Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH MUSEUM DR MOHAMMAD SALEH

KOTA PROBOLINGGO TAHUN 1930-2013

Museum merupakan suatu bagian dari sebuah lingkungan hiburan serta


budaya yang lebih luas, yang dikuasai oleh seorang pengunjung dan memiliki
tuntutan tinggi, serta mencari pengalaman mendalam dan pengaturan yang hemat
terhadap waktu.

Museum merupakan suatu institusi non Profil dan permanen didalam suatu
pelayanan masyarakat serta pengembangannya terbuka bagi seluruh public, museum
yang mempunyai manfaat serta tujuan yang diinternalisasi oleh individu, komunitas
lokal, dan masyarakat secara umum.

Pada level individual, museum berkontribusi untuk meningkatkan keyakinan


dan kebanggaan penduduk lokal dan museum menyumbang untuk akuisisi
pengetahuan dan kompetensi baru, dan pada level komunitas lokal dan masyarakat
secara umum (Joseph A, 2015).

Salah satu tempat bersejarah yang berkontribusi sebagai pelayanan


masyarakat yaitu Museum Dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Museum Dr Moh Saleh
kota Probolinggo merupakan museum yang berisi mengani koleksi-koleksi
sepeninggalan Dr Moh saleh.

Dr. Mohamad Saleh adalah seorang tokoh yang berjiwa ahli kedokteran
hingga akhir hayatnya dihabiskan di Probolinggo dan memberikan peranan besar
pada masyarakat Probolinggo.

Dr. Mohamad Saleh ditugaskan di Probolinggo sebagai seorang dokter


pribumi oleh Belanda. Mas Moehammad Saleh bin Sastrodikromo nama asli dari Dr.
Mohamad Saleh lahir di Simo-Jawa Tengah 15 Maret 1888 anak kelima dari 5
bersaudara dari pasangan H. Sastrodikromo dan Hj. Nalirah.
Dr. Moh Saleh wafat pada 2 Maret 1952 di Probolinggo makamnya berada di
Kelurahan Wiroborang Pesarean “Astono Mulyo” Probolinggo. Dr. Mohamad Saleh
menikah dengan Emma Naimah (Nyak Em) binti Daeng Moehsin dan dikaruniai 11
anak.

Pada saat umur 20 tahun beliau mengenyam pendidikan di STOVIA (School


tot Opleiding van Inlandsche Artsen) Sekolah Pendidikan Dokter Boemi Poetra.

Usai kelulusan Dr. Mohamad Saleh dari STOVIA, beliau ditugaskan oleh
Belanda sebagai dokter pribumi. Awal penempatan tugasnya dimulai dari Jakarta,
Boyolali-Jawa Tengah, Kolonedale-Sulawesi Tengah, Bondowoso, Pasuruan, dan
disaat usianya hampir 50 tahun yakni pada sekitar tahun 1930-an beliau sampai di
Probolinggo.

Di Probolinggo Dr. Mohamad Saleh tinggal di rumah sekaligus menjadi


rumah sakit pertama di Probolinggo yang merupakan rumah bekas pemerintah
Belanda tinggal sebelumnya. Yakni di Jl. Laoet nomor 1 (saat ini menjadi Jl. dr. Moh
Saleh nomor 1).

Beliau sampai akhir hayatnya berada di Probolinggo, makamnya pun berada


di sebelah istri beliau yang telah meninggal terlebih dahulu pada 26 Juli 1949 di
Pesarean “Astono Mulyo” Kelurahan Wiroborang, kecamatan Mayangan-Kota
Probolinggo.

Peran Dr. Mohamad Saleh yaitu membuka klinik mengobati pasien-pasien


Belanda dan masyarakat Probolinggo. Dalam rumah tersebut terdapat loteng rahasia
di atas atap ruang meja makan, yang digunakan Dr. Mohamad Saleh sebagai tempat
mengobati pejuang-pejuang yang terluka agar tidak diketahui oleh Belanda. .

Awal kemerdekaan Dr. Mohamad Saleh diberi wewenang oleh Pemerintah


Indonesia untuk memimpin sebuah rumah sakit umum di Probolinggo bersama dua
orang dokter pertama yang berdinas disana yaitu dr. Sardadi dan dr. Pyter dari Swiss.

Pada tahun 1960-an rumah sakit tersebut diambi alih oleh pemerintah
Kotamadya Probolinggo sehingga menjadi Rumah Sakit Kotja Probolinggo. Pada
tahun 1983 Rumah Sakit Kotja Probolinggo berubah nama menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Mohamad Saleh, sebagai bentuk apresiasi pemerintah kota
Probolinggo atas jasa-jasa beliau di Probolinggo.

Dengan begitu Rumah dari Dr Mohammad saleh menjadi tempat huni asli Dr
Mohammad saleh dan tidak lagi dicampuri oleh Rumah dinas atau Rumah sakit.

Kemudian pada tahun 1952 Dr Mohammad Saleh meninggal dan sementara


itu Rumah Dr Mohammad Saleh di huni oleh anak-anak dari Dr Mohammad saleh,
karena dengan adanya tugas atau urusan masing-masing maka anak-anak dari Dr
Mohammad Saleh ini berpencar ke lain kota untuk melanjutkan pendidikan serta
karirnya.

Namun terakhir kali yang tinggal di Rumah tersebut yaitu anak dari Dr
Mohammad Saleh nomor ke sepuluh yang bernama bapak Abu Bakar Saleh. Seiring
berjalannya waktu anak ke sepuluh dari Dr Mohammad Saleh yang bernama Abu
Bakar Saleh itu meninggal dunia di Probolinggo pada tanggal 12 Februari 2008.

Akhirnya Rumah tersebut menjadi kosong atau tidak ada yang berpenghuni
dari tahun 2008 hingga tahun ke 2012. Kemudian Rumah Dr Mohammad Saleh di
resmikan Menjadi Museum Dr Mohammad Saleh pada tanggal 26 Maret 2013.

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai