Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH MUSLIM MINORITAS DI PERANCIS

Tugas Mata Kuliah Sejarah Muslim Minoritas

Dosen Pengampu : Dr. Sujadi, M.A.

Disusun oleh : Rizka Nur Hidayah (18101020027)

Kelas SKI A

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam, agama kedua di Perancis, memiliki masa lalu yang penuh dengan
kemelut di negeri itu. Meski demikian, baru pada tahun 70-an masyarakat
Perancis menyadari kehadirannya dan selama dasarwarsa 1980 masyarakat
itu memahami seluk-beluknya.1

Negara Perancis yang terkenal dengan Menara Eiffel dan Napoleon


Bonaparte-nya ini juga memiliki penduduk Muslim terbesar di Eropa yang
kemudian disusul oleh Jerman dan Inggris. Eropa yang dikenal banyak
melakukan penjajahan pada masa lalu menjadikan wilayah tersebut ramai
didatangi oleh para imigran. Begitu pula dengan Perancis. Para imigran yang
rata-rata berasal dari Afrika, Maroko, dan Aljazair membawa Islam ke
Perancis.

Sebagai kaum minoritas yang ada di Perancis dengan ciri khas negara
sekuler yang di satu pihak memberi kesempatan kepada setiap pemeluk
agama untuk bebas menjalankan agamanya, tetap saja tantangan dan
1 Dr. Catherine Withol de Weden, Studi Islam di Perancis: Gambaran Pertama, direksi : H.
Chambert - Loir N.J.G Kaptein, alih bahasa : Rahayu S. Hidayat; Hesri Setiawan; Lilian D. Tedjasudhana
(Jakarta : INIS, 1993), hlm. 13
hambatan yang dirasakan muslim minoritas di Perancis tidaklah sedikit.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas proses masuk dan perkembangan
Islam di Perancis beserta tantangan dan hambatan apa saja yang dialami
muslim di sana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana proses masuknya Islam di Perancis?

2. Bagaimana perkembangan Islam di Perancis sejak awal masuk sampai


2019?

3. Apa saja komunitas muslim yang didirikan di Perancis yang dapat


mendukung muslim disana?

4. Apa saja tantangan, hambatan, dan kasus yang dialami umat muslim di
Perancis?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menentukan tujuan


pembahasan masalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam di Perancis

2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di Perancis sejak awal masuk


sampai 2019

3. Untuk mengetahui komunitas muslim yang didirikan di Perancis yang


dapat mendukung muslim disana

4. Untuk mengetahui tantangan, hambatan, dan kasus yang dialami muslim


minoritas Perancis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Islam di Perancis

Islam mulai masuk ke Perancis sejak abad ke 8 M. Ketika itu, Islam


masuk melalui kota-kota selatan di Perancis melalui Spanyol ke Toulouse,
Narbonne, dan sekitarnya hingga Bourgogne di tengah-tengah Perancis. 2
Adapun kekuasaan Islam di Perancis Selatan berlangsung tidak lebih dari 50
tahun, tetapi kejayaan yang pernah dicapai itu membekas dalam hati seorang
Napoleon Bonaparte. Hal ini tertuang dalam pengakuannya :

“Musa telah menerangkan adanya Tuhan kepada bangsanya, Yesus


kepada dunia Romawi, dan Muhammad kepada seluruh dunia. Enam abad
sepeninggal Yesus, bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, yaitu
ketika Muhammad memperkenalkan penyembahan kepada Tuhan yang
disembah oleh Ibrahim, Ismail, Musa, dan Isa. Sekte Arius dan sekte-sekte
lainnya telah mengganggu kesentosaan Timur dengan jalan
membangkit-bangkitkan persoalan tentang Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan
Roh Kudus. Muhammad mengatakan, tidak ada Tuhan selain Allah yang
tidak berbapa, tidak beranak, dan “Trinitas” itu kemasukan ide-ide sesat.
Muhammad seorang bangsawan, ia mempersatukan semua patriot. Dalam
beberapa tahun, kaum muslimin dapat meguasai separuh bola bumi.
Muhammad memang seorang manusia besar. Sekiranya revolusi yang
dibangkitkannya itu tidak dipersiapkan oleh keadaan, mungkin ia sudah
dipandang sebagai “dewa”. ketika muncul, bangsa Arab telah
bertahun-tahun terlibat dalam berbagai perang saudara....3

Pada abad ke X Islam mencoba memperluas kekuasaannya tetapi gagal,


sebab di abad pertengahan ini Islam disibukkan dengan adanya Perang Salib

2 Abdul Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Perdaban Islam Terlengkap, cet. ke-1 (Yogyakarta :

Saufa, 2014), hlm. 576


3 Pernyataan Napoleon itu dikutip dari “Bonaparte et L’Islam” oleh Cherfils halaman 105.
dan akhirnya mereka meninggalkan Perancis.4 dan bangsa Perancis pernah
menginjakkan kakinya di Mesir untuk menaklukkan Mesir guna
memudahkan jalur perdagangan melalui Laut Merah.

Kehadiran Islam di Perancis semakin signifikan melalui para imigran dari


negeri Maghribi5 akibat adanya kolonialisasi di Afrika Utara, seperti Aljazair,
Libya, Maroko, Mauritania, dan lainnya. Imigran muslim mulai menempati
kota-kota di selatan Perancis akibat pemukiman di negeri mereka semakin
terjepit oleh koloni Perancis yang bermukim di daerah perkotaan, sehingga
membuat mereka sulit mendapatkan penghasilan. Selain itu, kebijakan
kolonial Perancis juga mendukung mereka untuk bermigrasi dalam bentuk
izin tinggal dan penduduk Perancis.6 Banyak pekerja dari para imigran itu
yang diminta untuk membantu Perancis selama Perang Dunia I sebagai
pembawa senjata.

Meski sejumlah besar orang Islam dikembalikam ke posisi semula


setelah perang dunia I, namun di awal abad XX, gelombang pekerja
berdatangan lagi ke Perancis, utamanya setelah Aljazair merdeka tahun
1962.7 Pekerja itu terdiri atas warga Aljazair, Maroko dan Tunisia. Pada
tahun 1974, Pemerintah Perancis mengeluarkan deregulasi tentang bolehnya
membawa Istri dan keluarga bagi pekerja tersebut.8 Kebanyakan dari mereka
tersebar di beberapa kota seperti Paris dan Marseille sebagai dua kota dengan
penduduk muslim terbanyak di Perancis. Pada masa itu, tidak ada yang
membayangkan bahwa ribuan pekerja imigran itu akan tinggal secara
turun-temurun di Perancis dan ikut serta bertempur untuk Perancis dalam

4 J. L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. Vol. 2 (Newyork:

Oxford University, 1995), h. 28


5 Maghribi adalah sebutan bagi imigran Arab yang berasal dari Maroko, Tunisia, dan Aljazair
6 Francis Robinson, dkk., The New Cmbridge History of Islam Volume 5, The Islamic World in

the Age of Western Dominance (Cambridge: Cambridge University Press, 2011), hlm. 116-117.
7 Perancis menaklukkan dan menguasai Aljazair tahun 1830, Tunisia tahun 1881, Chad tahun
1900, Maroko tahun 1919, Sisilia wilayah Turki tahun 1919 dan syiria beserta Lebanon tahun 1920. Lihat
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 181-3.
8 Dr. H. Barsihannor, M.Ag,Perkembangan Pemikiran Islam di Perancis,

https://jurnalbarsihannor.wordpress.com. (diakses 15 September 2019 pukul 23.20)


Perang Dunia II serta membantu negara ini membangun kembali
komunitasnya.9

B. Perkembangan Islam di Perancis

Populasi :

Dari segi populasi, umat Islam di Eropa terus mengalami peningkatan


hingga dua kali lipatnya. Perancis merupakan negara dengan populasi
muslim terbanyak pertama di Eropa. Di pertengahan tahun 2016, tercatat
sebanyak 5,7 juta warga Perancis beragama Islam (sekitar 8,8% dari total
penduduk Perancis). Menurut penelitian sejak tahun 2010, mereka
bertumbuh 1% atau sekitar 6 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan di
tahun 2050, penduduk muslim akan berjumlah 60juta orang (setara dengan
penduduk total Perancis saat ini).10

Pada tahun 2016, rata-rata usia penduduk muslim adalah 30 tahun,


sedangkan rata-rata usia penduduk Eropa adalah 43 tahun. Warga muslim
juga memiliki setidaknya 2 anak dalam 1 keluarga, ketika warga yang lain
hanya memiliki 1 anak saja. Untuk saat ini diperkirakan ada sekitar 7 juta
umat muslim di Perancis.

