Anda di halaman 1dari 27

Nama : Imam Akbar

Nim : 602180025
Jurusan : Komunikasi Dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas : Dakwah
Judul : Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan
Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata
Budaya
A. Latar Belakang
Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang cukup berpotensial
untuk dikelola dan dikembangkan secara optimal. Pembangunan dan
pengembangan sektor wisata ini tentunya dapat membantu perekonomian
yang ada didaerah tersebut sehingga dapat meningkatkan tingkat pendapatan
masyarakat di daerah itu. Wisatawan yang datang tentunya memiliki beragam
tujuan, ada yang ingin berekreasi bersama kerabat atau keluarga maupun ingin
menambah pengetahuan tentang objek wisata yang dituju.
Pariwisata sebagai salah satu pendorong peningkatan perekonomian dapat
dikatakan memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik
sebagai salah satu sumber pencipta lapangan kerja maupun penghasil devisa.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengembangan pariwisata
haruslah senantiasa tercipta inovatif yang berkelanjutan dan ditingkatkan baik
dalam hal publikasi serta memaksimalkan pemanfaatan sumber daya dan
potensi kepariwisataan, sehingga nantinya mampu mendorong dan
menggerakkan sektor-sektor perekonomian lainnya.1
Pariwisata menjadi salah satu aspek pembangunan yang dewasa ini
mendapatkan perhatian lebih, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
Berbagai upaya pengembangan potensi wisata terus dilakukan pemerintah, hal
ini dikarenakan pariwisata memiliki peranan yang sangat potensial dan
strategis dalam pembangunan daerah dan turut menunjang pembangunan
1
Arisman, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Pengembangan
Objek Wisata Danau Sipin Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah” Thesis (Jambi: Program
Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,2019), 1.
nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk
meningkatkan pendapatan perekonomian nasional dan daerah. Sektor
pariwisata yang baru-baru ini sedang digencarkan oleh Kementrian Pariwisata
yaitu pengembangan wisata berbasis budaya di berbagai wilayah Indonesia.
Pariwisata berbasis budaya lebih memfokuskan pada pengalaman baru dari
tempat dan kegiatan yang mereprentasikan cerita-cerita masa lalu dan
kekinian. Berbagai festival, ritual, museum, teater dan fasilitas budaya, serta
situs-situs bersejarah merupakan elemen wisata warisan budaya (cultural
heritage tourism) yang menjadi tujuan wisatawan pada saat ini.
Pengembangan wisata warisan budaya yang sedang diminati oleh wisatawan
global adalah wisata tematik berbasis budaya dalam bentuk jalur budaya atau
culture route. Wisata tematik berbasis budaya dalam bentuk jalur budaya ini
merupakan produk wisata yang merangkai beberapa daya tarik budaya dan
destinasi wisata dalam pola perjalanan yang terencana dengan tema, narasi
atau cerita tertentu. Program wisata berbasis budaya adalah salah satu upaya
pemerintah membangun destinasi pariwisata yang bertujuan untuk
meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat.2
Menurut Swarbrooke Pengembangan pariwisata merupakan rangkaian
upaya dalam menciptakan keterpaduan penggunaan sumber daya pariwisata
dan upaya dalam mengintegrasikan aspek di luar pariwisata untuk mendukung
upaya pengembangan pariwisata. Tanpa adanya upaya pengembangan
pariwisata, penyelenggaraan pariwisata tidak dapat berjalan dengan
semestinya. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata dianggap menjadi
aspek yang sangat krusial dalam kepariwisataan.
Kota Jambi merupakan ibu kota dari Provinsi Jambi yang terletak di Pulau
Sumatera, Indonesia memiliki luas wilayah ± 205.38 km². Pada tahun 2016
tercatat 11 kecamatan yang ada di Kota ini. Kota Jambi dibelah Sungai
Batanghari menjadi dua bagian yaitu Kota Jambi dan Seberang Kota Jambi
(Sekoja). Dengan luas wilayah tersebut Kota ini memiliki berbagai macam
2
Nova Yohana dan Yasir Rumyeni, “Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata
Kebudayaan, Kepemudaan Dan Olahraga Dalam Mengembangkan Potensi Desa Wisata Di
Kabupaten Bengkalis”, Jurnal Komunikasi, Vol. Xiii No. 01, Maret 2019: 1-12
objek wisata yang ada. Banyaknya destinasi wisata di Kota Jambi yang
menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, namun potensi wisata Kota ini
belum terlalu dikenal oleh para wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara. Destinasi wisata yang dimiliki Kota Jambi diantaranya yaitu
wisata alam, wisata rekreasi, wisata kuliner, wisata budaya, wisata sejarah dan
kategori wisata lainnya.
Salah satu dari kawasan strategis dalam pengembangan pariwisata
nasional dengan corak wisata budaya tersebut ialah Seberang Kota Jambi.
Seberang Kota Jambi atau Sekoja berada di bagian utara Kota Jambi yang
dipisahkan oleh sungai Batanghari. Walaupun hanya berjarak beberapa ratus
meter dari pusat Kota, namun Sekoja jauh tertinggal dibandingkan dengan
bagian Kota Jambi yang lain. Tidak ada gedung tinggi, apalagi mall, yang ada
hanyalah rumah-rumah panggung khas Jambi.
Seberang Kota Jambi adalah wajah Kota Jambi sebenarnya, tempat warga
asli melayu jambi tinggal beserta budaya dan adat istiadatnya, serta tempat
peninggalan benda bersejarah yang masih bertahan dan terjaga dengan baik
dari gerusan zaman. Sekoja bersebelahan dengan pusat kota Jambi, namun
untuk menuju kesana harus melintasi sungai Batanghari terlebih dahulu
menggunakan Getek (atau Ketek) ataupun perahu wisata tradisional Jambi
yaitu “Kajang Lako”.3
Seberang Kota Jambi bukanlah seperti kota pada umumnya, namun lebih
terasa berada di tengah perkampungan tradisional. Sekoja memang seperti
kampung di tengah Kota. Masyarakat Melayu Jambi sangat menjaga budaya
dan tradisi secara turun temurun. Mulai dari rumah yang mereka tempati yang
sebagian besar masih berupa rumah panggung khas Jambi. Arsitektur rumah
tradisional di Sekoja adalah perpaduan antara budaya Melayu, Tionghoa, dan
Arab, karena ketiga budaya inilah yang memang sejak awal membentuk
kawasan Sekoja menjadi seperti adanya sekarang.

