Anda di halaman 1dari 16

Judul

; Gajah Mada Madakaripura Hamukti Moksa

Pengarang
Penerbit
Tempat terbit
Tahun Terbit
Tebal

; Langit Kresna Hariadi


; Tiga Serangkai
; Solo
; 2007
; 582 hal

DISUSUN OLEH ;
Nama
No. Absen
NIM
Kelas

; Kusmana
;8
; 0803736
; Bahasa Indonesia

TEMA ;
Turunnya tahta Mahamantrimukya Gajah Mada karena
Perang Bubat yang menewaskan Raja Sunda Galuh,
Permaisuri dan Puteri Raja (calon permaisuri Prabu
Hayam Wuruk), selanjutnya melahirkan dendam
kesumat untuk menuntut balapati perdana menteri
Majapahit.

TOKOH DAN PENOKOHAN (1)


Gajah Mada (Mahapatih Kerajaan Majapahit, Yang Bergelar

Mahamantrimukya Rakrian Mahapatih Gajah Mada, seorang


pemberani gagah perkasa, teguh akan janji, sakti, ambisius)
Prabu Hayam Wuruk (Raja Majapahit, bijaksana, rapuh oleh wanita)
Dyah Ganitri (Emban Dyah Pitaloka Citraresmi, Bebanten yang
beraniUntuk Membalaskan Dendam Kepada Gajah Mada)
Kanuruhan Gajah Enggon (Pejabat Kementrian Kerajaan Majapahit
Setingkat Menko)
Pasangguhan Gagak Bongol (Pejabat Kementrian Majapahit Setingkat
Menteri)
Tumenggung Macan Liwung (Pejabat Kementrian Majapahit Setingkat
Gubernur)
Prabu Maharajab Linggabuana (Raja Sunda Galuh Yang Terbunuh Saat
Perang Bubat)
Dewi Lara Linsing (Permaisuri Raja Sunda Galuh Yang Bunuh Diri Saat
Perang Bubat)
Dyah Pitaloka Citraresmi (Sekaton Sunda Galuh Yang Diperuntukan
Menjadi Calon Istri Prabu Hayam Wuruk Yang Bunuh Pada Saat
Perang Bubat)

TOKOH DAN PENOKOHAN (2)


Pradhabasu (Mantan Senopati Majapahit Yang Mengundurkan Diri

Sebagai Bentuk Protes Atas Perilaku Pasangguhan Gagak Bongol Yang


Berlaku Sewenang-wenang)
Ki Ajar Swar Singur (Orang Sakti Dari Kerajaan Sunda Galuh Yang
Merestui Dyah Ganitri Untuk Menjadi Bebanten Ke Majapahit)
SENOPATI GAJAH SAGARA (Anak Kandung Kanuruhan Gajah
Enggon)
Dyah Wiyat Raja Dewi Maharajasa (Adik Kandung Sri Gitarja, Anak
Kedua Perkawinan Gayatri Dengan Raden Wijaya)
Dyah Menur Sekar Tanjung (Istri Pradhabasu Dan Mantan Istri
Kudamerta)
Dyah Pretiwi (anak Pradhabasu dan Dyah Menur)
Senopati Dyah Bhirawa (Anak Dyah Sonder )
Dyah Sonder (Mantan Mahamantri Hino Yang Dilengserkan Oleh
Gajah Mada Karena Terbukti Korupsi)
Ki Sangga Rugi (Tetangga Pradhabasu)
Kuda Swabaya (Anak Pradhabasu Dan Dyah Menur Sekar Tanjung)

TOKOH DAN PENOKOHAN (3)


Sang Prajaka/Rishang Saniscara Patriawhura (Anak Angkat

Pradhabasu Putera Dari Mahisa Kin Kin Yang Kawin Dengan Adik
Pradhabasu Yang Mati Oleh Pasangguhan Gagak Bongol Pada
Pemberontakan Rakrian Kuti)
Arya Sambit (Kawan Sebaya Sang Prajaka)
Wira Sardha (Kawan Sebaya Sang Prajaka)
Ibu Suri Sri Gitarja (Ibu Prabu Hayam Wuruk)
Sri Kertawardana (Ayah Prabu Hayam Wuruk)
Raden Kudamerta (Suami Dyah Wiyat Raja Dewi Maharajasa, Bergelar
Wijaya Rasa Sang Apanji Wahninghyun, Juga Disebut Breh Wengker
Hyang Prameswara)
Dang Arca Narendra (Pemuka Syiwa)
Dang Acarya Smaranatha (Pemuka Buddha)
Patih Hyang Bunisora (Patih Kerajaan Sunda Galuh)
Niskala Wastu Kencana (Anak Sri Baduga Maharaja Linggabuana,
Adik Dyah Pitaloka Citraresmi)

ALUR CERITA (1)


BAGIAN SATU ;
LATAR (PALAGAN BUBAT, MAJAPAHIT, SIANG HARI)
Kedatangan rombongan Kerajaan Sunda Galuh dengan tujuan
untuk melakukan lamaran terhadap Prabu Hayam wuruk berubah
menjadi peperangan yang tidak berimbang. Hal itu karena Gajah
Mada menghadang rombongan di lapangan Bubat, dengan
pemaksaan pengakuan kedaulatan Majapahit atas Sunda Galuh
(satu-satunya Kerajaan yang belum tertaklukan di nusantara) yang
ditolak demi sebuah harga diri. Niatan berpesta berubah menjadi
rajapati, akibatnya Raja Sunda Galuh terbunuh, Permaisuri lampus
diri, di ikuti Dyah Pitaloka Citraresmi (calon pengantin Prabu
Majapahit), sehingga Gajah Mada dipersalahkan.

