasarkan dari asal
budaya yang bercampur yaitu Arab dan Melayu.

Budaya keagamaan arab melayu Seberang Kota Jambi ini terbentuk dari berbagai
kegiatan masyarakat seperti kegiatan peringatan hari Assyura, perayaan Nifsu sya’ban,
Burdah, Nginau, Nuak Ketan, Nyukur bayi, Ziarah kubur, Gambus, tari Zapin, tari Dana
Syarah dan Hadrah. Budaya keagamaan ini memuat nilai-nilai terkandung dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan. Bagian penting budaya ini masih dilestarikan oleh masyarakat
yang tinggal di daerah Seberang Kota Jambi.

Kebudayaan merupakan kumpulan dari ilmu pengetahuan, adat istiadat, tradisi dan
perilaku sehari-hari yang didapat pada suatu masyarakat. Kebudayaan mengandung unsur
yang menjadi syarat agar daoat dinyatakan sebuah kebudayaan yang diantaranya memiliki

Page | 3
sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem alat hidup dan teknologi, sistem
mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian.

Budaya tradisi keagamaan arab melayu seberang kota jambi jika dilihat sebagai
sebuah budaya, memiliki unsur-unsur seperti yang dijelaskan pada paragraph sebelumnya.
Budaya ini memuat sistem bahasa, pengetahuan, sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata
pencaharian hidup, religi dan kesenian dalam khidupan masyarakatnya. Budaya ini lebih
merujuk ke konsep budaya immaterial dengan hasil penerapan yang berbentuk Tindakan,
kebiasaan dan perbuatan masyarakat. Hasil dari budaya immaterial ini sendiri pun dapat
berupa tradisi, kesastraan, sistem penanggalan, dongeng atau hasil kebudayaan lainnya.\

Wujud dan nilai dari kebudayaan/tradisi keagamaan Arab Melayu Seberang Kota
Jambi masih belum banyak diketahui. Padahal budaya/tradisi ini banyak mempraktikan
kegiatan agama yang dibalut dengan budaya. Budaya ini juga menjadi acuan dalam perilaku
keagamaan yang ada disana.

Perilaku keagamaan ini awalnya hanya dilakukan masyarakat tertentu. Namun, seiring
dengan berjalannya waktu, budaya ini mengalami penyesuaian mengikuti perkembangan
zaman. Banyak tradisi yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat. Hal ini mempengaruhi keberadaan budaya keagamaan Arab Melayu Seberang
Kota Jambi dalam kehidupan masyarakat.

Didasari hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk mengungkap dan menggali nilai-nilai
karakter yang dimiliki budaya/tradisi keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi ini.
informasi yang diperoleh tentang nilai-nilai kebudayaan/tradisi ini dapat diketahui oleh
banyak orang dan tidak berbatas pada masyarakat yang berada di jambi saja. Artikel ini akan
membahas dan menjelaskan mengenai wujud-wujud tradisi yang ada di kebudayaan
keagamaan Arab Melayu ini serta nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya.

Page | 4
METODE

Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode etnografi yang menggunakan
pendekatan etnografi realistik. Etnografi realistis menjelaskan fenomena budaya tanpa
dipengaruhi oleh penontonnya. Artikel ini ditulis secara objektif dari hasil observasi
partisipan, wawancara dan penelusuran literatur yang dilakukan di wilayah Seberang Jambi.
Metode etnografi itu sendiri mewakili seluruh budaya etnografi negara. Esensi etnografi
adalah upaya untuk memikirkan makna tindakan peristiwa yang mempengaruhi yang ingin
kita pahami. Etnografi juga merupakan cara untuk mengartikulasikan kegiatan sosial,
hubungan sosial, dan karakteristik serta asal usul masyarakat manusia. Metode etnografi yang
digunakan bertujuan untuk mempelajari keadaan benda-benda alam dengan fokus pada
budaya religi orang Arab Melayu yang terdapat pada masyarakat Jambi kota Seberang.
Diamati.