3
Andi Arman, “Menelisik Sejarah Jambi Kota Sebrang”, diakses melalui alamat
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/menelisik-sejarah-jambi-kota-seberang/, Tanggal
23 November 2021
Masyarakat Seberang Kota Jambi merupakan keturunan Arab yang
bercampur dengan pribumi Melayu melalui pernikahan. Di masa lalu banyak
para pedagang dari Arab yang melakukan perdagang di kawasan ini. Hasil
interaksi yang terus berlangsung menjadi wadah saling mempelajari budaya
hingga menghasilkan budaya keagaaman Arab Melayu Seberang Kota Jambi.
Penamaan budaya Arab Melayu berdasarkan asal dari budaya ini yakni Arab
dan Melayu.
Suasana Islam sangat kental sekali di Sekoja, terbukti dengan banyaknya
Masjid, Madrasah dan Pondok Pesantren. Salah satu bukti nyata Sekoja
sebagai kampung yang kental sekali dengan keislamannya, yakni terdapat
Masjid tertua di Kota Jambi yaitu Masjid Ikhsaniyyah atau yang lebih dikenal
dengan nama Masjid Batu. Masjid ini didirikan pada tahun 1880 oleh Sayyid
Idrus. Masjid Batu ini didirikan Sayyid Idrus untuk memenuhi fungsi tempat
ibadah bagi masyarakat Seberang Kota Jambi. Masyarakat kota Jambi waktu
itu yang sudah fanatik keislamannya memanfaatkannya sebagai tempat ibadah
dan kegiatan sosial lainnya. Bangunan masjid ini telah mengalami perluasan
oleh pemerintah Belanda semasa penjajahan dengan mempertahankan ciri ciri
khas utamanya demi menjaga nilai historis-nya.
Budaya keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi ialah berbentuk
berbagai kegiatan masyarakat seperti kegiatan peringatan Assyura, perayaaan
Nisfu Sya’ban, Burdah, Nginau, Nuak Ketan, Nyukur bayi, Ziarah Kubur,
Gambus, tari Zapin, tari Dana Syarah dan Hadrah. Budaya keagamaan Arab
Melayu ini memuat nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan. Hal yang penting pada budaya keagamaan Arab Melayu
Seberang Kota Jambi ini adalah masih dilestarikan oleh masyarakat.4
Dalam islam, umat Islam diwajibkan menjaga tradisi Islami dan
melestarikan budaya yang sesuai dengan syari'ah Islam. Sedangkan budaya
yang kosong tanpa warna agama, maka diwarnai dengan Islam. Sementara
budaya yang bertentangan dengan Islam, wajib diubah secara bijak, dengan
4
Ari Yuda Kusuma dan Aman, “Budaya Keagamaan Arab Melayu Seberang Kota Jambi,
Religious Culture Arab Melayu Seberang Of Jambi City”, (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta), 241
memperhatikan kerifan lokal dan selanjutnya bersih dan hilang. Allah SWT.
berfirman dalam surah An-Nahl ayat 123 yaitu :

‫ان ِم َن ْال ُم ْش ِر ِكي َْن‬


َ ‫ْك اَ ِن اتَّبِ ْع ِملَّةَ اِب ْٰر ِه ْي َم َحنِ ْيفًا َۗو َما َك‬
َ ‫ثُ َّم اَ ْو َح ْينَٓا اِلَي‬
"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama
Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.”". (Q.S. An-
Nahl surah :16 ayat : 10)5
Penjelasan ayat diatas adalah perlunya melestarikan budaya yang sudah
sesuai dengan syari'ah agama. Budaya Ibrahim dijamin benar oleh Allah SWT,
maka benar kita diperintahkan mengikuti. Perintah tersebut adalah wahyu
(tsumma awhaynaa ilayka) yang mesti benar dan mesti dipatuhi. Bahwa segala
lelampah Ibrahim A.S. itu juga wahyu dan sama sekali tidak terindikasi
kemusyrikan sedikit pun.6
Dengan ditetapkannya Seberang Kota Jambi sebagai pusat wisata berbasis
budaya. Dalam mengambangkan wisata berbasis budaya, Pemerintah Kota
Jambi melalui Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan memerlukan manajemen
dan pelaksanaan yang melibatkan seluruh lapisan, tidak hanya melibatkan
perhatian dari pemerintah tetapi juga masyarakat dan para stakeholder yang
nantinya akan menjadi bagian pelaksana atau pengelola dari program wisata
berbasis budaya ini. Oleh karena itu kesiapan kawasan yang dijadikan Pusat
Wisata Kota Jambi harus diimbangi dengan kemampuan untuk membangun
jejaring pasar dengan para pelaku industri pariwisata, dengan berbagai bentuk
kerjasama dan pengembangan media promosi sehingga potensi kawasan
tersebut muncul dalam peta produk dan pemaketan wisata di daerah, regional,
nasional maupun internasional.
Keberhasilan kegiatan komunikasi banyak ditentukan oleh manajemen
komunikasi yang diterapkan. Di lain pihak jika tidak ada manajemen

Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta : Lajnah Pentashihan


5

Mushaf Al-Qur’an, 2009 ),


6
Musta'in Syafi'ie, “Tafsir Al-Nahl 123: Dilarang Melestarikan Budaya Buruk ”, diakses
melalui alamat https://kumparan.com/bangsaonline/tafsir-al-nahl-123-dilarang-melestarikan-
budaya-buruk/, tanggal 23 November 2021.
komunikasi yang baik, efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan
menimbulkan pengaruh negatif. Manajemen komunikasi yang baik dalam
suatu organisasi akan menentukan tingkat keberhasilan dari organisasi tersebut
dalam mencapai target dan sasaran. Manajemen komunikasi akan
mengarahkan cara dan pola komunikasi kepada orang-orang yang berada di
dalam organisasi (internal) dan orang-orang yang memungkinkan akan terlibat
dalam aktivitas organisasi (eksternal). Arah pengembangan kawasan Pusat
Wisata Budaya Seberang Kota Jambi diarahkan kepada komitmen yang kuat
dari aktor-aktor atau agen-agen yang terlibat, negara, pemerintah (provinsi,
kabupaten, kelurahan), masyarakat, perguruan tinggi dan sektor swasta
termasuk individu untuk bersatupadu saling terkoordinasi dalam sistem baku
menjadikan Seberang Kota Jambi sebagai kawasan pusat wisata budaya.
Dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut. maka penulis
mengambil judul: Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan Potensi Jambi
Seberang sebagai Pusat Wisata Budaya

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang penulis pikirkan di atas maka ada
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa saja Model Manajemen Komunikasi yang digunakan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan Potensi Seberang
Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya?
2. Bagaiaman Penerapan Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata Kota
Jambi Dalam Mengembangkan Potensi Seberang Kota Jambi Sebagai
Pusat Wisata Budaya?
3. Apa Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Komunikasi Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan Potensi
Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai batasan dan rumusan masalah yang di atas, maka dapat
dihipotesakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan Model Manajemen Komunikasi yang digunakan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan
Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya
2. Untuk mengetahui Penerapan Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata
Kota Jambi Dalam Penegembangan Potensi Seberang Kota Jambi Sebagai
Pusat Wisata Budaya
3. Untuk mendeskripsikan Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen
Komunikasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam
Mengembangkan Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata
Budaya

D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoris
Penelitian ini secara umum bisa mendalami tentang pengetahuan kita
dalam mengenal Potensi Wisata Seberang Kota Jambi Sebagai Pusat Wisata
Budaya dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berkaitan
dengan pertama, sebagai bahan pembelajaran atau referensi tambahan bagi
mahasiswa terutama mengenai Manajemen Komunikasi yang telah diterapkan
suatu lembaga maupun organsisasi. Kedua, dapat dijadikan sebuah bahan rujukan
atau referensi untuk penelitian-penelitian yang berhubungan dengan manajemen
komunikasi.

E. Batasan Masalah
Penelitian ini di teliti di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi
dalam hal ini penulis memfokuskan dalam mendalami Manajemen Komunikasi
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan Potensi
Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya. Jadi, penulis mencoba
membatasi penelitian ini supaya lebih terarah yaitu hanya melihat Manajemen
Komunikasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam
Mengembangkan Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya.

F. Kerangka Teori
1. Manajemen
Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen secara umum sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa kegiatan manajer untuk mencapai tujuan organisasi/
perusahaan, dilakukan dengan mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa
saja yang mungkin diperlukan, bukan dengan cara melaksanakan sendiri
perkerjaan itu.
T.H. Nelson dan Oey Liang Gie berpendapat bahwa manajemen adalah
perpaduan ilmu dan seni. Manajemen dinyatakan sebagai ilmu karena merupakan
suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis dan telah diterima sebagai
kebenaran kebenaran yang universal. Dengan ilmu manajemen, pengelola
perusahaan/ organisasi mampu mengenali dan mempelajari masalah-masalah
dengan baik; dan dengan seni manajemen, pengelola mampu menentukan sikap
dan mengambil keputusan serta memecahkan masalah secara cepat dan tepat.
Stephen P. Robbins dan James A.F. Stoner mengungkapkan 4 (empat)
fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan, yaitu menentukan tujuan organisasi, me netapkan strategi
keseluruhan untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan hierarki rencana
yang menyeluruh untuk memadukan dan mengoordinasikan kegiatan ter sebut.
Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa para manajer terlebih dahulu
memikirkan tujuan dan kegiatan nya berdasarkan metode, rencana atau logika
tertentu.
2. Pengorganisasian, yaitu menetapkan tugas-tugas yang harus dikerjakan, siapa
yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokkan, siapa melapor
kepada siapa, dan di mana keputusan harus diambil. Dalam pengorganisasian
manajer mengoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang
dimiliki oleh perusahaan/organisasi. Efektivitas suatu organisasi ber gantung
pada kemampuan manajer untuk mengerahkan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi
3. Kepemimpinan, yaitu mencakup hal memotivasi bawahan. mengarahkan orang
lain, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan
konflik yang ter jadi. Kepemimpinan juga menunjukkan bagaimana para
manajer mengerahkan dan memperngaruhi bawahannya. serta menggunakan
orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu. Dengan menciptakan suasana
yang kondusif dan menyenangkan, secara tidak langusng manajer telah
membantu karyawan kearah peningkatan produktivitas kerja yang optimal.
4. Pengendalian, yaitu memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan kegiatan
itu dicapai sesuai dengan yang di rencanakan dan mengoreksi setiap
penyimpangan yang berarti. Dalam pengendalian manajer berusaha semak
simal mungkin agar mekanisme kerja organisasididorong kearah pencapaian
tujuan. Apabila dalam pelaksanaan nya terjadi penyimpangan atau kesalahan
prosedur, para manajer harus berusaha mencari penyebab dan solusi yang tepat
agar mekanisme kerja perusahaan/organisasi dapat berjalan sesuai rencana.
Penjelasan di atas menunjukkan peran masing-masing anggota organisasi/
perusahaan yang terkoordinasi melalui penjabaran fungsi-fungsi manajemen.
Fungsi tersebut diaplikasikan kedalam kegiatan organisasi yang saling
berhubungan satu sama lain, sebagai proses yang sistematis, dengan
menggunakan semua sumber daya organisasi/perusahaan seperti keuangan,
peralatan, informasi, dan orang-orang yang terlibat di dalamnya7.
Aspek-aspek manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian digambarkan sebagai berikut:

