15
terwujud, antara lain, dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan
fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah purbakala yang
dimiliki bangsa Indonesia.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pengembangan
kepariwisataan, memiliki kandungan makna sebagai berikut:
a. Makna politis, sebagai upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa guna
menggalang persatuan dan kesatuan;
b. Makna ekonomis, sebagai upaya untuk memperkuat perekonomian negara;
c. Makna sosial budaya, sebagai upaya untuk mempertinggi kesadaran dan
kesediaan untuk mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, hal-hal tersebut menjadi landasan terbentuknya sifat pengembangan
kepariwisataan nasional, yaitu:
16
d. Asas perikehidupan dan keseimbangan, kepariwisataan nasional harus dapat
mewujudkan perikehidupan yang seimbang materiil dan spiritual baik dalam
hubungan antara sesama manusia dengan lingkungan dan antara manusia
dengan Tuhannya;
e. Asas kepercayaan pada diri sendiri, kepariwisataan nasional harus mampu
meningkatkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga
secara keseluruhan dapat meningkatkan jati diri bangsa Indonesia.
1. Pemasaran
Strategi pemasaran diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Peningkatan efektifitas promosi melalui kampanye promosi pariwisata pada
daerah asal wisatawan yang potensial, terutama di kawasan Asia Pasifik.
b. Peningkatan kegiatan promosi terpadu antara sektor pariwisata, perdagangan
dan investasi serta jasa tenaga kerja dalam wadah Badan Promosi Indonesia
serta peningkatan hubungan antar negara (bilateral, sub-regional dan regional).
2. Produk Wisata
Produk wisata diutamakan pada dua kegiatan berikut:
a. Pemantapan pengembangan produk wisata di daerah wisata Kawasan Barat
Indonesia dengan melakukan usaha-usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan
konsolidasi produk.
b. Peningkatan daya saing produk wisata di pasar internasional, melalui inovasi
dan diversifikasi (misalnya pengembangan wisata bahari, agrowisata,
ecotourism, dan wisata minat khusus lainnya), upaya standarisasi dan
pemantauan mutu produk.
17
mempercepat pengembangan objek dan daya tarik wisata dan kawasan
pariwisata.
b. Peningkatan aksesibilitas (udara, laut, dan darat) ke dan dari negara sumber
wisatawan dan antar daerah di Indonesia melalui percepatan perluasan fasilitas
bandara, pelabuhan laut, dan terminal darat di lokasi tertentu melalui
kemitraan swasta.
c. Swastanisasi atau aliansi penerbangan nasional dengan penerbangan asing
untuk meningkatkan kapasitas tempat duduk.
4. Investasi
a. Pengarahan investasi pada pengembangan pariwisata ke Kawasan Timur
Indonesia melalui pemberian insentif dan kemudahan sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah dengan tetap mendorong peningkatan investasi di
Kawasan Barat Indonesia, agar pengembangan pariwisata merata di setiap
kawasan.
b. Pengupayaan percepatan penyelesaian penataan ruang dan peruntukan tanah
yang pasti untuk mendukung kemudahan dan keamanan investasi pariwisata.
5. Perwilayahan
a. Penyesuaian pembangunan daerah tujuan wisata, dengan potensi masing-
masing dengan mempertimbangkan sasaran pasar utama yang akan diraih dan
pertimbangan terhadap tahap perkembangan daerah tujuan wisata, yaitu pada
tahap lemah, tumbuh, kuat dan terancam.
b. Pemantapan keterpaduan dan komplementaritas pengembangan antara daerah
yang satu dengan daerah lain, dan yang didukung oleh pengembangan jaringan
perhubungan.
6. Lingkungan
a. Pembangunan pariwisata mengacu pada peningkatan kualitas dan ramah
lingkungan serta melibatkan peranserta masyarakat setempat.
b. Penerapan ketentuan-ketentuan mengenai daya dukung lingkungan dalam
pengelolaan dan pembangunan sarana kepariwisataan.
18
7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peningkatan kualitas informasi kepariwisataan dan sistem pelayanan melalui
komputerisasi dan teknologi komunikasi serta pemanfaatan jaringan informasi
global (internet, computer reservation system, dan lain-lain)
9. Sumberdaya Manusia
a. Peningkatan keterampilan profesionalisme tenaga kerja pariwisata melalui
diklat pariwisata dengan mengacu pada kurikulum yang standar, sertifikasi, dan
akreditasi.
b. Peningkatan kemampuan aparat pembina kepariwisataan di semua jajaran
pemerintah, khususnya di Kabupaten/Kota.
c. Peningkatan peran pihak swasta dalam usaha peningkatan sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan diklat pariwisata.
19
2.1.2 Arahan Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata Provinsi Sulawesi
Tenggara
Tujuan penataan ruang Provinsi Sulawesi Tenggara mendorong kegiatan
penataan ruang wilayah yang salahsatunya berbasis pada kegiatan pariwisata guna
mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat dengan mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah (RTRW Provinsi Sulawesi
Tenggara 2014-2034). Dalam hal ini, percepatan pengembangan kegiatan
pengembangan sektor kelautan (kegiatan wisata) yang berbasis kekayaan alam bahari
dan berkelanjutan dilakukan melalui upaya strategi sebagai berikut:
20
4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia
sehingga berdayaguna, produktif dan transparan untuk melaksanakan fungsi
pelayanan kepada masyarakat dalam institusi yang merupakan amanah yang
dipertanggungjawabkan.
22
a) Ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah di sempadan pantai
antara lain:
Tidak boleh menutup akses masyarakat untuk mencapai pesisir dan pantai.
Harus menyediakan dan/atau meningkatkan kualitas sarana akses yang sudah
ada.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah yang menjorok ke laut seperti restoran,
cottage, resort dan lain-lain memenuhi ketentuan tidak boleh mematikan
usaha-usaha nelayan setempat, tidak boleh merusak ekosistem pantai seperti
terumbu karang, mangrove, dan biota laut lainnya, tidak boleh menimbulkan
polusi air, harus menyediakan sarana pencegahan abrasi dan erosi pantai
seperti pemecah gelombang, rekayasa vegetatif dan sebagainya.
b) Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai tidak boleh menimbulkan
dampak negatif terhadap fungsi pantai antara lain:
23
Pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Muna Barat tertuang dalam tujuan
penataan ruang Kabupaten Muna Barat yaitu untuk mewujudkan Kabupaten Muna
Barat yang harmonis dan berdaya saing dengan berbasis pada sektor perikanan,
pertanian, Industri dan Pariwisata dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam. Selain itu pengembangan
sektor pariwisata juga tertuang dalam kebijakan penataan ruang Kabupaten Muna
Barat. Adapun Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Muna Barat adalah:
Dalam Draft RANPERDA RTRW Kabupaten Muna Barat juga dijelaskan mengenai
Kawasan Peruntukan Pariwisata dalam Rencana Pola Ruang Kabupaten Muna
Barat yaitu:
a. Kawasan pariwisata alam laut/bahari
Kawasan pariwisata alam laut/bahari berupa wisata pulau-pulau kecil
terdapat di Kecamatan Tiworo Utara dan Maginti;
25
Rencana Pembangunan Gedung Sarana Olah Raga Kota Laworo di
Kecamatan Sawerigadi; dan
Rencana Pengembangan daya Tarik Wisata lainnya hasil buatan
manusia
26
dan Sekitarnya yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbagi menjadi 4
(empat) Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional yaitu:
Sementara itu, dalam rangka mewujudkan visi pembangunan daerah Muna Barat
yang bersih, berdaya saing, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, maka dapat
dilakukan melalui implementasi beberapa misi sebagai berikut:
27
4) Mengembangkan potensi wisata, Lingkungan Hidup yang Lestari, dan Keragaman
Budaya Daerah Sesuai dengan Kearifan Lokal
5) Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, efektif, partisipatif, transparan dan
bermartabat.