Page | 5
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kebudayaan Arab Melayu di Seberang Kota Jambi

Budaya religi Arab Melayu Seberang Kota Jambi merupakan budaya yang terdapat
pada masyarakat Seberang Kota Jambi. Budaya ini telah menjadi pola perilaku dalam
kehidupan masyarakat setempat. Diketahui bahwa Islam mulai masuk dan menyebar di
wilayah Jambi pada abad ke-15 Masehi. Sejarah masuknya Islam ke Jambi dikenal dengan
fragmentasinya, dimana penyebaran dan perkembangan Islam di Jambi identik dengan
budaya Melayu. . peradaban Jambi. Pembawanya adalah seorang saudagar Turki bernama
Ahmad Salim yang juga dikenal sebagai Datuk Paduko Berhala. Selanjutnya Ahmad Salim
menikah dengan seorang putri dari keturunan Paguruyung yang bernama putri Selaras Pinang
Masak. Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi setelah Ahmad Salim menikah dengan
Putri Selaras Pinang Masak.

Perkembangan Islam di Jambi kemudian dikenal dari Kerajaan Malayu hingga


Kesultanan Jambi. Kerajaan Melayu mulai dikenal dari ekspedisi Pamalayu kerajaan
Singosari sekitar tahun 1275 M. Kemudian dengan penyerahan arca Amo ghapasa oleh
Kertananegara (raja Singosari sekitar tahun 1286 M kepada raja Melayu, Dhamasraya,
Malayapura dan Pagaruyung). Kerajaan Malaya, salah satu kerajaan di semenanjung Malaka,
mendominasi jalur ekonomi penting Pantai Timur yang menghubungkan Persia, India,
Gujarat, Cina, Arab, dan kepulauan India. Hubungan eksternal telah memfasilitasi kemajuan
di bidang ekonomi pasar, budaya dan Islam.

Penyebaran Islam dilakukan secara damai, sehingga tidak heran jika Islam
berkembang pesat di wilayah Jambi. Penyebaran Islam terus diprakarsai oleh para ulama, dai
dan kiai yang pergi ke Mekkah Al-Mukaromah untuk menuntut ilmu. Ia juga berperan besar
dalam penyebaran dan perkembangan Islam di Jambi. Pada masa Kesultanan Jambi, terdapat
daerah yang menjadi pusat perdagangan yang disebut Kota Seberang Jambi. Kawasan ini
merupakan kawasan ekonomi dan komersial di Jambi. Selain itu, kawasan ini juga menjadi
tempat penyebaran budaya dan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, Kota Jambi menjadi
sebuah kawasan yang membentuk peradaban ban dengan budayanya sendiri.

Pada masa Sultan Jambi, ada daerah bernama Kota Seberang Jambi yang menjadi
pusat perdagangan. Kawasan ini merupakan kawasan ekonomi komersial Jambi. Kawasan ini

Page | 6
juga menjadi tempat penyebaran budaya dan agama Islam. Seiring berjalannya waktu, Jambi
telah berkembang ke seluruh penjuru kota dan menjadi kawasan yang membentuk peradaban
ban dengan budayanya sendiri. Proses interaksi antara orang Melayu asli kota Seberang
Jambi dengan para pedagang khususnya dari Arab menghasilkan percampuran budaya.
Menciptakan budaya baru yang disebut Budaya Religi Arab Melayu di seluruh kota Jambi.
Selain itu, budaya religi Arab Melayu terus merajut dalam setiap sendi kehidupan masyarakat
Seberang Jambi. Kuatnya pengaruh Islam di kota Seberang Jambi juga telah membesarkan
banyak orang. Ada Pesantren yang berdiri sejak awal abad ke-20. Pesantren ini
dikembangkan oleh salah seorang dari Perkunan Tsamaratul Insan, sebuah organisasi
kemasyarakatan ulama Jambi yang didirikan oleh warga Jambi No. 1336 pada 10 September
1915.