7
Deddy Satria M, Pengantar Manajemen Komunikasi (Bandung: Manggu Makmur Tanjung
Lestari, 2021), 9-12
PERENCANAAN

MANAJEMEN
PENGORGANISASIAN
TUJUAN
ORGANISASI
KEPEMIMPINAN

PENGENDALIAN

Fungsi-fungsi Manajemen

2. Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan interaksi yang sangat penting dalam
semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi merupakan urat nadi kehidupan
sosial manusia, karena seluruh kegiatan ma nusia dimulai dengan komunikasi.
Mengingat besarnya peran komunikasi dalam kehidupan manusia, beberapa ahli
memberikan definisi dan pengertian komunikasi berdasarkan bidang ke
ilmuannya, mulai dari bidang sosial, bahasa, antropologi sampai dengan
matematika.
Komunikasi pada dasarnya merupakan penyampaian pesan yang
disampaikan oleh karena itu peran komunikator dalam menyampaikan pesan
mempunyai peranan penting dalam berhasilnya komunikasi. Seorang komunikator
yang berkredibilitas, yang ahli dan dapat dipercaya memegang peranan penting.
Komunikator yang berkredibilitas merupakan komunikator yang memiliki etos
pada dirinya. Aristoteles mengatakan komunikator memiliki good sense, good
moral and good characer yang kemudian diformulasikan menjadi tikad baik, dapat
di percaya, dan keahlian dimana hingga sekarang konsep ini masih dipakai.8
Secara umum beberapa ahli memberikan pemahaman komunikasi, di
antaranya:
Teri Kwal & Michael Gamble menyebutkan "Communication is the
delibrate or accidental transfer of meaning" (Komunikasi adalah transfer
pengertian secara sengaja maupun tidak disengaja).
8
Ikeu Kania, Buku Strategi Komunikasi, (Bandung: Academia.edu, 2018), h.20.
Ronald B. Adler mendefinisikan"Communication is a process in which
people who occupy differing environments exchange messa ges in a specific
context via one or more channels and often respond to each others messages
through verbal and non verbal feedback” (Komunikasi adalah proses di mana
individu yang berbeda lingkungan melakukan pertukaran pesan dalam konteks
yang spesifik melalui satu atau lebih saluran dan masing-masing saling
memberikan tanggapan berupa umpan balik verbal maupun non verbal).
Chriss Fill mendefinisikan "Communications it self is the process by
which individuals share meaning" (Komunikasi adalah proses di mana individu
saling berbagai pemahaman).
Sedangkan menurut Julia T. Wood "Communication as a systematic
process in which individuals interact with and through symbols to create and
interpret meanings". (Komunikasi adalah proses yang sistematis di mana individu
saling berinteraksi dengan dan melalui simbol-simbol yang membentuk dan
menginterpretasikan pemahaman).
Beberapa penjelasan mengenai komunikasi tersebut secara umum
menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi adalah proses transfer pengertian
melalui peristiwa yang disengaja ataupun tidak disengaja secara langsung atau
melalui saluran agar terjadi respons, baik verbal maupun non verbal.
Lebih jelasnya, Larry L. Barker mendefinisikan komunikasi berdasarkan
proses kegiatan dan elemen-elemen yang ada dalam proses komunikasi tersebut
sebagai berikut: "The communication process is a system that involves an
interrelated. interdependent group of elements working together as a whole to
achieve a desired outcome or goal". (Proses komunikasi ada lah sistem dari
seluruh elemen dalam kelompok yang saling berhubungan, ketergantungan dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan dan keinginan).
Elemen-elemen dalam proses komunikasi tersebut meliputi antara lain: (1)
Sumber (source/encoder) membuat kode komu nikasi, kemudian dikirimklan
sebagai (2) Pesan (message) melalui (3) Saluran (channel) untuk (4)
Penerima/Pembaca Kode (receiver/decoder), yang direspons melalui (5) Umpan
Balik (feedback) sesuai dengan masing-masing bentuk komunikasi. Pemahaman
terhadap setiap elemen dalam proses komunikasi ber gantung pada (6) Situasi atau
Konteks di mana pesan tersebut di interpretasikan9.

3. Manajemen Komunikasi
Manajemen komunikasi adalah manajemen yang diterapkan dalam kegiatan
komunikasi. Ini berarti manajemen akan berperan atau sebagai penggerak
aktivitas komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan komunikasi. Manajemen
komunikasi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengelola informasi untuk
mencapai tujuan. Setiap aktivitas pendistribusian pesan dan atau informasi adalah
aktivitas komunikasi.
Manajemen komunikasi oleh Harry Irwin didefinisikan "sebagai proses yang
menggunakan manusia, keuangan, dan sumber teknik yang berfungsi membentuk
komunikasi antar perusahaan dan antara perusahaan dengan publiknya".
Sedangkan Michael Kaye memberikan pengertian "manajemen komunikasi
menyiratkan penggunaan sumber daya manusia dan teknologi secara optimal
untuk menjalin hubungan antarmanusia".
Pada kedua definisi di atas pada hakikatnya mengusulkan agar individu dapat
mengoptimalkan sumber dayanya kedalam aspek pengelolaan manajemen di
organisasi/perusahaan dengan menggunakan model komunikasi yang sistematis
sehingga memudahkan aktivitas komunikasi manajemen di seluruh unit
organisasi/perusahaan.
Sementara Antar Venus memberikan definisi manajemen komunikasi
"sebagai proses pegelolaan sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam
berbagai konteks komunikasi".
Parag Diwan mendefinisikan "manajemen komunikasi adalah proses
penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan unsur-unsur
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan". Proses manajemen

9
Deddy Satria M, Pengantar Manajemen Komunikasi (Bandung: Manggu Makmur Tanjung
Lestari, 2021), 15-17.
komunikasi dapat dipahami sebagai sebuah proses koordinasi interpretasi atau
pengertian yang dibangun melalui interaksi antar manusia. Kemampuan
berkomunikasi dilakukan dengan saling memahami pandangan dan kerangka
berfikir masing-masing dalam lingkungan yang beragam.
Berkaitan dengan dengan pengelolaan organisasi/perusahaan, Irwin
menambahkan bahwa kegiatan manajemen komunikasi dan kegiatan corporate
communication tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan aplikasi dari fungsi-
fungsi manajemen. Contohnya gagasan-gagasan dari managing corporate
communication dipertimbangkan sebagai proses yang terencana untuk mencapai
sasaran dan tujuan organisasi/perusahaan. Kegiatan dan strategi komunikasi,
keputusan, serta evaluasi dilakukan untuk memperoleh pendapat yang berguna
bagi kegiatan komunikasi. Dengan demikian, managing corporate communication
harus proaktif, berinisiatif, terutama dalam memutuskan ke bijaksanaan
organisasi/perusahaan.
Sejalan dengan konsep umum manajemen, "as the process of getting done
through and with people" dan konsep komunikasi "as a process of interrelated
elements working together to achieve a desired outcome or goal", manajemen
komunikasi dipahami sebagai proses yang sistematis antara anggota
organisasi/perusahaan dalam menjalankan fungsi fungsi manajemen untuk
menyelesaikan pekerjaan melalui proses negosiasi pengertian/pemahaman antara
satu individu maupun lebih yang bertujuan mencapai keinginan dan kepuasan
bersama.10

4. Pariwisata
Menurut E. Guyer Freuler merumuskan pengertian pariwisata sebagai
berikut: “pariwisata dalam artian modern merupakan fenomena dari zaman
sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan, pergantian suasana,

10
Deddy Satria M, Pengantar Manajemen Komunikasi (Bandung: Manggu Makmur
Tanjung Lestari, 2021), 22-23
penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri,
serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.
Haryono mengatakan bahwa parwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu: “Pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan keliling, dan
“Wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, kata pariwisata diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu
tempat ke tempat lain. Untuk memperjelasnya, maka dapat disimpulkan definisi
pariwisata adalah sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat yang dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beragam.
Pada era sekarang ini Pariwisata dipandang sebagai bisnis modern
dikarenakan konsep pariwisata yang mendefinisikan dirinya sebagai produk bisnis
modern. Jadi semua produk pariwisata didesain sebagai produk bisnis, mulai dari
destinasi, ekonomi kreatif, transportasi, perhotelan, venue rekreasi, atraksi seni
dalam paket-paket wisata yang menarik, mengagumkan, menantang, dan
mengesankan. Pariwisata modern bersentuhan dengan sektor-sektor bisnis, sebab
pariwisata ataupun tidak telah menjadi produk yang dijualkan kepada orang luar.
Johnpaul mengatakan, komponen utama pariwisata adalah terdiri dari: 1)
aksesibilitas, 2) akomodasi, 3) atraksi. Adapun menurut Ramesh komponen
pariwisata terpenting adalah: 1) akomodasi, 2) aksesibilitas, 3) fasilitas, 4) atraksi
dan 5) aktivitas Komponen dan elemen-elemen pariwisata itu terus akan
berkembang sesuai dengan kreatifitas stakeholder pariwisata di suatu destinasi
negara atau destinasi venue wisata. Kemajuan teknologi informasi dan
transportasi saat ini menyebabkan berbagai destinasi dapat berinteraski dan
dengan mudah saling bertukar pengalaman, sehingga perkembangan destinasi
disesuaikan dengan kekuatan modal destinasi pariwisata. Hukum ekonomi berlaku
dalam perkembangan destinasi. Data awal tentang jumlah kunjungan wisata, baik
domestik maupun wisata mancanegara menjadi dasar dan alasan yang kuat
masuknya modal inventasi di destinasi-destinasi berprospektif.
Bungin mengatakan komunikasi membantu pemasaran pariwisata di
berbagai elemen pemasaran, komunikasi berperan baik di media komunikasi
maupun konten komunikasi. Di media komunikasi, tersedia berbagai macam
media komunikasi sebagai saluran pemasaran, destinasi, aksesibilitas maupun
saluran media SDM dan kelembagaan pariwisata. Komunikasi juga berperan
menyiapkan konten pesan yang harus disampaikan kepada masyarakat atau
wisatawan, tentang apa yang seharusnya mereka tahu tentang media-media
pemasaran, tentang destinasi, aksesibilitas dan SDM serta kelembagaan
pariwisata. Dalam perspektif modern, komponen pemasaran, destinasi,
aksesibilitas, SDM, dan kelembagaan pariwisata, serta elemenelemen yang ada
menjadi kesatuan produk pariwisata di sebuah destinasi yang dikemas di dalam
suatu brand destinasi, sehingga destinasi, aksesibilitas, pemasaran, SDM dan
kelembagaan pariwisata menjadi kesatuan produk pariwisata. Komunikasi
pariwisata berkembang dari menyatunya beberapa disiplin ilmu di dalam kajian
komunikasi dan pariwisata. Kajian komunikasi pariwisata memiliki kedekatan
biologis dengan kajian komunikasi dan pariwisata.11

5. Manajemen Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Pengertian Manejemen menurut Siswanto adalah “Seni dan ilmu dalam
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian
terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai suatu tujuan”.
Pengertian Pariwisata menurut Hunziker dan Kraft dalam Muljadi
Pariwisata adalah “Keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul dari
adanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal menetap
dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk mencari nafkah”.
11
Nova Yohana, Yasir, Rumyeni, “Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata
Kebudayaan, Kepemudaan Dan Olahraga Dalam Mengembangkan Potensi Desa Wisata Di
Kabupaten Bengkalis”, Jurnal Komunikasi, Vol. Xiii No. 01, Maret 2019: 1-12
Manajemen Pariwisata adalah meliputi suatu proses perencanaan,
pengorganisasian (pengelolaan pegawai), pengarahan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan tertentu yang terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.12

