Anda di halaman 1dari 14

SUKU MODO

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Etnisitas

oleh:

Pradipta Amaranggana K. (NIM 1930932043)

Dosen Pengampu:

Dra. Sriati Dwiatmini, M.Hum


Yuyun Yuningzih, M.Hum

ANTROPOLOGI BUDAYA
FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIABANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini saya akan membahas Teori Etnisitas yang ditopik - kan

untuk menjelaskan sebuah suku yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu “Suku

Modo”. Telah kita ketahui bahwa pembelajaran kita dalam teori etnisitas ini

menyangkut sebagaimana kita mempelajari suatu suku bangsa yang banyak ragam

nya serta membahas materi mengenai suku bangsa yang akan di pilih sebagai topik

utamanya.

Makalah ini akan menjelaskan “Suku Modo” yang mendiami wilayah Nusa

Tenggara Timur (NTT), Indonesia yang saya rangkum dari berbagai sumber baik

melalui buku penunjang maupun dari sumber-sumber lainnya.

Untuk itu semoga makalah yang saya buat ini dapat menjadi dasar dan acuan

agar kita lebih kreatif dalam membuat makalah.

Bandung, 21 Desember 2019

Pradipta Amaranggana K.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. LOKASI SUKU MODO ....................................................................................... 3
B. AGAMA DAN KEPERCAYAAN SUKU MODO............................................... 4
C. KESENIAN SUKU MODO .................................................................................. 4
D. RUMAH ADAT SUKU MODO ........................................................................... 5
E. UPACARA WAELU.............................................................................................6
F. PENDIDIKAN SUKU MODO..............................................................................6
G.BAHASA SUKU MODO.......................................................................................6
H. MATA PENCAHARIAN SUKU MODO.............................................................7
I. SISTEM KEMASYARAKATAN SUKU MODO.................................................8
J. SISTEM TEKNOLOGI SUKU MODO ................................................................. 9

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 10


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
meliputi bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Kupang
dan memiliki 22 kabupaten/kota. Provinsi ini berada di Sunda Kecil.Setelah
pemekaran, Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di
bagian tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau
Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau
Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue.Provinsi ini terdiri
dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau
Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasadipanggil Timor).
Nusa Tenggara Timur juga dihuni oleh suku-suku pendatang yaitu orang-orang
keturunan Cina, Arab, Bugis, Makasar, Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku
lainnya. Kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Nusa Tenggara Timur berasal
dari beberapa suku maupun bangsa, diantaranya yang pernah mempengaruhi
kebudayaan NTT adalah Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Ambon/Maluku, Portugis dan
Belanda.
Suku Modo adalah Suku yang mendiami pulau Komodo, yang termasuk bagian
dari wilayah Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Mereka
menamakan dirinya ala Modo, yang artinya "orang Modo" dan pulau yang mereka
diami itu mereka sebut uma Modo.J.A.J. Yerheijen (1989) menamakan penduduk
pulau ini dengan namaorang Komodo, sesuai dengan kebiasaan penamaan dari pihak
luar.

Suku Modo telah dipengaruhi dari berbagai kebudayaan. Agama yang dianut oleh
Masyarakat Suku Ata Modo adalah Kristen dan islam. Mereka memiliki ciri fisik
yaitu kulitnya lebih terang dari orang-orang Flores, dan juga memiliki bahasa dan
dialek yang khas. Mayoritas masyarakat di Pulau Komodo merupakan suku asli
ini.Masyarakat lainnya berasal dari Bima dan Bugis.
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Kehidupan masyarakat Suku Modo ?

2. Dimana lokasi Suku Modo ?

3. Apa kebudayaan yang ada di Suku Modo?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Bagaimana Kehidupan masyarakat Suku Modo.

2. Mengetahui lokasi Suku Modo.

3. Mengetahui kebudayaan yang ada di Suku Modo.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dri penulisan makalah ini adalah kita dapat mempelajari dan
menganalisis tentang Suku Modo, serta kita bisa mengenalikeragaman suku dan
budaya yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LOKASI SUKU MODO