Pesantren antara lain adalah Pesantren Nurul Islam yang didirikan oleh K.H.M. Saleh
tahun 1922 di Tanjung Johor, Pesantren Nurul Iman didirikan oleh H. Ibrahim bin H. A.
Majid pada tahun 1915 di Kampung Tengah, Pesantren Al fararen didirikan oleh H.A. Majid
di Tanjung Johor pada tahun 1922 dan Saadatur Daren Poidsren didirikan pada tahun 1915
oleh HA Syukur di Tahtul di Yaman. Bagi masyarakat Seberang Jambi, pendidikan
merupakan sarana mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga membawa
pencerahan. Sehingga kota Seberang Jambi juga dikenal sebagai kota pelajar dan serambi
Suaka Jambi.

B. Proses Akulturasi Keagamaan Arab Melayu Masyarakat di Seberang Kota Jambi

Penduduk kota Seberang Jambi adalah orang-orang keturunan Arab yang telah
bercampur dengan orang Melayu asli melalui perkawinan. Pada awalnya, kota Seberang
Jambi dihuni oleh orang Melayu, yang termasuk dalam zona lalu lintas ketiga. Selanjutnya,
daerah tersebut mendapat pengaruh budaya dari banyak pedagang dari berbagai negara
seperti Cina, Persia, India dan Arab.

Kehadiran orang Tionghoa, Persia, India, dan Arab berdagang dan menyebarkan
agama Islam di Nusantara, khususnya di wilayah Kota Seberang Jambi, yang menjadi titik
awal munculnya Islam Kehidupan Budaya Arab Melayu Seberang Jambi Kota. Saat itu para
saudagar Arab lebih agresif dalam berdagang dan mendistribusikan di daerah ini.

Para pedagang Arab menggunakan komunikasi untuk bersosialisai dalam mengenal


kehidupan masyarakat pribumi. Para pedagang dan masyarakat pribumi kemudian saling
mempelajari bahasa dan budaya dari masing-masing asal mereka untuk memudahkan proses

Page | 7
perdagangan dan penyeberan agama Islam. Hal ini juga bertujuan untuh memudahkan proses
transformasi buda- ya antara para pedagang dan mayarakat pribumi.

Di sini tidak sedikit pedagang Muslim asing itu tinggal lama dan menikah dengan
penduduk setempat. Semua itu meru- pakan cikal bakal berkembangnya komunitas Islam di
Nusantara. Kegiatan perdagangan dan penyebaran Islam kemudian juga melibatkan penduduk
pribumi, termasuk orang Melayu dan etnik- etnik pesisir lain yang meleuk agama Islam.
Tradisi dagang (merantau untuk berniaga) lantas tumbuh di kalangan etnik pesisir ini.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, mereka telah ba- nyak mewariskan berbagai
bentuk peninggalan budaya yang ber- nuansa Islam dalam kehidupan. Budaya-budaya inilah
yang nan- tinya akan menjadi budaya lokal setempat hasil dari perpaduan budaya pendatang
dan pribumi. Hasil dari proses perpaduan antara para pedagang (Arab) dengan masyarakat
setempat (Melayu) menghasilkan budaya baru yang dikenal dengan budaya keagamaan Arab
Melayu Seberang Kota Jambi.

C. Bentuk Tradisi dari Kebudayaan Keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi

Perilaku keagamaan adalah tingkah laku yang didasarkan atas kesadaran tentang
adanya Tuhan Yang Maha Esa dalam aktifitas keagamaan seperti shalat, zakat, puasa dan
kegiatan lainnya. Perilaku menjadi tanggapan atau reaksi individu dan sekelompok orang
terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan keagamaan berasal dari kata agama yang
berarti sistem, prinsip kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban
bertalian dengan kepercayaan itu. Perilaku keagama- an masyarakat Seberang Kota Jambi
sangat dipengaruhi oleh budaya Keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi.

Masyarakat Seberang Kota Jambi merupakan keturunan Arab yang bercampur dengan
pribumi Melayu melalui pernika- han. Terdiri dari beberapa suku yakni suku Al Baragbah, Al
Jufri, Al Idrus, Al Habsyi, Al Kap, Al Haddad Joban, Basyir dan Atik. Mereka adalah suku-
suku yang berasal dari Hadramaut di Jazirah Arab. Umummnya mereka masih kuat
mempertahankan nila-nilai kesukuannya sepeti menikah hanya dalam lingkungan suku.

Kelompok ini terbagi menjadi dua kelompok yakni Sayyid dan kelompok non-Sayyid.
Kelompok Sayyid lebih tinggi kedu- dukannya di dalam masyarakat Arab Melayu
dibandingakan ke lompok non-Sayyid dan pribumi. Sampai saat dini, kelompok Sayyid yang
masih ada adalah keturunan Habib Husin Baragbah. Sedangkan dari kelompok non-Sayyid
adalah suku Bafadhal yaitu Muhammad Sufi Bafadhal.

Page | 8
Terlihat bahwa perilaku keagamaan masyarakat Seberang Kota Jambi mengikuti
ajaran agama dan lingkungan. Menjadikan mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dalam komunitas agama Islam yang ada di Jambi. Hal ini juga didasari kawasan Seberang
Kota Jambi merupakan tempat dimana Islam pertama kali masuk ke Jambi. Selanjutnya
diperkuat dengan banyaknya masyarakat Seberang Kota Jambi yang memiliki garis keturunan
Hadramaut di Jazirah Arab.

Jazirah Arab merupakan wilayah lahirnya agama Islam, yang selanjutnya di


sebarluaskan oleh Nabi Muhamad Saw. Masyarakat Jazirah Arab menjadi orang-orang yang
pertama kali bersentuhan dan mengenal agama Islam. Kemudian mereka ikut berperan dalam
menyebarkannya ke seluruh dunia hingga ke Indonesia dan Seberang Kota Jambi.

Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat Seberang Kota Jambi memiliki banyak


kegiatan tradisi budaya keagamaan Arab Melayu yang berdampingan dengan kesehariannya.
Tradisi ini pada awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat Seberang Kota Jambi dari
kalangan Sayyid dan non-Sayyid. Tradisi ini secara tidak langsung memperlihatkan
kedudukan masyarakat Seberang Kota Jambi dalam kehidupanya di antara masyarakat
lainnya. Tradisi yang hanya bisa dilakukan masyarakat Seberang Kota Jambi menandakan
bahwa kedudukan mereka berbeda dan mempunyai keunikan tersendiri, sehingga menjadi
kebiasan ma- syarakatnya. Namun seiring dengan perkembangan tradisi ini telah dilakukan
oleh semua masyarakat Seberang Kota Jambi.

Tradisi sendiri secara Epistemologi berasal dari bahasa latin (tradition) yang memiliki
arti serupa dengan dengan budaya (culture) atau adat istiadat. Tradisi memiliki suatu bentuk
kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu kelompok orang atau masyarakat secara terus
menerus. Adapun tradisi budaya Keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi berjenis
tradisi ritual agama yang berupa peringatan Assyura (Syuro), perayaaan Nisfu Syaban,
Burdah, Nginau, Nuak Ketan, Nyukur bayi, Ziarah Kubur.

D. Macam-Macam Tradisi Kebudayaan Keagamaan Arab Melayu Seberang Kota


Jambi

1. Tradisi Hari Assyura

Kegiatan ini telah dilestarikan oleh masyarakat di seluruh kota Jambi secara turun
temurun. Hari Assyura atau Syuro jatuh pada tanggal 10 Muharram. Dalam kegiatan ini,
masyarakat Seberang Kota Jambi dihimbau untuk bersedekah, mencukur rambut,