6. Pengembangan Pariwisata
Menurut Barreto dan Giantari Pengembangan pariwisata adalah suatu
usaha untuk mengembangkan atau memajukan objek wisata agar, objek wisata
tersebut lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari segi tempat maupun benda-
benda yang ada didalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk
mengunjunginya.
Alasan utama dalam pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan
wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang lingkup nasional pada suatu
negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau
negara tersebut. Pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata
akan selalu diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat
banyak. Sehingga dapat disingkat bahwa Pengembangan pariwisata merupakan
suatu rangkaian upaya yang dilakukan dengan tujuan mewujudkan keterpaduan
dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dalam mengintregasikan
segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung guna kelangsungan pengembangan pariwisata yaitu memajukan,
memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan daya
tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh
wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di
sekitar obyek dan daya tarik dan lebih lanjut akan menjadi sumber pemasukan
bagi pemerintah.
Menurut Sastrayuda dalam perencanaan pengembangan meliputi:

12
Ida Hayu Dwimawanti dan Alif Fajar Sidiq, “Manajemen Pariwisata Oleh Dinas Kepemudaan,
Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan (Studi Pada Objek Wisata Kepemilikan
Pemerintah Kabupaten Pekalongan)”, Jurnal Pariwisata, Departemen Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro. Diakses melalui
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/24909/22212, tanggal 23
November 2021
a. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat dalam
perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan baik
secara teoritis maupun praktis.
b. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang dapat
mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata
c. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya agar tercapai
kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok.
d. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan
kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang
harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana.
e. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada di suatu
desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang disentuh atau
digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan pengembangan.
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan
pariwisata perlu dilakukan secara berkelanjutan guna kepentingan masa yang akan
datang untuk melindungi sumber daya dari efek-efek pengembangan yang
mungkin menyebabkan gangguan kultural dan sosial karena tujuan dari
pengembangan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
pemberdayaan sumber daya yang telah ada.

7. Potensi Pariwisata
Menurut Sujali dalam Amdani adalah “Potensi wisata sebagai kemampuan
dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan,
seperti alam, manusia serta hasil karya manusia itu sendiri”.
Potensi Wisata adalah suatu kemapuan yang dimiliki suatu daerah untuk
dijadikan daerah tujuan wisata karena memiliki kemenarikan atau keunikan.
Sehinga perlu dikembangkan atau dilakukan pembangunan agar layak menjadi
suatu kawasan tujuan wisata yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua
golongan. Potensi Pariwisata memiliki hubungan dengan daya tarik wisata.
8. Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya” yang berarti
cinta, karsa, dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta,
budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam
bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture. Dalam bahasa Belanda
diistilahkan dengan kata cultuur. Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.
Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
tanah (bertani).13
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, ya itu sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh ma nusia sebagai
anggota masyarakat.
Definisi kebudayaan menurut Suparlan, kebudayaan merupakan
keseluruhan pengetahuan manusia yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman tingkah
lakunya, sebagai suatu kesatuan ide yang ada dalam pikiran manusia dan
diselimuti oleh perasaan-perasaan, emosi-emosi yang dijadikan sumber sistem
penilaian terhadap suatu yang baik dan yang buruk, kebudayaan terdiri dari
serangkaian konsep-konsep, model-model pengetahuan mengenai berbagai
tidakan dan tingkah laku, nilai-nilai dan norma-norma yang berisikan larangan-
larangan untuk melakukan tindakan ketika menghadapi sesuatu lingkungan sosial,
kebudayaan, dan alam.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan manusia baik materiel maupun nonmateriel. Sebagian besar ahli
yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi
oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa ke

13
Elly M Setiadi et. Al., “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”, (Jakarta: Kencana, 2017), 27
budayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang
lebih kompleks.14

9. Wisata Budaya
UNWTO menengarai bahwa wisata budaya menjadi salah satu pasar
pariwisata global terbesar dan paling cepat berkembang. Diperkirakan bahwa
empat dari sepuluh wisatawan global memilih tujuan perjalanan berdasar pada
tawaran budaya.
Richards mendefinisikan wisata budaya sebagai perjalanan seseorang yang
jauh dari tempat tinggal mereka untuk menikmati atraksi budaya, dengan maksud
untuk mengumpulkan informasi dan pengalaman baru untuk memuaskan
kebutuhan budaya mereka.
Definisi wisata budaya menurut Pendit dalam Priyanto adalah perjalanan
yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup
seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri,
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup
mereka, kebudayaan dan seni mereka, sedangkan menurut UNWTO dalam 22nd
Session of the General Assembly di China wisata budaya adalah jenis kegiatan
pariwisata di mana motivasi penting pengunjung adalah untuk belajar,
menemukan, mengalami dan mengkonsumsi budaya yang nyata dan tidak
berwujud atraksi atau produk di daerah tujuan wisata.
Pariwisata budaya berkembang dengan cepat karena adanya tren baru di
kalangan wisatawan yaitu kecenderungan untuk mencari sesuatu yang unik dan
autentik dari suatu kebudayaan. Fenomena tersebut sebagai alternatif solusi untuk
menjawab trend dunia pariwisata masa kini yang sudah berubah dari wisata
konvensional ke wisata minat khusus, pariwisata minat khusus berkecederungan
agar wisatawan lebih menghargai lingkungan, alam, budaya dan atraksi secara
spesial dan salah satu pariwisata minat khusus yang sedang berkembang di
Indonesia adalah desa wisata berbasis budaya.15
14
Elly M Setiadi et. Al., “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”, (Jakarta: Kencana, 2017), 28
15
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah Dan Warisan Budaya, (Jakarta Selatan: Gedung Film
Pesona Indonesia, [2019]), 11.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yng diminati. Metode
deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa dan
mengumpulkan data-data.16Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

