A. Landasan Filosofis
1
B. Landasan Sosiologis
Desa wisata sudah menjadi bagian aspek yang tidak dipisahkan dalam
kawasan indonesia karena desa sudah menjadi aspek dayatawar untuk menjadi
bagian dari wisata yang ada kutai kartanegara, sehingga dalam rangka
memberikan pengelolaan secara legal dan memberikan kebebasan dalam
berdemokrasi telah membuka kran untuk setiap elemen dalam ketatanegaraan
dijamin hak konstitusionalnya karena itu merupakan konsekuensi dalam didalam
demokrasi. Setiap elemen ketatanegaraan seperti Desa wisata menjadi salah satu
elemen hasil berdemokrasi yang mana produk hukum yang dihasilkan dan
mengaturnya berdasarkan asas Otonomi daerah.
Pasca diberlakukannya asas otonomi daerah yang memberikan
kewenangan langsung untuk mengatur sendiri arah pengelolaan Desa Wisata guna
tersciptanya kemandirian dan kesejateraan Desa. Asas otonomi daerah ini sejatinya
benar-benar diterapkan sebagai mana amanat undang-undang Desa ini supaya apa
yang sebenarnya menjadi kebutuhan Desa dan kepentingan Desa teralisasi dan
berdampak langsung terhadap Desa itu sendiri, disisi lain amanat yang telah
diberikan oleh Undang-undang tepat sasaran karena setiap wilayah Desa wisata
memiliki kearifan local kutai kartanegara yang harus dihargai dan dihormati
keberadaannya.
2
C. Landasan Yuridis
Kemandirian Desa yang selama ini menjadi elemen yang paling penting
karena supaya Desa dapat menegelola sendiri pemerintahan di Desa dengan
hadirnya desa wisata. Desa wisata menjadi satuan-satuan khusus yang terdapat di
pemerintahan Daerah yang dijamin langsung keberadaannya oleh UUD NRI 1945
pasal 18 B ayat 1 yang mana satuan khusus yang hidup dan berkembangan
Bersama dan melekat dengan masyarakat keberadaan desa wisata.
Ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf (a) UU Kepariwisataan bahwa sumber
daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata,
berdasarkan ketentuan tersebut bahwa Desa wisata menjadi kawasan strategis
yang menjadi kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global,
menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus
dihormati dan dilindungi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia usaha
pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar berwisata
sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan.
Desa wisata yang sudah menjadi bagian dari kawasan strategis tersebut
diwujudukonkritkan dalam rangka pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan
sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan kebersamaan
dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan
pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat
dan pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu
kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi
berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerja sama antarnegara,
pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber
kekayaan alam dan budaya yang perlu diatur melalui Raperda kota kutai
kartanegara tentang Desa Wisata.