Page | 9
mengunjungi rumah Tuo Tengganai dan mengunjungi makam. Aktivitas ini hanya dapat
ditemukan di Seberang Kota Jambi dan tidak dapat ditemukan di wilayah Jambi lainnya.
Sedangkan operasi ini milik masyarakat sebe rank Kota Jambi.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyambut masyarakat dan menjauhkan
mereka dari segala bentuk bencana. Hari Assyura adalah hari kesepuluh bulan Muharram
dalam penanggalan Islam. Sedangkan Assyura sendiri berarti kesepuluh. Saat ini menjadi
populer di kalangan pemeluk Islam. Dari tanggal 1 hingga 10 Muharram, kita dianjurkan
untuk berpuasa dan melakukan perbuatan baik. Hari Assyura menjadi hari yang sangat
bersejarah dan sangat mulia karena pada hari ini terjadi berbagai peristiwa besar yang biasa
dialami oleh para nabi pada zaman dahulu.

Pada hari Assyura ini, masyarakat kota Seberang Jambi juga berdonasi dan
menyiapkan bubur yang disebut dengan bubur Assyura. Kegiatan memasak bubur diawali
dengan ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada Allah SWT. Untuk
menunjukkan rasa syukur tersebut, dibuatlah bubur untuk dibagikan kepada yang
membutuhkan. Bubur ini dibagikan oleh pihak masjid kepada pengunjung, fakir miskin dan
anak yatim. Sebelum membagikan bubur, terlebih dahulu dilakukan kegiatan mengaji, salat
dan salat. Selain pembagian restitusi dan bubur, pada malam harinya dilakukan pembacaan
Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh seorang rabi.

2. Tradisi Nisfu Sya’ban

Bulan Syaban adalah bulan yang mulia dan memiliki ke- ajaiban. Masyarakat
Seberang Kota Jambi meyakini Nisfu Sya’ban yang terdapat di bulan ini adalah malam yang
istimewa. Kegiatan Nisfu Sya’ban yang dilakukan masyarakat Seberang Kota Jambi di masjid
pada malam bulan Nisf Sya’ban tanggal 14 atau 15 sehabis shalat magrib. Pada malam itu
masyarakat meyakini malaikat pencatat pahala dan dosa akan bertemu Allah SWT..

Perayaan Nisfu Sya`ban ini dibuat untuk mengingatkan masyarakat agar segera
mengganti puasa yang batal di bulan Ramadhan tahun lalu karena sudah mendekati bulan
Ramadhan. Pada perayaan Nisfu Sya`ban, orang-orang datang untuk mengingat Surat Yasin,
membaca doa dan zikir. Mereka membawa air mineral yang nantinya akan diletakkan di
depan orang-orang yang sedang membaca Surah Yasin dan berdoa. Kemudian, Surah Yasin
membaca air mineral dan berdoa pulang.

Page | 10
Kegiatan ini memiliki makna yang dalam bagi mayarakat Seberang Kota Jambi. Bagi
masyarakat Seberang Kota Jambi kegiatan ini mengakrabkan tali silaturahmi dengan
berkumpul bersama. Menjaga keharmonisann antar sesama anggota masyarakat. Menjaga
ajaran agama Islam dengan melakukan kegiatan membaca Yasin dan doa-doa. Karena bagi
mereka dengan mem- peringati Nisfu Sya’ban menjadikan kehidupan lebih dekat dengan sang
pencipta. Kegiatan ini telah menjadi tradisi yang masyarakat Seberang Kota Jambi lakukan
sejak dahulu. Berlangsung secara turun temurun antar generasi pada masyarakat Sebe- rang
Kota Jambi. Membawa berkah dan syafaat bagi keberlangsungan hidup karena rasa syukur
yang selalu dipanjatkan keha- diran Allah Swt..

3. Tradisi Burdah

Burdah adalah bacaan shalawat dan ucapan-ucapan puji syukur kepada Allah Swt.
dan Nabi Muhammad Saw. secara bersama-sama oleh masyarakat Seberang Kota Jambi
dengan arahan dari seeorang ulama. Burdah juga merupakan pembacaan doa untuk mengusir
penyakit yang telah lama diderita oleh seseorang. Burdah dilaksanakan jika masyarakat
Seberang Kota Jambi mengalami kondisi tertentu dan peristiwa aneh.