Masjid :

Perkembangan Islam di Perancis mulai terlihat pada akhir abad ke-19


dan awal abad ke-20M. Dimulai dari berdirinya Masjid Raya Yusuf di
ibukota Perancis, Paris, pada tahun 1922. Kemudian dilanjut dengan
dibangunnya Masjid Agung Paris yang diresmikan oleh Presiden Gaston
Doumergue pada 15 Juli 1926 dengan Ahmad al-Alawi sebagai imam
pertama. Masjid tersebut dibangun sebagai penghargaan terhadap 100.000
muslim yang wafat dalam perang melawan Jerman pada PD I.

9 Al-Azizi, Kitab Sejarah Perdaban Islam Terlengkap, hlm. 575


10 Embun, Pertumbuhan Muslim di Eropa Meningkat Dua Kali Lipat, http://poskotanews.com.

(diakses 16 September 2019 pukul 00.05)


Pada PD II, masjid ini digunakan sebagai tempat pengungsian
orang-orang Yahudi dari kejaran Jerman. Dari masjid ini pula dikeluarkan
puluhan hingga ratusan surat tanda lahir muslim palsu untuk melindungi
anak-anak Yahudi dari Jerman.

Menurut survei yang dilakukan kelompok muslim Perancis, sampai


tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai 1.554 buah. 11
Bangunan masjd yang ada disana mulai dari gedung sewaan bawah tanah
sampai gedung-gedung yang dimiliki orang muslim di tempat umum.

Pendidikan :

Sejumlah sekolah islam berdiri, sampai saat ini ada sekitar 4 sekolah
muslim swasta. Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran
selatan Paris.12 Dari segi kurikulum, disesuaikan dengan kurikulum Perancis
dengan tambahan khusus muatan lokal, seperti bahasa Arab. Kemudian mulai
berdiri sekolah yang kedua, yaitu Education et Savior di utara Perancis. Dua
sekolah muslim lainnya di Perancis adalah Rushd di Kota Lille dan Al-Kindi
di Kota Lyon.

Bahasa Arab sebagai bahasa Qur’an yang juga ikut berkembang seirama
dengan perkembangan lainnya diperlukan mengingat banyaknya imigran
asing dari Maghribi. Sekarang, bahasa Arab diajarkan setara dengan bahasa
dunia lainnya di jenjang pendidikan forml. Lembaga yang bernama
Guillaume Postel di College de France, didirikan tahun 1539 merupakan
sebuah lembaga yang begitu concern dengan pembelajaran bahasa Arab,
budaya dan sastra Timur.13

Seain itu, Perancis juga memiliki para pemikir Islam seperti Muhammad
Arkoun yang tidak hanya terkenal, tetapi pemikirannya memberikan
pengaruh secara global dalam kajian-kajian pemikiran Islam global.

11 Al-Azizi, Kitab Sejarah Perdaban Islam Terlengkap, hlm. 583


12 Ibid
13 Muhammad Arkoun, Studi Islam di Perancis, dalam Azim Nanji (ed.) Mapping
Islam, diterjemahkan oleh Muamiratun dengan judul Peta Studi Islm, Orientalisme dan Arab Baru Kajian
Islam di Barat (Yogyakarta: Pustaka Baru,2003), hlm. 44.
Cendekiawan lainnya adalah Dr. Bruno Guiderdoni, ahli Astrofisika dari
Universitas Paris. Beliau pernah menjadi salah satu bintang dalam
Konferensi Riset Sains dan Spiritual II (SSQ).

Perpindahan Agama

Menurut catatan para ahli agama di Perancis, sejauh ini ada 70.000
warga Perancis yang berpindah agama ke Islam. Dalam hal ini, Islam
dijadikan sebagai pilihan pertama ajaran yang dijadikan pegangan hidup
diikuti dengan Kristen dan Katolik dengan pertambahan umat sekitar
2000-an orang tiap tahun dan Yahudi sekitar 300 orang.

Menurut ahli sosiologi Perancis, sebelum usia 15-20 tahun merupakan


alasan utama yng membuat mereka yakin masuk Islam dengan alasan
pencarian rohani mereka.

C. Komunitas Muslim di Perancis

Secara umum, jumlah masyarakat muslim di Perancis dapat dibedakan


dalam 4 unsur, yaitu :14

1. Orang asing yang berasal dari negara muslim yang sudah lama
menetap di Perancis. Pada sensus 1990, dilaporkan berjumlah 614.207
(Aljazair), 575,652 (Maroko), 206.336 (Tunisia) dan 197.712 (Turki)

2. Orang Aljazair yang berkebangsaan Perancis. Sejak Aljazair merdeka,


sebagian mereka ada yang pindah ke Perancis dan memilih menjadi
warga negara Perancis. Menurut data yang ada, mereka berjumlah
kurang lebih 500.000 orang.

