Anda di halaman 1dari 7

Kesenian Randai

Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara
berkelompok dengan membentuklingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan,
sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai
menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu.

Kesenian Randai
Kota Padang Sumatra Barat Indonesia










A. Selayang Pandang
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau yang dimainkan oleh
beberapa orang (berkelompok atau beregu). Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat
Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita
rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan,
Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.
Biasanya randai dimainkan pada perayaan pesta, seperti: pernikahan, pengangkatan penghulu
atau pada hari besar tertentu. Bahkan, pemerintah Sumatera Barat mengemas
kesenian randai sebagai salah satu icon daerah untuk menarik para wisatawan datang
berkunjung ke Sumatera Barat.
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia.
Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok
mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.

B. Keistimewaan
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini,
merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik,
tari dan pencak silat.
Dalam sebuah randai, ada beberapa pemain pendukung, di antaranya: pemain galombang, yang
melakukan gerak-gerak gelombang yang bersumber dari bunga-bunga silat; pembawa alur
cerita, pemain ini akan berbicara secara lantang menyampaikan narasi demi narasi yang menjadi
ruh cerita randai; pemain musik/dendang, merekalah yang akan memainkan talempong,
gendang, serunai, saluang, puput batang padi, bansi, rabab dan lainnya; pemain pasambahan,
bertugas berbicara atau berdialog dalam petatah-petitih Minangkabau. Pemain ini akan
memberi bobot dan pesan moral lewat kiasan yang ia sampaikan; dan pemain silat yang tampil
ketika ada alur cerita menghendaki perkelahian.
C. Lokasi
Masing-masing kecamatan dan kabupaten yang ada di Sumatera Barat memiliki
Grup randai. Sekarang ini, sedikitnya terdapat 300 grup kesenian randai yang tersebar di
Sumatera Barat. Biasanya, grup tersebut selalu siap tampil untuk menghibur masyarakat pada
event-event tertentu di Sumatera Barat.
D. Akses
Bagi para wisatawan yang ingin melihat kesenian randai bisa datang ke Kota Padang.
Cukup dengan satu kali naik mobil dari Bandara Ketaping ke Kota Padang, para wisatawan
sudah bisa sampai di tempat tujuan.
Bagi para wisatawan yang tidak ingin bersusah payah melihat randai di Sumatera Barat, mereka
bisa mengundang grup randai untuk tampil di tempat yang diinginkan. Tentunya para
peminat randai harus mengeluarkan ongkos lebih untuk biaya transportasi dan akomodasi
mereka.
E. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Oleh karena randai biasanya diadakan pada event-event besar di pusat-pusat kota di Provinsi
Sumatera Barat, maka wisatawan yang datang dari luar kota tidak akan kesulitan untuk mencari
tempat penginapan, karena di kota-kota tersebut banyak tersedia hotel yang nyaman untuk
menginap. Begitu juga dengan tempat bersantap ria, di kota-kota tersebut juga banyak berjejeran
restoran dan rumah makan yang menyajikan beragam menu masakan Padang yang akan
memanjakan para wisatawan
Cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat.
Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga
disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di
antaranya, yang disebut dengan janang.
Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki sejarah yang lumayan panjang. Konon kabarnya ia
sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Tanah Datar ketika mesyarakat tersebut berhasil
menangkap rusa yang keluar dari laut. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah
suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang dalam artian berkelompok atau beregu,
dimana dalam Randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin
Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Randai ini bertujuan untuk menghibur
masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri.
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita
rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber
dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi
gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara, seperti kelompok Dardanela.
Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran
utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang
dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh
anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
Jadi, Randai adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika
Randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum randai menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai
dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah pesisir (Padang
Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini, ada yang pola gerak dan pola
dialog seperti randai.

Fungsi Tari Randai

Sebagai hiburan masyarakat biasanya yang diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari
raya Idul Fitri. Untuk mempertebal rasa ketradisian juga memberi kesempurnaan terhadap adat
istiadat Minangkabau itu sendiri, sarana Aspirasi dan Media Informasi.

Unsur Estetis dan Keunikan Tari Randai

Randai berasal dari perkataan merandai berarti mengarang atau melingkar suatu kawasan
lapang untuk mencari sesuatu yang hilang. Terdapat pelbagai versi sebenarnya tentang asal usul
randai ini. Struktur persembahan randai berkonsepkan gerak tari silat diselangi nyanyian
berunsur lagu rakyat serta diiringi muzik caklempong, rebana, salung dan gong. Randai sering di
persembahkan pada pesta menuai padi, upacara perkahwinan dan adat istiadat lain.

Disaksikan ratusan pasang mata, 12 muda-mudi berpakaian tradisional Minangkabau membentuk
lingkaran di tengah arena. Lima pemain lain, duduk di pinggir arena. Para pemain randai (anak
randai) bergerak melingkar dan sering melakukan gelombang randai secara serempak, yang
bersumber pada gerakan-gerakan silat atau seni pencak silat.



