Anda di halaman 1dari 64

Kapita Selekta Pariwisata

BAB I
UNDANG – UNDANG KEPARIWISATAAN

A.  Undang –Undang Kepariwisataan

Dengan rahmat Tuhan yang maha ESA Presiden Republik Indonesia menimbang:
a.    Bahwa keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tuhan 1945.
b.    bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud
berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia.
c.    bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan
secara sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
d.    bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan
kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
e.    bahwa Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan tidak sesuai lagi
dengan tuntutan dan perkembangan kepariwisataan sehingga perlu diganti.
f.     bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas perlu membentuk
Undang-Undang tentang kepariwisataan.

A.   Ketentuan umum
Pasal 1
Dalam  Undang-undang ini yang di maksud dengan:
1.    Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
2.    Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3.    Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4.    Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
5.    Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6.    Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di  dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7.    Usaha  pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8.    Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
9.    Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
10.  Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
11.  Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan
profesionalitas kerja.
12.  Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata
untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan
kepariwisataan.
13.  Pemerintah pusat, selanjutnya disebut pemerintah adalah presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.
14.  Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
15.  Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pemerintahan
16.  Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
17.  Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan.

B.   Asas, fungsi dan tujuan

Pasal 2
Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas :
a.    Manfaat
b.    Kekeluargaan
c.    adil dan merata
d.    keseimbangan
e.    kemandirian
f.     kelestarian
g.    partisipatif
h.    berkelanjutan
i.      demokratis
j.      kesetaraan dan
k.    kesatuan

Pasal 3
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap
wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat.
a.  Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan
daya tarik wisata.
b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa.
c.    Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
d. pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
e.    Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Pasal 4
Kepariwisataan bertujuan untuk:
a.    meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b.    meningkatkan kesejahteraan rakyat
c.    menghapus kemiskinan
d.    mengatasi pengangguran
e.    melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f.     memajukan kebudayaan
g.    mengangkat citra bangsa
h.    memupuk rasa cinta tanah air
i.      memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
j.      mempererat persahabatan antar bangsa

C.   Prinsip penyelenggaraan kepariwisataan

Pasal 5
Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip :
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan manusia dan lingkungan
b.  menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas
d.    memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup
e.    memberdayakan masyarakat setempat
f.     menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antar pemangku kepentingan
g.  mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata dan
h.    memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

D.   Pembangunan kepariwisataan
Pasal 6
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan
dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta
kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pasal 7
Pembangunan kepariwisatan meliputi :
a.    industri pariwisata
b.    destinasi pariwisata
c.    pemasaran dan
d.    kelembagaan kepariwisataan

Pasal 8
1)    Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional,
rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota.
2)    Pembangunan kepariwisataan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
integral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional.

Pasal 9
1)    Rencana induk pembangunan kepariwisatan nasional sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2)    Rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi.
3)    Rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
4)    Penyusunan rencana induk pembangunan kepariwisataan sebagaima dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan.
5)    Rencana induk pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
meliputi perencanaan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran,
dan kelembagaan kepariwisataan.

Pasal 10
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Pasal 11
Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan
keparwisataan.

E.    Kawasan strategis

Pasal 12
(1)  Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek:
a.   sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata.
b.    potensi pasar
c.   lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.
d.  perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
budaya
f.     kesiapan dan dukungan masyarakat dan
g.    kekhususan dari wilayah

(2)  Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya


persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(3)  Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial dan agama
masyaraka setempat.
.
Pasal 13
(1)  Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan ayat
(2) terdiri atas kawasan strategis nasional, kawasan strategis pariwisata provinsi, dan
kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.

(2)  Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
integral dari rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang provinsi, dan rencana
tata ruang wilayah kabupaten /kota.

(3)  Kawasan strategis pariwisata nasional ditetapkan oleh Pemerintah, Kawasan strategis


pariwisata provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, dan kawasan strategis
pariwisata kabupaten/kota ditetapkan  oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

(4)  Kawasan pariwisata khusus ditetapkan dengan undang-undang.

F.    Usaha pariwisata
Pasal 14

(1)  Usaha pariwisata meliputi, antara lain:


a.    daya tarik wisata
b.    kawasan pariwisata
c.    jasa transportasi pariwisata
d.    jasa perjalanan pariwisata
e.    jasa makanan dan minuman
f.     penyediaan akomodasi
g.    penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
h.    penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran
i.      jasa informasi pariwisata
j.      jasa konsultan pariwisata
k.    jasa pramuwisata
l.      wisata tirta
m.   spa
(2)  Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
menteri.
Pasal 15

(1)  Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal


14, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya terlebih dahulu kepada Pemerintah
atau Pemerintah Daerah.

(2)  Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 16

Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menunda atau meninjau kembali pendaftaran
usaha pariwisata apabila tidak sesuai dengan ketentuan tata cara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.

Pasal 17
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata dengan cara:
a.  Membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasi dan
b.  menfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan usaha skala
besar.

G.   Hak, kewajiban dan larangan

Bagian Kesatu Hak


Pasal 18

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan..

Pasal 19
(1)  Setiap orang berhak :
a.    memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata
b.    melakukan usaha pariwisata
c.    menjadi pekerja/buruh pariwisata: dan/atau
d.    berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.

(2)  Setiap orang dan/atau masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata


mempunyai hak prioritas :

a.    menjadi pekerja/buruh
b.    konsinyasi; dan/atau
c.    pengelolaan
Pasal 20
Setiap wisatawan berhak memperoleh:
a.    informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata
b.    pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar
c.    perlindungan hukum dan keamanan
d.    pelayanan kesehatan
e.    perlindungan hak pribadi, dan
f.     perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi

Pasal 21
Wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak
mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan kebutuhannya.

Pasal 22
Setiap pengusaha pariwisata berhak :
a.mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha di bidang kepariwisataan
b.    menmbentuk dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan
c.    mendapatkan perlindungan hukum dalam berusahan dan
d.    mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Bagian keduan
Kewajiban
Pasal 23

(1)    Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:


a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan
keselamatan kepada wisatawan.
b.   menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata yang meliputi
terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, menfasilitasi dan memberikan
kepastian hukum.
c.  memelihara, mengembangkan dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik
wisata dan aset potensial yang belum tergali,
d.    mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka mencegah
menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas.

(2)    Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan pengendalian kepariwisataan


sebagaimana dimaksud diatas pada ayat (1) huruf d diatur dengan peraturan presiden.

Pasal 24
Setiap orang berkewajiban:
a.    menjaga dan melestarikan daya taya wisata, dan
b.    membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih berperilaku santun, dan menjaga
kelestarian lingkungan destinasi pariwisata.

Pasal 25
Setiap wisatawan berkewajiban:
a.    menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat setempat.
b.    memelihara dan melestarikan lingkungan
c.    turut serta menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan
d.    turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan
yang melanggar hukum.

Pasal 26
Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban:
 a.    menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat setempat.
 b.    memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab
 c.    memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif
 d.    memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan
keselamatan wisatawan
 e.    memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang
beresiko tinggi
 f.     mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat
yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan.
 g.    mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri,
dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal.
 h.    meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan
 i.      berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program
pemberdayaan masyarakat.
 j.      turut sertam mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan
dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya
 k.    memeliharan lingkungan yang sehat, bersih dan asri
 l.      memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya
 m.   menjaga citra negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan kegiatan usaha
kepariwisataan secara bertanggung jawab
 n.    menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan.
  

Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 27

1)    Setiap orang dilarang merusak sebagan atau seluruh fisik daya tarik wisata
2)    merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah melakukan
perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk, menghilangkan spesies tertentu,
mencemarkan lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan
daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan
nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.

H.   Kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah


Pasal 28
Pemerintah berwenang:
a.    menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional
b.    mengoordinasikan pembangunan kepariwisataan lintas sektor dan lintas provinsi
c.    menyelenggarakan kerja sama internasional di bidang kepariwisataan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
d.    menetapkan daya tarik wisata nasional
e.    menetapkan destinasi pariwisata nasional
f.     menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur, kriteria, dan sistem pengawasan
dalam penyelenggaraan kepariwisatan
g.    mengembangkan kebijakan pengembangan sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan
h.    memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik
wisata dan aset potensial yang belum tergali
i.      melakukan dan menfasilitasi promosi pariwisata nasional
j.      memberikan kemudahan yang mendukung kunjungan wisatawan dini yang
berhubungan dengan keamanan dan keselamatan wisatawan
k.    meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan potensi wisata yang dimiliki masyarakat
l.      mengawasi, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan kepariwisataan, dan
m.   mengalokasikan anggaran kepariwisataan
n.    memberikan informasi dan/atau peringatan

Pasal 29
Pemerintah provinsi berwenang :
a.    menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi
b.    mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayahnya.
c.    melaksanakan pendaftaran, pencatatan dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata
d.    menetapkan destinasi pariwisata provinsi
e.    menetapkan daya tarik wisata provinsi
f.     menfasilitasi promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di
wilayahnya
g.    memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata provinsi, dan
h.    mengalokasikan anggaran kepariwisataan

Pasal 30
Pemerintah kabupaten/kota berwenang :
a.    menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota
b.    menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota
c.    menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota
d.    melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran usaha pariwisata.
e.    mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya.
f.     menfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang
berada di wilayahnya.
g.    memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru.
h.    menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup
kabupaten/kota.
i.      memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang ada di wilayahnya.
j.      menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata, dan
k.    mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
Pasal 31
1)    Setiap perseorangan, organisasi pariwisata, lembaga pemerintah, serta badan usaha
yang berprestasi luar biasa atau berjasa besar dalam partisipasinya meningkatkan
pembangunan, kepeloporan dan pengabdian di bidang kepariwisataan yang dapat
dibuktikan dengan fakta yang konkrit di beri panghargaan.
2)    Penghargaan sebagaimana di maksud pada ayat 1 diberikan oleh pemerintah atau
lembaga lain yang terpercaya.
3) Penghargaan dapat berbentuk pemberian piagam, uang, atau bentuk penghargaan lain
yang bermanfaat.
4)    Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan, bentuk penghargaan, dan
pelaksanaan pemberian penghargaan sebagaimana di maksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat
3 diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 32
1) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat untuk kepentingan      pengembangan kepariwisataan.
2. Dalam meyediakan dan menybarluaskan informasi pemerintah mengembangkan sistem
informasi kepariwisataan nasional.
3.  Pemerintah daerah dapat mengembangkan dan mengelola sistem informasi
kepariwisataan sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah.

I.      Koordinasi
Pasal 33

1)    Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan pemerintah melakukan


koordinasi strategis lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan
kepariwisataan.
2)    Koordinasi strategis lintas sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a.    bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina.
b.    bidang keamanan dan ketertiban.
c.    bidang prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan
kesehatan lingkungan.
d.    bidang transportasi darat, laut, dan udara.
e.    bidang promosi pariwisata dan kerjasama luar negeri.

Pasal 34
Koordinasi strategis lintas sektor sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (1) dipimpin
oleh Presiden atau Wakil Presiden.
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, mekanisme, dan hubungan koordinasi strategis
lintas sektor sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 dan pasal 34 diatur dengan Peraturan
Presiden.

J.    Badan promosi pariwisata indonesia

Bagian Kesatu
Badan Promosi Pariwisata Indonesia
Pasal 36
1)    Pemerintah memfasilitasi pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesian yang
berkedudukan di ibu kota negara.
2)    Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
lembaga swasta dan bersifat mandiri.
3)    Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) di tetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 37
Struktur organisasi Badan Promosi Pariwisata Indonesia terdiri atas 2 unsur, yaitu unsur
penentu kebijakan dan unsur pelaksana.
Pasal 38
1)    Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 37 berjumlah 9 (sembilan) orang anggota terdiri atas : a. wakil asosiasi
kepariwisataan 4 (empat) orang, b. wakil asosiasi profesi 2 (dua) orang, c. wakil asosiasi
penerbangan 1(satu) orang, d. pakar/akademisi 2 (dua) orang.
2)    Keanggotaan unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia diusulkan
oleh Menteri kepada Presiden untuk masa tugas paling lama 4 (empat) tahun.
3)    Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia dipimpin oleh seorang
ketua dan seorang wakil ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris yang dipilih dari dan
oleh anggota.
4)    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, persyaratan, serta tatacara pengangkatan
dan pemberhentian unsur penentu kebijakan sebagaimanau dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 39
Unsur penentu kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasa 38 membentuk unsur
pelaksana untuk menjalankan tugas operasional Badan Promosi Pariwisata Indonesia.

Pasal 40
1)    Unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Indonesia dipimpin oleh seorang Direktur
Eksekutif dengan dibantu oleh beberapa Direktur sesuai dengan kebutuhan
2)    Unsur pelaksana Badan Promosi Indonesia wajib menyusun tatakerja dan rencana kerja.
3)    Masa kerja unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Indonesia paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa kerja berikutnya.
4)    Ketentuan lebih lanjut mengenai tatakerja, persyaratan, serta tata cara pengangkatan
dan pemberhentian unsur pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Badan Promosi Pariwisata Indonesia.
Pasal 41
1)    Badan Promosi Pariwisata Indonesia mempunyai tugas:
a.    meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia,
b.    meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa
c.    meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan pembelanjaan
d.    menggalang pendanaan dari sumber selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
e.    melakukan riset dalam rangka pengembangan usaha dan bisnis pariwisata.

2)    Badan Promosi Pariwisata Indonesia mempunyai tugas sebagai: a. koordinator promosi


pariwisata yang dilakukan dunia usaha di pusat dan di daerah, b. mitra kerja Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
Pasal 42
1.    Sumber pembiayaan Badan Promosi Pariwisata Indonesia berasal dari: a. pemangku
kepentingan, dan b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.    Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah bersifat hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3.    Pengelolaan dana yang bersumber dari Non-Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan Non-Anggaran Pendapatan Belanja Daerah wajib di audit oleh akuntan publik dan
diumumkan kepada masyarakat.

Bagian Kedua
Badan Promosi Pariwisata Daerah
Pasal 43
1.    Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi pembentukan Badan Promosi Daerah
Indonesian yang berkedudukan di ibu kota provinsi dan kabupaten/kota
2.    Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
lembaga swasta dan bersifat mandiri.
3.    Badan Promosi Pariwisata Daerah dalam melaksanakan kegiatannya wajib berkoordinasi
dengan Badan Promosi Pariwisata Indonesia.
4.    Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 44
Struktur organisasi Badan Promosi Pariwisata Indonesia terdiri atas 2 unsur, yaitu unsur
penentu kebijakan dan unsur pelaksana.

Pasal 45
1.    Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 44 berjumlah 9 (sembilan) orang anggota terdiri atas : a. wakil asosiasi
kepariwisataan 4 (empat) orang, b. wakil asosiasi profesi 2 (dua) orang, c. wakil asosiasi
penerbangan 1(satu) orang, d. pakar/akademisi 2 (dua) orang.
2.    Keanggotaan unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia diusulkan
oleh Menteri kepada Presiden untuk masa tugas paling lama 4 (empat) tahun.
3.    Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia dipimpin oleh seorang
ketua dan seorang wakil ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris yang dipilih dari dan
oleh anggota.
4.    Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, persyaratan, serta tatacara pengangkatan
dan pemberhentian unsur penentu kebijakan sebagaimanau dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 46
Unsur penentu kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 membentuk unsur
pelaksana untuk menjalankan tugas operasional Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 47
1.    Unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah dipimpin oleh seorang Direktur
Eksekutif dengan dibantu oleh beberapa Direktur sesuai dengan kebutuhan
2.    Unsur pelaksana Badan Promosi Daerah wajib menyusun tatakerja dan rencana kerja.
3.    Masa kerja unsur pelaksana Badan Promosi Pariwisata Daerah paling lama 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa kerja berikutnya.
4.    Ketentuan lebih lanjut mengenai tatakerja, persyaratan, serta tata cara pengangkatan
dan pemberhentian unsur pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Badan Promosi Pariwisata Daerah.
Pasal 48
1.    Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai tugas: a. meningkatkan citra
kepariwisataan Indonesia, b. meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan
penerimaan devisa, c. meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan pembelanjaan, d.
menggalang pendanaan dari sumber selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, e. melakukan riset dalam rangka pengembangan usaha dan bisnis pariwisata.
2.    Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai tugas sebagai :
a.    koordinator promosi pariwisata yang dilakukan dunia usaha di pusat dan di daerah
b.    mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pasal 49
1.    Sumber pembiayaan Badan Promosi Pariwisata Daerah berasal dari: a. pemangku
kepentingan, dan b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.    Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah bersifat hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3.    Pengelolaan dana yang bersumber dari Non-Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan Non-Anggaran Pendapatan Belanja Daerah wajib di audit oleh akuntan publik dan
diumumkan kepada masyarakat.
K.   Gabungan industri pariwisata indonesia

Pasal 50
1.    Untuk mendukung pengembangan dunia usaha pariwisata yang kompetitif, dibentuk
satu wadah yang dinamakan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia.
2.    Keanggotaan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia terdiri atas :
a.    pengusaha pariwisata.
b.    asosiasi usaha pariwisata
c.    asosiasi profesi dan d. asosiasi lain yang terkait langsung dengan pariwisata.
3.    Gabungan Industri Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai mitra kerja pemerintah dan pemerintah daerah serta wadah komunikasi dan
konsultasi para anggotanya dalam penyelenggaraan dan pembangunan kepariwisataan.
4.    Gabungan Industri Pariwisata Indonesia bersifat mandiri dan dalam melakukan
kegiatannya bersifat nirlaba.
5.    Gabungan Industri Pariwisata Indonesia melakukan kegiatan, antara lain :
a.    menetapkan dan menegakkan kode etik Gabungan Industri Pariwisata Indonesia
b.    menyalurkan aspirasi memelihara kerukunan dan kepentingan anggota dalam rangka
keikutsertaannya dalam pembangunan bidang kepariwisataan
c.     meningkatkan hubungan dan kerjasama antara pengusaha pariwisata indonesia dan
pengusaha pariwisata luar negeri untuk kepentingan pembangunan kepariwisataan
d.    mencegah persaingan usaha yang tidak sehat di bidang kepariwisataan: dan
e.    menyelenggarakan pusat informasi usaha dan menyebarluaskan kebijakan pemerintah
di bidang kepariwisataan.

Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, keanggotaan, susunan kepengurusan, dan
kegiatan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 50
diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

L.    Pelatihan Sumber Daya Manusia, Standardisasi, Sertifikasi, Dan Tenaga Kerja


Bagian Kesatu
Pelatihan Sumber Daya Manusia
Pasal 52

Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia


pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Bagian Kedua
Standardisasi dan Sertifikasi
Pasal 53
1.    Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar kompetensi.
2.    Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi
kompetensi.
3.    Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifakasi profesi yang telah mendapat
lisensi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 54
1.    Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar usaha.
2.    Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi usaha .
3.    Sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh lembaga mandiri
yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal
53 dan sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 54 diatur dalam peraturan
pemerintah.
Bagian Ketiga
Tenaga Kerja Ahli Warga Negara Asing
Pasal 56
1.    Pengusaha pariwisata dapat memperkerjakan tenaga kerja ahli warga negara asing
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.    Tenaga kerja ahli warga negara asing sebagaimana maksud pada ayat (1) terlebih dahulu
mendapatkan rekomendasi dari organisasi asosiasi pekerja profesional kepariwisataan.
M.   Pendanaan
Pasal 57
Pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah, pengusaha dan masyarakat

Pasal 58
Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabillitas public.

Pasal 59
Pemerintah Daerah mengalokasikan sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari
penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian alam dan budaya.
Pasal 60
Pendanaan oleh pengusaha dan/atau masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau
kecil diberikan insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 61
Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan peluang pendanaan bagi usaha mikro dan
kecil dibidang kepariwisataan.

N.   Sanksi administratif
Pasal 62
1.    Setiap wisatawan yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
25 dikenai sanksi berupa teguran lisan disertai dengan pemberitahuan mengenai hal yang
harus dipatuhi.
2.    Apabila wisatawan telah diberi teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak
diindahkannya, wisatawan bersangkutan dapat diusir dari lokasi perbuatan dilakukan.
Pasal 63
1.    Setiap pengusaha pariwisata yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15 dan/atau pasal 26 dikenai sanksi administratif.
2.    Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa  : a. teguran tertulis
b.pembatasan kegiatan usaha c. pembekuan sementara kegiatan usaha.
3.    Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikenakan kepada
pengusaha paling banyak 3 (tiga) kali.
4.    Sanksi pembatasan kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak mematuhi
teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
5.    Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha dikenakan kepada pengusaha yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).
O.   Ketentuan pidana
Pasal 64
1.    Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum merusak fisik daya tarik wisata
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).
2.    Setiap orang yang karena kelalaiannya dan melawan hukum, merusak fisik, atau
mengurangi nilai daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah)

P.    Ketentuan peralihan
Pasal 65

Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana di maksud dalam pasal 36 ayat (1) harus
telah dibentuk paling lama 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 66
1.    Pembentukan Gabungan Indonesia Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pasal 50 untuk pertama kalinya difasilitasi oleh Pemerintah.
2.    Gabungan Industri Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus telah
dibentuk dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan
Q.   Ketentuan penutup
Pasal 67
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan dalam waktu paling
lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkan.

Pasal 68
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan (lembaran Negara tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3427) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 69
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang  Nomor 9 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 3427), dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 70
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

B.   PRINSIP-PRINSIP PENYELENGARAAN PARIWISATA

Kepariwisataan Indonesia diselenggarakan dengan prinsip sebagai berikut :


·         menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan;
·         menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
·         memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas;
·         memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
·         memberdayakan masyarakat setempat;
·         menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antarpemangku kepentingan;
·         mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata; dan
·         memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C.   AZAS - AZAS PENYELENGARAAN PARIWISATA

Pembangunan kepariwisataan Indonesia dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2009 yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana
pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan
kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata yang meliputi :
1.    industri pariwisata;
2.    destinasi pariwisata;
3.    pemasaran; dan
4.    kelembagaan kepariwisataan.
Pembangunan kepariwisataan Indonesia dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan
nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota yang meliputi perencanaan pembangunan
industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan.
Pembangunan kepariwisataa Indonesia merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan jangka panjang nasional.
Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan
memperhatikan aspek :
1.    sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;
2.    potensi pasar;
3.    lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
4.    perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
5.    lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
budaya;
6.    kesiapan dan dukungan masyarakat; dan
7.    kekhususan dari wilayah..
Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama
dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan
pada diri sendiri. 
Penyelenggaraan Kepariwisataan Bertujuan:
·         Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu        objek
dan daya tarik wisata;
·         Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa;
·         Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

D.   BADAN PROMOSI PARIWISATA

Menurut Mursid (2003), Pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan
arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Lebih lanjut Winardi dalam Ediwarsyah (1986) mengatakan bahwa pemasaran adalah
aktifitas dunia usaha yang berhubungan dengan arus benda-benda serta jasa-jasa dari
produksi sampai konsumsi dimana termasuk tindakan membeli, menjual, menyelengarakan
reklame, menstandarisasi, pemisahan menurut nilai, mengangkut, menyimpan benda-
benda, serta informasi pasar.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapatlah di ambil suatu kesimpulan bahwa
pemasaran adalah suatu kegiatan usaha perdagangan baik dalam bentuk barang-barang
atau jasa, yang dilakukan oleh Si penjual kepada Si pembeli, didalamnya termasuk tindakan
memperkenalkan barang-barang dan jasa, menjual, membeli, menstandarisasi dengan
tujuan untuk memberi kepuasan antara Si penjual kepada Si pembeli dengan melalui proses
pertukaran.
Dalam kegiatan pemasaran maka akan ada kegiatan promosi, karena promosi ini sangat
diperlukan untuk mempertemukan antara produsen dengan konsumen, memperkenalkan
jenis dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan sehingga antara Si pembeli dan Si penjual
mendapat kepuasan.
Promosi adalah usaha untuk memajukan sesuatu, karena tujuan promosi adalah :
1.    Untuk memperkenalkan perusahaan kepada pihak luar.
2.    Untuk meningkatkan penjualan.
3.    Sebagai sarana untuk memberitahukan kepada pihak luar tentang kehebatan perusahan
tersebut.
4.    Ingin mengetengahkan segi kelebihan perusahan atau produk atau jasa terhadap
saingan.
Jika dihubungkan dengan kepariwisataan maka yang menjadi sasaran promosinya adalah
obyek wisata, yaitu dengan cara memaparkan keadaan daya tarik dari obyek wisata, sarana
dan prasarana yang telah tersedia di obyek wisata, sehingga menimbulkan keinginan orang
untuk berkunjung di obyek wisata tersebut.
Berdasarkan gambaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan promosi pariwisata
adalah :
1.    Agar calon wisatawan dapat mengetahui bahwa ada obyek wisata yang baik untuk di
kunjungi.
2.    Untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan.
3.    Untuk menunjukkan pada calon wisatawan tentang keadan obyek wisata yang
mempunyai sifat spesifik dan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan obyek wisata
lainnya.
4.    Untuk meningkatkan sumber pendapatan masyarakat terutama yang ada di lingkungan
obyek wisata. (Editor : N. Raymond Frans),
E.   DEFINISI KEPARIWISATAAN
           Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian
dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang
melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in terms of
demand and supply. The demand is made up of domestic and international tourist market.
The supply is comprised of transportations, tourist attractions and activities, tourist
facilities, services and related infrastructure, and information and promotion. Visitors are
defined as tourist and the remainder as same-day visitors”.
                Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki
arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan.
Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara.
Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan
aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai
berkut  Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan
kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan
raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek
sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat
memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah
wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan
juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan
proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju
ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan
ditengah-tengah industri lainnya.
Beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian kepariwisataan adalah
sebagai berikut:
v  Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan pariwisata yang
bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang
berkaitan dengan tinggalnyaorang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak
tinggal ditempat itu untuk melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan
yang bersifat permanen maupun sementara”.
v  Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan dalam dunia
modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai
modal untuk melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar
negri).
F.    DEFINISI PARIWISATA

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi
sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila
memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu : (dikutip dari Ekonomi Pariwisata, hal 21)
a. Harus bersifat sementara
b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa.
c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran.
v   (Mc.Inthosh), Mendefinisikan pariwisata sebagai ilmu, seni dan bisnis tentang menari,
memindahkan, mengakomodasikan dan secara ramah memenuhi kebutuhan dan kegiatan
para pengunjung.
v  (Jafari), Menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu studi tentang orang yang
meninggalkan habitatnya dan suatu studi tentang industri yang memenuhi kebutuhannya
dan tentang dampak yang ditimbulkannya terhadap sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan.
v  (Mathieson & Wall), Mengatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan perpindahan orang
untuk sementara waktu ke destinasi diluar tempat tinggal dan tempat kerjanya dan
melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan penyiapan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan mereka.(Indra Mulyana), Mengatakan bahwa pariwisata merupakan
v  perpidahan seseorang atau sekelompok orang ke tempat lain, diluar tempat tinggalnya
untuk sementara waktu dengan maksud untuk melakukan rekreasi ataupun studi dalam
memenuhi kebutuhannya.
v  Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987) Pariwisata adalah perpindahan orang untuk
sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka
biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat
tujuan itu.Saya setuju dengan pendapat ini, namun ada beberapa di tambah yakni
menyangkut waktu yang dibutuhkan dan tujuan pariwisata itu sandiri berdasarkan IUTO
waktu yang ditetapkan untuk kegiatan yang bisa disebut pariwisata setidaknya adalah 24
jam, dan tujuammya adalah untuk mengisi waktu senggang, bisnis, keluarga, perutusan, dan
pertemuan-pertemuan.
v  Menurut Hunziger dan krapf dari swiss dalam Grundriss Der Allgemeinen
Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah keserluruhan jaringan dan gejala-
gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang
tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi
keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara.Saya setuju dengan pendapat ini,
karena pada dasarnya pariwisata itu motif kegiatannya adalah untuk mengisi waktu luang,
untuk bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan Agama, dan mungkin untuk kegiatan
olahraga. Selain itu semua kegiatan tersebut dapat memberi keuntungan bagi pelakunya
baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun dalam jangka waktu lama.
v  Menurut Prof. Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (1994, 116.). Pariwisata dalah suatu
aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman
orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka
ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan
tetap.Menurut saya walaupun Definisi yang dikemukakan oleh Prof Salah Wahab kalimatnya
terkesan berbelit-belit namun isinya sudah mengacu pada pengertian pariwisata itu sendiri.
Karena memang pariwisata itu dilakukan secara sadar dalam mendapatkan pelayanan
berbeda dari biasanya baik diluar negeri maupun didalam negeri guna mencari kepuasan.
Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan
sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan
dan juga harapan yang berbeda.
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya
tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari
bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan
dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam
pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa
Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang
dengan profesinya, keahliannya, keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan,
2010:12).
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
·         Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata.
·         Pengertian wisatawan diartikan sebagai seseorang atau suatu rombongan yang
menikmati suatu objek wisata. Sementara itu, objek wisata dapat diartikan sebagai sesuatu
benda, kegiatan, wilayah yang memang menarik dan memiliki pesona yang mampu
menyedot perhatian orang. Umumnya, objek wisata dikelola oleh pemerintah, masyarakat,
atau swasta yang ditandai dengan pembayaran retribusi atau karcis masuk.  Padanan kata
dari wisatawan antara lain pengunjung, pelancong, turis, dan pelawat.
Menurut UN. Convention Concerning Customs Facilites For Touring (1954) Wisatawan
adalah setiap orang yang datang disebuah Negara karena alas an yang sah kecuali untuk
berimigrasi dan yang tinggal setidak-tidaknya 24 Jam dan selama-lamanya 6 Bulan dalam
tahun yang sama.
Dalam pengertian ini wisatawan dibedakan berdasarkan waktu dan tujuan yang disebut
wisatawan adalah orang-orang yang berkunjung setidaknya 24 dan yang dating
berdasarakan motivasi Mengisi waktu senggang seperti bersenang, berlibur, untuk
kesehatan, studi, keperluan agama, dan olahraga, serta bisnis, keluarga, peurtusan, dan
pertemuan-pertemuan.
Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah
orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi
daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

BAB II
HOSPITALITY
A.  DEFINISI HOSPITALITY

 Hospitality "Merujuk pada hubungan antara guest/tamu dan host/pelayanan dan juga
merujuk pada aktivitas/kegiatan keramah-tamahan yaitu penerimaan tamu dan hiburan
untuk para tamu dengan kebebasan dan kenyamanan". Hospitality memiliki arti keramah
tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati.
 Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan
roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka
seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak
memiliki nilai untuk dijual (S.Pendit, 2007 : 152). Hospitality dapat juga dikategorikan
sebagai industri, yaitu industri yang menyediakan jasa pelayanan sesuai dengan kebutuhan
wisatawan, biasanya produk yang ditawarkan berupa pelayanan yang sifatnya membuat
wisatwan betah, merasa nyaman dan aman.
 Tidak dapat dipungkiri bahwa semua industri berorientasi pada pertumbuhan dan bersifat
ekonomi sentris. Bertumbuhnya ekonomi dalam industri hospitality ini sangat bergantung
pada loyalitas pelanggan. Manajemen hotel pada umumnya menginginkan bahwa tamu-
tamu yang sudah menginap dihotel diharapkan menjadi tamu yang loyal, dalam arti jika
tamu-tamu tersebut berlibur lagi diwaktu yang akan datang, akan menginap di hotel itu
kembali dan bahkan ikut mengabarkan kepada tamu lainnya untuk ikut serta menginap di
hotel tersebut. Hal ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat
terjadi setiap saat, baik perubahan pada diri tamu seperti selera-selera perubahan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi aspek-aspek psikologi, sosial, dan kultural pelanggan.
 Hospitality Industry  ( Industri Perhotelan )  adalah segala macam bentuk usaha yang
berhubungan dengan penyediaan akomodasi dalam penginapan, makanan serta minuman
dan berbagai jenis jasa lainnya yang saling berhubungan dan bentuk pelayanannya ditujukan
untuk masyarakat, baik yang menggunakan fasilitas penginapan atau yang hanya sekedar
menggunakan jasa atau produksi tertentu dari hotel tersebut.
  Adapun beberapa pengertian mengenai Industri hospitality secara etimologi berasal dari 
bahasa latin “Hospitare” yang berarti “menerima tamu”.nAdapun yang dikutip menurut
beberapa ahli adalah seperti berikut :
1.    Hospitality is a harmonious mixture of food, beverage and/or shelter, physical
environment and the behavior and attitude of people (Reuland and Cassee, 1983).
2.    Hospitality is the people business of providing, security, physical and psychological
comfort for reward (Lockwood and Jones, 1984)
3.    The hospitality industry consists of all those businesses that give their customers any
combination of the three core services of food, drink and accommodation, at an appropriate
service level, within a physical and social needs (Litteljohn, 1990)
4.    Keramah-tamahan, kesukaan/kesediaan menerima tamu (kamus Inggris-indonesia, John
M.Echols dan Hassan Shadily).
5.    Hospitality memiliki arti keramah tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling
menghormati. Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality
merupakan roh, jiwa, semangat dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata,
maka seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang
tidak memiliki nilai untuk dijual (S.Pendit, 2007 : 152)
6.  Sikap bersahabat dan ramah tamah terhadap tamu atau orang asing,
ketulusan/kesediaan menerima tamu.(H. Kodhyat dan Ramaini, Kamus Pariwisata dan
Perhotelan, 1992, Grassindo, Jakarta).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan beberapa kata kunci berikut
1.    Must be some interaction between the customer and service provider à without the
customer, hospitality cannot be delivered dapat diartikan hospitality adalah interaksi dari
penyedia jasa dan konsumen.
2.    Hospitality consists of a complex mix of tangible and intangible products - food, drink,
entertainment and accommodation hospitality terdiri dari gabungan produk nyata (dapat
dirasakan dengan indera, dilihat, diraba dan sebaganya) dengan produk tidak nyata yaitu
service berupa rasa aman, nyaman, bahagia dan lain-lain.
Hospitality pada umumnya menunjukkan hubungan antara tamu dengan tuan rumah yang 
penuh dengan keramah-tamahan. Banyak juga orang yang mengartikannya sebagai perilaku
atau sikap yang penuh dengan keramhan dalam memberikan pelayanan maupun perhatian
dan kebaikan kepada siapapun yang memerlukan. Bahkan ada juga yang menekankan
bahwa hospitality selalu berkaitan erat dengan pekerjaan di hotel, restoran, catering dan
industry sejenis yang berhubungan erat dengan wisatawan. Keramahan yang ditunjukkan
berkaitan denganm fungsinya, yaitu sebagai tuan rumah yang baik yang selalu dapat
menciptakan suasana yang menjadikan tamu mendapat kesan yang sangat baik. Kesan ini
sedemikian tinggi nilainya karena dengan begitu para tamunya akan dating kembali secara
berkelanjutan.

B.  SPIRIT HOSPITALITY
              Menurut Lashley dan Morrison (2000), Hospitality adalah suatu cara untuk
memberikan apa yang tamu butuhkan sebagai fokus utama dalam hubungan antara tuan
rumah dan tamu. Karakter hubungan tuan rumah dari tamu adalah adanya
keramahtamahan yang dimulai oleh tuan rumah kepada tamunya dan kemudian dibalas
oleh tamu
                  Keramahtamahan itu termasuklah cara penyambutan dan kondisi lingkungan
sekitar. Saat seseorang itu sakit, ia harus menghadapi dua stressor sulit sekaligus, pertama
karena sakitnya, kedua karena mereka harus berada di lingkungan rumah sakit yang baru
yang sama sekali. Pada situasi seperti ini sangat penting sekali adanya “hospitality” dalam
rumah sakit untuk menghilangkan stress pada pasien. Hal ini, dengan kata lain, rumah sakit
harus bisa mengobati penyakit yang dideritanya dan penyakit gangguan stress psikologis
karena berada di lingkungan baru yang tidak dikenalnya.
                  Hospitality ini diadopsi oleh rumah sakit dan menjadi salah satu strategi dalam
pemasaran rumah sakit. Strategi ini baru diterapkan beberapa tahun belakangan ini di
rumah sakit-rumah sakit di Asia seperti di Month Elizabeth, Singapura dan Bangkok Hospital,
Thailand Sedangkan Negara-negara Amerika dan Eropa telah menerapkan strategi ini
berpuluh tahun yang lalu. Strategi ini dipilih karena mampu menguatkan rumah sakit ini di
pasar regional dan internasional.
                  Hospitality ini sangat penting terutama bagi rumah sakit yang selalu menjadi pusat
rujukan, bukan saja rujukan lokal namun juga internasional. Hal ini sangat penting karena
hospitality terhadap pasien akan sangat mempengaruhi performa dari rumah sakit itu
sendiri. Terkadang ada pasien yang sengaja berangkat ke luar negeri untuk berobat sambil
berwisata. Rumah Sakit sebagai tempat berobat harus bisa menangkap sinyal ini, bahwa
pasien yang berobat tersebut ingin diperlakukan di rumah sakit layaknya mereka sedang
berwisata. Rumah Sakit juga harus siap memberikan pelayanan setara seperti hotel
berbintang dengan tidak mengurangi standar pelayanan kesehatan yang diberikan. Dengan
adanya pelayanan yang berbasis hospitality ini, maka diharapkan para pasien akan
merasakan pengalaman yang menarik selama perawatan dan akhirnya Rumah sakit tersebut
menjadi Rumah Sakit rujukan dan pilihan bagi para wisatawan.

C.  RUANG LINGKUP HOSPITALITY


             Dalamperundangan-undangan pelayanan publik ini meliputi pelayanan barang publik
dan jasa publik serta pelayanan administratif yaitu pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan
usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan
sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata .
             Pelayanan publik ini mengatur pengadaan dan penyaluran barang publik yang
dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan
dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi Negara.
       Pelayanan atas jasa publik merupakan penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang
modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau
kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi negara
        Skala kegiatan pelayanan publik didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang
digunakan dan jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan
sebagai penyelenggara pelayanan publik yaitu tindakan administratif pemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
termasuk tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh negara
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian
dengan penerima pelayanan

D.  DEFINISI PELAYANAN
       Pelayanan merupakan proses interaksi antara seseorang yang berupaya memenuhi
kebutuhan dengan seseorang yang ingin terpenuhi kebutuhannya. yaitu antara pelanggan /
tamu / klien / nasabah / pasien dan para petugas / karyawan / pegawai.
Pertama sekali kita harus memahami definisi dari kata pelayanan itu
sendiri.  Pelayanan :Suatu tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan customer
(pelanggan) akan suatu produk/jasa yang mereka butuhkan, tindakan ini dilakukan untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan/customer untuk memenuhi apa yang mereka
butuhkan tersebut.
Dibawah ini akan diurai dengan ilustrasi tentang pengertian pelayanan. Pelayanan dalam
bahasa Inggris disebut Service, yang masing masing huruf dapat diuraikan sebagai berikut :
S        Smile for everyone : selalu tersenyum pada setiap orang.
E        Excellence in everything we do : selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja.
R         Reaching out to every guest with hospitality: menghadapi setiap tamu dengan  penuh
keramahan.
V          Viewing every guest as special: melihat setiap tamu sebagai orang yang istimewa.
I          Inviting guest to return : mengundang tamu untuk datang kembali ke prusahaan kita.
C          Creating a warm atmosphere : menciptakan suasana hangat saat berhadapan dengan
tamu
E          Eye contact that shows we care : kontak mata dengan tamu untuk menunjukkan
bahwa  kita penuh perhatian terhadap tamu.
Lebih dalam untuk membantu memahami apa yang dimaksud pelayanan, marilah kita coba
kaji dua difinisi di bawah ini :
1.    Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Pelayanan adalah perihal atau cara melayani, kemudahan yang diberikan sehubungan
dengan jual-beli barang atau jasa.
2.    Valarie A. Zeithaml & Mary Jo Bitner (1996:5)
“…services are deeds, processes, and performances.”
Jadi apakah pelayanan itu?  Hubungan dengan tamu dalam transaksi  bisnis adalah
hubungan antara pembeli/tamu dengan penjual/pegawai. Pembeli/tamu membeli
perlakuan, kesopansantunan, kehangatan dan persahabatan yang dibutuhkannya dari orang
yang melayaninya.  Dengan demikian kebutuhan berkaitan  dengan kepuasan tamu. Bila kita
akan memahami kebutuhan yang ada dalam diri tamu, pertama-tama kita perlu
mempelajari teori A.H. Maslow yang mengemukakan bahwa setiap individu memiliki tingkat
kebutuhan tertentu, dari yang terendah sampai yang tertinggi,  dan bila salah satu
kebutuhan tingkat rendah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih tinggi akan mengikuti
untuk dipenuhi. Kebutuhan tersebut sebagai berikut :
a.    Kebutuhan pisiologis, seperti lapar, haus, sex, udara dll.
b.    Kebutuhan rasa aman,
c.    Kebutuhan sosial,
d.    Kebutuhan harga diri,
e.    Kebutuhan perwujudan diri.
 Sifat-sifat pelayanan dan sekaligus membedakan dengan  sifat-sifat benda menurut  Bitner
(1996 : 19-21) adalah sebagai berikut:
         G O O D S                                       SERVICES
1. Tangible                                      1. Intangible
2. Standardised                                2. Heterogeneous.
3. Production seperate from               3. Simultaneous production and
    consumption                                    consumption
4. Nonperishable                              4. Perishable.
Dalam buku lain Zeithaml juga mengemukakan sifat-sifat lain dari pelayanan, yaitu:
1.    Mutu pelayanan lebih sukar dinilai dari pada mutu benda (barang)
2.    Pelanggan tidak menilai mutu pelayanan semata-mata sebagai hasil layanan, mereka
juga memperhatikan cara menyampaikan layanan itu.
3.    Satu-satunya kriteria yang diperhatikan dalam menilai, ditentukan oleh pelanggan,
hanya pelangganlah yang mempertimbangkan mutu pelayanan.
Dimensi Kualitas Pelayanan
 Berikut ini akan diuraikan secara ringkas dari 10 dimensi kualitas pelayanan: reliabilitas,
kerelaan melayani, kompetensi, kemampuan untuk didekati, kesopan santunan, komunikasi,
kemampuan untuk dipercaya, keamanan, pengertian, hal-hal yang dapat dilihat.
1.      Reliabilitas (Reliability),  meliputi prestasi yang konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan (dependability). Hal ini perusahaan berarti melaksanakan jasa yang
betul atau cocok pada kali pertama. Hal ini juga berarti  bahwa perusahaan memenuhi
perjanjian-perjanjian (promises). Secara spesifik hal ini meliputi : - ketepatan dalam
perhitungan tagihan, - mengarsipkan catatan catatan yang  benar dan tepat, - melaksanakan
jasa tepat pada waktu yang disetujui.
2.      Kerelaan Melayani ( Responsiveness),  berkait dengan kerelaan atau kesiapsediaan
para karyawan untuk menyediakan jasa. Hal ini meliputi bertepatan waktu (timeliness0 dari
jasa: - mengirim bukti transaksi segera, -menelepon kembali kepada pelanggan (customer)
secepat mungkin, - memberikan jasa secara cepat dan tepat (yaitu, membuat janjian secara
cepat)
3.      Kompetensi (Competence), berarti pemilikan ketrampilan-ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan jasa. Hal ini meliputi: - pengetahuan dan
ketrampilan dari tenaga kerja yang berkontak dengan konsumen (contact personnel),
-pengetahuan dan ketrampilan dari tenaga kerja yang mendukung operasi dari belakang, -
kemampuan membuat penelitian tentang organisasi.
4.      Kemampuan Untuk Didekati (Access), meliputi kemampuan para konsumen untuk
mendekati para karyawan serta kemudahan berkontak. Hal ini berarti : - jasa dapat didekati
dengan mudah lewat telpon (barisan telpon tidak sibuk dan para konsumen tidak diminta 
menunggu lama), - lamanya waktu tunggu untuk menerima pelayanan tidak terlalu   lama, -
jam kerja atau jam kantor tidak menyusahkan (convenient), - lokasi fasilitas jasa yang tak
menyusahkan.

5.      Kesopan-santunan (Courtesy), meliputi kesopan-santunan atau keadaban (politeness),


kehormatan (respect),  pertimbangan atau perhatian orang lain (consideration) dan
keramah tamahan (friendliness), dari para karyawan yang berkontak langsung dengan para
konsumen. Hal ini meliputi : - Penjagaan milik konsumen, - penampilan yang bersih dan rapi
dari tenaga kerja yang berkontak langsung dengan para konsumen.
6.      Komunikasi (Communication), berarti memberikan informasi kepada para konsumen
dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka dan juga mendengarkan mereka. Hal ini
mungkin berarti bahwa perusahaan harus menyesuaikan bahasanya untuk para langganan
yang berbeda – meningkatkan  tingkat kecanggihan  bagi langganan yang berpendidikan
tinggi dan bicara secara sederhana dan terus terang  kepada orang yang berpengalaman
pertama, hal ini meliputi ; - menjelaskan jasa sendiri, - menjelaskan berapa besarnya biaya
atau harga jasa, -  menjelaskan keseimbangan (trade-offs) antara jasa dan biayanya, -
menjaminkan kepada para konsumen bahwa  suatu masalah atau problem tertentu akan
diatasi atau diselesaikan.
7.      Kemampuan Dipercaya (Credibility),  meliputi sifat dapat atau layak dapat dipercaya
(trustworthiness), kemampuan dipercaya secara intelektual (believebility), dan kejujuran
(honesty). Hal yang mendukung pada kemampuan dipercaya meliputi : - nama perusahaan, -
reputasi perusahaan, - ciri ciri khas atau sifat dari tenaga kerja yang berkontak langsung
dengan para konsumen, - tingkat ketegasan atau keterusterangan yang diliputi dalam
interaksi dengan para langganan.
8.      Keamanan ( Security ), adalah kebebasan dari bahaya, resiko atau keragu-raguan, hal
ini meliputi : - keamanan jasmani atau fisik, - keamanan finansiil, - kerahasiaan
(confidentiality)
9.      Pengertian/mengenai para langganan (Understanding/knowing the customer), meliputi
berusaha mengerti kebutuhan-kebutuhan para konsumen. Hal ini mencakup: - mempelajari
syuarat syarat (requirements) spesifik dari konsumen, - memberikan perhatian yang
diindividualisasikan (individualized), - mengenal atau menghafalkan nama langganan yang
sring dilayani (regular customer)
10.   Hal-hal Yang dapat dilihat (tangibles), meliputi tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk fisik
(physical evidence) dari jasa ; - fasilitas fasilitas fisik, - penampilan dari tenaga kerja, -
peralatan atau perlengkapan (tools or equipment) yang digunakan untuk memberi jasa, -
lambang lambang atau gambar (representations) fisik dari jasa seperti kartu kredit yang
plastik atau buku rekening bank, -  para konsumen lain yang berada pada fasilitas
jasa. (sumber A. Parasuraman, V.A. Zeithaml, dan L.L Berry) 
                   Sumber Daya Manusia di Dunia Hospitality
            Pemberian pelayanan yang mengesankan bagi para tamu dapat dihasilkan dari
berbagi pengetahuan antar staf yang berada didalamnya. Diperlukan kepedulian untuk mau
memperhatikan setiap tamu, apa yang menjadi kegemaran dan kebiasaan para tamu. Dunia
hospitality adalah dunia yang penuh dengan detail. Dunia yang membutuhkan ketulusan
hati untuk mau memperhatikan sesama. Pada akhirnya akan menghasilkan surprise atau
kejutan-kejutan manis bagi para tamu. Untuk mendapatkan details yang akurat, setiap
pegawai harus menempatkan diri pada posisi tamu, memberi perhatian dan mempunyai
empati akan kebutuhan tamu.
Perhatikan di restaurant, pasti ada tamu yang mengambil makanan tetapi tidak dihabiskan.
Padahal makanan yang diambil cukup banyak dan hanya dimakan sedikit kemudian
ditinggalkan dan ia mengambil lagi yang lain. Parahnya waitress (pelayan) hanya mengambil
makanan tersebut karena ia berpikir bahwa itu tugasnya. Jarang sekali yang mau
menanyakan mengapa si tamu tidak menghabiskan makanannya.
Apakah terlalu asin, terlalu manis atau makanan itu tidak seenak yang dibayangkan. Semua
perlu komunikasi, semua perlu dikomunikasikan sehingga mendapatkan masukan yang
berarti bagi perbaikan pelayanan. Jika perlu ada mengganti makanan tsb seperti yang
diinginkan oleh tamu, tanpa diminta! Kepekaan sumber daya manusia yang berkualitas akan
menghasilkan service yang akan selalu dikenang.
Perlu adanya komitmen dari pihak hotel untuk mencari tahu dan berbagi informasi yang
akurat mengenai para tamu. Informasi-informasi yang didapat tersebut akan menjadi dasar
bagi pelayanan kepada setiap individu yang hadir, yang pada akhirnya akan membuat
kenangan yang indah. Kenangan yang berkesan ini yang nantinya diharapkan akan
diceritakan kepada teman atau anggota keluarga yang lain. Secara tidak langsung para tamu
telah melakukan promosi bagi hotel. Ingat keampuhan worth of mouth  yang secara tidak
langsung akan mengurangi biaya marketing.
Selain ramah dan suka menolong yang merupakan modal dasar bagi pekerja perhotelan,
mereka juga harus mempunyai moto dalam bekerja “I am Here for You”. Seperti orang tua
yang mendengarkan keluhan anaknya, ia ada untuk menyelesaikan permasalahan itu tanpa
harus meminta orang lain untuk membereskan atau menyalahkan orang lain untuk peristiwa
tersebut! Yang terjadi di kebanyakan hotel adalah jika kita melaporkan kerusakan si
penerima telephon akan mengatakan, “ saya akan memberitahu manager.” Manager datang
ke lokasi kerusakan, ia memanggil tenaga ahli… Terlalu banyak prosedur yang harus dilalui
sehingga memakan waktu yang tidak sebentar. Potong rantai prosedur tersebut hingga
tamu tidak harus menunggu lama.  Selain penguasaan bahasa asing yang masih minim,
sumber daya manusia dalam bidang perhotelan juga kurang disiplin, ketepatan dan
ketelitian dalam bekerja. Setiap pegawai perhotelan harus menyadari bahwa service bukan
hanya memenuhi apa yang diinginkan oleh tamu tapi juga memperhatikan dan
mengantisipasi apa yang menjadi kebutuhan setiap tamu.
Setiap manusia akan merasa sangat dihargai jika sesamanya mau berusaha untuk memberi
perhatian kepada kebutuhan mereka, terutama jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi
dan mengetahui bahwa itu bukan tanggungjawabnya tapi tetap saja mau membantu! Akan
sangat mengagumkan dan berharga jika kita melakukan hal yang benar tanpa diminta. Hal
kecil ini yang harus dimiliki oleh setiap pegawai hotel.

 BAB III
BIRO PERJALANAN WISATA DAN TRAVEL AGENT
A.  BIRO PERJALANAN WISATA

1.   Definisi Perjalanan Wisata


       Perjalanan wisata atau  lazim disebut  tour  tatap merupakan suatu perjalanan yang
memiliki ciri-ciri suatu perjalanan, tetapi perjalanan wisata mempunyai ciri-ciri khas yang
memperlihatkan warna kegiatan wisata. Pengertian perjalanan wisata dapat didefinisikan
dari dua sudut pandang, yaitu sebagai berikut : 
1.    Tour sebagai suatu Produk adalah suatu rencana perjalanan menuju satu atau beberapa
tempat persinggahan dan kembali ke tempat asal dengan merangkai beberapa komponen
perjalanan yang diperlukan dalam perjalanan tersebut.
2.    Tour  sebagai  suatu  perjalanan  adalah  suatu  kegiatan  perjalanan  yang memunyai 
cirri-ciri  tersendiri  yang  memberikan  warna  wisata  yang  bersifat santai,  gembira,  dan 
untuk  bersenang-senang. Hal  inilah  yang membedakan dengan perjalanan lainnya.

            Undang-undang RI No. 9  th. 1990  tentang Kepariwisataan memberikan beberapa


pengertian yang dapat membantu memperjelas istilah perjalanan wisata. Di dalam
UU  ini  pada Bab.I  pasal  1  terdapat  beberapa  pengertian  tentang  segala  sesuatu
yang berhubungan dengan perjalanan wisata, yaitu sebagai berikut; 
1.    Wisata adalah perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara 
sukarela  serta  bersifat  sementara  untuk  menikmati  obyek  dan  daya tarik wisata. 
2.    Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata 
3.    Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan  obyek dan  daya  tarik wisata  serta  usaha-usaha  yang  terkait  di bidang
tersebut. 
4.    Kepariwisataan  adalah  segala  sesuatu  yang  berhubungan  dengan penyelenggaraan
pariwisata  
Memperhatikan  uraian  UU  tersebut  dapat  dilihat  dengan  jelas  perbedaan  antara
perjalanan  biasa (travel)  dengan  perjalanan  wisata  (tour).  Perbedaan  tersebut terletak
pada kunjungan di obyek wisata dan daya tarik wisata. Secara umum ciri utama dari suatu
perjalanan adalah sebagai berikut : 
1.    perjalanannya merupakan suatu perjalanan keliling dan kembali ke tempat asal 
2.    perjalanannya diadakan dalam keadaan santai 
3.    mempunyai tujuan untuk memberikan kepuasan kepada peserta perjalanan  
4.    perjalanannya dirangkai dari beberapa komponen perjalanan yang diperlukan dalam
pencapaian tujuan dari perjalanan 
5.    perjalanannya dilengkapi dengan mengunjungi obyek/atraksi wisata 
6.    perjalanannya  tidak  mempunyai  tujuan  untuk  mencari  nafkah  bagi  peserta
perjalanan 
7.    belanja orang yang mengadakan perjalanan berasal dari uang yang diperoleh di tempat
asal peserta perjalanan 
8.    peserta perjalanan tinggal untuk sementara ditempat tujuan perjalanan 
9.    perjalanannya dilaksanakan dalam waktu yang ditentukan
Dalam bisnis perjalanan dikenal bebarapa istilah yang mempunyai arti yang sama dengan
tour yaitu: 
1.    Sightseeing yaitu perjalanan keliling yang dilakukan secara singkat (3-4 jam) 
2.    Excursion yaitu perjalanan yang dilaksanakan kurang dari 24 jam 
3.    Paket wisata  yaitu  perjalanan  yang  dilaksanakan  lebih  dari  24  jam  sehingga peserta
perjalanan memerlukan jasa akomodasi.
Perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan di pengaruhi oleh motivasi, profil
wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata.

Motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan biasanya di latar belakangi oleh :


1.  Motivasi fisik
2.  Motivasi  budaya
3.  Motivasi interpersonal
4.  Motivasi status dan prestige

Profil wisatawan yang mempengaruhi dalam pilihan perjalanan wisata adalah:


1.  Fisik/kuantitatif  : demografi, ekonomi, sosial
2.  Phsycographic :
a.  Confident atau devident b.  Berkumpul atau menyendiri
c.  Tegang atau relaks
d.  Petualangan atau tidak petualangan
3.  Sikap atau pandangan
4.  consistency lawan complexity

2.    Cirri –ciri Perjalanan Wisata


perjalanan wisata adalah suatu perjalanan dengan ciri-ciri tertentu sebagai berikut :
a.    Perjalanan keliling yang kembali lagi ke tempat asalnya.
b.    Pelaku perjalanan hanya tinggal untuk sementara.
c.    Perjalanan tersebut telah direncanakan terlebih dahulu.
d.    Ada organisasi atau orang yang mengatur perjalanan tersebut.
e.    Terdapat unsur-unsur produk wisata.
f.     Ada tujuan yang ingi dicapain dalam perjalanan wisata tersebut.
g.    Dilakukan dengan santai (M.kasrul hal. 6)

3.   Klasfikasi Perjalanan Wisata


Berdasarkan ruang lingkup kegiatan perjalanan, maka perjalanan wisata ( tour ) dapat dibagi
dalam beberapa kelompok, diantaranya adalah :
·         Domestik tour
·         Inbound tour
·         Outbound tour

1.      Domestik tour
   Domestik tour dapat diartikan sebagai perjalanan wisata dengan ruang lingkup masih di
dalam suatu negara yang sama (contoh : perjalanan wista yang dilakukan dari Balikpapan ke
Bali ). Jika dievaluasi secara global maka bentuk perjalanan ini tidak banyak membawa
dampak kepada Negara yang bersangkutan karena perjalanan tersebut bersifat lokal atau
masih berada di dalam  Negara itu sendiri.

2.      Inbound tour
 Inbound tour adalah kegiatan perjalanan wisata dimana  dilakukan oleh wisatawan asing
yang datang mengunjungi Indonesia (contoh : perjalanan wisata yang dilakukan oleh
seorang wisatawan asal Belanda ke Indonesia).
Adapun dampak dari inbound tour adalah sebagai berikut :
1.      Dampak positif :
-          Penerimaan devisa Negara
-          Pembukaan lapangan pekerjaan di Negara yang dikunjungi
-          Mendorong investor untuk berinvestasi
-          Meningkatkan popularitas dari keberadaan daerah tujuan wisata
-          Pertukaran budaya antar bangsa
-          Tumbuh kesadaran akan pentingnya memelihara budaya bangsa.
-           
2.      Dampak negatif :
-          Terjadinya inflasi
-          Menurunkan hasil produksi pertanian
-          Menurunnya peran tempat ibadah karena dijadikan obyek kunjungan wisata
-          Terjadinya degradasi moral
-          Komersialisasi budaya maupun adat
-          Pelanggaran keimigrasian
3. Outbound tour
Outbound tour adalah suatu perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan asal Indonesia
yang melakukan perjalanan ke luar negri ( contoh : perjalanan wisata yang dilakukan oleh
wisatawan Indonesia ke Singapura ).
Adapun dampak yang ditimbulkan outbound tour adalah :
1.      Dampak positif :
·         Menciptakan lapakan kerja
·         Meningkatkan wawasan tentang budaya dan adat bangsa – bangsa di dunia
·         Menumbuhkan toleransi
·         Terjalinnya pertukaran budaya antar bangsa

2.      Dampat negatif :
·   Mengurangi devisa Negara
·   Mengurangi rasa nasionalisme ( bagi kalangan tertentu )
·   Terjadinya degradasi moral
·   Perubahan gaya hidup yang bertentangan dengan budaya lokal.

4.   Definisi Biro Perjalanan Wisata


         Biro perjalanan wisata adalah “Suatu perusahaan yang usaha kegiatannya
merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan orang – orang untuk tujuan mengambil
keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut”.
          Nyoman S. Pendit memberikan pengertian bahwa BPW adalah perusahaan yang
memiliki tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan bagi seseorang yang merencanakan
untuk mengadakannya.
R. S. Damardjati menjelaskan bahwa BPW adalah perusahaan yang khusus mengatur dan
menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang – orang termasuk kelengkapan
perjalannannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di dalam negri, dari dalam negri, ke
luar negri atau dalam negri itu sendiri.
          Menurut undang – undang No. 9 Th. 1990 bagian kedua pasal 12, disebutkan bahwa
BPW merupakan usaha penyedia jasa perencanaan dan / atau jasa pelayanan dan
penyelenggaraan wisata.
Biro Perjalanan Wisata adalah merupakan elemen yang penting dalam proses pelayanan
terhadap wisatawan. Sebagian besar wisatawan menggunakan jasa Biro Perjalanan Wisata
(Yoeti, 2002).
Peranan Biro Perjalanan Wisata (BPW) adalah sebagai salah satu jembatan bagi wisatawan
untuk dapat menikmati obyek wisata pada suatu daerah tujuan wisata. Hal ini ditegaskan
oleh McIntosh dan Goeldner (1986) bahwa BPW berperan sebagai jembatan yang sangat
penting antar penyedia jasa utama produk pariwisata, seperti halnya terhadap jasa
angkutan dengan para konsumennya. Sebagai jembatan penghubung (Cooper, et al, 1993)
menyebutnya sebagai intermediary karena fungsinya untuk mempertemukan pembeli dan
penjual secara bersama, juga untuk menciptakan pasar yang sebelumnya tidak ada, untuk
membuat kegiatan yang telah ada menjadi lebih efektif dan efesien, dan juga untuk
memperluas pemasaran itu sendiri.
Produk pokok Biro Perjalanan Wisata adalah transportasi, akomodasi, dan paket perjalanan
(package tour), yang lebih pokok lagi adalah menjual tiket pesawat (Foster, 1994).
        Berdasarkan uraian dari beberapa sumber diatas penulis merumuskan devinisi yaitu
biro perjalanan wisata sendiri adalah perusahaan ataupun badan usaha yang memberikan
pelayanan jasa lengkap terhadap seseorang ataupun kelompok orang yang ingin melakukan
perjalanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelayanan ini meliputi transportasi
dan akomodasi lainnya selama perjalanan maupun ditempat tujuan.

5.   Ruang Lingkup Biro Perjalanan Wisata


 Menjadi perantara pemesanan pemesanan tiket2. Mengurus dokumen perjalanan3.
Menjadi perantara pemesanan akomodasi, restaurant, sarana wisata dll4. Menjual paket
wisata yang di buat oleh biro perjalanan umum

6.   Lagkah- langkah Mendirikan Biro Perjalanan Wisata

a.    Mempunyai badan hukum yang melindungi biro usaha tersebut. Badan Hukum tersebut
berupa PT (perseroan terbatas).
b.    Setelah kita memilki badan hukum untuk biro perjalanan kita, kita harus melakukan
pengajuan izin usaha biro perjalanan yang akan kita buat kepada pemerintah setempat
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
c.    Setelah izin dari pemerintah sudah kita kantongi, kita juga perlu mengajukan izin untuk
bergabung ke dalam ASITA yaitu Asosiasi biro perjalanan wisata seluruh Indonesia. ASITA ini
mempunyai perwakilan di masing-masing daerah dan kita bias mendaftar di daerah tempat
kita akan mendirikan biro perjalanan wisata tersebut.

7.   Pihak- pihak yang Terkait Biro Perjalana Wisata.


Setelah berhasil membuat biro perjalanan wisata, ada pihak-pihak yang harus di
ajak bekerjasama agar biro perjalanan wisata tersebut berjalan dengan baik. Di antara
pihak-pihak tersebut antara lain :
1.    Maskapai penerbangan baik penerbangan domestik maupun luar negeri.
2.    Hotel ataupun penginapan baik di dalam maupun di luar negeri.
3.    Penyedia layanan transportasi darat
4.    Rumah makan ataupun restoran
5.    Pemandu wisata
6.    Perusahaan-perusahaan maupun instansi-instansi yang mengurus dokumen perjalanan
7.    Pimpinan rombongan untuk setiap perjalanan wisata
8.    Porter yang bertugas memindahkan barang milik peserta dari tempat yang satu ke
tempat yang lain
9.    Penyedia cinderamata ataupun oleh-oleh.
Setelah semua hal yang terkait dengan biro perjalanan wisata di siapkan, maka sudah bisa
memulai menjalankan biro perjalanan wisata ini. Perbanyaklah promosi agar semakin
banyak orang yang mengetahui dan memakai biro perjalanan wisata kita. (Editor : N.
Raymond Frans)

B.   TRAVEL AGENT
1.    Definisi Trevel Agent
Menjual  tiket atau karcis ,sarana angkutan dan lain-lain. Mengadakan pemesnan sarana
wisata . Mengurus dokumen –dokumen perjalanan sesuai peraturan.
2.    Fungsi Travel Agent
1.      Fungsi umum
ü  Merupakan badan usaha yang memberikan penerangan atau informasi tantang segala
sesuatau yang berhubungan dengan dunia perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata
khususnya.

2.      Fungsi khusus
ü“Broker” -> bertindak atas nama perusahaan lain dan menjual jasa -  jasa perusahaan yang
diwakilinya.
üMerencanakan dan menyelenggarakan tours dengan tanggung jawab dan resikonya
sendiri.
üPengorganisasian -> Aktif melakukan kerjasama dengan perusahaan lain.

Fungsi sebagai Perantara

Tugas Travel Agent


Di daerah tujuan wisata
·         Memberi informasi tentang hotel :lokasi, kategori, kamar yang tersedia,room – rate
dan makanan dan minuman.
·          Membantu reservasi hotel.
·          Menyediakan transportasi.
·          Mengatur perencanaan tour yang akan diselenggarakan serta mengunjungi objek dan
atrksi wisata.
·         Menjual tiket.
·          Membantu mengirim barang – barang souvenir.

Peranan Perantara
Perantara menjual produk atau jasa yang penjualnya banyak persaingan.
Perantara mengkonsentrasi dirinya dengan menawarkan jasanya secara cepat dan mudah .
Perantara menyediakan jasa – jasa yang diingikan oleh langganannya.
Perantara memperhatikan kegiatan promosi.

Fungsi sebagai Perantara


Tugas Travel Agent:
Di negara asal wisatawan
ü Melengkapi bermacam – macam informasi bagi calon wisatawan: daerah, pengurusan
dokumen perjalanan, peraturan laulintas, pakaian dan perlengkapan yang harus dibawa.
ü Memberi Advis : sesuai dengan waktu dan keuangan yang tersedia, daerah tujuan yang
baik, kendaraan yang digunakan serta akomodasi.
ü Menyediakan tiket langganan dalam macam – macam bentuk transportasi yang diinginkan
dan mengurus barang yang dibawa.
ü Memilih perusahaan akomodasi dan hotel yang baik.

Fungsi sebagai  perantara


Tempat dimana dapat memperoleh informasi mengenai sesuatu di daerah tempat tujuan
wisata.
Tempat dimana dapat minta bantuan untuk menguruskan dokumen perjalanan atau
perpanjanganya.
Tempat dimana dapat membeli tiket atau memesan tempat pada perusahaan pengangkutan
atau kamar hotel.
Tempat dimana wisatawan dapat memesan angkutan wisata,  taxi, motor.
Tempat dimana wisatawan dapat membeli paket wisata.
Tempat dimana wisatawan minta bantuan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan perjalanan.

Fungsi sebagai organizer


Penghubung antara perusahaan industri pariwisata dan wisatawan
Contoh kewajiban- kewajiban travel agent:
Memberikan data informasi yang diperlukan secara lengkap dan terperinci berhubungan
dengan pemesanan kamar yang diminta.
Tidak boleh memberikan harga kepada kliennya lebih dari tariff yang berlaku.
Tidak boleh sekaligus mengikat kontrak pemesanan kamar bagi seorang kliennya untuk
waktu – waktu yang bersamaan.

3.   Tugas Tavel Agent


a.   Di negara asal wisatawan
Ø  Melengkapi bermacam-macam informasi bagi calon wisatawan : daerah, pengurusan
dokumen perjalanan, peraturan lalu lintas, pakaian dan perlengkapan yang harus dibawa.
Ø  Memberi advis : sesuai waktu dan keuangan yang tersedia, daerah tujuan yang
baik,kendaraan yang digunakan dan akomodasi.
Ø  Menyediakan tiket langganan dalam macam-macam bentuk transportasi yang diinginkan
dan mengurus barang yang akan dibawa.
Ø  Memilih perusahaan akomodasi atau hotel yang baik
b.  Di daerah tujuan wisata
Ø  Memberi informasi tentang hotel : lokasi, kategori, kamar yang tersedia, room rate,
makanan dan minuman.
Ø  Membantu reservasi hotel
Ø  Menyediakan transportasi
Ø  Merencanakan perencanaan tour yang akan diselenggarakan serta mengunjungi objek
wisata dan atraksi wisata.
Ø  Menjual tiket
Ø  Membantu mengirim barang-barang
a.       Tempat dimana dapat memperoleh informasi mengenai sesuatu di daerah tujuan
wisata
b.      Tempat dimana dapat meminta bantuan untuk mengurus dokumen perjalanan atau
perpanjangannya
c.       Tmpat dimana dapat memesan tiket atau memesan tempat pada perusahaan
pengangkutan atau kamar hotel
d.      Tempat dimana wisatawan dapat memesan angkutan wisata, taxi, motor.
e.       Tempat dimana wisatawan dapat membeli paket wisata
f.       Tempat dimana wisatawan meminta bantuan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengen perjalanan.

4.   PERBEDAAN BPW DAN TRAVEL AGENT


Faktor Fungsi
Biro Perjalanan Wisata memiliki fungsi yang dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :
1.Fungsi Umum : Dalam hal ini biro perjalanan wisata merupakan suatu badan usaha yang
dapat memberikan penerangan atau informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan dunia perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata pada khususnya.
2. Fungsi khusus:
·         Biro perjalanan wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama
perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak
di antara wisatawan dan industri wisata.
·         Biro perjalanan wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan
menyelenggarakan tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.
·         Biro perjalanan wisata sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha, BPW
aktif menjalin kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas yang
dimiliki di manfaatkan sebagai dagangannya.
Agen Perjalanan Wisata memiliki dua fungsi yaitu :
A. Sebagai Perantara
·         Di daerah asal wisatawan
1.    Melengkapai informasi bagi wisatawan
2.    Memberikan advis bagi calon wisatawan
3.    Menyediakan tiket
·         Di daerah tujuan
1.    Memberi informasi bagi wisatawan.
2.    Membantu reservasi
3.    Menyediakan transportasi
4.    Mengatur perencanaan
5.    Menjual dan memesan tiket tanda mas
B. Sebagai organisator.
Karena travel agent sebagai perantara, maka ia berada di tengah-tengah industri pariwisata,
maka perlu ada kontrak yang dibuat terlebih dulu. Selain itu itu harus ada perjanjian khusus
yang mengatur hubungan kerja sehingga jelas tugas, kewajiban dan hak masing-masing
pihak
Faktor Resiko : Biro Perjalanan Wisata memiliki tanggung jawab yang lebih besar
dibandingkan Agen perjalanan Wisata. Hal ini disebabkan karena BPW mengeluarkan
produknya berupa “Janji Jasa Perjalanan Wisata” yang dijual dalam bentuk “Brosur Paket
Wisata” dan BPW harus bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan produk yang
dikeluarkannya. BPW harus menjamin bahwa wisatawan akan menikmati perjalanannya
seperti yang tertulis dalam Brosur Paket Wisata yang dikeluarkan BPW.
Agen Perjalanan Wisata tidak memiliki tanggung jawab atas produk yang dijualnya. Hal ini
dikarenakan APW hanya sebagai perantara perusahaan produk kepada konsumen atau
pelanggan dan apabila pelanggan tidak puas, mereka harus komplain kepada pemilik produk
(misalnya Hotel atau Maskapai Penerbangan).

Pengertian, Ruang Lingkup dan FungsiBiro Perjalanan Umum


A. Pengertan Biro Perjalanan
Biro perjalanan adalah:Kegiatan usaha yang bersifat komersial yang mengatur, dan
menyediakan pelayanan bagi seseorang,sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan
dengan tujuan utama berwisata.Biro perjalanan umum adalah:Badan usaha yang
menyelenggarakan kegiatan perjalanan usaha di dalam dan ke luar negeri.Cabang biro
perjalanan umum adalah:Salah satu unit Biro Perjalanan Umum, yang berkududukan sama
dengan kantor pusatnya atau diwilayah lain, yang melakukan kegiatan sama dengan kantor
pusatnya.Agen perjalanan adalah:Badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan
yang bertindak sebagai perantara dalammenjual atau mengurus jasa untuk melakukan
perjalanan.Perwakilan adalah:Biro perjalanan umum, agen perjalanan, badan usaha lainnya
atau perorangan, yang di tunjuk olehsuatu biro perjalanan umum yang berkedudukan di
wilayah lain untuk melakukan kegiatan yangdiwakilkan, baik secara tetap maupun
sementara.Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan Asosiasi Perjalanan Wisata (APW) berada
dibawah naunganASITA (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies). 
B. Ruang lingkup Biro Perjalanan Umum
Ruang lingkupnya kegiatan usahanya adalah:1. Membuat, menjual dan menyelenggarakan
paket wisata.2. Mengurus jasa angkutan perorangan atau kelompok yang di urusnya.3.
Melayani pemesanan akomodasi, restaurant dan sarana wisata lainnya.4. Mengurus
dokumen perjalanan5. Menyelenggarakan panduan perjalanan perjalanan wisata.6.
Melayani penyelenggaraan konvensi.
C. Fungsi Biro Perjalanan Umum
Fungsi Biro Perjalanan Umum di bedakan dua fungsi yaitu:1. Fungsi UmumDalam hal ini biro
perjalanan merupakan suatu badan usaha yang dapat memberikan penerangan atau
informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan
padaumumnya dan perjalanan wisata pada khususnya.2. Fungsi khusus:a. Biro perjalanan
sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan laindan menjual
jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan
danindustri wisata. b. Biro perjalanan sebagai badan usaha yang merencanakan dan
menyelenggarakan tour dengantanggung jawab dan resikonya sendiri.c. Biro perjalanan
sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha ia aktif menjalinkerjasama dengan
perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas yang dimiliki di manfaatkansebagai
dagangannya.

BAB IV
RESTORAN
A.  SEJARAH RESTORAN

 Asal-usul penggunaan nama restaurant bisa ditelurusi ke abad ke-16, ketika istilah ini
pertama kali ditemukan di Prancis.  sampai zaman Romawi Kuno kuno (abad ke-2). Berasal
dari kata Prancis restaurer atau restore yang artinya pembangkitkan tenaga. Spesifiknya
istilah ini dipakai untuk sajian sup yang sarat kaldu.
Cerita tersebut sungguh berbeda dengan arti kata restaurant yang berkembang pada akhir
abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan (tavern),
tempat para pelancong mengisi perut. Makanan yang disajikan merupakan hidangan
sederhana dengan bahan baku dari sekitar pondokan. 
Terobosan konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika restoran yang terletak di Rue De
Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam menu. Makanan kemudian disajikan dalam
porsi personal dan setiap tamu dilayani satu per satu. Menu yang dikeluarkan pun tidak
sekaligus, melainkan bertahap.
Perkembangan pesat terjadi justru karena Revolusi Prancis. Waktu itu berbagai guild —
semacam serikat para tukang dan perajin yang mengatur perizinan kerja dan usaha—
dibubarkan, memudahkan orang untuk membuka restoran. 
Peluang ini ditangkap oleh para pelayan dan koki kaum bangsawan yang kehilangan
majikannya yang dipancung atau melarikan diri. Untuk menghidupi diri, mereka membuka
restoran sendiri. Perkembangan restoran pun didukung oleh urbanisasi dan munculnya
kelas menengah yang terdiri dari para profesional dan orang bisnis. 
Kini restoran berkembang menjadi dua jenis, yakni restoran kasual yang menyajikan
makanan sehari-hari untuk para pekerja yang tak sempat pulang ke rumah untuk makan.
Dan, fine dining yaitu restoran dengan tampilan eksklusif dan makanan yang disajikan lebih
artistik menggunakan peralatan makan mewah. 
Jenis restoran kasual di dunia termasuk di Prancis sendiri banyak dipengaruhi oleh gaya
hidup Amerika. Contohnya, cafetaria (kantin di perkantoran atau sekolah), rest-stop
restaurant (resto di pinggir jalan tol), fast food restaurant (resto cepat saji), hingga bistro
(resto kecil yang punya bar dan memberi pelayanan cepat). 
 Restoran telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Menurut situs inventors.about.com,
restoran pertama kali hadir ke dunia pada tahun 1765. A Boulanger adalah nama restoran
pertama di dunia itu. Restoran ini berdiri di kota Paris. Dengan berdirinya restoran ini, Paris
menjadi memiliki sejarah penting bagi kelahiran restoran dan bisnis kuliner di dunia. Jangan
dibayangkan A Boulanger sudah seperti restoran zaman sekarang. Tidak banyak menu yang
disajikan di restoran ini. A Boulanger tidak memiliki daftar menu seperti layaknya restoran di
masa kini. Dia hanyalah menyediakan menu tunggal berupa sup. Tapi dari sinilah bisnis
restoran mulai berkembang dan banyak menu lain yang kemudian dijadikan komoditas
usaha kuliner tersebut.
 Setelah bisnis restoran dimulai di Paris, berikutnya muncul kafetarian pertama di dunia
yang dipercaya hadir di Kansas City. Kafetarian ini bernama YWCA dan berdiri tahun 1891.
Kafetaria ini dianggap sebagai konsep varian dari restoran. Ruangan yang disediakan
kafetaria lebih sederhana dibanding restoran, dan menunya pun lebih banyak berupa
makanan ringan. Dari sinilah kemudian bisnis restoran berkembang dalam berbagai konsep
hingga saat ini. Ada restoran tradisional, restoran cepat saji, kafe, dan sebagainya. Saat ini,
restoran telah menjadi bisnis besar yang menghadirkan banyak pengusaha terkemuka. Tak
hanya menjalankan bisnis konvensional, restoran juga kemudian berkembang menjadi
waralaba yang mendunia.

B.  DEFINISI RESTORAN

Menurut Sulartiningrum (2003 : 77) : “Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan
jajaran meja - meja yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak
dari dapur dan pelayanan pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan
gelas-gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya”.
Pendapat lain menyatakan : “Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang di kelola
secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik
berupa makanan maupun minuman”.(Marsum, 2005 : 7)
Menurut Arief (2005 : 31) bahwa : ”Restoran adalah suatu industri yang tak terbatas, yaitu
industri yang melayani makanan dan minuman kepada semua
orang yang jauh dari rumahnya, maupun dekat dari rumahnya.”Richard C. Ireland dalam
bukunya The Profressional Waitress, Industri Penyajian Makanan dan Minuman
adalah suatu industri “People to people” yaitu industri yang berhubungan dengan manusia,
suatu industri yang melayani kebutuhan orang lain yang jauh dari rumah atau kantor.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa restoran adalah suatu tempat
atau bangunan yang dikelola secara komersil yang menyediakan pelayanan yang baik
kepada tamu, baik berupa pelayanan makanan atau minuman dengan fasilitas yang
memadai, menyebabkan suasana hidup di dalamnya.
Coffee House yang pertama didirikan pada tahun 1763 oleh Boulanger dengan nama
Restoratives.
Perkembangan Income saat ini bagi usaha restaurant dikarenakan :

1.    Makin banyaknya suami-istri yang bekerja.


2.    Makin baiknya pendapatan sehingga makin besar keinginan untuk mendapatkan variasi
makanan.
3.    Keadaan perumahan yang semakin sempit, sehingga mendorong mereka lebih baik
makan di luar rumah atau abudement makanan            ( bayar sebulan sekali )

C.  BAGIAN- BAGIAN RESTORAN

Standar operational procedur (SOP) atau prosedur pelaksanaan dasar merupakan suatu


ketetapan yang terstandar untuk mempertahankan kualitas dan hasil pekerjaan. Dampak
SOP dalam Food & Beverage Departement merupkan suatu hal yang sangat memudahkan
pekerjaan karyawan dan menciptakan suasana yang membuat para tamu menjadi nyaman
dan mendapatkan apapun yang diinginkan. SOP general service yang harus dilakukan oleh
bagian service adalah :
1.    Greeting the guest : Tamu memasuki restoran disambut dengan ramah oleh hostess
restaurant atau restaurant receptionist.
2.    Escuting and Sitting the guest : Tamu diantar pada meja yang telah dipesan atau
disukai, atau sama sekali belum memesan tempat kemudian membantu menarik kursi ketika
akan duduk.
3.    Pouring ice water : Waitres menuangkan air es ke goblet glass dari sebelah
kanan, waitres yang lain membantu membuka dan meletakkan napkin dipangkuan tamu.
4.    Serving bread and butter : Sajikan roti dan mentega sebagai makanan pendamping.
5.    Presenting the menu/taking order : Captain memberikan daftar menu dari sisi kiri
tamu, sambil membantu tamu jika mengalami kesulitan terhadap menu yang ditawarkan.
Sambil menawarkan menu captain waiter mencatat pesanan tamu (take order) dan
diberikan pada waitres selanjutnya order diserahkan pada bagian terkait.
6.    Presenting the wine list : Sambil menunggu hidangan disajikan
bagian sommelier menawarkan wine sebagai minuman pengiring hidangan.
7.    Adjustment : Waiter malakukan clear up atau mengganti peralatan makan dan
disesuikan dengan menu yang dipesan oleh tamu.
8.    Serving the food : Menyajikan hidangan menu sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan.
9.    Clear up : Clear up adalah proses mengambil peralatan yang kotor setelah tamu selesai
makan. Pada saat hidangan dessert akan dikeluarkan waiter mengambil peralatan yang
tidak digunakan lagi seperti ashtray, B&B plate, wine glass.
10. Crumbing down : Crumbing down adalah proses membersihkan meja makan dari
kotoran setelah proses clear up dilakukan. Menggunakan napkin dan piring.
11. Presenting coffee or tea : Setelah hidangan dessert selesai disantap captain
waiter menawarkan tea or coffee dan bagian sommelier menawarkan minuman setelah
selesai makan (after meal drink).
12. Presenting the bill : Sebelum memberikan bill captain waiter menanyakan komentar
tamu mengenai pelayanan, citarasa hidangan dan minuman sebagai tolak ukur
mengembangan dan perbaikan dimasa depan yang disesuaikan dengan keinginan
pelanggan. Kemudian captain waiter memberikan tagihan (bill) menggunakan check
tray atau bill order.
13. Table setting : Begitu tamu meninggalkan maja makan maka waiter segera
melakukan table settingkembali agar meja dapat dipakai kembali jika ada tamu.
D.  MACAM –MACAM TABLE CERVICE

1.    Table Service
Yaitu cara penyajian makanan dengan meja, adalah merupakan jenis pelayanan yang tertua
dan umum dipergunakan di restaurant. Table service ini banyak ragamnya, mulai dari formal
service, semi formal dan non formal service yang pelayanannya cepat.
2.    Counter Servic
Merupakan service informal seperti Coffee Shop, Snack Bar, Foutain Bar dsb.

3.    Tray Service
Merupakan service informal, misalnya kita dapatkan pada Airline, Hospital, Cafetaria dsb.

4.    Self Service
Yaitu service yang biasanya dilakukan di daerah-daerah ramai, dimana tamu mengambil
hidangan sendiri, dan hidangan dihidangkan di atas counter serta tamu membayar hidangan
yang diambil pada cashier. Umumnya hidangan diberi harga menurut apa yang diambil oleh
tamu.

1.    Klasfikasi restoran
Menurut Soekresno ( 2000 ), dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, restoran dapat
diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :

1.     Restoran Formal
Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang
dikelola secara komersial dan professional dengan pelayanan yang eksklusif.  Contoh :
member restoran, Gourmet, Main dining room, Grilled Restoran, exsekutive restoran dan
sebagainya.

Ciri – ciri restoran formal :


·         Penerimaan pelanggan dengan sistim pemesanan tempat terlebih dahulu
·         Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi
·         Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa popular
·         Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service atau
modifikasi dari kedua table service tersebut
·         Di sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai
tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap malam
·         Di buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan malam dan
makan siang dan tidak di buka untuk makan pagi
·         Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya wine and
champagne dari beberapa Negara penghasil wine di dunia
·         h)  Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan suasana
romantis dan exclusive
·         i).  Harga makanan dan minuman relatife tinggi disbanding harga makanan dan
minuman di restoran informal
·         j).  Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk dapat di
lewati gueridon
·         k). Tenaga relatife banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani 4 – 8
pelanggan

2.    Restoran Informal
Restoran informal adalah  industry jasa pelayanana makanan dan minuman yang dikelola
secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan,
kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan. Contoh : café,
cafeteria, fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen, tavern, family restaurant, pub,
service corner, burger corner, snack bar.

Ciri – ciri restoran informal :


§  Harga makanan dan minuman relative murah
§  Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat
§  Para pelanggan yang datang tidak terikat  untuk mengenakan pakaian formal
§  Sistem penyajian yang dipakai American Service/ ready  plate bahkan self service ataupun
counter service
§  Tidak menyediakan hiburan musik hidup
§  Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain
§  Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu atau pelanggan namun di
pampang di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan
§  Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang relative cepat
selesai dimasak
§  Jumlah tenaga service relative sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani
12 – 16 pelanggan

3.    Specialities Restoran
Specialities Restoran adalah industry jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola
secara komersial dan professional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan
sistem penyajian yang khas dari suatu Negara tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant,
Chinese food restaurant, Japanesse food restaurant etc.
Ciri ciri specialities restaurant :
·         Menyediakan sistem pemesanan tempat
·         Menyediakan menu khas suatu Negara tertentu, popular dan disenangi banyak
pelanggan secara umum
·         Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya Negara asal dan dimodifikasi dengan
budaya internasional
·         Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam
·         Menu ala carte dipresentasikan kepada pelanggan
·         Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas Negara asal
·         Harga makanan relative tinggi di banding informal  restaurant dan lebih rendah
disbanding formal restaurant
·         Jumlah tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani
8 -12  pelanggan

  
BAB VIII
AKOMODASI / LODGING AND HOTEL
A.  DEFINISI LODGING AND HOTEL
1.   Lodging
         Pengertian Lodging merupakan jenis usaha yang bergerak dalam bidang penyediaan
sarana penginapan. (Kodhyat. H dan Ramaini. Kamus Pariwisata dan Perhotelan, 1992,
Gramedia, Jakarta )
         Lodging House, Yaitu sejenis rumah ynag menyediakan tmpat menginap untuk satu
malam saja atau untuk waktu kurang dari satu minggu sekali datang menginap, jadi
disewakan hanya harian dan paling lama satu minggu. Lodging (or a holiday
accommodation) is a type of residential accommodation. People who travel and stay away
from home for more than a day need lodging for sleep, rest, safety, shelter from cold
temperatures or rain, storage of luggage and access to common household functions.
Lodgings may be self catering in which case no food is laid on but cooking facilities are
available.  Lodging is done in a hotel, hostel or hostal, a private home (commercial, i.e. a bed
and breakfast, a guest house, a vacation rental, or non-commercially, with members
of hospitality services or in the home of friends), in a tent, caravan/camper (often on
a campsite). In addition there are makeshift solutions.
Cottage
          Sejenis akomodasi yang berlokasi di sekitar pantai atau danau dengan bentuk
bangunan – bangunan terpisah, disewakan untuk keluarga, serta dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi.
         In modern usage, a cottage is usually a modest, often cozy dwelling, typically in
arural or semi-rural location. However there are cottage-style dwellings in cities, and in
places such as Canada the term exists with no connotations of size at all
(cf. vicarageor hermitage). In the United Kingdom the term cottage also tends to denote
rural dwellings of traditional build, although it can also be applied to dwellings of modern
construction which are designed to resemble traditional ones ("mock cottages")
          In certain places (e.g. Eastern Canada, Scandinavia and Russia) the term "cottage" (in
Finnish mökki; in Estonian suvila; in Swedish stuga; in Norwegian hytte [from the German
word Hütte], in Russian дача (dacha)) can refer to a vacation/summer home, often located
near a body of water. However, in the USA generally this is more commonly called a "cabin",
"chalet", or even "camp".

2.   Hotel
         Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha
akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman
serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat
umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya
menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian hotel ini dapat
disimpulkan dari beberapa definisi hotel seperti tersebut di bawah ini :
·         Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian
untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi
masyarakat umum yang dikelola secara komersil (Keputusan Menteri Parpostel no Km
94/HK103/MPPT 1987)
·         Bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan
untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut :
1) Jasa penginapan
2) Pelayanan makanan dan minuman
3) Pelayanan barang bawaan
4) Pencucian pakaian
5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.
(Endar Sri,1996:8)
·         Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa
kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran
(Lawson, 1976:27)

B.  CIRI – CIRI HOTEL
        Berdasarkan tamu yang menginap, hotel dapat digolongkan menjadi beberapa jenis.
Secara dominan tamu yang menginap adalah keluarga, official, group, walk-in, traveller,
wisatawan, businessman, individual, incentive, long staying, dan short staying.
1.    Hotel Keluarga
 adalah hotel yang kebanyakan tamunya adalah keluarga. Hotel seperti ini biasanya
dilengkapi dengan berbagai sarana rekreasi, restoran dengan konsep keluarga, tempat tidur
yang lega, serta berbagai macam sarana untuk aktivitas semua anggota keluarga. Sang ayah
bisa ke business center dan fitness, ibu mengikuti kegiatan erobik dan satai di tepi kolam
renang. sementara anak-anak bermain di Kiddy Club atau sarana permainan lainnya.
Kebanyakan hitel tipe ada di resor, tetapi ada juga yang di tengah kota tetapi menggunakan
konsep resor.
2.    Official Hotel
adalah hotel yang kebanyakan tamunya adalah orang-orang dari instansi pemerintah atau
swasta, dari dinas atau jawatan tertentu. Kebanyakan berupa guest house atau hotel khusus
yang dimiliki Pemerintah Daerah, Perusahaan Jawatan, Badan Umum Milik Negara, maupun
perusahaan swasta.

1.    Hotel Untuk Tamu Rombongan.


Banyak hotel yang kebanyakan tamunya adalah grup atau rombongan. Mereka datang
bersama-sama untuk melakukan study tour atau wisata. Hotel jenis ini mempunyai
beberapa pilihan kamar. Masing-masing kamar dapat diisi enam orang atau lebih karena
kamarnya lebih luas dengan tempat tidur lebih dari dua. Hotel ini biasanya berada di daerah
tujuan wisata, tetapi dapat juga berada di suatu kota. Contoh hotel dengan karakteristik
semacam ini adalah hotel-hotel tidak berbintang yang banyak didatangi rombongan pelajar
atau kelompok tertentu dari daerah lain pada musim liburan. Rombongan datang serentak
dengan mengendarai beberapa bus.

2.    Walk-in Hotel.
 Ada hotel yang tamunya tidak perlu melakukan reservasi terlebih dahulu. Hotel semacam
ini disebut dengan walk-in hotel. Orang datang ke konter Front Office, bertanya apakan
masih ada kamar, fasilitas, kondisi, dan harga kamar. Jika tamu sepakat dengan tarif dan
kondisi kamar maka tamu dapat langsung check-in. Hotel ini biasanya tidak berbintang, atau
setidaknya bukan hotel berbintang lima. Letaknya bisa di dalam kota, tidak terlalu besar,
dengan harga yang relatif lebih murah karena layanan dan fasilitasnya yang terbatas.

3.    Traveller Hotel.
Tamu hotel ini adalah orang-orang yang sedang melakukan suatu rangkaian perjalanan, baik
untuk bisnis, keperluan pribadi, maupun hanya untuk istirahat sebentar. Ada yang
menyebutkannya sebagai hotel transit, karena hanya untuk beristirahat sebentar sebelum
melanjutkan perjalanan. Hotel ini memiliki fasilitas yang tidak lengkap, walau memiliki
standar kelengkapan minimal di kamar. Tamu mungkin tidak merasa perlu untuk duduk
santai dan berlama-lama di bar. Tenaga mereka simpan untuk berburu target perjalanan.
4.    Hotel Wisatawan,
yang kebanyakan resor, walau mungkin juga berada di dalam kota. tergantung jenis wisata
yang ada di sekitar hotel. Sarana yang diberikan hotel ini bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana, hanya menyediakan akomodasi saja, ada yang akomodasi dan makan pagi
sederhana, roti atau telur dengan teh atau kopi, sampai ke resort hotel berbintang lima yang
dilengkapi dengan fasilitas mewah dan rekreatif.

5.    Businessman Hotel,
yang kebanyakan tamunya datang untuk berbisnis. Kebanyakan berada di tengah kota
besar, kota metropolitan, kota dagang, dan di area yang memungkinkan orang menjalankan
bisnis dengan lancar. Karakteristik hotel ini bervariasi, mulai yang sederhana (sekelas hotel
melati), yang sedang seperti traveller hotel, sampai business hotel berbintang empat atau
lima. Yang membedakan adalah fasilitas, besar-kecilnya hotel, prestise, layanan, dan tarif.

6.     Individual Hotel
adalah hotel yang kebanyakan tamunya adalah individu, bukan grup atau keluarga. Hotel
semacam ini mirip traveller hotel, business hotel, atau city hotel. Biasa digunakan oleh para
pedagang, salesman, atau orang yang sedang melakukan perjalanan dan singgah untuk
beristirahat. Yang dimaksud individu tidak berarti sendiri, tetapi menunjukkan bahwa
mereka melakukan reservasi sendiri, terkadang walk-in. Tamu yang datang bisa memerlukan
satu, dua, atau tiga kamar tetapi belum mencapai angka lima belas, yang diorganisasikan
dengan itinerary atau ciri khas dari tamu rombongan.

7.    Incentive Hotel
adalah hotel yang kebanyakan tamunya adalah para karyawan atau anggota organisasi yang
mendapatkan semacam hadiah atau bonus untuk melakukan tour, wisata, atau kunjungan
ke perusahaan yang ada di kota lain.

8.    Long Staying Hotel


adalah bentuk residential hotel seperti kondominium atau apartemen atau hotel tertentu,
yang tamunya rata-rata tinggal cukup lama, lebih dari satu bulan. Hotel jenis ini mempunyai
sarana kitchenette di kamar, tempat cuci dan seterika sendiri, memiliki lebih dari satu
ruangan dalam satu kamar.

C.  KLASIFIKASI HOTEL
       Menurut  keputusan  direktorat  Jendral Pariwisata,  Pos  dan Telekomunikasi
no  22/U/VI/1978  tanggal  12  Juni  1978  (Endar  Sri,  1996  : 9),  klasifikasi  hotel
dibedakan  dengan  menggunakan  simbol  bintang  antara  1 '/d 5.  Semakin  banyak
bintang yang dimiliki suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian
dilakukan selama 3 tahun sekali dengan tatacara serta penetapannya dilakukan oleh
Direktorat Jendral Pariwisata.
Sesuai  dengan  dengan  Surat  Keputusan  Menteri  Perhubungan  No.
PM.10/PW.  301/Pdb  - 77  tentang  usaha  dan  klasifikasi  hotel,  ditetapkan  bahwa
penilaian k1asifikasi hotel secara minimum didasarkan pada :
Ø  Jumlah Kamar
Ø  Fasilitas
Ø  Peralatan yang tersedia
Ø  Mutu pelayanan

Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar kelima kelas tersebut, ataupun
yang berada di bawah standar minimum yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan
disebut Hotel Non Bintang.
Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah:

Ø  Untuk menjadi  pedoman teknis bagi caJon investor (penanam modal) di
bidang usaha perhotelan.
Ø  Agar  caJon penghuni  hotel  dapat  mengetahui  fasilitas  dan  pelayanan
yang akan diperoleh di suatu hotel, sesuai dengan golongan kelasnya
Ø  Agar   tercipta  persaingan (kompetisi)  yang  sehat   antara   pengusahaan hotel.
Ø  Agar  tercipta keseimbangan antara  permintaan (demand) dan penawaran (supply)  dala
m  usaha akomodasi hotel.

Pada  tahun  1970-an  sampai  dengan  tahun  2001,  penggolongan kelas  hotel
bintang 1 sampai  dengan  bintang 5 lebih  mengarah ke aspek  bangunannya seperti
luas bangunan, jumlah  kamar  dan fasilitas  penunjang hotel  dengan  bobot  penilaian
yang  tinggi.  Tetapi  sejak  tahun  2002  berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata No. KM 3/HK. 001/MKP 02 tentang  penggolongan kelas hotel, bobot
penilaian aspek  mutu  pelayanan lebih  tinggi  dibandingkan dengan  aspek  fasilitas
bangunannya.  Walaupun  demikian  seorang   perencana  dan   perancang bangunan
yang  ingin  membuat sebuah  Hotel  khususnya Hotel  Ressort  dapat  mengacu  pada
Ketentuan dan Kriteria K.lasifikasi Hotel  yang  dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pariwisata tahun  1995.  Akan  tetapi  untuk  jumlah kamar  tidak  diharuskan sesuai
dengan   golongan  kelas  hotel  asalkan   seimbang dengan  fasilitas penunjang serta
seimbang  antara    pendapatan   dan   pengeluaran  dari hotel tersebut .

berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan  Pariwisata Nomor.   KM  3/HK.
001/MKP/02. Pembagian  klasifikasi  hotel   berdasarkan  kelas   dapat   dijabarkan dengan
melihat  dari fasilitas-fasilitasnya seperti  berikut:
1.    Klasifikasi hotel berbintang satu (*)

a.    Jumlah  kamar standar,  minimum 15 kamar.
b.    Kamar  mandi di dalam
c.    Luas kamar standar, minimum  20m2•

2.    Klasifikasi hotel berbintang dua (**)
a.    Jumlah kamar standar, minimum  20 kamar.
b.    Kamar suite , minimum  1 kamar dengan luas minimum  44 m2•
c.    Kamar mandi di dalam.
d.    Luas kamar standar, minimum  22m2

3.    Klasifikasi hotel berbintang tiga (***)
a.    Jumlah kamar standar, minimum  30 kamar
b.    Kamar suite , minimum  2 kamar dengan luas minimum  48m2
c.    Kamar mandi di dalam.
d.    Luas kamar standar, minimum  24m2•

4.    Klasifikasi hotel berbintang empat (****)
a.           Jumlah kamar standar, minimum  50 kamar.
b.           Kamar suite , minimum  3 kamar dengan luas minimum  48m2•
c.           Kamar mandi di dalam.
d.           Luas kamar standar, minimum  24m2•

5.    Klasifikasi hotel berbintang lima(*****)
a.    Jumlah kamar standar, minimum  100 kamar.
b.   

 
Kamar suite, minimum  4 kamar dengan luas minimum  52 m2
c.    Kamar mandi di dalam.
d.    uas kamar standar, minimum  26m2•

D.  JENIS – JENIS HOTEL
Hotel dilihat dari lokasi hotel
1.    City Hotel : Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat
yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut
juga sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang
memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.
2.    Residential Hotel : Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari
keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi
di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin
tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas
tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga.
3.    Resort Hotel : Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi
pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama
diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka
yang ingin berekreasi.
4.    Motel (Motor Hotel) : Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya
yang menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat
dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat
istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan
kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi
untuk mobil.
5.    Mountain Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di daerah pegunungan
6.    Beach Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di dekat pantai
7.    Bandara hotel : Mereka berada di dekat bandar udara utama, terutama ketika mereka
jauh dari pusat perkotaan untuk melayani. Para pelanggan utama penumpang transit masuk
atau keluar tanpa waktu yang cukup untuk pindah ke kota dan maskapai penerbangan
Crews. Tetap biasanya sangat singkat. Menjadi populer karena kedekatannya dengan
bandara dan menyesuaikan layanan mereka kepada pelanggan, khususnya eksekutif.
Berdasarkan Sistem penetapan tarif kamar (room rate)
·         Full American Plan (FAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar
sudah termasuk tiga kali makan
·         Modified American Plan (MAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga
kamar sudah termasuk makan dua kali
·         Continental Plan, yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah
termasuk makan pagi (continental breakfast)
·         Bermuda Plan, hotel dengan sistem harga kamar sudah termasuk makan pagi
(American Breakfast)
·         European Plan, yaitu hotel dengan sistem dimana harga kamar tidak termasuk makan
(room rate only)
Berdasarkan ukuran dan jumlah kamar
·         Hotel kecil, jumlah kamar sampai dengan 25 kamar
·         Hotel menengah, memiliki jumlah kamar antara 25 sampai 100
·         Hotel sedang, jumlah kamar antara 100 sampai 300
·         Hotel besar, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar diatas 300
Berdasarkan jenis atau tipe tamu
·         Family hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya terdiri dari keluarga
·         Business hotel, sebagian besar tamunya merupakan orang–orang yang sedang
melakukan tugas/usaha
·         Tourist hotel, yaitu hotel yang sebagain besar tamunya adalah wisatawan
·         Transit hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah mereka yang akan
melanjutkan perjalanan (hotel hanya sebagai tempat persinggahan sementara saja)
·         Cure Hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah dengan tujuan
pengobatan
Segi Jumlah Kamar Hotel
Menurut Tarmoezi (Tarmoezi,2000:3), dari banyaknya kamar yang disediakan, hotel dapat
dibedakan menjadi :
a. Small Hotel : Jumlah kamar yang tersedia maksimal sebanyak 28 kamar.
b. Medium Hotel : Jumlah kamar yang disediakan antara 28- 299 kamar.
c. Large Hotel : Jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari 300 kamar.

Berdasarkan lama tamu menginap


·         Transient Hotel, hotel dimana para tamunya rata-rata menginap hanya untuk satu
atau dua malam
·         Residential Hotel, yaitu hotel dima para tamunya menginap untuk jangka waktu lama,
lebih dari satu minggu
·         Semi Residential Hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menignap lebih dari dua
malam sampai satu minggu
Berdasarkan Disain dan struktur hotel
·         Conventional Hotel, hotel yang bentuknya tinggi bertingkat menjulang ke langit
·         Bungalows, hotel yang bentuknya tidak bertingkat dan setiap bangunan berlokasi
menyebar satu dengan yang lain
·         Motor Hotel, hotel yang mempunyai garasi di masing-masing kamar atau kelompok
kamar
Berdasarkan lama buka hotel dalam setahun
·         Seasonal Hotel, yaitu hotel yang dibuka hanya untuk waktu-waktu tertentu dalam satu
tahun (3 bulan, 6 bulan, 9 bulan)
·         Year Round Hotel, yaitu hotel yang dibuka sepanjang tahun
Berdasarkan tarif hotel
·         Economy Hotel, yaitu hotel dengan tarif yang relatif murah
·         First Class Hotel, yaitu hotel dengan tarif sedang
·         Deluxe Hotel, yaitu hotel dengan tarif mahal
-istilah hotel lainnya:
·         Guest House, sesuai namanya tempat ini menyerupai rumah dengan beberapa kamar.
Beberapa kamar disewakan dengan penggunaan bersama untuk dapur, ruang tamu dan
ruang-ruang lainnya. Pemilik rumah ada juga yang tinggal disini.
·         Villa atau Cottage. Secara fisik sebenarnya merupakan hotel dengan beberapa rumah
dalam satu kawasan. Bangunan rumah terpisah dari unit lainnya. Lokasinya biasanya tidak
berada di kawasan padat. Biasnya menawarkan suasana yang lebih tenang. Layanan kamar
disediakan seperti halnya hotel, bahkan untuk villa mewah disediakan petugas tersendiri
untuk tiap-tiap unit villa.
·         Homestay. Sebenarnya mirip dengan guest-house hanya biasanya pemilik rumah
tinggak bersama tamu. Homestay biasanya dimiliki pribadi.
·         Inn/Lodge. Merupakan penginapan sederhana dan terletak dipinggir kota atau tempat
transit. Tidak menyediakan banyak fasilitas.
·         Bed & Breakfast. Adalah hotel dengan fasilitas hanyalah untuk tidur dan sarapan saja.
Istilah ini masih kurang populer di Indonesia tetapi di luar negeri sudah banyak digunakan.
·         Budget Hotel. Adalah hotel dengan fasilitas terbatas dan biasanya berada di tengah
kota.
·         Hostel. Hotel sederhana yang biasanya digunakan tamu rombongan. Satu kamar bisa
diisi 4 orang bahkan lebih. Fasilitasnya sederhana dengan kamar mandi biasanya di luar
kamar. Hostel ini yang biasanya digunakan untuk rombongan study-tour.
Jenis-Jenis Kamar Tamu Hotel Menurut Tempat Tidur Yang Ada
·         Single Room : Kamar yang tersedia untuk satu orang penghuni dengan kondisi berisi
satu tempat tidur tunggal(single bed). Jenis room seperti ini sudah jarang dan hamper tidak
ada di hotel berbintang.
·         Double Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi berisi
satu tempat tidur besar (double bed).
·         Twin Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi, berisi
dua tempat tidur double (twin bed) dan ditempatkan secara terpisah.
·         Standard Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi, beisi
satu tempat tidur double (double bed) atau dua tempat tidur.
·         Superior Room : Kamar standard yang lebih luas atau lebih besar.
·         Deluxe Room : Kamar dengan ukuran
·         Suite Room : Kamar yang tersedia untuk 2/3 atau lebih dengan kondisi berisi dua atau
tiga kamar lebih dengan ukuran kamar lebih besar, lebih luas dan lebih lengkap yang
dilengkapi dengan fasilitas tambahan seperti ruang tamu, makan, keluarg dan dapur
kecil(kitchenette) serta mini bar. Tempat tidurnya etrdapat double bed, twin bed atau
bahkan single bed.
·         Presidential. Inilah kamar terluas dibandingkan dengan jenis kamar lainnya. Pada
dasarnya ini masuk kategori Suite Room dengan luas dan fasilitas paling lengkap. Kamar
jenis ini hampir menyerupai rumah. Tidak semua hotel memiliki kamar jenis ini, hanya hotel-
hotel mewah bintang 5 yang menyediakannya, itupun hanya beberapa unit saja. Beberapa
hotel menempatkan Presidential Suitenya dekat dengan fasilitas pendaratan helikopter
(helipad) dan memiliki pemenadangan terbaik yang dimiliki hotel.

 BAB IX
MICE
A.  EDEFINISI MICE

MICE adalah akronim dari meetings, incentives, conferences and exhibitions. Wisata MICE


merupakan salah satu sektor dalam industri pariwisata yang berkembang sangat pesat
(Dwyer dan Forsyth, 1997; Hing et al., 1998 dalam Seebaluck, Naidoo dan Ramseook-
Munhurrun, 2013), dan wisata MICE juga telah berkembang pesat di Bali beberapa tahun
terakhir ini. Yang menjadi dasar pemikiran di balik setiap wisata MICE adalah kegiatan yang
diperuntukkan guna menyatukan para penyedia informasi dengan penerimanya (Whitfield
dan Webber, 2010 dalam Whifield, Dioko, Webber dan Zhang, 2012). Kegiatan wisata MICE
melibatkan berbagai sektor seperti sektor transportasi, perjalanan, rekreasi, akomodasi,
makanan dan minuman, tempat penyelenggaraan acara, teknologi informasi,
perdagangan dan keuangan sehingga wisata MICE dapat digambarkan sebagai industri
multifaset. Di banyak daerah tujuan wisata, kegiatan MICE dikategorikan di bawah payung
industri event (Dwyer dan Mistilis, 2000; Getz, 2008 dalam Seebaluck et al., 2013).
Setiap istilah dalam wisata MICE memiliki arti yang berbeda-beda walaupun kegiatan MICE
itu sendiri merupakan kegiatan jangka pendek yang memiliki signifikansi ekonomi yang
besar bagi pariwisata (Law, 1987; Pearson dan McKanna, 1988; Hiller, 1995; Wootton dan
Stevens, 1995 dalam Hall, 2003). Istilah meeting dalam MICE dapat didefinisikan sebagai
suatu acara terstruktur yang dapat menyatukan sekumpulan orang secara kolektif untuk
mendiskusikan topik yang menjadi kepentingan bersama (Seebaluck et al., 2013). Menurut
Mair (2009), meeting umumnya membahas masalah dengan substansi yang relatif kecil
dengan jumlah delegasi yang kecil juga dan biasanya dapat diselenggarakan di lingkungan
perusahaan, di hotel atau di ruangan pertemuan. Meeting juga dapat didefinisikan
sebagai berikut:
It’s a gathering of 10 or more participants for a minimum of 4 hours in a hired venue. The
term ‘meetings’ include conventions, conferences, congresses, trade shows and exhibitions,
incentive events, corporate and business meetings, and other meetings and all exclude social
activities (wedding receptions, holiday parties, etc.), permanently established formal
educational activities (primary, secondary or university level education), purely recreational
activities (such as concerts and shows of any kind), political campaign rallies, or gatherings
of consumers or would-be customers by a company for the purpose of presenting specific
goods or services for sale (consumer shows), which would rather fall under the scope of
retail or wholesale trade.(UNWTO dalam Seebaluck et al., 2013, p.2).
MICE sebagai wisata minat khusus yang merupakan rekayasa manusia memiliki karakteristik
yang berbeda, baik dari segi bentuk acara yang diselenggarakan, pembentukan ide, sampai
target pasar untuk sector industri MICE itu sendiri.
Industri MICE berbeda dengan industri pariwisata lainnya.  Industri MICE sudah terfokus dan
terkonsentrasi pada pembentukan pemahaman apa sebenarnya MICE itu sendiri, dan sangat
berbeda dengan industry pariwisata lainnya yang setiap orang bisa melakukan apa pun
selama tujuannya adalah berekreasi.
v  Meeting & Convention
Kegiatan dari sekelompok orang/profesional yang ditunjuk oleh organisasi/perusahaan
untuk peningkatan kualitas SDM mendukung bisnis yang diwakilinya.
v  Incentive (Trip)
Bentuk dari suatu rewards yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan.
v  Exhibition
Salahsatu kegiatan untuk penyebarluasan informasi dan promosi produk dari suatu    bisnis
kepada konsumen dan calon konsumen
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita lihat bahwa unsur yang terdapat di dalam
industri MICE tidak hanya berguna untuk sector pariwisata, tetapi untuk sector bisnis dalam
industri perdagangan, industri pendidikan, dan berbagai industri lainnya MICE sangat
berperan dalam pengembangan beberapa industri tersebut.
Industri perdagangan di Indonesia saat ini sangat membutuhkan MICE dalam bidang
promosi maupun penjualan produk baik langsung maupun tidak langsung.  Hal ini dapat
terjadi dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri terhadap dunia MICE
khususnya Exhibition.  Tidak hanya itu satu kegiatan MICE yang dilaksanakan akan
berdampak pada penyelenggaran kegiatan MICE lainnya, yang saling berkesinambungan dan
mengisi satu sama lain.
Menurut Pendit (1999:25), Mice diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan : usaha
jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan
memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,
cendikiawan dsb) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama.
Sedangkan menurut Kesrul (2004:3), Mice sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang
aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan
sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings,
incentive travels, conventions, congresses, conference dan exhibition.

B.  BENTUK MICE

a.    Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau persidangan.
Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam MICE.

Menurut Kesrul (2004:8), Meeting Suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan
oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan
dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia,
menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru,
publikasi, hubungan kemasyarakatan.
Menurut Kesrul (2004:3), “Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya
merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan orang secara
bersama-sama”.

b.    Incentive
Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999:27), Menjelaskan bahwa
perjalanan insentive merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu
perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas
prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan
kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Kesrul (2004:18), bahwa insentive merupakan hadiah atau penghargaan yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya bisa
berupa uang, paket wisata atau barang. Menurut Any Noor (2007:5) yang dikutip dari SITE
1998 dalam Rogers 2003, juga memberikan definisi mengenai incentive adalah incentive
travel is a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate
and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the
organizational goals.

c.    Conference
Menurut (Pendit,1999:29), Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam
bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama
saja dengan conference, maka secara teknis akronim mice sesungguhnya adalah istilah yang
memudahkan orang mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan
exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata
yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan dalam
sati kategori, yaitu mice.
Menurut Kesrul, (2004 :7), Conference atau konferensi adalah suatu pertemuan yang
diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena, adat atau kebiasaan yang
berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negara-negara para penguasa
pemerintahan atau perjanjian international mengenai topik tawanan perang dan
sebagainya.

d.    Exhibition

Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri pariwisata, pameran termasuk
dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Menparpostel RI Nomor
KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit (1999:34) yang
berbunyi “Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebar luaskan informasi dan
promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya
dengan pariwisata.
Menurut Kesrul (2004:16), exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara bersama-
sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel, dimana
sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi
pasar yang berbeda.

C.  PERKEMBANGAN MICE
1.   Perkembangan di Dunia

Kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions) merupakan salah satu


pendorong utama pengembangan destinasi pariwisata dan juga merupakan penghasil
pendapatan yang penting bagi masyarakat lokal, menciptakan lapangan pekerjaan dan
pendorong berkembangnya investasi asing. Selain manfaat ekonomi,
perkembangan kegiatan MICE memberikan peluang untuk berbagi pengetahuan (knowledge
sharing), pengembangan jaringan (networking), dan pengembangan kapasitas (capacity
building), sehingga kegiatan MICE dianggap sebagai pendorong penting bagi pengembangan
intelektual dan meningkatkan kerjasama regional (UNWTO, 2012).
Trend global wisata MICE dapat dilihat dari laporan yang telah dikeluarkan oleh GBTA
Foundation sebagai badan penelitian dari Global Business Travel Association yang telah
menganalisa keadaan terkini mengenai pengeluaranselama melakukan perjalanan bisnis
global dan proyeksi pertumbuhan selama lima tahun ke depan. Berdasarkan penelitian
mengenai Global Business Spending Outlook 2011-2015, diketahui bahwa pengeluaranuntuk
perjalanan bisnis di seluruh dunia meningkat sebesar 8,4% pada tahun 2010 setelah
mengalami penurunan sebesar 7,8% pada tahun 2009. Pengeluaran perjalanan global
diproyeksi meningkat sebesar 9,2% pada tahun 2011 menjadi lebih dari US$ 1 triliun
(UNWTO, 2012). Berdasarkan GBTA (2013), pengeluaran perjalanan global diperkirakan
akan meningkat sepanjang 2013 mencapai sekitar US$ 1,12 triliun yaitu meningkat sekitar
5,4% dibandingkan tahun 2012. Pengeluaran untuk perjalanan global pada tahun 2014
hingga tahun 2017 diprediksi akan mengalami peningkatan tiap tahunnya masing-masing
sekitar 8,2%, 7,4%, 7,2% dan 7,1% (GBTA, 2013). Peningkatan pengeluaran untuk perjalanan
bisnis global telah meningkatkan penciptaan lapangan kerja secara global sebesar 20%
(UNWTO, 2012).
Peningkatan pengeluaran perjalanan bisnis global dapat direfleksikan pada peningkatan
jumlah total peserta meeting yaitu sekitar 5,52 juta orang pada tahun 2011, dimana pada
tahun 2010 hanya sekitar 5,37 juta orang. Trend peningkatan wisata MICE juga dapat dilihat
dari jumlah acara pertemuan yang dilaksanakan per regional di mana pengalokasian
pelaksanaan meeting secara regional cukup stabil dengan benua Eropa sebagai kawasan
pertemuan tertinggi per benua yaitu sebesar 55% dari seluruh pertemuan pada tahun 2011
diadakan di kawasan benua Eropa (ICCA, 2012). Kawasan Amerika Utara dan Eropa telah
berhasil meningkatkan popularitasnya sebagai penyelenggara meeting sehingga mengakhiri
trend penurunan pangsa pasar kedua kawasan tersebut sejak tahun 2003. Meskipun telah
terjadi pasang surut di kawasan Asia dan Timur Tengah, akan tetapi kedua kawasan ini telah
dapat meningkatkan popularitasnya pada satu dekade terakhir sebagai tempat
diselenggarakannya event pertemuan. Sedangkan kawasan Afrika dan Oseania telah lebih
stabil selama beberapa tahun belakangan (ICCA, 2012).
Trend peningkatan wisata MICE juga dapat dilihat dari data ICCA mengenai
jumlah meeting yang diadakan di seluruh dunia seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 di
bawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah Meeting di Dunia Tahun 2002 - 2011
Tahun Jumlah Event (Meeting)
2002 6.155
2003 6.405
2004 7.642
2005 8.121
2006 8.745
2007 9.536
2008 10.149
2009 10.346
2010 10.406
2011 10.070
                        (Sumber: ICCA, 2012)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah meeting yang cukup
signifikan dari tahun 2002 dengan 6.155 events menjadi 10.070 events pada tahun 2011
(ICCA, 2012).
Secara global wisata MICE akan terus berkembang, hal ini dapat dilihat dari trend
pertumbuhan tempat atau venue penyelenggaraan wisata MICE secara terus menerus.
Berdasarkan laporan mengenai World Map of Exhibition Venue, telah terjadi peningkatan
jumlah ruang pameran – exhibition hall sejak tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan per
tahunnya mencapai sebesar 2.3% (UFI, 2011). Telah terjadi peningkatan jumlah ruang
pameran di seluruh dunia dari 1.062 ruang pameran pada tahun 2006 menjadi sekitar 1.197
ruang pameran yang dilengkapi dengan ruang pameran indoor dengan luas ruangan sekitar
5.000 m2 pada tahun 2011. Hal ini berarti bahwa terdapat kurang lebih 32,6 juta m2 ruang
pameran indoor yang terutama terletak di kawasan Eropa, Amerika Utara dan Asia (UFI,
2011). Dari data ini maka dapat dilihat bahawa dewasa ini trend global wisata MICE sedang
mengalami peningkatan, sehingga membuka peluang bagi destinasi untuk dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya wisata MICE.

2.    Perkembangan di Indonesia
Dewasa ini Indonesia telah mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE sebagai salah satu
tempat diselenggarakannya event MICE. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kegiatan besar
bertaraf internasional yang mulai diselenggarakan di Indonesia sebagai bentuk kepercayaan
masyarakat dunia terhadap Indonesia. Wisata MICE di Indonesia semakin berkembang
karena keadaan pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan yang kian membaik.
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya ketertarikan investor asing maupun lokal untuk
berinvestasi dalam menyelenggarakan event maupun hanya sekedar berpartisipasi sebagai
peserta dalam suatu event MICE (DitjenPen, 2011).
Industri MICE merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu negara di
mana pada tiap penyelenggaraan sebuah event baik yang bertaraf nasional maupun
bertaraf internasional memerlukan dukungan perangkat keras berupa infrastruktur fisik, dan
perangkat lunak yang meliputi dukungan sumber daya manusia yang ahli yang memiliki
mentalitas pelayanan kelas utama. Agar Indonesia dapat lebih diperhitungkan oleh pasar
wisata MICE maka dukungan infrastruktur seperti akses udara, jalan atau rel kereta
api, convention center serata sarana akomodasi yang berkualitas sangatlah penting. Selain
dukungan infrastruktur yang memadai faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan karena
dapat meningkatkan nilai tambah suatu destinasi adalah keatraktifan destinasi itu sendiri,
adanya jaringan pemasaran yang baik serta terdapat professional conference
organizer (PCO) nasional/lokal yang ahli dan berkualitas (DitjenPen, 2011).
Pemerintah Indonesia juga merumuskan kebijakan untuk mendukung perkembangan wisata
MICE di Indonesia. Dalam kebijakan tersebut pemerintah telah menetapkan 10 kota utama
dan 3 kota yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan MICE di Indonesia. Sepuluh
kota utama tujuan wisata MICE di Indonesia,yaitu: Medan, Padang/Bukit Tinggi, Batam,
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar dan Manado. Sedangkan
3 daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata MICE adalah
Palembang, Lombok dan Balikpapan. Selain kota-kota yang telah disebutkan tersebut, tidak
menutup kemungkinan bagi kota-kota lain di Indonesia untuk dapat menjadi daerah tujuan
wisata MICE di mana Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya
untuk mengembangkan wisata MICE di daerah masing-masing. Perkembangan wisata MICE
di Indonesia juga didukung oleh perkembangan agresif industri perhotelan yang
memungkinkan adanya hotel disetiap ibukota provinsi sehingga kegiatan MICE berskala
nasional bahkan internasional dapat diselenggarakan di ibukota-ibukota provinsi (DitjenPen,
2011).
Trend perkembangan wisata MICE di Indonesia kedepannya akan semakin membaik
mengingat trend meeting internasional yang cenderung terus meningkat,dimana
kegiatan meeting masih didominasi oleh bidang medis (ICCA, 2012). Peningkatan trend MICE
di Indonesia juga dipengaruhi oleh kegiatan MICE nasional yang telah menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Keadaan ini dikarenakan tidak hanya pelaku bisnis, asosiasi
dan dunia pendidikan yang meramaikan kegiatan MICE nasional akan tetapi juga
pemerintah serta partai politik (DitjenPen, 2011). Berdasarkan data ICCA Statistics
Report bahwa terlihat ada peningkatan trend MICE yang terjadi diberbagai negara dari
tahun 2001 sampai dengan 2010.
Dalam kurun waktu 2001 – 2010 tersebut Indonesia telah mengalami pertumbuhan jumlah
pertemuan (meeting) sebesar 10,57%, yaitu dari 24 meeting pada tahun 2001 menjadi
64 meeting pada tahun 2010. Dari tabel tersebut juga terlihat bawah trend
pertumbuhan meeting di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
mengalami pertumbuhan yang signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara
yang sudah berkembang seperti Amerika Serikat (DitjenPen, 2011).
Untuk mendukung perkembangan wisata MICE Indonesia, berbagai langkah strategis telah
dilakukan, antara lain: melakukan pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku
industri, dan pendekatan komunitas yaitu dengan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh
kominitas tersebut serta memanfaatkan public figures sebagai ambasador untuk
mempromosikan MICE dan pariwisata Indonesia (DitjenPen, 2011). Pada Rencana
Pemasaran Pariwisata (Tourism Marketing Plan) 2011 yang diluncurkan oleh Menteri
Pariwisata pada akhir tahun 2010, wisata MICE diharapkan dapat menyumbang setengah
dari penerimaan pariwisata yang diharapkan tahun 2011 yaitu sekitar 8,3 miliar dolar.
Setengah dari penerimaan pariwisata ini dapat dicapai karena berdasarkan informasi
di Jakarta Post, bahwa sekitar 600 event MICE diselenggarakan di Indonesia pada tahun
2011 yang menunjukkan perkembangan dan kontribusi penting wisata MICE terhadap
pendapatan pariwisata di Indonesia (Business Monitor International, 2012).
Akan tetapi trend pertumbuhan wisata MICE di Indonesia bukanlah tanpa halangan karena
terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat laju pertumbuhan Industri MICE di
Indonesia, seperti: (DitjenPen, 2011)
1.    Masih rendahnya kesadaran suatu destinasi wisata akan pentingnya kegiatan MICE dan
kurangnya promosi MICE.
2.    Belum adanya database MICE yang dirangkum secara online dan komprehensif.
3.    Aksesibilitas seperti penerbangan langsung yang masih terbatas ke daerah yang menjadi
tujuan kegiatan MICE serta kurangnya kemudahan dan insentif bagi penyelenggara kegiatan
MICE seperti mengkategorikan barang pameran dan souvernir bagi para peserta insentif
tour ke dalam kategori impor sehingga mengurangi keinginan untuk berkunjung ke
Indonesia.
Kendala-kendala di atas perlu segera ditangani dengan baik guna memastikan keberlanjutan
pertumbuhan wisata MICE di Indonesia.
Dari segi kota penyelenggaraan event MICE, Indonesia memiliki tiga kota utama yang
meliputi Bali, Jakarta dan Bandung. Akan tetapi berdasarkan tabel data yang dikeluarkan
oleh ICCA (dalam DitjenPen, 2011), kota-kota di Indonesia masih tertinggal dari kota-kota
lain yang berada di dalam satu kawasan Asia Tenggara yaitu kota Singapura, Kuala Lumpur
dan Bangkok yang berada pada posisi 5, 23 dan 39 secara berurutan, sedangkan
tiga destinasi MICE utama di Indonesia seperti Bali, Jakarta dan Bandung hanya berada pada
posisi 67, 113 dan 311.
Walaupun ketiga kota utama di Indonesia masih terpaut jauh dari beberapa kota lain di
kawasan Asia Tenggara, akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi ketiga kota
tersebut dan kota-kota lainnya di Indonesia untuk mengembangkan wisata MICE karena
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri MICE.

D.  KUALIFIKASI SDM MICE

          Sumber daya manusia di bidang MICE dibutuhkan dengan kualifikasi yang memenuhi
standard kompetensi sebagai berikut :

1.    Mampu merencanakan & menyusun proposal event & bid


2.    Mampu menyusun acara untuk konferensi/events
3.    Mampu merancang, menerapkan & mengevaluasi rencana kegiatan  sponsorship
4.     Mampu menyusun, menerapkan & memonitor sistem dan prosedur
     manajemen event
5.    Mampu mengkoordinasi kegiatan registrasi bagi delegasi di lokasi
     Even
6.    Mampu menyediakan/melaksanakan pelayanan yang memadai 
    pada saat event berlangsung
7.    Mampu memproses & memonitor pelaksanaan registrasi pada saat
Event
8.    Mampu menyelenggarakan kegiatan ramah tamah (function)
9.    Mampu merencanakan & mengkoordinir kegiatan budaya

E.  CORPORATE
Corporate adalah suatu istilah yang sering di dengar dalam lingkungan pasar modal, namun
demikian tidak semua orang paham mengenai pengertian corporate action. Pengertian
corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 123) adalah corporate action
merupakan aktifitas emiten yang dapat mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar
ataupun harga yang bergerak di pasar.
Corporate action merupakan yang umumnya yang menyedot perhatian pihak-pihak yang
terkait di pasar modal khususnya para pemegang saham. Keputusan corporate action harus
disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hal ini penting karena kebijakan yang akan
diambil disamping akan mempengaruhi jumlah saham yang ada di pasar juga akan
mempengaruhi para pemegang sahamnya, sehingga persetujuan pemegang saham mutlak
agar suatu aksi dapat berjalan efektif (www.e-bursa.com).
Beberapa kebijakan umum yang dilakukan dalam corporate action adalah right issue, stock
split, pembagian bonus shares, dan pembagian deviden baik dalam bentuk stock yang
selanjutnya disebut stock devidend maupun dalam bentuk kas yang biasa disebut dengan
cash devidend. Kebijakan tersebut dapat dilakukan secara terpisah ataupun terkait satu
dengan yang lainnya tergantung dari keputusan pemegang saham tersebut.
Tujuan Corporate
Keputusan emiten untuk melakukan right issue dalam rangka untuk memenuhi tujuan-
tujuan tertentu seperti meningkatkan modal kerja perusahaan, ekspansi usaha,
meningkatkan likuiditas saham, pembayaran utang, dan tujuan lainnya. Corporate action
pada umumnya mengacu pada kebijakan right issue, stock split, stock / cash devidend, IPO,
private placement, warrant atau penerbitan obligasi.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 123) menyatakan bahwa corporate action
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh perusahaan seperti pembagian
deviden baik dalam bentuk deviden saham maupun deviden tunai, stock split serta right
issue. Di samping jenis tersebut, terdapat jenis corporate action lainnya yaitu initial public
offering, dan additional listing seperti private placement konversi saham baik dari warrant,
right ataupun obligasi. Perbedaannya dengan kelompok sebelumnya, yaitu pada kelompok
kedua corporate action jenis ini tidak berpengaruh terhadap harga yang terjadi di pasar
kecuali berupa pencatatan penambahan saham baru. Pada umumnya, corporate action
berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, jumlah saham yang beredar,
komposisi kepemilikan saham. Dengan demikian, para pemegang saham harus mencermati
dampak akibat corporate action tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari pengambilan
keputusan yang tepat.   

F.   DAERAH TUJUAN MICE


Pertimbangan pelaksanaan Mice Menurut Kesrul (2004:9), dalam penyelenggara kegiatan
MICE, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1)    Penetapan lokasi dan ruang MICE
a)    Dalam penentuan terjadi 2 kemungkinan sebagai berikut :
o   Pihak klien yang menetapkan dan mengkonfirmasikan lokasi tempat
penyelenggaraannya. Pihak perencana tidak meneruskan proses lebih lanjut.
o   Perencana mutlak menentukan lokasi dan tempat pertemuan, misalnya
menyelenggarakan suatu seminar atau workshop atau konferensi.
b)    Pertimbangan tempat penyelenggara secara geografis dengan spread of the person
attending : terlalu jauh dari tempat peserta, kecuali khususnya seperti no.1b, peserta yang
memerlukan sekali seminar dan konferensi tersebut.
c)    Pertimbangan dalam menentukan kondisi sekitar lokasi dimana pertemuan akan digelar.

 BAB V
RESORT DAN REKRASI
A.  RESORT
1.   DEFINISI RESORT
    Hotel Resort didefinisikan sebagai hotel yang terletak dikawasan wisata, dimana sebagian
pengunjung yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh
dari pusat kota sekaligus difungsikan sebagai tempat peristirahatan. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa hotel resort secara total menyediakan fasilitas untuk berlibur,
rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menginap
bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari.
         (Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah air Indonesia, hal. 1November, 1988)
Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang
dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya.
     Resort    adalah    suatu   perubahan    tempat   tingga   untuk   sementara  bagi
seseorang di luar  tempat  tinggalnya  dengan  tujuan  antara  lain untuk  mendapatkan
kesegaran  jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan
   Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus
untuk  kegiatan  bersantai  dan  berolah  raga seperti  tennis,  golf, spa,  tracking,  dan
jogging, bagian concierge  berpengalarnan  dan mengetahui  betullingkungan resort,
bila ada tarnu yang mau hitch-hiking  berkeliling sarnbil menikmati keindahan alarn
sekitar resort ini.

2.    JENIS –JENIS RESORT


·         The Beach , Golf and Tennis ResortResort di sepanjang pantai yang selain menyediakan
unit hunian yang baik , jugamenyediakan fasilitas tenis dan golf serta variasi fasilitas
olahraga dan kebugaran( fitness ) yang diharmonisasikan dengan suasana pantai atau
pegunungan.
·         The Vacation Village ( Dusun Wisata )Bentuk bangunan dusun wisata meniru bentuk
bangunan setempat yangdisesuaikan dengan kebutuhan dan merupakan sebuah kompleks
bangunan besardan modern yang meniru konsep dusun.3.
·         The Health Spa ResortResort yang menawarkan fasilitas tambahan berupa perawatan
dan penyembuhanpenyakit tertentu dengan air mineral.4.
·         The Marina HotelBiasa disebut juga Floating Hotel , yakni bentuk penginapan yang
terdapat di tepisungai atau laut yang membutuhkan akses pencapaian yang mandiri dan
memiliki jumlah tamu tertentu selama perjalanan.

3.   KEUNGULAN RESORT
a.     Persyaratan Hotel Resort
Motivasi utama wisatawan yang menginap di hotel adalah berlibur dan berekreasi. Berlibur
dapat diartikan sebagai kegiatan beristirahat, menghindari kegiatan rutin, serta
mengembalikan kesegaran badan dan pikiran. Berekreasi diartikan sebagai kegiatan
rekreatif, terutama yang menimbulkan rasa senang, kegembiraan dan kesegaran, untuk
rileks dan santai. Adapun kecenderungan yang dituntut hotel resort adalah :
o   Penyediaan macam rekreasi luar/dalam bangunan yang sesuai dengan kondisi/potensi
daerah pariwisatanya dan tujuan kedatangannya.
o   Dalam jarak cepat, cukup dekat dari objek-objek rekreasi/pariwisata lain (kontinuitas
objek pariwisata).
o   Tersedianya media kontak antar wisatawan.
o   Menjamin faktor aman, privacy, confort, dan air bersih.
o   Ketentuan setiap fasilitas yang disediakan termasuk dalam tarif hotel.
o   Sifat operasi, pelayanan, dan pengawasan dalam ruang lengkap/bangunan dan site
dengan tata cara yang tidak resmi.

b.    Kriteria Umum Hotel Resort


             Kecenderungan yang dituntut hotel resort adalah :
a.    Orientasi bangunan dari koridor-koridor dekat pemandangan (view) yang langsung
terhadap suasana lingkungan seperti sungai, pantai, danau, gunung, atau bangunan-
bangunan bersejarah tergantung jenis hotel resort. Untuk itu diperlukan penataan tapak
yang baik dan kontrol terhadap batas ketinggian bangunan, sehingga dapat menonjolkan
karakteristik hotel resort.
b.    Penjagaan  rona lingkungan yang spesifik meliputi rona-rona alam yang menarik seperti
pohon-pohon besar, tanaman khas kawasan, atau formasi geologis (bukit-bukti dan Kontur).
c.    Pengelompokan fasilitas-fasilitas dan kegiatan wisata.Pengelompokan secara fungsional
tipe akomodasi, fasilitas rekreasi, dan fasilitas komersial. Dimaksudkan untuk menciptakan
kemudahan bagi pengunjung dan perencana infrastruktur sekaligus untuk memperoleh
penzoningan yang baik karena adanya kekontrasan bebrapa kegiatan (beberapa kegiatan
bersifat tenang dan hening serta beberapa kegiatan lainnya yang bersifat sibuk dan
dinamis). 
d.    Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan atraksi resort yang utama.
Kriteria ini meliputi penataan tapak hotel yang menghasilkan akses yang sangat baik
terhadap zona atraksi yang utama, misalnya pantai atau kolam.
e.    Akses ke lingkungan hotel membatasi jumlah kendaraan dan mengurangi kemungkinan
terjadinya masalah-masalah lalu lintas kendaraan. Biasanya satu atau dua jalan
masuk (access point) sudah cukup, ditambah satu jalan terpisah untuk kendaraan servis jika
diperlakukan. 
f.     Lokasi hotel mudah dicapai terutamanya kendaraan darat motor, mobil. Kendaraan laut
seperti perahu, Jonson, langsung ke area hotel. Hotel harus terhindar dari pencemaran yang
diakibatkan gangguan luar yang berasal dari suasana bising, bau tidak enak, debu asap,
serangga, dan binatang pengerat.
g.    Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsinya sehingga memudahkan arus
tamu, arus karyawan, arus barang/produksi hotel. Untuk unsur-unsur dekorasi lokal harus
tercermin dalam ruang lobby, restoran, kamar tidur, atau function room.
h.    Untuk unit kamar tidur, jumlah kamar minimal 100 buah, termasuk empat kamar suite.
Semua kamar dilengkapi dengan kamar mandi di dalam kamar. Standarnisasi luasan kamar
mengacu pada standar internasional dengan konsep desain ruang budaya tradisional.
i.      Untuk fasilitas olahraga dan rekreasi, hotel menyediakan sarana kolam renang untuk
dewasa dan anak-anak yang terpisah atau digabung dan dilengkapi pengaman, area bermain
anak (children playground), dan diskotik. Sedangkan jenis sarana olahraga dan rekreasi
lainnya merupakan pilihan dari: tennis, bowling, golf, fitness centre, sauna, billiard,
dan jogging.
j.       Terdapat zona pembatas resort. Penataan lansekap sepanjang batas lingkungan hotel
resort dapat menciptakan pemisah dari lingkungan yang berdekatan, terutama jika
kegiatan-kegiatan dalam hotel dapat menggangu lingkungan sekitarnya.
c.    Kegiatan dan Fasilitas Hotel Resort
Hotel resort harus dilengkapi dengan fasilitas yang mampu mengantisipasitujuan wisatawan
yang datang menginap, berlibur, dan berekreasi. Untuk hotel resort yang terletak di daerah
pantai, fasilitas umum yang dijumpai adalah :
·         Fasilitas makan dan minum seperti restoran, bar, lobby bar, pool bar, dan lain-lain.
·        Fasilitas penunjang seperti: shoping arcade, klinik kesehatan hotel, salon money
changer dan barber shop, taman baca, dan lain-lain.
·        Fasilitas rekreasi seperti: lapangan olahraga (tennis, volley ball, dan lain-lain), fasilitas
olahraga air ( kolam renang, menyelam/diving, surfing, ski air, perahu layar, dan lain-lain),
dan fasilitas kebugaran.

d.    Organisasi Hotel Resort


Pada umumnya organisasi hotel meliputi: pengelompokan bidang kerja, hubungan antara
bidang-bidang kerja yang ada, untuk mengetahui siap pimpinan yang ditunjuk melaksanakan
pekerjaan tertentu.
Dengan organisasi hotel yang jelas, setiap karyawan hotel dapat mengetahui bidang
pekerjaan, siapa atasan, dan tugas serta tanggung jawabnya.Bertolak dari fungsi dan tugas
karyawan hotel inilah, maka karyawan hotel terbagi atas dua bagian.
Bagian tertinggi adalah kelompok eksekutif (pimpinan) yang terdiri dari general manager,
eksekutif secretary, eksekutif asistent manager dan kepala –kepala departemen yang
semuanya bertugas mengatur roda operasi hotel. Bagian kedua adalah unit-unit kerja
(departemen) yang terbagi menurut masing-masing. Jumlah dan jenis departemen pada
setiap hotel dapat berbeda antara satu dengan lainnya yang disebabkan oleh perbedaan
tipe/jenis hotel maupun sistem manajemen hotel.

e.    Dasar Fasilitas Hotel Resort


Sejalan dengan perkembangan bisnis hotel, fasilitas yang ditawarkan (baik utama maupun
fasilitas khusus) terus berkembang ke berbagai ragam jenis, yang mendorong munculnya
jenis-jenis hotel.
 Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor diantaranya :
a.         Lokasi dan karakteristiknya.
Lokasi hotel resort harus terletak di daerah peristirahatan seperti daerah pegunungan,
daerah pantai, daerah permandian air panas, sesuai dengan karakteristik hotel resort. Luas
site menentukan jumlah dan besarannya.
b.         Tuntutan dan kebutuhan pasar.
Dengan menetapkan terlebih dahulu sasaran pasar yang potensial, menetapkan fasilitas dan
komponennya yang fleksibel terhadap kemungkinan perubahan tuntutan pasar serta
menetapkan fasilitas khusus hotel sebagai daya tarik tambahan bagi para tamu. Jumlah juga
disesuaikan prediksi kebutuhan kamar beberapa tahun kedepan.
c.         Kompetisi dan persaingan antar hotel.
Memperhatikan kelebihan dan kekurangan usaha-usaha hotel sejenis, sebagai dasar
penetapan strategi dan kemampuan untuk memenangkan kompetisi dan persaingan.
Menjadi dasar pertimbangan bagi kemungkinan pengembangan fisik bangunan dan
penambahan fasilitas.
d.         Tingkat kualitas (quality level).
Memperhatikan tingkat kualitas fasilitas-fasilitas hotel lain yang melakukan perbandingan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu fasilitas.
e.         Rencana Operasional.
Menetapkan sistem kerja atau penekanan pada fasilitas publik agar dapat memberikan
kepuasan para tamu dan menampilkan imageyang diinginkan.
f.          Konsep pelayanan makanan/restoran.
Memperlihatkan fasilitas yang banyak memberikan pemasukan seperti
restoran yang akan mempengaruhi fasilitas penunjangnya, seperti kithceh, food
storage, dan locker area.
g.         Jumlah staf.
Jumlah staf disesuaikan dengan jumlah tamu yang ditargetkan berkunjung ke hotel.
h.         Dana dan lain-lain.
Untuk pengadaan hotel resort di Indonesia, dalam menentukan fasilitas (facilities
programming) mengacu pada “Himpunan Peraturan Usaha Akomodasi Bidang Usaha Hotel”
yang dikeluarkan Dirjen Pariwisata.

f.      Owner sebagai dasar kebijakan fasilitas


Dasar penentuan fasilitas pada hotel resort ini juga didasarkan pada permintaan
pihak owner yang mana telah disesuaikan lagi dengan tuntutan spesifik dari tamu hotel.
Hendaknya seluruh fasilitasnya yang dibangun mampu memberi kenyamanan bagi tamu
hotel yang menghuni resort ini. Oleh karena pemakai hotel resort ini para wisatawan yang
melancong maupun yang berlibur. Maka penentuan kebutuhan dan jenis fasilitas yang akan
dibangun berdasarkan kebutuhan dari semua pelaku didalam hotel resort ini.
Pengelompokan fasilitas dibagi berdasarkan sifat karakteristik dari fasilitas tersebut yaitu: 
a.    Publik, fasilitas ini terbuka bagi semua orang yang datang ke resort ini sehingga harus
memiliki akses langsung dari luar.
b.     Semi publik, fasilitas ini hanya dapat dipergunakan oleh semua penghuni resort, dan
tidak memperkenankan orang luar mempergunakan dengan alasan menjaga ketenangan
penghuni.
c.    Privat, fasilitas ini bersifat sangat privat dan hanya dapat dipergunakan oleh orang yang
berkepentingan langsung dengan fasilitas tersebut (seperti guest room)
d.    Service, fasilitas ini merupakan fasilitas pendukung dari seluruh fasilitas dan pelayanan
di kawasan hotel resort ini.

g.    Karakteristik Hotel Resort


Ada 4 (empat) karakteristik hotel resort sehingga dapat dibedakan menurut jenis hotel
lainnya, yaitu :
a.    Lokasi 
Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan, tepi pantai
dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang padat dan bising,
“Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama
dan berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan
berpengaruh pada harganya.
b.    Fasilitas 
Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang menuntut
ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan outdoor. Fasilitas pokok
adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi outdoor meliputi kolam renang,
lapangan tennis dan penataan landscape.

c.    Arsitektur dan Suasana 


Wisatawan yang berkunjung ke Hotel Resort cenderung mencari akomodasi dengan
arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan
pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang
mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa etnik.
d.    Segmen Pasar
Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan / pengunjung yang ingin berlibur,
bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat-tempat
lainnya yang memiliki panorama yang indah.

B.  REKRASI
1.   Definisi Rekrasi
Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu “  creature  “ yang berarti mencipta, lalu diberi
awalan “  re  “ yang  sehingga berarti  “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya cipta”. 
Kegiatan  rekreasi biasanya dilakukan diwaktu senggang (leasuretime).  Leasure  berasal dari
kata “licere” (latin) yang berarti diperkenankan menikmati saat-saat yang bebas dari
kegiatan rutin untuk memulihkan atau menyegarkan kembali.
a.    Rekreasi   dapat diartikan sebagai kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran;
sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan; piknik. Sedangkan
rekreatif berarti bersifat reasi
b.    Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental
dari kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempertinggi daya kreasi manusia dalam
mencapai keseimbangan bekerja dan beristirahat.
c.    Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan
kepuasan.
d.    Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala, sebagai kegiatan yang
merupakan perubahan bentuk rutinitas dan kewajiban seperti dalam kegiatan bekerja
e.     Rekreasi merupakan proses memenfaatkan kegiatan selama waktu luang dengan
seperangkat perilaku yang memungkinkan peningkatan waktu luang.
f.     Rekreasi adalah penyegaran bagi kekuatan dan semangat setelah bekerja keras.
g.    Rekreasi adalah kegiatan di waktu luang atau santai.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian rekreasi adalah “ 
aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk,
meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara
individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan
jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan
kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia.

2.   Faktor yang Mempengaruhi Rekrasi


    Menurut Bovy dan Lawson (1997) ada beberapa hal yang menjadi factor yang 
mempengaruhi rekreasi antara lain :
1.    Faktor sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok social tertentu (elite) akan
berbeda dengan rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.
2.    Faktor jenis kelamin , usia dan Keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda
dengan remaja putra dan berbeda pula dengan kegiatan reklreasi orang dewasa.
3.    Faktor ketersediaan waktu luang
4.    Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akanberbeda dengan wanita
pekerja.
5.    Faktor pranata Berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki,perubahan
sikap terhadap rekreasi.
6.    Faktor perubahan teknologi

3.   Tujuan Rekrasi
Adapun tujuan rekreasi antara lain :
·         Menciptakan dan membina hubungan manusia
·         Mempertahankan kelestarian alam
·         .Mempertahankan nilai-nilai budaya
·         Kesenangan dan kepuasan karena dapat memenuhi rasa ingin tahu/ bertualang.
·         .Memulihkan kesehatan jasmani dan rohani

4.   Jenis- jenis Rekrasi

BAB VII
ATRACTION AND ENTERTAIMEN
A.  ATRAKSI      
1.   Definisi Atreksi
Istilah atraksi wisata adalah sebagai terjemahan dari Attraction dalam bahasa Inggris, yang
berarti segala sesuatu yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk fisik maupun
non-fisik. Pengertian atraksi seing diartikan sempit yakni “pertunjukan”. Sedangkan
attraction diterjemahkan dengan “obyek” wisata.

a.    Atraksi Wisata
Atraksi wisata bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak, tidak terikat tempat (dapat
berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). 
Contoh, atraksi asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti
adat istiadat, pakaian traditional, arsitektur khas/daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya
hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat
pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari & gamelan,
seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran
anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus),         dsb.
Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dll),
pameran lukisan, pameran pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dll.
b.    Jenis-jenis atraksi wisata :
·         Atraksi alam
·         Pemandangan
·         Laut
·         Pantai
·         Pegunungan
·         Sinar matahari
·         Flora
·         Fauna
·         Atraksi sosial budaya
·         Atraksi sejarah.
·         Atraksi kesenian
·         Cara hidup masyarakat
·         Yang berkaitan dengan kehidupan politik
·         Yang berkaitan dengan antropologi
·         Yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
·         Yang berkaitan dengan keagamaan
c.    Atraksi yang berkaitan dengan pendidikan
·         Kebudayaan umum
·         Kehidupan dan mempelajari ilmu di perguruan
·         Mengikuti seminar
d.    Atraksi perdagangan , berupa :
·         Berbelanja ( shopping)
·         Mengunjungi  pameran, pekan raya
·         Konferensi, rapat, pertemuan, seminar, dll.

2.   DEFINII ODTW
  Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah
obyek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk wisata dengan obyek wisata serta
atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki
perbedaan secara prinsipil. (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminolgi
obyek wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut
dengan nama Tourist Attraction sedangkan di Negara Indonesia keduanya dikenal dan
keduanya memiliki pengertian masing-masing.
     Adapun pengertian Obyek Wisata, yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat
dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.
      Sedangkan pengertian dari pada Atraksi Wisata, yaitu : sesuatu yang menarik untuk
dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan
memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.
  Mengenai pengertian obyek wisata, maka dapatlah dilihat beberapa sumber acuannya,
antara lain :
1.    Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa obyek wisata adalah :
perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat
keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
2.    SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87 menjelaskan bahwa obyek wisata
adalah : tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang
dikunjungi wisatawan.
        Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa obyek wisata dan atraksi wisata
adalah sama, sedangkan menurut Yoeti, 1996 : 172 dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Ilmu Pariwisata menjelaskan bahwa obyek wisata dan atraksi wisata memiliki perbedaan
yang asasi.
Yang dimaksud obyek wisata adalah : kita dapat mengatakan sesuatu sebagai obyek wisata
jika kita melihat obyek itu tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut
dapat dikatakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi wisata adalah :
atraksi itu merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang
dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang lain.
Namun pada dasarnya obyek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di
daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung
ke tempat itu.
Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3
(tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu :
1. Adanya something to see
Maksudnya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.
2. Adanya something to buy
Maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.
3. Adanya something to do
Maksudnya adalah sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu.
Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan
untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
1.    Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata
di tempat lain.
2.    Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang
pembangunan dan pengembangan.
3.    Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas
tersendiri.
4.    Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan
sadar wisata masyarakat setempat. (Editor : N. Raymond Frans),

B.  ENTERTAIMENT
1.   Definisi Entertaiment
              An activity that is diverting and that holds the attention  The act of receiving as host,
or of amusing, admitting, or cherishing; hospitable reception; also, reception or treatment,
in general
           Hiburan  adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda,
perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih.Pada
umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama,ataupun
berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan sebagai upaya hiburan
dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari  budaya. Mengisi kegiatan di waktu
senggang seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan
sebagai hiburan
Bagi orang tertentu yang memiliki sifat workaholic, bekerja adalah hiburan dibandingkan
dengan berdiam diri. Selain itu terdapat tempat-tempat hiburan atau klab malam (night
club) sebagai tempat-tempat untuk melepas lelah, umumnya berupa rumah makan atau
restoran yang dilengkapi hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke, opera. Ada pula
yang menyediakan permainan seperti bilyar hingga sarana perjudian. Bagi kalangan
tertentu, permainan judi (gambling) dianggap sebagai hiburan atau sarana membuang sial.
Selain itu, di beberapa negara ada juga klab-klab malam yang diperuntukkan untuk
pertemuan keluarga yang tentunya berbeda dengan klab klab malam pada umumnya.
           Entertainment. Modern day consumers look for adventures and are constantly
looking for new concepts. On the Internet they can find chatboxes, portals for music, on-line
games, dating, sex, festivals, sport, hotel and restaurants, travel  agencies and everything
they can imagine.
           The opportunities the Internet offers to the travel industry appear to be without
frontiers. While the tourism bussines volume that was conducted electronically was 3 billion
Euro in the year 2000, researchers forecast a

Anda mungkin juga menyukai