3. ”Perancis Baru” yaitu muslim yang mendapatkan hak


kewarganegaraan akibat kelahiran atau melalui naturalisasi. Mereka ini
memiliki akses yang cukup luas untuk berkiprah di masyarakat Perancis.

14 Dr. H. Barsihannor, M.Ag,Perkembangan Pemikiran Islam di Perancis,

https://jurnalbarsihannor.wordpress.com. (diakses 16 September 2019 pukul 01.15)


4. Komunitas Perancis yang memeluk Islam. Komunitas ini memiliki
peran penting dalam memberikan mediasi antara masyarakat muslim
dengan pemerintahan Perancis pada umumnya. 15 Mereka inilah yang
secara nasional dan natural dianggap sebagai penduduk asli Perancis
yang mengetahui seluk-beluk budaya dan peradaban masyarakat
Perancis. Oleh karena itu, sangat wajar jika mereka menjadi penghubung
utama antara masyarkat musli dari berbagai etnis dengan masyarakat
Perancis pada umumnya.

Perancis sebagai negara dengan umat muslim terbanyak di Eropa,


memiliki paham sekuler yang melarang penggunaan uang negara untuk
tempat ibadah. Akhirnya di dirikanlah Yayasan Muslim Perancis yang
dusulkan oleh Anouar Kbibech. Yayasan tersebut digunakan unutk mendanai
masjid-masjid yang ada di Perancis.

Usul tersebut muncul karena Perdana Menteri Manuel Valls mengatakan


ingin mengakhiri pendanaan luar negeri untuk masjid. Setelah bertemu
Kbibech, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan ia ingin
yayasan itu dibentuk Oktober nanti (2016). Hal ini dilakukan karena pada
saat itu sudah ada 20 masjid yang ditutup karena dipandang radikal setelah
adanya pembunuhan seorang pastor tua oleh dua orang ekstremis muslim.

D. Tantangan, Hambatan, dan Kasus Terkait Muslim Minoritas di Perancis

Meski Islam berkembang pesat di Perancis, tidak menutup kemungkinan


bahwa ada banyak tantangan dan hambatan yang dialami muslim minoritas
disana. Kasus Black September,11, pada tahun 2001 merupakan awal dari
banyaknya pandangan miring terhadap Islam, dimana pasca kejadian tersebut
tantangan yang hadir semakin terasa. Namun, jauh sebelum peristiwa
tersebut, Kasus serangan teroris tahun 1986, kasus kerudung 1989 yang

15 J. L. Esposito, op. cit., hlm.. 29


dilarang dipakai di sekolah umum dan provokasi buku karya Jean Claude
Barreu ”De I’Islam en General et de le Laicite en Particuler (1991) contoh
dari persoalan tersebut.16

Kasus World Trade Center (WTC) di Amerika menjadikan Islam


tertuduh sebagai ”agama teroris”. Menurut laporan kepolisian Perancis, pada
17 April 2004, mesjid agung di Strasburg dibakar dan dindingnya digambari
dengan salib. Polisi mensinyalir kelompok Kristen yang menjadi aktor
intelektualnya.

Pada April 2003, Muslim Perancis membentuk sebuah lembaga


bernama French Council for the Muslim Relegion atau Dewan Nasional
Muslim Perancis yang dipimpin Imam Mesjid Paris, Dalil Boubakuer, asal
Aljazair yang bermukim di Paris. Kalangan politisi dan pejabat Perancis
sudah lama merasa cemas akan perkembangan Islam yang kian hari kian
banyak jumlah pemeluknya. Ditambah keberanian berekspresi seperti
memakai jilbab, perkembangan itu menimbulkan kekhawatiran, Perancis
akan menjadi ”koloni Islam” atau negara imigran muslim.

Mendagri Perancis sebelum Sarkozy, Charles Pasqua, pernah bersumpah


akan menyapu bersih kaum fundamentalis Islam dari negerinya. Menurutnya,
Perancis adalah negara sekuler, karenanya, semua muslim Perancis harus
menyesuaikan diri dengan keadaan, misalnya berpakaian ala Eropa. Pasqua
juga membeberkan kecurigaannya terhadap Islam sebagai ancaman atas
kepentingan tradisi dan budaya Perancis.