2. Setting dan Subjek Penelitian


a. Setting Penelitian
Setting penelitian adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi adalah lembaga yang bertanjung
jawab atas pengelolaan wisata di Kota Jambi. Dinas Pariwisata dan
kebudayaan Kota Jambi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kepariwisataan.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian meliputi Kabid Pariwisata, Kasi Pengelolaan dan
Pengembangan Pariwisata, Kepala UPTD Pengelola Objek Wisata dan Staf
UPTD Pengelola Objek Wisata serta para Wisatawan. Mengingat subjek yang
baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau
berkepentingan dengan aktifitas yang akan diteliti, serta memiliki waktu
untuk memberikan informasi secara benar. Penelitian yang dilakukan
memerlukan objek atau situasi yang akan diteliti, sehingga sampel diambil
berdasarkan atas kebutuhan penelitian.

16
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 25
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber dalam jenis penelitian ini terdiri dari manusia, peristiwa,
wawancara dam doumentasi. Sumber data manusia berbentuk kata-kata ataupun
tindakan orang yang dapat memberikan data melalui wawancara (interview).
Untuk sumber data peristiwa, meliputi ruangan, suasana dan proses untuk
dijadikan objek observasi. Sementara itu, sumber data dokumentasi menjadikan
bahan rujukan sebagai masalah yang akan diteliti. Jenis data yang digunakan
meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber pertama
melalui observasi atau wawancara di lapangan. Dalam hal ini yang
dibutuhkan adalah Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengembangkan Potensi Seberang Kota
Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya, seperti hasil wawancara dengan Kabid
Pariwisata, Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber kedua berupa
dokumentasi serta peristiwa yang sifatnya lisan maupun tertulis, baik jurnal,
buku yang mendukung penelitian, hasil observasi, struktur, dokumentasi
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi.

4. Teknik Pengumpulan Data


Tahapan kegiatan pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga
teknik yang digunakan secara berulang agar datanya dapat dipertanggung
jawabkan yakni:
a. Observasi, pengamatan tidak terlibat. peneliti hanya melakukan pengamatan
dari aktivitas yang diamati.
b. Wawancara, dilakukan secara mendalam melalui lisan atau tatap muka antara
peneliti dengan sumber data manusia.
c. Dokumentasi, merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
dokumenter berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan foto.
Semua teknik pengumpulan data diatas mengunakan data secara serentak
agar saling melengkapi setiap aspek yang diperlukan sehingga data yang
dimiliki memiliki validitas yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi.

5. Metode Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data
secara keseluruhan. Data dicek secara langsung dan dicocokkan dengan data
yang diperoleh. Data tersebut diinterpretasikan secara logis sehingga
mendapatkan data yang dapat dipercaya. Teknik yang digunakan adalah menurut
Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga macam kegiatan dalam analisis data
kualitatif:
a. Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan
abstraksi dan pentransformasian data yang ada dalam catatan tertulis.
Reduksi data terjadi secara berkesinambungan melalui suatu proyek yang
diorientasikan secara kualitatif. Terdapat beberapa bagian dari reduksi data
seperti membuat rangkuman, pengodean, pembuatan tema, membuat gugus,
membuat pemisahan dan memo-memo. Reduksi data bukan sesuatu yang
terpisah dari analisis.
b. Model Data (Data Display) yang baik adalah suatu jalan masuk utama yang
digunakan untuk menganalisis kualitatif yang valid maka dari itu
mengambil catatan harus dengan ketelitian. Menciptakan dan menggunakan
model bukan sesuatu yang terpisah dari analisis sebagaimana dalam reduksi
data.
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan Langkah ketiga dari aktivitas analisis
adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. dari awal pengumpulan data,
penelitian kualitatif mulai memutuskan sesuatu, mencatat keteraturan, pola,
penjelasan, konfigurasi, alur kasual, dan proposisi.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti melakukan teknik
pemeriksahan keabsahan data yang didasarkan pada sejumlah kriteria. Upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat 4 cara:
1. Perpanjangan Keikutsertaan. Pelaksanaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi
dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan
data. Distorsi dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai bawaan dari
peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti.
Sedangkan distorsi dari data responden, dapat timbul secara tidak sengaja.
Distori data dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan
yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh memiliki derajat
reabilitas dan validitas yang tinggi17.
2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti, rinci, dan berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut ditelaah,
sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor tersebut. Hal ini diharapkan
pula dapat mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan
peneliti untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari
kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar18.
3. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat teknik
trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitia ini, yaitu teknik
pemeriksaan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori. Trianggulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat reabilitas
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif19.

17
Lexy Moleong, Metode Peneliian Kualitatif (Bandung: Remaja Roskarya,1996), 6.
18
Lexy Moleong, Metode Peneliian Kualitatif (Bandung: Remaja Roskarya,1996), 117
19
Lexy Moleong, Metode Peneliian Kualitatif (Bandung: Remaja Roskarya,1996), 117
4. Diskusi dengan Teman Sejawat Langkah akhir untuk menjamin keabsahan
data, peneliti akan melakukan diskusi dengan teman, guna memastikan bahwa
data yang terima benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari
peneliti atau informan.

I. Studi Relavan
Pada umumnya penelitian yang berkaitan dengan Manajemen Komunikasi
Pariwisata banyak dilakukan akan tetapi untuk meminimalisir terjadinya
pengulangan serta berdasarkan penelitian terkhususnya mengenai Manajemen
Komunikasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam
Mengembangkan Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya,
Ada beberapa penelitian yang membahas tentang manajemen komunikasi
pariwisata ataupun manajemen pariwisata, yaitu:
1. Tesis karya Rizqy Alfiyaty (Universitas Gadjah Mada) “Manajemen
Komunikasi Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi
Selatan (Studi Manajemen Komunikasi Program Pariwisata Lovely
December Tahun 2010 Di Kabupaten Tana Toraja Dan Tahun 2011 Di
Kabupaten Toraja Utara)”20. persaman penelitian Tesis ini sama-sama
membahas tentang Manajemen Komunikasi dan penulisan tesis ini sama-
sama menggunakan metode penelitian kualitatif, perbedaan penelitian tesis
Rizqy Alfiyaty menggunakan objek penelitian pada Program Pariwisata
Lovely December Tahun 2010 Di Kabupaten Tana Toraja Dan Tahun 2011
Di Kabupaten Toraja Utara sedangkan penelitian penulisan menggunakan
objek penelitian tentang Pengembangan Potensi Seberang Kota Jambi sebagai
Pusat Wisata Budaya.
2. Jurnal Komunikasi karya Ida Hayu Dwimawanti dan Alif Fajar Sidiq
(Universitas Diponorogo) “Manajemen Pariwisata Oleh Dinas Kepemudaan,
Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan (Studi Pada Objek Wisata

20
Rizqy Alfiyaty, “Manajemen Komunikasi Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Propinsi Sulawesi Selatan (Studi Manajemen Komunikasi Program Pariwisata Lovely December
Tahun 2010 Di Kabupaten Tana Toraja Dan Tahun 2011 Di Kabupaten Toraja Utara)”, Tesis
(Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada).
Kepemilikan Pemerintah Kabupaten Pekalongan)”21. persaman penelitian
jurnal ini sama-sama membahas tentang Manajemen Pariwisata dan penulisan
jurnal ini sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, perbedaan
penelitian jurnal komunikasi karya Ida Hayu Dwimawanti dan Alif Fajar
Sidiq menggunakan objek penelitian pada Objek Wisata Kepemilikan
Pemerintah Kabupaten Pekalongan sedangkan penelitian penulisan
menggunakan objek penelitian tentang Pengembangan Potensi Seberang Kota
Jambi sebagai Pusat Wisata Budaya.
3. Jurnal Karya Nova Yohana, Yasir dan Rumyeni (Universitas Riau)
“Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata Kebudayaan, Kepemudaan dan
Olahraga Dalam Mengembangkan Potensi Desa Wisata Di Kabupaten
Bengkalis”22. persaman penelitian jurnal ini sama-sama membahas tentang
Manajemen Pariwisata dan penulisan jurnal ini sama-sama menggunakan
metode penelitian kualitatif, perbedaan penelitian jurnal karya Nova Yohana,
Yasir dan Rumyeni menggunakan objek penelitian pada Desa Wisata Di
Kabupaten Bengkalis sedangkan penelitian penulisan menggunakan objek
penelitian tentang Pengembangan Potensi Seberang Kota Jambi sebagai Pusat
Wisata Budaya.

21
Ida Hayu Dwimawanti dan Alif Fajar Sidiq, “Manajemen Pariwisata Oleh Dinas
Kepemudaan, Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan (Studi Pada Objek Wisata
Kepemilikan Pemerintah Kabupaten Pekalongan)”, Jurnal Komunikasi (Madura: Program Ilmu
Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura).
22
Nova Yohana, Yasir dan Rumyeni, “Manajemen Komunikasi Dinas Pariwisata
Kebudayaan, Kepemudaan Dan Olahraga Dalam Mengembangkan Potensi Desa Wisata Di
Kabupaten Bengkalis”, Jurnal Komunikasi (Madura: Program Ilmu Komunikasi Universitas
Trunojoyo Madura).
DAFTAR PUSTAKA
A. Al- Qur’an
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta :
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009)

B. Buku
Kania Ikeu, Buku Strategi Komunikasi, (Bandung: Academia.edu,
2018)
Moleong Lexy, Metode Peneliian Kualitatif (Bandung: Remaja
Roskarya,1996)
Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2007)
Satria M Deddy, Pengantar Manajemen Komunikasi (Bandung:
Manggu Makmur Tanjung Lestari, 2021)

C. Skripsi
Arisman, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Jambi
Dalam Pengembangan Objek Wisata Danau Sipin Guna Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah” Thesis (Jambi: Program Pascasarjana UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,2019),
Alfiyaty Rizqy, “Manajemen Komunikasi Pariwisata Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan (Studi Manajemen
Komunikasi Program Pariwisata Lovely December Tahun 2010 Di
Kabupaten Tana Toraja Dan Tahun 2011 Di Kabupaten Toraja Utara)”,
Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada).

D. Website
Andi Arman, “Menelisik Sejarah Jambi Kota Sebrang”, diakses
melalui alamat https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/menelisik-
sejarah-jambi-kota-seberang/
Syafi'ie Musta'in, “Tafsir Al-Nahl 123: Dilarang Melestarikan
Budaya Buruk”, diakses melalui alamat
https://kumparan.com/bangsaonline/tafsir-al-nahl-123-dilarang
melestarikan-budaya-buruk/

E. Jurnal
Dwimawanti Ida Hayu dan Alif Fajar Sidiq, “Manajemen
Pariwisata Oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten
Pekalongan (Studi Pada Objek Wisata Kepemilikan Pemerintah
Kabupaten Pekalongan)”, Jurnal Pariwisata, Departemen Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.
Kusuma Ari Yuda dan Aman, “Budaya Keagamaan Arab Melayu
Seberang Kota Jambi, Religious Culture Arab Melayu Seberang Of Jambi
City”, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta)
Pedoman Pengembangan Wisata Sejarah Dan Warisan Budaya,
(Jakarta Selatan: Gedung Film Pesona Indonesia, [2019]),
Yohana Nova dan Yasir, Rumyeni, “Manajemen Komunikasi
Dinas Pariwisata Kebudayaan, Kepemudaan Dan Olahraga Dalam
Mengembangkan Potensi Desa Wisata Di Kabupaten Bengkalis”, Jurnal
Komunikasi, Vol. Xiii No. 01, Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai