Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : MERI ANDANI

NIM : 105180373

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi

Dalam Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al -

Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau

Teluk Kota Jambi

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagai

landasan sistem desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Maka setiap

daerah memiliki wewenang serta kekuasaan untuk mengurus dan mengatur

daerahnya sendiri. Hal ini pula adalah langkah awal yang sangat strategis bagi

daerah untuk menggali, mengembangkan, mengelola aset-aset maupun potensi

sumber daya alam yang di miliki untuk membangun daerah setempat, termasuk

mengamati sektor-sektor strategis seperti sumber daya yang potensialnya bisa di

manfaatkan secara maksimal guna menunjang pembangunan daerah, di mana

salah satunya adalah sektor pariwisata.1

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Jambi bertugas untuk

melaksanakan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Urusan dan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Kota Jambi. Sebab provinsi Jambi memiliki potensi wisata

1
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

1
yang beranekaragam mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata bahari, wisata

religi dan wisata lainnya. Salah satu potensi wisata yang berkembang saat ini

adalah wisata religi, berbagai kegiatan religi juga berkaitan erat dengan aktivitas

yaitu ziarah. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jambi dalam mengelola Pariwisata

merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi yang mengacu pada

Perda Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 Pasal 7 Ayat (2) yaitu meningkatkan

dan mengembangkan kegiatan sektor unggulan pada kawasan strategis antara lain

pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, perikanan dan pariwisata.2

Pengembangan objek dan daya tarik wisata merupakan penggerak utama

sektor kepariwisataan sehingga membutuhkan kerjasama seluruh pemangku

kepentingan dari semua pihak yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah,

kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Sesuai dengan

tugas dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki

peran dan fungsi nya dalam pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait

pengembangan objek dan daya tarik wisata. Daya tarik dalam objek wisata

merupakan salah satu modal utama yang harus di miliki dalam upaya peningkatan

dan pengembangan objek wisata. Keberadaan objek dan daya tarik wisata

merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini di sebabkan

karena faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan untuk

mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi dan daya tarik yang di miliki

objek wisata tersebut.3


2
Perda Provinsi Jambi No. 10 Tahun 2013 tentang Meningkatkan dan Mengembangkan
Kegiatan Sektor Unggulan Pada Kawasan Strategis Antara Lain Pertanian, Perkebunan,
Pertambangan, Industri, Perikanan Dan Pariwisata.
3
Helln Angga Devy, “Pengembangan objek dan daya tarik wisata alam sebagai daerah
tujuan wisata di Kabupaten Karanganyar”, Jurnal Sosiologi Dilema, Fakultas Imu Sosial dan

2
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju setiap wilayah di

tekankan supaya meningkatkan dan mengembangkan kegiatan sektor unggulan

seperti kegiatan pariwisata. Dari pengertian di atas, dapat di pahami bahwa

pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat menonjol dan menjadi ciri

khas dari suatu daerah. Sehingga pembangunan nya juga perlu mendapat

perhatian yang lebih, selain itu tata kelola dari sebuah objek wisata juga menjadi

daya tarik bagi pariwisata di suatu daerah.

Dalam Pasal 17 Perda Kota Jambi No. 15 tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Kepariwisataan di mana pemerintah daerah berkewajiban

memelihara, mengembangkan, dan melestarikan wisata religi tersebut sebagai aset

daerah menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum di kembangkan.

Nah, hal ini tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah.4

Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh penulis di Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kota Jambi, menemukan bahwa dalam tata kelola

pengembangan objek wisata memiliki beberapa masalah dan kendalanya. Di

antaranya dalam pengembangan objek wisata seperti peran serta masyarakat

dalam sadar wisata terutama pada kebersihan lingkungan dan kebutuhan sarana

prasarana dalam objek wisata. Tata kelola dalam pengembangan sebuah objek

wisata di butuhkan sebagai salah satu tolak ukur dalam kinerja atau pencapaian

yang di lakukan oleh bidang pengembangan destinasi dalam melakukan tugas

pokok dan fungsinya.

Politik UNS, Vol. 32. No. 1, (2017), hlm. 35.


4
Perda Kota Jambi No. 15 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan kepariwisataan.

3
Salah satu daerah yang menarik untuk di kaji terkait dengan pengembangan

pariwisata di Indonesia adalah Kota Jambi sebagai daerah yang menyimpan ragam

lokasi wisata potensial yang perlu di kembangkan, di mana Pemerintah Kota

Jambi juga memberikan perhatian khusus dalam pengelolan pariwisata di Kota

Jambi agar terus maju dan berkembang, seperti beberapa objek wisata yang terdiri

dari wisata alam, wisata sejarah budaya, wisata religi.5

Wisata religi yang berada di Kota Jambi yaitu Makam Habib Syayid Idrus

bin Hasan Al-jufri dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo, Habib Husein Baraqbah,

Makam Kuno, Madrasah al-Jauharein. Madrasah Nurul Islma, Madrasah

Sa’adatuddarein, Madrasah Nurtul Iman, Masjid Al-Ikhsaniyah, Masjid Raya

Magatsari, Masjid Agung Al-Falah, Taman Makam Rajo-rajo, Makam

Belanda/Kerkhof, Makam Bangsawan Melayu, Rumah Batu Olak Kemang,

Makam Raden Mat Theher dan Kleteng Hok Tek.6

Selain beberapa objek wisata di atas, juga terdapat satu lokasi wisata religi

di Kota Jambi yaitu Masjid Al-Ikhsaniyah. “Menurut catatan sejarah, Masjid Al-

Ikhsaniyah atau di kenal juga dengan sebutan Masjid Batu di bangun pada tahun

1880 (abad ke-19) jauh sebelum indonesia merdeka, oleh Habib Syayid Idrus bin

Hasan Al-jufri dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo. Beliau menjabat sebagai

raja di wilayah Sekoja. Kala itu, agama islam telah menyebar di Sekoja, membuat

Sayyid Idrus memutuskan untuk membangun masjid guna memenuhi fungsinya

sebagai tempat ibadah dan kegiatan sosial lainnya. Lokasi masjid ini di Olak

5
https://disparbud.jambikota.go.id/ di akses pada 10 Januari 2022.
6
Junaidi T, Syahril, Geografi Pariwisata Provinsi Jambi, di terbitkan Dinas Pendidikan
Provinsi Jambi Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Tahun
2006, hlm. 15

4
Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Keunikan masjid ini adalah

memiliki banyak jendela dengan desain kuno dan bangunan di dalam masjid di

penuhi dengan berbagai hiasan kaligrafi. Dahulu pada tahun 1960-an Masjid Al-

Ikhsaniyah sebagai lokasi menyelesaikan sengketa perihal kepemilikan tanah,

tuduhan mencuri, dan lain sebagainya. Masyarakat dulu beranggapan bahwa

masjid ini memiliki keramat tersendiri, konon ketika ada yang bersalah dan berani

bersumpah palsu di dalamnya, maka orang tersebut bisa saja menggelepar hingga

tak sadarkan diri atau akan terjadi hal buruk menimpanya. Sedangkan di bagian

depan Masjid Al-Ikhsaniyah terdapat makam Shohibul Haul, jadi sebelum

pelaksanaan haul berlangsung di awali dengan berziarah ke makam Shohibul Haul

terlebih dahulu”.7

Selain itu, Masjid Al-Ikhsaniyah merupakan salah satu dari objek wisata

religi yang ada di Kota Jambi serta sering menjadi tuan rumah kegiatan agenda

tahunan wisata religi seperti haul dan ziarah ke Makam Shohibul Haul, contohnya

Haul Akbar memperingati Ad-Da'iAllah Al-Habib Idrus bin Hasan Al-jufri

bergelar Pangeran Wirokusumo, Puncak peringatan Haul Pangeran Wirokusumo

bertempat di Masjid Al-Ihsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau

Teluk Kota Jambi.8 Memang, Sebrang Kota Jambi (Sekoja) cukup terkenal

sebagai daerah yang sangat islami se-Kota Jambi.

Kementerian Agama melalui sistem informasi masjid (SIMAS) sudah

mengkategorikan atau mengklasifikasikan masjid ini sebagai masjid bersejarah.9

7
Hasil wawancara dengan Ibu Syarifah Ulia selaku keturunan habib sekaligus pengurus
Masjid Al-Ikhsaniyah pada 28 Juli 2021.
8
Jambikota.go.id. di akses pada tanggal 15 Juni 2021.
9
Simas.kemenag.co.id di akses pada tanggal 02 Oktober 2021.