Burdah yang digunakan pada orang sakit dalam upaya pengobatan, biasanya
dilakukan di rumah orang yang sakit dengan mengundang ulama dan tokoh masyarakat untuk
bersama-sama membaca Burdah agar orang yang sakit segera sembuh. Burdah yang
dibacakan pada saat terjadi bencana, dilaksanakan dengan cara berkeliling kampung dan
masjid-masjid. Prosesi ini bertu- juan agar bencana tersebut segera berakhir dan tidak datang
kembali.

Kegiatan ini selain sebagai sarana untuk pengobatan tradisional, juga memuat makna
bahwa semua yang terjadi pada kehidupan manusia hendaklah mengadu kepada Allah Swt.
sebagai sang pencipta. Manusia yang hidup di dunia ini hanya bersifat sementara sehingga
harus selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. agar membuat kehidupa manusia menjadi
lebih berarti dan selalu terlindungi dari segala bahaya yang mengancam.

4. Tradisi Makan Besamo

Tradisi makan bersama memiliki kegunaan penting dalam membangun hubungan


solidaritas antar anggota masyarakat. Dengan melakukan kegiatan ini, masyarakat dapat
mempererat ikatan sosial sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kegiatan ini biasanya
dilakukan pada berbagai acara seperti pernikahan, pesta, khitanan dan upacara lainnya.

Page | 11
Tradisi ini dirayakan untuk menandai kegiatan dan acara adat yang kerap menampilkan
hidangan tradisional khas masyarakat setempat. Tradisi makan bersama sering dilakukan di
Masjid Ba`lawi yang merupakan masjid tertua di kampung Arab Melayu.

Tradisi ini dilakukan setelah salat Idul Fitri. Tradisi ini hanya dilakukan oleh laki-laki
dengan cara tradisional, di mana dua hingga lima orang duduk melingkar di atas nampan
penuh makanan dan kemudian makan dengan menu khas mereka yaitu kari. Kebiasaan ini
merupakan simbol dari hubungan sosial. Kegiatan ini selain memupuk rasa solidaritas,
keluarga juga menjadi way of life. Manusia harus hidup berdampingan dan saling
membutuhkan. Tidak ada manusia yang dapat hidup dan melakukan segala aktivitasnya
dalam kesendirian. Semua manusia diciptakan oleh Allah SWT. adalah sama dan mereka
harus bekerja sama untuk mencapai tujuan hidup mereka.

5. Tradisi Nginau

Nginau merupakan sebuah tradisi larangan atau pantangan yang terdapat di kawasan
Seberang Kota Jambi. Tradsi ini menjadi sebuah bentuk perlindungan dari orang tua untuk
anaknya. Mereka percaya pembelajaran kepada anak dimulai sejak masih berada dalam
kandungan atau ketika anak masih dalam bentuk janin. Dalam tradisi Nginau terdapat
larangan yang harus di ikuti oleh orang tua seperti larangan ribut, melakukan tindakan kasar,
mengeluarkan kata kotor dan mengkonsumsi yang diperoleh melalui cara haram.

Ibu hamil hamil memiliki pantangan tersendiri dan diyakini bahwa apa yang
dikatakan ibu terjadi ketika anak lahir, sehingga dilarang menghina, mengejek atau
mengkritik penyandang cacat. Di atas menjelaskan bahwa Nginau adalah tradisi yang
melindungi ibu hamil dari pantangan yang diyakininya. Karena ketika dia terluka, itu
menyebabkan bencana. Selanjutnya, ibu hamil disarankan untuk membaca surat-surat
Alquran, khususnya Yusuf. Dengan begitu, anak-anak yang akan hadir nantinya dapat
memperoleh penampilan dan sikap lembut Nabi Yusuf AS.

Kegiatan ini telah menjadi suatu bentuk anjuran yang berfungsi sebagai bentuk
antisipasi terhadap kemungkinan yang tidak di inginkan. Makna mendalam yang terdapat
pada kegiatan adalah bahwa sebagai manusia hendaklah kita berperilaku sesuai dengan
kodrat kita sebagai makhluk yang mulia. Diciptakan oleh Allah Swt. dalam bentuk yang
sebaik-baiknya agar menjadi sesuatu yang baik juga di dunia.