Suku Modo berada di Pulau Komodo yang merupakan bagian dari wilayah
Kecamatan Komodo yang meliputi Kepulauan Komodo (pulau Komodo, pulau Rinca,
pulau Padar) dan sebagian ujung barat pulau Flores.Di bagian barat pulau Komodo ini
terletak pulau Sumbawa sebagai bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Baral.Pulau
Komodo lerkenal dengan satwa langka komodo (Varw111s kommodoensis).alau kadal
purba raksasa. Sa1wa ini lerdapat di wilayah kecamatan tersebut di alas. Sejak lahun
1980 pemerintah telah menetapkan kepulauan Komodo sebagai Taman Nasional yang
dilindungi negara. Di sini selain komodo tadi hidup pula binalang rusa, babi
hutan.kudaliar, kerbau hulan. burunggosong. Pada lahun 1930 ada catatan yang
menunjukkan penduduk pulau atau desa Komodo ini berjumlah 143 jiwa.Catalan
lahun 1977 menunjukkan jumlah penduduknya telah menjadi 505 jiwa.Jumlah ini
merupakan sebagian dari keseluruhan penduduk Kecamatan Komodo yang berjumlah
39.203 jiwa pada tahun 1986.
Salah satu hal yang menarik dari masyarakat Suku Modo adalah konon, masyarakat
Suku Modo memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Komodo.Mereka
terkenal dengan pakaian tradisionalnya dan topinya yang unik yang dibuat
menyerupai bentuk Komodo. Mereka juga terkenal denga seni bela dirinya yang
bernama Peresean yang menggunakan cambuk dan tongkat dalam pementannya.

B. AGAMA DAN KEPERCAYAAN SUKU MODO

Hampir seluruh penduduk pulau ini beragama Islam, kecuali beberapa orang
pendatang yang menetap buat sementara di sana. Agama itu dijalankan tidak terlalu
ketat.Mereka juga percaya pada setan, yaitu roh jahat dan hantu yang ada di
sembarang tempat.sepertidi rumah, kebun, dan lain-lain. Namun ada orang yang
mempunyai kekuatan gaib yang dapat mengusir roh jahat itu.Bila banyak roh jahat
yang mengganggu orang dalam satu rumah atau desa, mereka mengadakan upacara
maka di Kolo Kamba yang dipimpin Umpu Dato.Di sanadidirikan pohon (banta)
setinggi satu meter. ditancapkan bendera kecil (panta bendera) dan kapur-sirih
sebagai simbol penghormatan . Para tetua desa memukul gendang (mbole gendang)
dan bebe- rapa orang laki-laki menari maka. Dengan gerak lompatan mengancam
serta muka menakutkan, mereka menentang batang pohon yang melambang- kan
makhluk jahat tadi. Batang itu ditinju sampai tangannya berdarah, konon mereka tidak
merasa sakit.Sementara itu Umpu Dato dalam keadaan kesurupan berjalan menuju
desa.Rumah pertama dalam desa itu diperiksanya apakah masih ada setan.Kalau ada
ia mengusirnya dengan cara memukul-mukul lantai; dinding, tiang, langit-langit, atau
atap. Kadang-kadang ia mengejar setan-setan itu sampai ke alun-alun.

C. KESENIAN SUKU MODO

Suku Komodo juga mengenal seal tari dan nyanyian populer. Mereka banyak
memiliki cerita rakyat jenis legenda , baik yang berhubungan denganasal-usul suku
Komodo dan tempat-tempat tertentu di Pulau Komodo dansekitarnya maupun yang
tidak.
Suku Komodo juga terkenal dengan seni beladirinya yaitu Peresean.Peresean
adalah pertarungan yang dilakukan oleh dua orang lelaki yang bersenjatakan tongkat
yang terbuat dari penjalin (rotan) dan juga ende (perisai) yang umumnya terbuat dari
kulit sapi atau kerbau sebagai pelindung.Peresean biasanya dilakukan pada saat
musim kemarau.

D. RUMAH ADAT SUKU MODO


Wae Rebo merupakan rumah Suku Modo.Desa ini pernah mendapatkan
penghargaan dari PBB.Rumah tradisional mereka, Mbaru Niang, mendapatkan
penghargaan dari UNESCO sebagai konservasi warisan budaya.Masyarakat Wae
Rebo masih mempertahankan tradisi dan budaya adat mereka secara turun
temurun.Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata alam dan budaya di Flores yang
menarik wisatawan terutama wisatawan mancanegara.
Wae Rebo terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten
Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dari Labuan Bajo, Wae Rebo bisa
dicapai dengan perjalanan darat selama 3-4 jam melalui Denge.
Dari Denge yang merupakan kampung terdekat menuju Wae Rebo, yang terletak di
lembah diantara pegunungan, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama kurang
lebih 4 jam.Medannya bervariasi mulai dari jalanan berbatu, jalan tanah yang
menanjak hingga melewati sungai dengan jembatan bambu.
Wae Rebo berada di lembah gunung dan dataran tinggi.Pada malam hari udaranya
cukup dingin.Tapi bermalam di rumah tradisional Wae Rebo atau disebut dengan
Mbaru Niang, sangat nyaman dan hangat. Warga menyiapkan alas tidur, selimut tebal
yang bersih hingga makan malam untuk pengunjungnya.
Desa Wa Rebo memiliki satu perpustakaan. Pengunjung boleh menyumbangkan
buku bacaan untuk perpusatakaan ini.Sebaiknya buku-buku diserahkan langsung
kepada bapak guru Wae Rebo atau orang dewasa lainnya, bukan kepada anak-anak
Wae Rebo.
E. UPACARA WAELU

Saat hendak memasuki kampung Wae Rebo, setiap pengunjung wajib


membunyikan kentongan bambu yang berada di sebuah gubuk atau bangunan bambu
sebagai penanda kedatangan.Sebelum diterima warga dan tetua adat dengan ritual
penyambutan, pengunjung belum diperbolehkan mengambil gambar ataupun
video.Setiap tamu yang berkunjung ke Wae Rebo wajib melalui Upacara Waelu. Ini
semacam penyambutan bagi pengunjung dimana kepala adat akan menyampaikan
sambutan dan mendoakan pengunjung agar selamat, aman dan tidak ada gangguan
selama berkunjung. Konon dipercaya, pengunjung yang tidak mengikuti Upacara
Waelu akan melalui hal-hal yang aneh.

F. PENDIDIKAN SUKU MODO

Selain sebuah masjid dan kira-kira 125 rumah tiriggal, terdapat sebuah bangunan
lagi yang kecil, tetapi sangat penting artinya, yaitubangunan Sekolah Dasar Komodo.
Akan tetapi, karena hanya ada tiga orangguru (termasuk kepala sekolah) dan empat
ruangan kelas, Sekolah Dasarmi hanya mampu menerima murid barn sekali setiap dua
tahun.SekolahDasar mi telah menamatkan empat murid yang sekarang mi duduk di
SekolahMenengah Tingkat Pertama kelas I di Labuhan Bajo. Pada tahun ajaran
1982/1983, Sekolah Dasar ini memiiki 70 murid.Sekolah Dasar mi didirikan pada
tahun 1965 sebagai sekolah swastadan baru pada tahun 1979 sekolah mi dinegerikan.
Oleh karenajasa sekolahmi, sekarang kira-kira separuh penduduk usia dewasa di
Kampung Komododapat membaca dan menulis walaupun kebanyakan murid (apalagi
muridwanita) telah keluar sekolah sebelum menamatkan pelajarannya.

G. BAHASA SUKU MODO

Suku Modo memiliki baliasa sendiri yaitu bahasa Modo (wana Modo) atau bahasa
Komodo.Bahasa ini dekat dengan bahasa Manggarai.Bahasa Komodo dipakai sebagai
bahasa ibu oleh masyarakat Kampung Komodo di Pulau Komodo.Pulau ml terletak di
antara Pulau Sumbawa di sebelah barat dan Pulau Flores di sebelah timur.Pulau
Komodo (luas 33.937 hektar) bersama-sama dengan Pulau Rinca (luas 19.625 hektar),
Pulau Padar (luas 2.017 hektar) dan pulau-pulau lain yang leblh kecil (misalnya
Papagaran, Mesah, Gill Motang) kebanyakan tidak berpenduduk. Pulau. pulau itu
termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Komodo dengan Labuhan Bajo sebagai ibu
kota kecamatannya, yang terletak di pantai barat daya Flores. Kecamatan Komodo ml
berpenduduk 19.236 jiwa, yang sebagian besar diam di daratan Flores ujung barat,
dan hanya kira-kira 2.000 orang berada di pulau-pulau yang terbesar antara Pulau
Komodo dan Flores. Kecamatan Komodo masuk dalam wilayah Kabupaten
Manggarai dengan ibu kota kabupatennya adalah Ruteng. Bahasa Komodo, selain
dipakai di Kampung Komodo, juga dipakai oleh sebian penduduk di Kampung Rinca
(di Pulau Rinca) dan oleh bebe. rapa keluarga suku Komodo di Kampung Lenteng
dan Kampung Soknar, di pantai barat Flores. Kampung Komodo dan kampung
Papagaran di Pulau Papagaran bersama-sama membentuk satu desa, yaitu desa
Komodo dengan kepala desanya berkedudukan di kampung Komodo.Jarak antara
pulau Paparagan dan Pulau Komodo kira- kira 20 km. Perlu ditambahkan bahwa
bahasa penduduk Kampung Paparagan adalah bahasa Bajo.

H. MATA PENCAHARIAN SUKU MODO

Masyarakat Suku Modo sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan
pemahat.Meskipun lingkungan alamnya dikelilingi taut, mata pencaharian menangkap
ikan tidak begitu berkembang.Sehari-harinya mereka melakukan apa yang disebut
ngenti ihang, yaitu mengumpulkan ikan- ikan kecil, ketam, dan lokan yang pada
waktu air surut tertinggal dalam genangan-genangan air. Pekerjaan ini dilakukan oleh
kaum wanita dan anak-anak.Selain itu sebagian masyarakat Suku Modo berpata
pencaharian sebagai pemahat .Mereka memahat benda yang terbuat dari kayu lalu
menjualnya kepada turis-turis.Sementara itu, masyarakat lainnya bekerja di Labuan
Bajo dan di Taman Nasional Komodo.

Mereka juga secara bersama-sama mengumpulkan agah, yaitu ganggang


(Eucheuma) yang dapat dimakan.Ganggang ini diambil dari laut yang dangkal, ketika
terjadi pasang surut yang waktunya sekitar bulan Nopember sampai April.Mereka
juga meramu buah pohon duli (Tamarindus indica).Buah itu rasanya asam-segar yang
digunakan sebagai bumbu masak dan dipasarkan ke luar daerah itu.


Mereka mengenal kebun komunal yang disebut lingko.Nama dan sistem berkebun
semacam ini tampaknya berasal dari orang Manggarai di pulau Flores.Anggota
kelompoknya lebih sedikit dibanding- kan dengan di Manggarai. Sistem ladang yang
berbentuk lingkaran ini terkait dengan sistem kepercayaan, ditandai tiang pusat magi
yang dinama- kanlodog. Bertolak dari tiang ini tanah dibagi kepada anggotanya
dengan cara tertentu.Ada seorang yang disebut umpu lodog yang bertugas melindungi
kebun itu dari makhluk halus.

Hasil utama dari kebun itu adalah jagung, dan waktu menanam jagung itu ada
upacara yang disebut 'ro Seneng paseg dei.Upacara kerawi lokang diadakan dalam
rangka pesta panen.Selain jagung, mereka bertanam gandong atau jelai (Coix lacryma
jobi), boka atau sorgum, ubi kayu (bojo).ubijalar (tete). waluh(kondang), semangka
(kalende), labu (ponda ndala), waluh abu-abu (halag). pepaya(panja). kacanghijau
(kebue), dan dahulu pernah ditanam padi (pare). Sagu (mbutak) pernah menjadi
makanan utama, tetapi sekarang sebagai makanan selingan atau dimakan pada masa
paceklik jagung atau kekurangan beras.

I. SISTEM KEMASYARAKATAN SUKU MODO

Hubungan sosial di dalam masyarakat, seperti yang tampak di kalangan muda-


mudi, tampak bebas.Para wanitanya tidak terlalu pemalu.Hubungan orang luar dengan
mereka mudah sekali, termasuk bagi orang kulit putih. Para anak muda seringkali
seakan-akan menjalin hubungan pertunangan secara tak resmi tanpa memberitahukan
terlebih dahulu kepada orang tuanya .Pergaulan intim sebelum perkawinan tidak
dikenakan denda, tetapi jika si gadis hamil, dan yang diperkira- kan menghamilinya
harus mengawinya .Mereka mengenal mas kawin (coi) berupa uang sekitar Rp.
40.000,- pada tahun 1977, dan pada tahun 1985 telah menjadi Rp . 200.000,- termasuk
biaya pesta pernikahan. Bila seorang laki-laki "menculik" seorang gadis, ia
membawanya kepada imam (imang). Imam memanggil orang tua kedua belah pihak
dan menetap- kan "harga" wanita sebesar Rp. 110.000,- dan dikawin- kan tanpa pesta.
Perkawinan yang ideal bagi seorang anak laki- laki adalah dengan anak
perempuan saudara laki-laki ibunya, meskipun tidak ada paksaan. Mereka juga
mengenal adat perkawinan sororat yang disebut (campo nani ari-ne), dan adat
perkawinan levirat yang disebut ala wei ko ha; namun perkawinan ini kurang disukai.
Dalam masyarakat ini jarang terjadi perceraian. Seorang laki-laki yang berbuat zina
dengan istcri orang lain didcnda Rp. 5.000,- kepada sang suami. Seorang suami yang
diketahui merayu seorang gadis didend a Rp .15.000 ,-Seorang gadis yang
memutuskan pertunangan harus membayar Rp. I00.000.- bekapada bekas
tunangannya, sedangkan bi la laki -laki yang memutuskan pertunangan harus mem-
bayar 30.000 kepada sang gadis.

J. SISTEM TEKNOLOGI SUKU MODO

Dalam melakukan ngenti ihang, yaitu mengumpulkan ikan- ikan kecil, ketam,
dan lokan yang pada waktu air surut tertinggal dalam genangan-genangan air, kaum
wanita dan anak-anak masyarakat Suku Modo menggunakan umpan untuk mengail
cacing yang dilakukan di pantai atau dengan menggunakan sampan; selain itu
menuba, dan sejak tahun 1973 dikenal cara penangkap- an ikan dengan bagang ini
diperoleh dari orang Bugis. Penangkapan ikan ada yang dilakukan secara komunal
dengan menggunakan jaring (jari) yang panjangnya tujuh sampai I0 meter.lkan yang
di- tangkap dengan jaring ini adalah udang kecil, ikan- ikan kecil dan cumi-cumi.
BAB III

KESIMPULAN

Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah sebuah provinsi di Indonesia


yang meliputi bagian timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di
Kupang dan memiliki 22 kabupaten/kota. Nusa Tenggara Timur juga dihuni oleh
suku-suku pendatang yaitu orang-orang keturunan Cina, Arab, Bugis, Makasar,
Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku lainnya.
Suku Modo adalah Suku yang mendiami pulau Komodo, yang termasuk bagian
dari wilayah Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Mereka
menamakan dirinya ala Modo, yang artinya "orang Modo" dan pulau yang mereka
diami itu mereka sebut uma Modo.J.A.J. Yerheijen (1989) menamakan penduduk
pulau ini dengan namaorang Komodo, sesuai dengan kebiasaan penamaan dari pihak
luar.

Hampir seluruh penduduk pulau ini beragama Islam, kecuali beberapa orang
pendatang yang menetap buat sementara di sana. Suku Komodo juga terkenal dengan
seni beladirinya yaitu Peresean. Wae Rebo merupakan rumah Suku Modo. Wae Rebo
terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai
Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di Suku Modo sebagian besar masyarakatnya
lulus pendidikan sekolah dasar karena telah adanya sekolah dasar yang didirikan
disitu. Suku Modo memiliki baliasa sendiri yaitu bahasa Modo (wana Modo) atau
bahasa Komodo. Masyarakat Suku Modo sebagian besar bermata pencaharian sebagai
nelayan dan pemahat. Hubungan sosial di dalam masyarakat, seperti yang tampak di
kalangan muda-mudi, tampak bebas.Para wanitanya tidak terlalu pemalu.Hubungan
orang luar dengan mereka mudah sekali, termasuk bagi orang kulit putih. Masyarakat
Suku Modo menggunakan umpan untuk mengail cacing yang dilakukan di pantai atau
dengan menggunakan sampan; selain itu menuba, dan sejak tahun 1973 dikenal cara
penangkap- an ikan dengan bagang ini diperoleh dari orang Bugis.
DAFTAR PUSTAKA

Yerheijen, J.A.J.
1987 Pulau Komada: Tanah, Rakyat, dan Bahasanya, Jakarta


:Balai Pustaka.

Susanto, Edi. 2018 .Peresean . Jurnal. Yogyakarta: ISI Yogyakarta

Margono, dkk . 1987. Struktur Bahasa Komodo .Jakarta .Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Melalatoa , M. Junus. 1995 .Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia


Jakarta:Departemen Pendidikandan Kebudayaan RI.

[Internet].[Akses 21 Desember 2019].Tersedia Pada


https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur

[Internet].[Akses 22 Desember 2019].Tersedia


Padahttps://nttbangkit.wordpress.com/suku-di-ntt/
[Internet].[Akses 22 Desember 2019].Tersedia
Padahttp://lombok.panduanwisata.id/wisata-sejarah/wisata-sejarah-di-
lombok/
[Internet].[Akses 22 Desember 2019].Tersedia
Padahttp://repositori.kemdikbud.go.id/3872/1/struktur%20bahasa%20komodo%20%2
0%20%20%20126.pdf

[Internet].[Akses 21 Desember 2019].Tersedia Padahttp://komodo.indonesia-


tourism.com/ata_modo.php

[Internet].[Akses 21 Desember 2019].Tersedia


Padahttps://www.floresplus.net/komodos-ata-modo-tribe/

[Internet].[Akses 21 Desember 2019].Tersedia


Padahttps://pesona.travel/keajaiban/398/trekking-ke-wae-rebo-mengunjungi-rumah-
suku-modo

Anda mungkin juga menyukai