Selain itu Pasqua juga tidak menghendaki pelajaran agama Islam


diajarkan di sekolah. Beberapa buku Islam yang selama ini dipakai
dinyatakan terlarang. Dengan dalih melanggar hukum, Pasqua juga melarang
dibukanya beberapa madrasah yang mempelajari al-Quran. Kepada warga
muslim, ia menyerukan agar waspada akan hal yang berbau Islam seperti
jilbab.

16 Ibid.,hlm. 31
Adapun kasus-kasus yang pernah terjadi di Perancis terutama yang
membahas tentang diskriminasi kebebasan dan hak-hak warga muslim adalah
sebagai berikut :

17
1. Perempuan Islam Berjilbab Didenda di Pantai Perancis.

Diambil dari BBC News Indonesia, berita ini diunggah pada 24 Agustus
2016.
Seorang perempuan Muslim Prancis bernama Siam mengaku didenda
dan mengalami pelecehan rasisme karena mengenakan jilbab di pantai
Cannes.

Wanita yang berasal dari kota Toulouse itu sedang berjalan-jalan di


pantai saat berlibur dengan dua anaknya.

Dia mengatakan diberitahu oleh tiga polisi bahwa pakaiannya 'tidak


sesuai' sementara sekelompok orang berteriak "Pulang ke rumahmu".

Wali Kota Cannes, David Lisnard, pada awal bulan ini melarang
pemakaian pakaian renang yang menutup seluruh tubuh atau burkini di
pantai dengan mengatakan burkini adalah 'simbol Islam paham ekstrem' dan
kemungkinan mencetuskan pertikaian.

2. Mendagri Perancis : Melarang Muslim Solat di Jalan Adalah Ekspresi


Peradaban

Diambil dari Republika.co.id, dan diunggah pada Selasa, 7 Februari 2012.


REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Menteri Dalam Negeri Perancis, Claude
Gueant kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Dalam sebuah
simposium yang digelar kelompok mahasiswa sayap kanan, Gueant
mengkritik kelompok sayap kiri Perancis dengan menyatakan semua
peradaban tidak memiliki nilai yang sama.

"Bertentangan apa yang diyakini kelompok sayap kiri, kami


berpendapat semua peradaban tidak sama," kata dia seperti
dikutip alarabiya.net, Selasa (7/2).

Ia mengatakan kelompok sayap kiri menganggap shalat tidak akan


menggangu siapapun. Faktanya masyarakat Perancis terganggu dengan hal

17 https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_prancis_muslimah
itu. "Kami melarang mereka (Muslim) shalat di jalan. Itu adalah ekspresi
peradaban," ucapnya.

Menurut Gueant, apa yang dilakukan kelompok sayap kanan merupakan


upaya membentuk peradaban yang diinginkan masyarakat Perancis. "Inilah
yang kita inginkan," tegasnya.

Sementara, lanjut Gueant, partai sosialis mendukung sebuah peradaban


yang memperbudak perempuan, melanggar kebebasan pribadi dan politik,
serta mempersilakan tirani berkuasa.

Sebelumnya, Gueant mengatakan negaranya dipenuhi pelayan dan


tukang bangunan yang merupakan imigran dari luar Perancis. "Mereka tidak
dibutuhkan," kata Gueant.

Ia juga mendukung penuh kebijakan presiden Perancis, Nicholas


Sarkozy, dalam memberlakukan kebijakan melarang burka dan aktivitas
shalat di jalan umum.

3. Tak Hanya Ditangkap, Muslim Prancis Juga Disuruh Lepas Jilbab

Diambil dari Republika.co.id, dan diunggah pada Kamis, 12 Mei 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, Satu bulan sudah setelah Perancis melarang


pemakaian cadar bagi para Muslimah. Selama itu pula sudah ada yang
ditahan. Dan yang terbaru pada Rabu (11/5) lima Muslimah Perancis
yang mengenakan cadar di muka umum ditangkap. Tidak hanya itu,
kepolisian setempat juga memaska mereka untuk menanggalkan jilbab
mereka di depan umum.

Seperti dilaporkan Press TV, ketika itu kelima Muslimah itu akan
menghadiri konferensi mengenai hukum kontroversial itu. Konferensi
tersebut diselenggarakan asosiasi multikultural, Don't Touch My
Constitution, yang telah mengumpulkan dana untuk membantu
perempuan dalam membayar denda terkait undang-undang larangan
cadar.

Pada 11 April 2011, Perancis menjadi negara pertama di Eropa yang


menerapkan larangan mengenakan penutup wajah penuh, termasuk cadar
Islam. Aturan itu langsung diikuti oleh penangkapan hampir 60
perempuan yang menentang larangan tersebut dengan berjalan di luar
Katedral Notre Dame di Paris.

Pelanggar undang-undang itu akan dikenakan sanksi berupa denda


sebesar 217 dolar Amerika Serikat dan kerja sosial. Selama konferensi,
penyelenggara pertemuan itu secara paksa dicegah oleh polisi untuk
mendengar keterangan seorang perempuan, yang telah jatuh sakit dalam
interogasi larangan cadar.

"Tujuan sebenarnya aturan itu adalah stigmatisasi masyarakat


Muslim. Mengapa membuat hukum hanya untuk beberapa ratus orang.
Anggota parlemen Perancis telah benar-benar berlebihan demi
kepentingan mereka" kata Hassan Ben M'barek, seorang aktivis yang
mengamati pertemuan itu.

Larangan kontroversial terhadap cadar telah memicu perdebatan di


Perancis. Pendukung aturan itu mengklaim bahwa larangan ini akan
melindungi negara dari radikalisme, sementara lawannya menilai
undang-undang tersebut bertujuan memusuhi umat Islam di Perancis.

Banyak Muslim mengeluh bahwa media Perancis secara konsisten


mengabaikan keyakinan agama perempuan yang mengenakan nikab atau
burka di depan umum. Mereka digambarkan sebagai alat belaka,
sementara setiap gerakan mereka dikendalikan oleh kaum laki.

4. Sarkozy Larang Empat Ulama Asing Masuk Perancis

Diambil dari Republika.co.id, dan diunggah pada Kamis, 29 Maret 2012

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Perancis, Nicholas


Sarkozy rupanya menaruh perhatian serius terhadap kehadiran
ulama-ulama Muslim dari luar negerinya. Setelah mencekal ulama asal
Mesir, Yusuf Al-Qardhawi, Sarkozy juga melarang empat ulama asing
masuk ke Prancis.

Seperti sebelumnya, Sarkozy berkilah masuknya keempat ulama itu


mengancam keamanan dalam negeri Perancis lantaran diduga bakal
menghasut kebencian dikalangan Muslim. Menteri Luar Negeri, Alain
Juppe dan koleganya Menteri Dalam Negeri, Claude Gueant juga
menyesalkan keinginan Federasi Organisasi Islam Prancis (UOIF).

"Ulama Akrima Sabri, Ayed Bin Abdullah al-Qarni, Safwat


al-Hijazi dan Abdullah Basfar dilarang memasuki Perancis," papar
keduanya seperti dikutip middle-east-online.com, Kamis (29/3).

"Keempat ulama ini, dikhawatirkan akan menyerukan kebencian dan


kekerasan yang dapat merusak prinsip-prinsip Republik Prancis dan
dalam konteks saat ini, merupakan ancaman serius terhadap ketertiban
umum," kata keduanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sarkozy melarang Yusuf Qardhawi
masuk ke Perancis. Orang dekat Sarkozy, Henri Guaino menyatakan,
Sarkozy akan memblokir Qardhawi masuk jika sang ulama memenuhi
undangan Organisasi Islam Perancis (UIOF) di Le Bourget, Paris, pada 6
April mendatang.

"Pemerintah Perancis tak menginginkan adanya ulama ekstremis


memasuki wilayah Perancis," ungkap Guiano kepada Radio J, seperti
dikutip Reuters. Menurut Guaino, Qardhawi memang tak butuh visa
karena telah memiliki paspor diplomatik, tetapi banyak cara untuk
mencegahnya masuk ke Perancis.

Tak pelak, pencekalan Sarkozy kepada Qardhawi itu pun mendapat


kritik keras Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS), Senin (26/3)
kemarin. "Kami terkejut. Dan kami menegur Perancis karena menolak
visa Sheikh Yusuf Qaradhawi. Dia adalah seorang ulama moderat yang
memberikan kontribusi untuk memerangi ekstremisme dalam ajaran
Islam," kata Sekretaris umum UIMS, Sheikh Ali Al Qaradaghi, seperti
dikutip thepeninsulaqatar.com, Selasa (27/3).

Anda mungkin juga menyukai