6. Tradisi Nuak Ketan

Page | 12
Kultur ini biasanya dilakukan saat seorang ibu hamil memasuki bulan ke-7 kehamilan.
Nuak Ketan ingin memberi tahu publik bahwa ibunya sedang hamil tujuh bulan dan mungkin
membutuhkan bantuan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak
dalam kandungan dilahirkan dengan sehat dan aman.

Dalam tradisi ini, keluarga ibu hamil memasak nasi ketan putih dan menyajikannya di
atas piring. Selain itu, beras ketan ditaburi kelapa yang diolah dengan gula merah (coconut
kernel). Setelah diolah, beras ketan dibagikan kepada anggota keluarga dan tetangga. Beras
ketan ini juga dibagikan kepada mereka yang membantu ibu hamil melahirkan. Orang yang
membantu persalinan ini dikenal dengan sebutan Dukunberanak oleh penduduk kota
Seberang Jambi.

Pada perkembangannya, Nuak Ketan ini tidak melibatkan lagi dukun beranak, karena
pada saat ini orang yang melahiran langsung dibawa kerumah sakit atau persalinan agar
ditangani oleh dokter ahli. Selanjutnya hanya ketan yang masih digunakan dan dibagikan
kepada keluarga dan tetangga. Meskipun mengala- mi perubahan dalam prakteknya, tujuan
dari prosesi tetap sama supaya anak yang berada dalam kandungan tetap sehat dan kelak lahir
dengan selamat. Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah menjaga
kehidupan manusia yang sedang berlangsung di dunia ini. Tanpa ada campur tangan sang
pencipta, manusia tidak akan memperoleh kehidupan yang di inginkannya.

7. Tradisi Nyukur Bayi

Nyukur bayi merupakan kegiatan mencukur rambut bayi yang dilakukan setelah sang
bayi yang berumur tujuh hari pada acara aqiqah dengan menyembeli hewan yang berupa 2
ekor kambing bagi anak laki-laki dan 1 ekor kambing bagi anak perempuan. Prosesi acara ini
dengan dibacakan marhaban, berjanji dan doa kepada Allah Swt. serta Nabi Muhammad Saw.
oleh para ulama.

Sedangkan yang mencuku rambut bayi adalah tujuh orang yang dianggap penting
seperti para tokoh agama serta masrakrakat. Tujuan dari acara mencukur rambut bayi ini
sebagai bentuk pengharapan dan keinginan orang tua pada anak ini agar menjadi anak yang
soleh.

Nyukur merupakan prosesi yang selalu dilakukan ketika orang tua melakukan aqiqah
kepada anaknya. Kegiatan ini menjadi ucapan puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah
mem- berikan kesehatan kepada sanga anak. Dengan adanya Allah Swt. di setiap sendi

Page | 13
kehidupan anak, akan membuat anak menjadi sosok yang baik nantinya, kelak akan menjadi
anak yang soleh dan berbakti pada orang tuannya.

8. Tradisi Ziarah Kubur

Ziarah kubur adalah kegiatan berziarah ke makam almarhum untuk membersihkan


kondisi makam dan kemudian memanjatkan doa agar almarhum tenang di alam kubur.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendoakan almarhumah orang-orang terkasih yang
telah diangkat ke surga oleh Allah SWT.

Awalnya, kegiatan ini dilakukan dalam jumlah besar di sebuah desa dan sebuah
kelurahan dari waktu ke waktu disepakati. Ziarah ke makam penduduk Seberang Kota Jambi
dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada malam Ramadhan dan Idul Fitri kedua. Selama
ziarah ini, pembacaan Yasin, Tahlil dan doa dilakukan agar arwah umat Islam yang
meninggal dapat ditempatkan di surga oleh Allah SWT.

Peziarah ke kuburan masyarakat sering membersihkan rumput liar yang tumbuh di


sekitar kuburan. Ziarah ke liang lahat juga merupakan tempat untuk mengenang orang-orang
yang dikubur selama di bumi. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi yang dilestarikan oleh
masyarakat kota Seberang Jambi karena membawa nilai positif berupa solidaritas dan
kekompakan antar masyarakat lokal lainnya.

E. Nilai Karakter yang bisa diambil Dari Tradisi-tradisi Kebudayaan Keagamaan Arab
Melayu Masyarakat Seberang Kota Jambi

Nilai-nilai Karakteristik di Kota Seberang Jambi Budaya religi Arab Melayu dapat
dilihat dalam perilaku keseharian mereka. Kegiatan kuliner besamo yang sering dilakukan
oleh masyarakat juga mencerminkan bahwa solidaritas adalah hal utama dalam pergaulan.
Masyarakat juga mengutamakan pertimbangan dalam menyelesaikan setiap persoalan dan
persoalan yang sering muncul. Menunjukkan bahwa masyarakat Seberang Jambi memiliki
karakter yang baik.

Masyarakat Seberang Kota Jambi telah hidup bersama dari pulahan tahun yang lalu
dengan tetap menjaga keharmonisan wilayahnya. Ini menandakan adanya keterikatan antara
seluruh elemen yang terdapat pada kawasan ini. Perbedaan menjadikan keunikan dari yang
mereka tampilkan dan kebersamaan menjadi penyatu mereka dalam menjalani kehidupan.

Page | 14
PENUTUP

Tradisi Budaya keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi telah menjadi
cerminan hidup dari masyarakat seberang Kota Jambi. Budaya Arab Melayu Seberang Kota
Jambi menghasilkan budaya yang berjenis immaterial dengan wujud kegiatan peringa- tan
Assyura, perayaaan Nis’fu Syaban, Burdah, Nginau, Nuak Ketan, Nyukur bayi dan Ziarah
Kubur.

Budaya Keagamaan Arab Melayu Seberang Jambi Kota mewujudkan nilai-nilai


budaya, agama, karakter, kekeluargaan dan seni dalam segala aktivitasnya. Budaya religi
orang Arab Melayu seantero kota Jambi mengandung nilai-nilai yang meliputi, pertama,
nilai-nilai budaya dalam kegiatan Burdah, Nyukur Bayi, Makan Besamo dan Nuak Ketan,
kedua, nilai-nilai religi dalam rangka memperingati Assyura dan hari larangan Nisfu Sya`ban,
ketiga, nilai-nilai karakter praktik makanan besamo.

Page | 15
DAFTAR PUSTAKA

 A Atmadi and Setyaninggsih. Transformasih Pendidikan Mema- suki Milenium


Ketiga. 2000th ed. Yogyakarta: Kanisius, n.d.
 Buseri, Kamrani. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah : Pe- mikiran Teoritis.
2003rd ed. Yogyakarta : UII Press., n.d.
 Djumransjah, HM. Pendidikan Islam Menggali “Tradisi” Mengukuhkan Eksistensi.
Jakarta : P3M, 1998.
 Katalog. Museum Gentala Arasy. 2019th ed. Jambi: Pemeritahan Provinsi Jambi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Museum Sigenjai, n.d.
 Marfu’ah. Mengenal Hari-Hari Besar Islam. 2010th ed. Semarang: Alprin, n.d.
 Mursa. Kamus Ilmu Jiwa Dan Pendidikan. 1980th ed. Bandung: Al-Ma’arif, n.d.
 Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia : Zaman Pertum- buhan dan
Perkembangan Kerajaan Islam Di Indonesia. 1990th ed. Jakarta: Balai Pustaka, n.d.
 Zumratus. Menggapai Berkah Di Bulan-Bulan Hijriyah. 2015th ed. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, n.d.

Page | 16
LAMPIRAN

Foto-foto Wawancara Narasumber Artikel:

Page | 17
Page | 18

Anda mungkin juga menyukai