"Hep... ta...," terdengar teriakan seorang di antaranya (tukang gore), dibarengi dengan tapuak
galembong (menepuk celana) yang bunyinya tingkah-meningkah. Setiap anak randai punya gaya
sendiri dalam gerak dan menepuk celana yang didesain khusus-mempunyai pisak yang dalam,
sehingga menghasilkan bunyi beragam waktu ditepuk, tapi serempak. "Hep...ta... Dugudung-dak-
dik-dung." Cerita yang diangkat dari kaba Kasiah Putuih Dandam Tak Sudah (Kasih Putus
Dendam Tak Sudah) pun dimulai, terjadi dialog dan akting. Kemudian diikuti saluang dan
dendang (nyanyian), biola, kayat, kerincingan dan calti.

Penampilan anak randai penuh pesona dan seru. Tontonan sekitar tiga jam itu sering membuat
penonton (segala usia; dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga kakek-nenek) tertawa riang.
Dialog jeda sejenak, anak randai kembali ber-hepta-hepti diiringi cerita yang didendangkan
(gurindam) dan diiringi saluang. Cerita bergulir, mengisahkan anak gadis (Sari Banilai) menolak
keinginan orangtuanya (Datuk Tumanggung Tuo) untuk dinikahkan dengan bako-kemenakan
Datuk Tumanggung Tuo-bernama Malendo Alam.

Oleh mamaknya, Lelo Manjo, Sari Banilai dinikahkan dengan bekas teman sekolahnya, Rambun
Sati. Dendam Datuk Tumanggung Kayo dan kemenakannya Malendo Alam pun bergejolak.
Ketika Sari Banilai pindah ke Kota Medan, rumah yang ditinggalkannya dibakar oleh Malendo
Alam. Keinginan ayak/mamak untuk menyelamatkan "Sako dan Pusako" lenyap sudah, karena
mengikuti kehendak hawa nafsu.

Kesenian randai tak kalah hebat dan mengagumkan dengan tarian lainnya. Yang menarik dan
mengagumkan, perwatakan tokoh dalam penampilan randai tidak diungkapkan melalui tata rias,
tetapi disampaikan lewat dendang (gurindam). Kemudian, yang menjadi musik selain tepuk
galembong, juga tepuk tangan, tepuk kaki, tepuk siku, petikan jari, hentakan kaki, dan teriakan-
teriakan "hep... ta...ti... hai" oleh tukang gore, dan nyanyian atau dendang yang dilakukan oleh
para pemain sambil melakukan gerakan-gerakan galembong.

Kesenian randai sebagai teater rakyat di Minangkabau cukup diminati berbagai kalangan. Ini
sering ditampilkan pada acara-acara seperti pesta panen, helat perkawinan, helat batagak
penghulu, dan pesta-pesta rakyat lainnya. Ia menambahkan, jika kita melihat unsur utama dalam
randai, misalnya tarian randai yang disebut bagalombang, pada randai-randai yang lebih klasik
pada umumnya adalah gerak silat atau pencak silat yang diolah secara kreatif, dan diiringi
dengan lagu-lagu dendang yang memang banyak sekali terdapat di dalam masyarakat
Minangkabau, karena merupakan bagian dari tradisi seni budaya musik seperti saluang dan
dendang, atau seni tutur seperti bakaba, barabab, dan basijobang.

"Karena kebudayaan Minangkabau adalah kebudayaan yang dinamis, terbuka terhadap inovasi,
maka perkembangan randai dewasa ini cukup beragam. Ada unsur-unsur gerak dan musik baru
yang diadaptasi ke dalam randai, yang umumnya berasal dari lagu-lagu melayu (joget), bahkan
juga dari musik dangdut. Idiom-idiom baru ini antara lain diadaptasi untuk membuat
pertunjukkan randai tetap relevan dengan perkembangan masyarakat dan zamannya.

Semasa Orde Baru berkuasa kesenian randai nyaris tenggelam, setelah pemerintahan nagari
digantikan oleh pemerintahan desa. Kini, dengan kembalinya ke sistem pemerintahan nagari,
kesenian randai kembali tumbuh. Setiap nagari memiliki sedikitnya 10 grup randai.

Hal lain yang menarik dari tradisi randai adalah, semangat kolektif dan partisipasi masyarakat
pendukung tradisi tersebut. Organisasi dan manajemen pengelolaan randai bertumpu kepada
semangat kebersamaan tersebut. Lingkungan masyarakat tempat randai tersebut tumbuh, merasa
berkewajiban memelihara dan mengembangkannya. Tanpa dukungan mereka -termasuk
finansial- tak mungkin randai bisa berkembang. Sampai kini kegiatan pertunjukan lebih bersifat
sosial, kecuali ada perubahan pola organisasi pada pemilikan kelompok atau individu yang sudah
mulai ada sekarang ini.
Uniknya saat randai di mainkan pemain bisa berinteraksi langsung dengan meminta syair dan
pantun pilihan asalkan meletakkan uang di tengah-tengah lingkaran pemain.

Anda mungkin juga menyukai