5
Namun menariknya, meskipun wisata religi di masjid al-ikhsaniyah merupakan

salah satu agenda unggulan tahunan Kota Jambi dan memiliki potensi untuk

memberikan berbagai kontribusi kepada pemerintah daerah ternyata belum

berjalan maksimal dan menyeluruh.

Sambutan pak Syarif Fasya dalam kegiatan peringatan haul akbar Habib

Syayid Idrus bin Hasan Al-jufri dengan gelar Pangeran Wiro Kusumo pada 15

Februari 2020 yang mana beliau mengatakan “kegiatan ini merupakan bagian dari

upaya pemerintah Kota Jambi sebagai salah satu wujud pengembangan Jambi

Kota Sebrang sebagai pusat wisata religi”, semetara penelusuran awal penulis

mendapatkan kenyataan bahwa belum ada program, peran pemerintahnya pun

secara langsung terhadap masjid ini juga belum ada.10 Jadi tidak sinkron,

sementara masjid ini merupakan masjid bersejarah yang sudah di klasifikasikan

oleh Kementrian Agama melalui Sistem Informasi Masjid (SIMAS), juga sebagai

masjid tertua di Kota jambi dan kegiatannya pun banyak seperti haul akbar, ziarah

ke makam sohibul haul, hadroh, arak-arakan sahur dan lain sebagainya, sehingga

masjid ini sudah sangat layak menjadi sebuah masjid yang bisa di katakan dengan

wisata religi dan sebagai wisata cagar budaya, namun belum terlihat.

Sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1992

Tentang : Benda Cagar Budaya, bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar

budaya di perlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan, penemuan,

pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan

pengawasan benda cagar budaya.11 Mengingat pentingnya cagar budaya maka

10
https://www.metrojambi.com/ di akses pada tanggal 13 Januari 2022.
11
Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya.

6
benda, bangunan atau struktur bangunan cagar budaya harus memenuhi kriteria

sebagaimana di atur dalam pasal 5 Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya yaitu berusia lima puluh tahun atau lebih, mewakili masa gaya

paling singkat berusia lima puluh tahun, memiliki arti khusus (bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan), dan memiliki nilai budaya

bagi penguatan kepribadian bangsa.12 Oleh karena itu, masjid ini sudah sangat

layak untuk di jadikan sebagai cagar budaya yang di lindungi di kota sebab

banyak sekali nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.

Dan di beberapa kegiatan yang di hadiri pak Syarif Fasya itu ternyata di

kelola oleh keluarga. Masjid al-ikhsaniyah ini juga di kembangkan oleh keluarga.

Nah sebetulnya di mana letak peran pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kota Jambi Dalam Pengembangan Wisata Religi di Kota Jambi. Hal inilah yang

melatarbelakangi penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Pengembangan Wisata

Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau

Teluk Kota Jambi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat di

rumuskan mengenai permasalahan yang akan penulis angkat dalam skripsi ini

yaitu sebagai berikut :

12
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

7
1. Bagaimana Kedudukan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang

Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebagai salah satu objek wisata religi

di Kota Jambi ?

2. Bagaimana Pengembangan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang

Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebagai salah satu objek wisata religi

di Kota Jambi ?

3. Bagaimana Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam

Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak

Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi ?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang di bahas dapat

menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah,

maka penulis memberikan batasan masalah ini hanya membahas pada :

1. Wisata Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kel. Olak Kemang Kec. Danau

Teluk Kota Jambi

2. Menyangkut Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam

pengembangan wisata religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kel. Olak Kemang

Kec. Danau Teluk Kota Jambi

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

8
1. Untuk mengetahui Kedudukan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak

Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebagai salah satu objek

wisata religi di Kota Jambi

2. Untuk mengetahui Pengembangan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak

Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi sebagai salah satu objek

wisata religi di Kota Jambi

3. Untuk mengetahui Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi

dalam Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan

Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi

Sedangkan kegunaan dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis, penelitian ini di harapkan sebagai sarana untuk menambah

wawasan bagi penulis dalam rangka mengembangkan keilmuan yang telah

di dapat di bangku perkuliahan. Serta penelitian ini di harapkan juga dapat

menjadi acuan bagi penelitian sejenis lainnya.

2. Manfaat praktis, Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan,

saran dan kritikan terhadap pihak yang terkait di Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Jambi Dalam Pengembangan Kegiatan Wisata Religi

kedepannya.

3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

9
Kerangka teori merupakan uraian yang ringkas tentang teori yang di

gunakan dan cara menggunakan teori ini dalam menjawab pertanyaan penelitian. 13

Agar penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran maka penulis menganggap perlu

penggunaan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna mendapat konsep yang

benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Peran

Peran menurut kamus besar bahasa indonesia adalah karakter, kapasitas,

posisi dan tugas yang aktif berkontribusi di dalam nya. 14 Dalam hal ini peran

pemerintah dalam suatu organisasi sangat mempengaruhi proses dan hasil kinerja

dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut pendapat Suhardono dalam Sitorus (2006:136) peran adalah

perilaku yang di harapkan seseorang agar dapat mempengaruhi suatu keadaan

tertentu berdasarkan status dan fungsi yang di milikinya dan seseorang di katakan

menjalankan peran apabila telah menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan

bagian yang tidak terpisah dari status yang di sandangnya.15

Pitana dan Gayatri (2005:95), mengemukakan pemerintah daerah memiliki

peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai :

a. Motivator

Dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai

motivator di perlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor,


13
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm.
25.
14
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 2006),
hlm 467.
15
Anggun Pangestu, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu
Dalam Membina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) The Caretaker (Studi Kasus :
Pengembangan Objek Wisata Suligi Hill)”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Pekanbaru: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2020), hlm. 13.

10
masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama yang

perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan

dengan baik.

b. Fasilitator

Sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran pemerintah

adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung segala program yang di

adakan oleh Dinas Pariwisata Kota Samarinda. Adapun pada prakteknnya

pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta

maupun masyarakat.

c. Dinamisator

Dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung pembangunan yang

ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus dapat bersinergi dengan

baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata

memiliki peran untuk mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar di antaranya

tercipta suatu simbiosis mutualisme demi perkembangan pariwisata.16

Ada 3 peran dan tugas yang menjadi tanggung jawab para pekerja

masyarakat dalam melakukan pendampingan masyarakat yaitu :

a. Peran pendamping sebagai motivator

Dalam peran ini, pendamping berusaha menggali potensi sumberdaya

manusia, alam dan sekaligus mengembangkan kesadaran anggota masyarakat

tentang kendala maupun permasalahan yang di hadapi. Motivator di sini terdiri

dari Promosi, Pembinaan dan ekonomi kreatif.


16
Eva Laelatul Fitri, “Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat di Desa Wisata Kampung Tenun Samarinda”, Journal Administrasi Bisnis, Vol. 6. No.
4 (2018).

11
b. Peran pendamping sebagai komunikator

Dalam peran ini, pendamping harus mau menerima dan memberi informasi

dari berbagai sumber kepada masyarakat untuk di jadikan rumusan dalam

penanganan dan pelaksanaan berbagai program serta alternatif pemecahan

masalahnya. Yang menjadi tolak ukur pemerintah berperan sebagai fasilitator

yaitu menyediakan infrastruktur atau fasilitas di sekitar objek wisata yang

memadai dan menjalin koordinasi yang baik.

c. Peran pendamping sebagai fasilitator

Dalam peran ini, pendamping berusaha memberi pengarahan tentang

penggunaan berbagai tekhnik, strategi dan pendekatan dalam pelaksanaan

program.17

2. Pengembangan Pariwisata

Menurut Saragih (2009) juga mendefinisikan pembangunan sebagai proses

atau perilaku mengembangkan hal-hal yang belum ada, dari yang sudah ada

menjadi lebih baik, dari yang sudah baik menjadi lebih baik, dan seterusnya.

Sedangkan menurut Karyono (1997:15) Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani

kebutuhan wisatawan.

Menurut Barreto dan Giantari (2015:34) Pengembangan pariwisata adalah

suatu usaha untuk mengembangkan atau memajukan objek wisata agar, objek

wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik di tinjau dari segi tempat maupun

17
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 49.

12
benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk

mengunjunginya.18

Menurut Suswantoro (2004:19) unsur pokok yang mendapat perhatian guna

menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut

perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur

yaitu19 :

a. Objek wisata dan daya tarik wisata

Merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu

daerah tujuan wisata. Pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata dapat di

kelompokan menjadi :

1) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.

2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya.

3) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Daya tarik tinggi objek wisata, pada umumnya berdasarkan pada :

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah dan

nyaman.

2) Adanya ciri khusus atau spesifik yang bersifat langka.

3) Daya tarik tinggi objek wisata alam karena keindahan alam

pegunungan, sungai, pantai, hutan, dan sebagainya.

18
Ricky Septiwirawan, M.Z. Arifin, Dini Zulfiani, “Upaya Pengembangan Wisata Bahari di
pulau Maratua di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau”, Journal Administrasi
Publik, Vol. 8. No. 3 (2020), hlm. 9294.
19
Eva Laelatul Fitri, “Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat di Desa Wisata Kampung Tenun Samarinda”, Journal Administrasi Bisnis, Vol. 6. No.
4 (2018).

13
4) Daya tarik tinggi objek wisata budaya karena memiliki nilai khusus

dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat dan nilai luhur yang

terkandung dalam suatu karya manusia pada masa lampau.

Pembangunan objek wisata harus di rancang degan bersumber pada potensi

daya tarik yang di miliki dan kriteria keberhasilan pengembangannya meliputi :

1) Kelayakan finansial

2) Kelayakan sosial ekonomi regional

3) Layak teknis

4) Layak lingkungan

b. Prasarana wisata

Merupakan sumber daya alam buatan manusia yang mutlak di butuhkan

oleh wisatawan dalam perjalannya ke daerah tujuan wisata.

c. Sarana wisata

Merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang di perlukan untuk

melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

d. Tata laksana/infrasturktur

Merupakan situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata,

baik sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas dan di bawah permukaan

tanah.

e. Masyarakat/lingkungan

Terdiri dari masyarakat, lingkungan dan budaya. Produksi wisata

mempunyai beberapa komponen, yaitun:

1) Atraksi daerah tujuan wisata

14
2) Fasilitas yang tersedia c. Aksebilitas ke dan dari tujuan wisata20

Alasan utama dalam pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan

wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang lingkup nasional pada suatu

negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau

negara tersebut. Pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata

akan selalu di perhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat

banyak.

Ada dua pedoman umum untuk suatu organisasi pariwisata yang baik. Yaitu

harus terjalinnya kerjasama dan koordinasi di antaranya yaitu sebagai berikut :

a. Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasional, provinsi

dan lokal.

b. Para pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata seperti usaha

perjalanan, usaha penginapan, usaha angkutan, usaha rekreasi dan sektor

hiburan, lembaga keuangan pariwisata, usaha cinderamata, dan pedagang

umum.

c. Organisasi yang tidak mencari untung yang erat kaitannya dengan

pariwisata (misalnya klub-klub wisata dan klub, mobil).

d. Asosiasi profesi dalam pariwisata. (wahab, 1977 : 267)

3. Wisata Religi

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan di jelaskan bahwa21 :

20
Anggun Pangestu, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu
Dalam Membina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) The Caretaker (Studi Kasus :
Pengembangan Objek Wisata Suligi Hill)”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Pekanbaru: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2020), hlm. 22.
21
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

15
a. Wisata

Adalah kegiatan perjalanan yang di lakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang di

kunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisat

c. Pariwisata

Adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas

serta layanan yang di sediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah.

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti Religi adalah

kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas

manusia, kepercayaan (animisme, dinamisme) agama22. Berdasarkan pengertian di

atas wisata religi merupakan perjalanan untuk meningkatkan praktik keagamaan

agar seluruh masyarakat dapat merasakan strategi dakwah yang ideal. Yang mana

wisata religi ini lebih mengedepankan keunikan, keindahan, dan nilai religi.

Menurut Abidin (1991:64) menjelaskan ada beberapa tujuan dari wisata

religi yaitu sebagai berikut23 :

a. Islam mengsyariatkan ziarah kubur untuk mengambil pelajaran dan

mengingat akan kehidupan akhirat dengan syarat tidak melakukan perbuatan

yang membuat Allah murka, seperti minta restu dan doa.

22
https://kbbi.web.id/religi di akses pada tanggal 10 Januari 2022.
23
Ima Nurhalimah, “Pengelolaan Desa Wisata Religi di Desa Kauman Kudus Jawa
Tengah Perspektif Dakwah”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Semarang: UIN Walisongo Semarang,
2019), hlm. 45.

16
b. Mengambil manfaat dengan mengingat kematian orang-orang yang sudah

wafat, dan di jadikan sebagai pelajaran bagi orang yang masih hidup.

c. Orang meninggal yang di ziarahi akan mendapatkan manfaat lantaran doa

dan salam dari para peziarah, dan orang yang meninggal akan mendapat

ampunan dari Allah.

Adapun fungsi wisata sendiri pada hakikatnya adalah melakukan perjalanan

untuk menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam dunia. Hal ini

berkaitan erat dengan adanya kegiatan dakwah yang bertujauan untuk mengajak

kepada hal kebaikan seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat

20 Allah telah memerintahkan manusia untuk melakukan perjalanan wisata untuk

mengingat kebesaran Allah.

F. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa penelitian sebelumnya, di

antaranya yaitu :

1. Anggun Pangestuti dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Dinas

Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu Dalam Membina Kelompok

Sadar Wisata (Pokdarwis) The Caretaker (Studi Kasus : Pengembangan Objek

Wisata Suligi Hill)” Penelitian ini lebih cenderung mengarah ke peranan dari

Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Rokan Hulu sangat di perlukan dalam membina Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis) yang ada di Rokan Hulu sebagai SDM kepariwisataan yang

membantu pemerintah untuk mengelola dan mengembangan objek wisata yang

17
berada di daerah mereka, termasuklah Pokdarwis The Caretaker yang turut

mengelola dan mengembangkan Objek Wisata Suligi Hill.24

2. Ari Akbar dalam penelitiannya yang berjudul “Kebijakan Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam Mengelola Gentala Arasy Sebagai Wisata

Budaya Religi” Penelitian ini lebih cenderung mengarah ke upaya Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam mempromosikan Gentala Arasy

serta kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam menerapkan

dan meningkatkan sinergitas dengan Pemangku Kepentingan Kebudayaan Islam

mendorong tersedianya, terbangunnya Sarana dan Prasarana kebudayaan Islam

untuk menjadikan dampak positif dalam mempromosikan budaya wisata religi di

Gentala Arasy.25

3. M. Junaidi dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Pemerintah Dalam

Mengembangkan Kegiatan Wisata Religi (studi di Dinas Pariwisata Kabupaten

Tanjung Jabung Barat)” Penelitian ini lebih cenderung mengarah ke strategi

pemerintah dalam mengembangkan kegiatan wisata religi di Dinas Pariwisata

Kabupaten Tanjung Jabung Barat serta kendala yang di hadapi pemerintah dinas

pariwisata dalam mengembangkan kegiatan wisata religi yang belum mempunyai

landasan hukum berupa Peraturan Bupati untuk mengelola dan mengembangkan

kegiatan wisata religi yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.26


24
Anggun Pangestu, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu
Dalam Membina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) The Caretaker (Studi Kasus :
Pengembangan Objek Wisata Suligi Hill)”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Pekanbaru: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2020).
25
Ari Akbar, “Kebijakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Dalam
Mengelola Gentala Arasy Sebagai Wisata Budaya Religi”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Jambi:
UIN STS Jambi, 2019).
26
M. Junaidi, “Strategi Pemerintah Dalam Mengembangkan Kegiatan Wisata Religi (studi
di Dinas Pariwisata Kabupaten Tanjung Jabung Barat)”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Jambi:
UIN STS Jambi, 2020).

18
Dari beberapa uraian penelitian di atas di ketahui, persamaan dari penelitian

ini ialah sama-sama membahas tentang wisata. Sedangkan yang membedakan

penelitian ini adalah fokus penelitian yang mana dalam penelitian ini

memfokuskan penelitian yang nantinya akan di tulis ialah hanya pada Peran dari

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam pengembangan wisata religi

di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota

Jambi.

G. Metode Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi

serta lembaga-lembaga terkait lainnya yang penulis harapkan dapat membantu dan

menjawab rumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini, penelitian di

lakukan terhitung sejak bulan April 2021.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian

yang bermaksud memaparkan suatu situasi atau kejadian. Sumadi Suryabrata

(2003:76) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Sesuai dengan judul penelitian, maka penelitian ini akan

mendeskripsikan Kedudukan, Pengembangan serta Peran Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Jambi dalam mengembangkan Wisata Religi di Masjid Al-

Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

3. Jenis dan Sumber Data

19
a. Jenis Data

Ada dua jenis data yang di gunakan penulis dalam penelitian ini yaitu data

primer dan data skunder.

Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik dari

sumber individu atau perorangan seperti wawancara atau hasil pengisian kuisioner

yang biasa di lakukan oleh peneliti.27 Adapun data primer yang penulis maksud

dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara yang di peroleh langsung dari

informan yang berkenaan dengan Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota

Jambi Dalam Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan

Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

Sedangkan data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang di

peroleh secara tidak langsung atau melalui sumber perantara.28 Data sekunder

yang di maksud dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen resmi Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi maupun bahan perpustakaan lainnya.

b. Sumber Data

Sumber data dapat berupa orang yang di wawancarai (informan), responden,

peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi selama observasi

pengamatan berlangsung di lokasi penelitian, serta artikel, buku, dokumen, dan

sumber data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Instrumen Pengumpulan Data

27
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1996), hlm. 42.
28
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm.
34.

20
Sugiono berpendapat bahwa instrumen pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Instrumen pengumpulan data adalah alat

yang di gunakan untuk mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian

kualitatif, alat utama yang di gunakan adalah peneliti itu sendiri (human

instrument). Dalam hal ini peneliti tidak dapat di gantikan oleh orang lain atau alat

lain untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, peneliti terjun langsung ke

lapangan menggunakan alat pengumpulan data seperti observasi dan wawancara.29

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan peninjauan atau pengamatan yang di lakukan di

lokasi penelitian dengan pencatatan, pemotretan, rekaman tentang situasi dan

kondisi yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu di Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Jambi.30

b. Wawancara

Instrumen ini di gunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan

sehingga dapat di temukan data baru yang tidak terdapat dalam dokumen. Data

mentah tersebut merupakan data utama dalam penelitian ini yang di peroleh

peneliti langsung dari informan, yang sangat berguna untuk menjawab pertanyaan

penelitian di atas. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui

dengan pasti persoalan yang terjadi bisa di dapat dari Kabag, Sekdis, Staff

Pegawai, pengurus masjid maupun masyarakat. Dalam melakukan wawancara,

29
Ibid., hlm. 37.
30
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya,
2002), hlm. 220.

21
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang di kemukakan

oleh informan. Oleh karena itu, secara Khusus wawancara ini di tujukan kepada :

1) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi

2) Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi

3) Kepala Sub Bidang

4) Pengurus Masjid Al-Ikhsaniyah

5) Masyarakat setempat31

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data dari dokumen

resmi internal berupa memo, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan

sebagainya.32 instrumen ini bertujuan melengkapi teknik observasi dan teknik

wawancara secara mendalam. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan

data tentang demografis dan geografis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Jambi mengenai kedudukan, pengembangan serta peran dalam pengembangan

wisata religi.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data di lakukan dalam tiga

tahapan yaitu sebelum di lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di

lapangan. Teknik analisis data dalam penelitian ini di laksanakan dengan tiga

teknik yaitu :

a. Mereduksi data yang di peroleh dari hasil wawancara. Data-data wawancara

yang telah di rekam kemudian di transkripkan dengan tujuan memudahkan


31
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm.
38.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 236.

22
peneliti memilah data-data yang sesuai untuk di analisis. Data-data ini

berhubungan dengan bentuk-bentuk keterlibatan Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Jambi dalam pengembangan kegiatan wisata religi di

Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk

Kota Jambi. Data-data yang telah di transkripkan ini kemudian di sajikan

dengan cara di pisahkan dan di petakan data-data yang serupa ke dalam

bagian-bagian tertentu yang telah di beri tanda.

b. Langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman inti dari setiap aspek yang

di teliti.

c. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan sementara dari data-data

yang terkumpul, sehingga dapat di ambil langkah-langkah awal untuk

penelitian lanjutan dan mengecek kembali data-data asli yang telah di

peroleh33

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, dan

Tinjauan Pustaka.

Bab II Metode Penelitian yang terdiri dari Tempat dan Waktu Penelitian,

Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.

Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian yang terdiri dari Sejarah Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi, Sruktur Organisasi Dinas Pariwisata dan
33
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm.
5.

23
Kebudayaan Kota Jambi, Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Jambi, Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi, serta

Profil Masjid Al-Ikhsaniyah.

Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian yang berisi Kedudukan Masjid Al-

Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Sebagai

Salah Satu Objek Wisata Religi di Kota Jambi, Pengembangan Masjid Al-

Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Sebagai

Salah Satu Objek Wisata Religi di Kota Jambi, Peran Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Jambi dalam Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al-

Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

24
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGESAHAN PEMBIMBING
MOTTO
KATA PENGANTAR
PERSEMBAHAN
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Teori
F. Tinjauan Pustaka
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Instrumen Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
F. Sistematika Penulisan
G. Jadwal Penelitian
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi
B. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi
C. Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi
D. Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi
E. Profil Masjid Al-Ikhsaniyah

25
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kedudukan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang
Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Sebagai Salah Satu Objek
Wisata Religi di Kota Jambi
B. Pengembangan Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan Olak Kemang
Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi Sebagai Salah Satu Objek
Wisata Religi di Kota Jambi
C. Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dalam
Pengembangan Wisata Religi di Masjid Al-Ikhsaniyah Kelurahan
Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE

DAFTAR PUSTAKA

1. Literature

26
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2006).

Eva Laelatul Fitri, “Peran Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Pariwisata

Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Kampung Tenun Samarinda”, Journal

Administrasi Bisnis, Vol. 6. No. 4 (2018).

Helln Angga Devy, “Pengembangan objek dan daya tarik wisata alam sebagai

daerah tujuan wisata di Kabupaten Karanganyar”, Jurnal Sosiologi Dilema,

Fakultas Imu Sosial dan Politik UNS, Vol. 32. No. 1, 2017.

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 1996).

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Karya, 2002).

Ricky Septiwirawan, M.Z. Arifin, Dini Zulfiani, “Upaya Pengembangan Wisata

Bahari di pulau Maratua di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Berau”, Journal Administrasi Publik, Vol. 8. No. 3 (2020).

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press,

2014).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013)

2. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

27
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 10 Tahun 2013 tentang Meningkatkan dan

Mengembangkan Kegiatan Sektor Unggulan Pada Kawasan Strategis Antara

Lain Pertanian, Perkebunan, Pertambangan, Industri, Perikanan Dan

Pariwisata.

Peraturan Daerah Kota Jambi No. 15 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan

kepariwisataan.

3. Lain-lain

Anggun Pangestu, “Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Rokan

Hulu Dalam Membina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) The Caretaker

(Studi Kasus : Pengembangan Objek Wisata Suligi Hill)”, Hasil Penelitian

Kompetitif, (Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2020).

Ari Akbar, “Kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi Dalam

Mengelola Gentala Arasy Sebagai Wisata Budaya Religi”, Hasil Penelitian

Kompetitif, (Jambi: UIN STS Jambi, 2019).

Hasil wawancara dengan Ibu Syarifah Ulia selaku keturunan habib sekaligus

pengurus Masjid Al-Ikhsaniyah pada 28 Juli 2021

https://disparbud.jambikota.go.id/ di akses pada 10 Januari 2022.

https://kbbi.web.id/religi di akses pada tanggal 10 Januari 2022.

https://www.metrojambi.com/ di akses pada tanggal 13 Januari 2022.

28
Ima Nurhalimah, “Pengelolaan Desa Wisata Religi di Desa Kauman Kudus Jawa

Tengah Perspektif Dakwah”, Hasil Penelitian Kompetitif, (Semarang: UIN

Walisongo Semarang, 2019).

Jambikota.go.id. di akses pada tanggal 15 Juni 2021

Junaidi T, Syahril, Geografi Pariwisata Provinsi Jambi, di terbitkan Dinas

Pendidikan Provinsi Jambi Bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Jambi Tahun 2006, hlm. 15

M. Junaidi, “Strategi Pemerintah Dalam Mengembangkan Kegiatan Wisata

Religi (studi di Dinas Pariwisata Kabupaten Tanjung Jabung Barat)”, Hasil

Penelitian Kompetitif, (Jambi: UIN STS Jambi, 2020).

Simas.kemenag.co.id. di akses pada tanggal 02 Oktober 2021

29
JADWAL PENELITIAN

Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini, maka penulis

menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :

Tahun 2021-2022
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1 x
Judul
Pembuatan
2 x
Proposal
Perbaikan
Proposal
3 x x
dan
Seminar
Surat Izin
4
Riset
Pengumpul
5
an Data
Pengolahan
dan
6
Analisis
Data
Pembuatan
7
Laporan
Bimbingan
8 dan
Perbaikan
Agenda
9 dan Ujian
Skripsi
Perbaikan
10 dan
Penjilidan

30

Anda mungkin juga menyukai