ALUR CERITA (2)


BAGIAN DUA ;
LATAR (TATAG RAMBAT BALE MANGUNTUR /BALAI
PERTEMUAN, IBU KOTA KERAJAAN MAJAPAHIT)

Prabu Hayam Wuruk berduka, seluruh pejabat kerajaan


panik karena harus mempertanggungjawabkan peristiwa
Bubat kepada Rakyat Sunda Galuh. Akhirnya, Sidang Pahom
Narendra (sidang kabinet) memutuskan untuk mencopot
jabatan Gajah Mada, selanjutnya mengirim untusan dua
pemuka agama syiwa dan budha untuk menyampaikan berita
pati kepada kerajaan Sunda Galuh sekaligus permohonan
maaf atas kecerobohan Mahapatih Majapahit.

ALUR CERITA (3)


BAGIAN TIGA ;
LATAR (JALUR IBU KOTA KERAJAAN SAMPAI
SAPIH/TEMPAT GAJAH MADA MENJALANI HAMUKTI
MOKSA)
Selama perjalanan sebelum sampai ke tempat tujuan, Gajah
Mada melalui hutan dan pedukuhan dengan penuh kisah
sebelum akhirnya sampai ke Madakaripura(nama Sapih
setelah di tempati Mahapatih). Penderitaan rakyat, perang
saudara Salaeces-Pamadan, hingga penjarahan kampung
Sawung Galing oleh oknum prajurit Majapahit. Selama
hampir setahun Gajah Mada menjalani hamukti moksa di
tempat baru yang ia namakan padepokan madakaripura.

ALUR CERITA (4)


BAGIAN EMPAT ;
LATAR (IBU KOTA KERAJAAN)
Sepeninggal Gajah Mada dan selepas kedatangan utusan
yang menyampaikan berita ke Sunda Galuh, Majapahit
hampir bisa dikatakan porak-poranda. Kekacauan itu dipicu
oleh pengaruh kekosongan jabatan mahapatih selama
setahun karena tidak ada yang berani dan merasa mampu,
akibatnya negara-negara bawahan bergejolak. Upaya balas
dendam Sunda Galuh telah nampak jelas, bahkan utusan
yang dicurigai oleh Majapahit berhasil menikah dengan
Gajah Sagara putera Kanuruhan Gajah Enggon (setingkat
Menteri Koordinator).

ALUR CERITA (5)


BAGIAN LIMA ;
LATAR (TATAG RAMBAT BALE MANGUNTUR, IBU KOTA
KERAJAAN MAJAPAHIT)
Melihat kemunduran Majapahit, Sidang Pahom Narendra
memutuskan untuk mengangkat kembali Gajah Mada
sebagai Mahamantrimukya. Selanjuntya Prabu Hayam
Wuruk dan pejabat Istana berencana menemui Gajah Mada
di Sapih untuk menyampaikan berita gembira bagi
mahapatih. Kesempatan ini digunakan oleh utusan Sunda
Galuh sebagai waktu yang pas untuk membalas dendam
akibat perang bubat terhadap Gajah Mada.

ALUR CERITA (5)


BAGIAN LIMA ;
LATAR (SAPIH/MADAKARIPURA)
Pertemuan antara Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada tidak
berlangsung baik. Utusan Sunda Galuh yang menjadi bebanten
(rela berkorban) bagi rajanya memanfaatkan moment. Gajah
Sagara yang berhasil dibujuk oleh Dyah Ganitri (wanita utusan
Sunda Galuh untuk membunuh Gajah Mada). Namun upaya
perencanaan pembunuhan Gajah Mada gagal, karena kesaktian
Gajah Mada yang tak tertandingkan. Tetapi diluar dugaan Gajah
Sagara yang merupakan Lurah Prajurit Bhayangkara adalah
pembunuh. Akhirnya, para utusan Sunda Galuh ditangkap namun
di bebaskan kembali.

SUDUT PANDANG
Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga,
karena sumber-sumber tulisan berasal dari orang lain
(orang kedua). Dilihat dari proses pembuatannya yang
mengumpulkan dari orang terkait atau orang lain.

GAYA PENULISAN
Gaya penulisan tidak merepotkan pembaca, walaupun
masih banyak kesulitan untuk bahasa namun pada
dasarnya dikasihkan keterangan secara baik, terbuka.

KUTIPAN
Dengan kebebasan yang aku miliki, aku bisa berada di mana
pun dalam waktu lama tanpa harus terganggu oleh
keinginan pulang. Lebih dari itu, aku berharap apa yang ku
lakukan itu akan menyempurnakan pilihan akhir hidupku
dalam semangat hamukti moksa.
Biarlah orang mengenangku hanya sebagai Gajah Mada yang
tanpa asal-usul, tak diketahui siapa orang tuanya, tak
diketahui dimana kuburnya, dan diketahui anak turunnya.
Biarlah Gajah Mada hilang lenyap, moksa tidak diketahui
jejak telapak kakinya, murca berubah bentuk menjadi
udara.

AMANAT
Jangan ceroboh dan ambisius.
Harus mampu melakukan kaderisasi kepemimpinan.
Siaga dari ancaman musuh.
Bijaksana sebagai pemimpin.
Hati-hati, perempuan bisa menjadikan kita celaka
dalam mengurusi hal kenegaraan.
F. Pandai bersiasat dalam melakukan peperangan.
G. Harus memiliki kewibawaan dan kekuatan sebagai
pemimpin.
H. Pemaaf, sebagai penyelesai konflik.
A.
B.
C.
D.
E.

Anda mungkin juga menyukai