Berdasarkan hakekatnya, tujuan dan sasaran yang akan dicapai melalui kegiatan
pembangnan daerah Kabupaten Muna Barat merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap
urusan pemerintahan daerah guna mendukung pelaksanaan misi dalam rangka
mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Muna Barat tahun 2017- 2022. Hal itu
sebagaimana tema besar Pembangunan tahun 2020 untuk mendukung pelaksanaan
RPJMD yaitu Peningkatan Kualitas Layanan Infrastruktur Wilayah Perkotaan dan
Perdesaaan dengan meningkatkan pelayanan publik berdasarkan prinsip-prinsip
AKUIKO (Akuntabel, Kualitas, Inovatif, dan Kooperatif) untuk meningkatkan
produktivitas, daya saing, dan Kesejahteraan Masyarakat.
28
1. Umum
Pariwisata, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan.
2. Teknis
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik
secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negara sendiri atau di
negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor
penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar
dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan pariwisata
maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus kunjungan
wisatawan. Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur pelayanan yang
cepat dipintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya transportasi dan akomodasi
yang cukup. Faktor penunjangnya adalah prasarana dan utilitas umum, seperti
jalan raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan
telekomunikasi, dsb.
29
Sementara itu, dari sisi penyediaan pariwisata terdiri dari empat komponen
yaitu (Clare A. G, 1979:69):
Objek wisata, adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya,
sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan
(A. Hari Karyono, 1997: 27). Sedangkan objek dan daya tarik wisata berdasarkan UU No.
9 Tahun 1990, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Secara teoritis
penentu kunjungan wisata adalah faktor lokasi dan faktor objek wisata. Pengaruh faktor
lokasi terhadap perkembangan pariwisata suatu wilayah dapat diungkapkan melalui
30
penilaian rute perjalanan wisata. Jenis pariwisata yang didasarkan pada Objek wisata
dapat dibedakan menjadi (Oka A. Yoeti, 1993: 114):
1. Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan
disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.
Dalam hal ini, Objek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti
peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan Objek lain yang berkaitan
dengan budaya. Jadi, Objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-
benda kuno.
2. Recuperriational Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang
untuk melakukan perjalanan, adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit
dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas, mandi di lumpur atau mandi
susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang katanya membuat orang menjadi awet
muda.
3. Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata juga erat
hubungannya dengan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional,
dimanamelalui event yang diselenggarakan berupa kegiatan pameran, seminar,
dan lain-lain turut berkontribusi dalam membrandingkan ataupun
mempromosikan wisata dari suatu daerah secara luas untuk menjadi populer.
4. Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan jenis
pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau
menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu. Seperti
Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepakbola.
5. Political Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang
tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang
31
berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan
tertentu. Seperti, Hari Angkatan Perang Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau
1 Oktober di Rusia.
6. Social Tourism
Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu peristiwa yang
berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Study Tour,
Picnic atau Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.
7. Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk
melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti, misalnya ikut
naik Haji Umroh bagi orang yang beragama Islam, kunjungan ke Lourdes bagi
orang beragama Katolik, ke Muntilan yang merupakan pusat pengembangan
agama Kristen di Jawa Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.
Tabel 2.1 Faktor Pembentuk Daya Tarik Wisata Menurut Para Pakar Pariwisata
No
Ahli Pariwisata Faktor Daya Tarik
.
Keunikan, terdapatnya elemen monumental
1. Edy Abdurrahman Syahrir pendukung sebagai pembentuk citra dan identitas
visual
Aktraksi wisata, transportasi, akomodasi, fasilitas
2. Douglas G. Pearce
dan prasarana
Cuaca, pemandangan, fasilitas, sejarah dan
3. Robinson
budaya, aksesibilitas dan akomodasi
Sumber alam, prasarana, transportasi, sarana dan
4. Robert W. Mc Intosh
keramah tamahan
5. Charles Gearing Alam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas rekreasi
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber
32
Pengembangan pariwisata, adalah suatu usaha didalam pendayagunaan potensi
sumber daya alam yang menjadikan daya tariknya sebagai objek wisata yang
diharapkan dapat mendorong pengembangan objek-objek wisata lain sehingga dapat
meningkatkan pendapatan daerah, serta dapat memperluas lapangan usaha bagi
masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Depparpostel, pengembangan pariwisata,
merupakan kegiatan yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
wilayah lebih luas.
Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara
mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik
wisata. Produk wisata, adalah seluruh unsur kepariwisataan baik berupa jasa atraksi
wisata maupun hasil kreasi yang dapat dinikmati wisatawan serta menjadi kenangan.
Usaha pariwisata, adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha
sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Usaha pariwisata
digolongkan ke dalam:
33
Pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional
Pembangunan dan pengelolaan taman wisata
Pembangunan dan pengelolaan taman hutan raya
Pengelolaan taman laut
34
Usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan dan
penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pariwisata. Usaha sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha berikut:
a. Penyediaan akomodasi
b. Penyediaan makan dan minum
c. Penyediaan angkutan wisata
d. Penyediaan sarana wisata tirta
e. Kawasan pariwisata
Kawasan pariwisata, adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (UU RI No. 10, 2009). Menurut
Depparpostel kawasan pariwisata, adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang
sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau telah memiliki
kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta sistem pengelolaannya
(Depparpostel, 1990:1).
Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan kelengkapan prasarana
dan sarana wisata pada Objek wisata. Prasarana, adalah fasilitas yang memungkinkan
proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga memudahkan
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan sarana kepariwisataan,
adalah sarana-sarana yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara
langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada
kedatangan wisatawan. Untuk lebih jelasnya pendapat para ahli mengenai jenis
prasarana dan sarana pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Prasarana Prasarana
a. Prasarana perekonomian a. Prasarana umum
Pengangkutan b. Kebutuhan
Prasarana komunikasi c. Prasarana
Utilitas kepariwisataan
Sistem perbankan Receptive tourist
b. Prasarana sosial plant
Sistem pendidikan Residential tourist
Pelayanan kesehatan plant
Faktor keamanan Recreative and
Petugas sportive plant
2. Sarana
a. Sarana pokok
35
kepariwisataan
b. Sarana pelengkap
kepariwistaan
c. Sarana penunjang
kepariwisataan
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber
1. Prasarana Perekonomian
a. Pengangkutan
Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia biasanya
tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah tujuan wisata.
Prasarana pengangkutan ini dapat meliputi bus, taksi, kereta api, kapal laut
dan transportasi udara.
b. Prasarana komunikasi
Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para
wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya,
karena tersedianya prasarana komunikasi di negara yang dikunjungi. Yang
termasuk kelompok ini adalah radio, televisi, telepon, dan surat kabar.
c. Kelompok yang termasuk "Utilities"
Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan sistem irigasi.
d. Sistem perbankan
Yang termasuk kelompok ini, adalah bank dan money changer.
2. Prasarana Sosial
a. Sistem pendidikan
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam
pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan
mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.
b. Pelayanan kesehatan
36
Apabila wisatawan yang menginap di suatu hotel, sebaiknya tersedia
pelayanan kesehatan untuk pertolongan pertama bila ada yang sakit. Oleh
karena itu di daerah tujuan wisata perlu tersedia pelayanan kesehatan.
c. Faktor keamanan
Perasaan tidak aman dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi.
Perasaan ini timbul karena:
Seringnya terjadi pencopetan, penjambretan, penodongan selama dalam
perjalanan atau di tempat yang dikunjungi
Seringnya terjadi pencurian di hotel di mana ia menginap.
d. Petugas yang melayani wisatawan
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah petugas migrasi, petugas bea dan
cukai, petugas kesehatan, polisi dan petugaspetugas lain yang berkaitan
dengan
Pelayanan wisatawan.
1. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang pengadaannya
bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian. Meliputi
pembangkit tenaga listrik, sistem jaringan jalan, telekomunikasi, dan sistem
penyediaan air bersih.
3. Prasarana Kepariwisataan
a. Receptive Tourist Plan
Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus
untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan
wisata. Seperti: travel agent, tour operator, dan Tourist Information Centre.
b. Residential Tourist Plant
37
Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan
untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Seperti: hotel, motel,
dan rumah makan.
c. Recreative and Sportive Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan
olahraga. Seperti: fasilitas main golf, main ski, dan kolam renang.
38
Mandala wisata, adalah tempat yang disediakan untuk kegiatan penerangan
wisata serta peragaan kesenian dan budaya khas daerah. Sapta pesona merupakan
kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke
suatu daerah atau wilayah di negara kita. Sapta pesona terdiri dari 7 (tujuh) unsur yaitu
aman, tertib, sejuk, indah, ramah, tamah dan kenangan.
Fasilitas
Ketersediaan fasilitas pelayanan, baik yang terdapat di objek wisata maupun
di daerah sekitar objek akan mempengaruhi kedatangan wisatawan. Fasilitas
pelayanan bukan merupakan daya tarik utama dalam kepariwisataan, namun
kehadirannya diperlukan bila hendak mengembangkan kepariwisataan di
suatu daerah (Yoeti, 1982; 164 dalam Syaukan, 1999). Semakin lengkap jenis
40
dan jumlah fasilitas pelayanan yang dibutuhkan dan semakin baik
kualitasnya, akan meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Aksesibilitas
Aksesibilitas atau tingkat pencapaian Objek wisata dengan pusat pelayanan
merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat
bergantung pada kemudahan pencapaian objek wisata (Gunn, 1979; 222
dalam Syaukan, 1999). Suatu objek wisata tidak mempunyai daya tarik
efektif jika tidak ditunjang oleh kemudahan untuk mencapainya. Kemudahan
untuk mencapai objek wisata diasumsikan bahwa faktor jarak objek wisata
dari pusat pelayanan berpengaruh langsung terhadap pengembangan wisata.
Selain itu objek wisata tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan jika tidak
ditunjang oleh sarana angkutan umum untuk mencapainya, karena
kemudahan untuk mencapai suatu objek dengan tersedianya angkutan
umum akan menguntungkan banyak orang.
Dampak Ekonomi
Pembangunan pariwisata di suatu daerah pada dasarnya adalah untuk
meningkatkan perekonomian daerah tersebut, sehingga diharapkan dengan
adanya pembangunan pariwisata di daerah tersebut dapat meningkatkan
pendapatan daerah serta meningkatkan kehidupan perekonomian
masyarakatnya.
Dampak Lingkungan
41
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata adalah
berupa polusi air, tanah, udara maupun visual serta rusaknya ekologi di
sekitar kawasan wisata.
b. Ekonomi
43
Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat ekonomi
secara optimum terhadap daerah perencanaan secara keseluruhan
Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat diisi oleh
tenaga kerja lokal
c. Sosial Budaya
Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap dengan tanpa
mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan aktivitas dari masyarakat
Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga “monumen-
monumen” budaya, kesenian, kerajinan, sistem kepercayaan, dan tradisi
dari dampak yang merusak
d. Prasarana
Kesesuaan ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayanan
Kesesuaian ketersediaan utilitas seperti air bersih, tenaga listrik,
pengolahan limbah padat, pengolahan limbah cair dan telekomunikasi
Dengan mengacu pada point ii, maka kriteria untuk menentukan kapasitas
optimum, á dalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Fisik
Tingkat kebersihan secara keseluruhan dan minimalnya tingkat polusi dari
lingkungan daerah/ kawasan tujuan wisata
Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerah tujuan wisata,
termasuk di dalamnya komponen daya tarik
Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di dalamnya kualitas
dan karakteristik dari desain arsitektur
Pemeliharaan dari sistem ekologi, flara, fauna dan daya tarik alam lainnya
b. Ekonomi
Biaya untuk liburan dan “value of money”
c. Sosial Budaya
Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat setempat
Kualitas seni, kerajinan, makanan dan penampilan budaya yang dimiliki
oleh daerah
44
Keramahtamahan masyarakat lokal
d. Prasarana
Tingkat penerimaan stá ndar dari fasilitas transportasi dan pelayanannya
Tingkat penerimaan stá ndar dari pelayanan utilitas
b) Standar Kapasitas
Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik seperti
dalam jumlah wisatawan yang terdapat dalam suatu kawasan/atraksi wisata, dan
kemampuan fasilitas dalam memberikan pelayanannya pada periode tertentu.
Standar ini dari suatu daerah ke daerah lain berbeda, hal ini bergantung pada
faktor-faktor berikut:
Jenis pariwisata yang dikembangkan
Karakteristik lingkungan lokal
Jenis wisatawan yang dijadikan target
Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah
Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk aktivitas
rekreasi dan pariwisata pedesaan dinyatakan dalam pengunjung perhari perhektar,
adalah sebagai berikut:
Kawasan hutan → 15 pengunjung/hari/ha
Taman hutan di kawasan pedesaan/ pinggiran kota → 15 – 70
pengunjung/hari/ha
Areal piknik padat → 300 – 600 pengunjung/hari/ha
Areal piknik lenggang → 60 – 200 pengunjung/hari/ha
Pertandingan olah raga → 100 – 200 pengunjung/hari/ha
Golf → 10 – 15 pengunjung/hari/ha
Aktivitas air: memancing → 5 – 30 pengunjung/hari/ha
Speed boat → 5 – 10 pengunjung/hari/ha
45
kepadatan kegiatan visualnya. Kedua kualitas tersebut secara simultan mempengaruhi
potensi dasar visual suatu lingkungan.
Kondisi visual suatu lingkungan dikatakan baik apabila kualitas ekspresif dan
kualitas fungsional tampil secara serasi. Secara sederhana dapat dikatakan visual yang
baik adalah fungsi dari keserasian kualitas ekspresif dan kualitas fungsional.
KV = f (E, F)
Keterangan:
KV = Kualitas Visual
E = Kualitas Ekspresif
F = Kualitas Fungsional
46
berbeda pada waktu menilai satu lingkungan secara visual akibat subyektifitasnya
penilaian pengamat.
Pada penilaian kuantitatif, meskipun umumnya hasil penilaian dikemukakan
secara kualitatif (baik sekali sampai dengan buruk sekali), tetapi dasar-dasar dan
langkah-langkah penilaian pengamat dapat diikuti dan dapat diuraikan secara rinci.
Meskipun angka-angka perhitungan yang digunakan berasal dari penilaian secara
kualitatif, tetapi perbandingan antar kondisi visual dapat dilakukan dengan lebih jelas
dan objektif. Metode ini juga berguna untuk mengurangi subjektifitas penilaian
pengamat, terutama jika penilaian dilakukan oleh beberapa orang/ pihak. Pada
dasarnya, metode kuantitatif ini hanya merupakan alat bantu saja yang hasilnya masih
harus ditafsirkan secara kualitatif.
4. Metode FGD
Metoda FGD (Focus Group Discussion) merupakan suatu metode untuk
mengumpulkan pendapat/ masukan secara intensif dari orang/ kelompok orang yang
terkait dengan permasalahan tertentu yang ingin dipecahkan atau perumusan sesuatu.
FGD dilakukan di lingkungan BAPEDA atau di lokasi pariwisata yang terpilih. Adapun
rincian stakeholders yang diundang dalam FGD, antara lain:
1. Tokoh Masyarakat
2. Swasta
3. Dinas Pariwisata
4. Dinas Pekerjaan Umum
5. Dinas Pertamanan dan Kebersihan
6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
7. Dinas Lingkungan Hidup
8. Pemerintah Daerah
9. Wakil dari masing-masing desa
10. Wakil dari masing-masing kecamatan
11. Wakil dari pengelola Objek wisata, dll
Dalam kegiatan FGD, Dinas Pariwisata yang bertindak sebagai pramakarsa yang
dibantu oleh Team Tenaga Ahli sebagai pelaksana kegiatan.
47
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT, adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika dan yang menjadi prinsip
utama dalam analisis SWOT, yaitu dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Dalam rangka formulasi rencana strategi yang
mencerminkan perwujudan pandangan ideal dan hal-hal yang harus dicapai di masa
mendatang dan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan
kebijakan maka diperlukan penganalisaan faktor-faktor strategis, dalam hal ini
penguasaan informasi eksternal. Proses analisis ini sering disebut sebagai Analisis
Situasi, model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.
Analisis SWOT mempunyai keunggulan, antara lain:
48
dapat diketahui peluang-peluang spesifik yang ada serta hal-hal yang mungkin
membahayakan.
Identifikasi daftar kekuatan (strengths) internal (+)
Identifikasi daftar kelemahan (weakness) internal (-)
Identifikasi daftar peluang (opportunities) eksternal (+)
Identifikasi daftar ancaman (threats) eksternal (-)
49
4. Penetapan Pilihan Strategi
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan suatu kegiatan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi melalui
pengurutan (merangking) asumsi strategis yang terdapat dalam matriks SWOT
dengan pembobotan yang dikaitkan dengan kepentingan/ kedekatan visi, misi dan
nilai-nilai. Ketentuannya adalah asumsi strategis yang mendapat nilai skor
tertinggi dapat diformulasikan untuk merumuskan rencana (tujuan, sasaran dan
strategi). Matriks SWOT tersebut diatas dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berkut.
Kuadran : Menghadapi peluang sangat besar yang ada diluar, tetapi dilain
3 pihak menghadapi beberapa kelemahan internal. Strategi yang
digunakan adalah strategi konservatif.
2. Metode AHP
Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Saaty (1980),
metode ini dapat digunakan untuk memilih prioritas dalam pengambilan keputusan
manajemen yang kompleks dengan memperhatikan variabel kualitatif. Kelebihan
metode AHP dengan variabel kualitatif dalam pengambilan keputusan terletak pada
kemampuannya dalam memecahkan masalah yang multi Objektif dan multi kriteria,
sedangkan analisis kuantitatif menekankan pada satu tujuan dengan multi kriteria.
Dalam metode AHP terdapat 4 buah aksioma yang perlu diperhatikan, yaitu:
51
4. Harapan (Expectation), artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur
hirarkhi diasumsikan lengkap, bila asumsi tidak dipenuhi maka pengambil
keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau tujuan yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil tidak lengkap.
1. Rumuskan masalah;
2. Letakkan masalah dalam konteks yang lebih luas, bila diperlukan letakkan dalam
sistem yang lebih besar termasuk pelaku, tujuannya dan hasil (outcome);
3. Identifikasi kriteria yang mempengaruhi perilaku masalah;
4. Strukturkan hirarki kriteria-kriteria tersebut, juga sub kriteria, properti (ukuran)
alternatif serta alternatifnya sendiri.
5. Pada kelompok-kelompok masalah, tingkatan (level) berhubungan dengan
lingkungan, pelaku, tujuan dan kebijakan pelaku, dan hasil (outcomes), yang
nantinya akan diperoleh outcome gabungan;
6. Untuk menghilangkan arti yang mendua agar hati-hati dalam mendefinisikan
setiap elemen dalam hirarki;
7. Penyusunan prioritas kriteria utama dengan memperhatikan pengaruhnya
terhadap tujuan keseluruhan (goal) yang dinamakan fokus;
52
8. Rumuskan pertanyaan untuk menyandingkan pembanding dengan jelas pada
setiap matriks, perhatian penuh pada orientasi setiap pertanyaan, sebagai contoh
biaya turun, keuntungan naik;
9. Penyusunan prioritas sub kriteria dengan memperhatikan kriteria yang
bersangkutan;
10. Masukan pendapat untuk menyandingkan pembanding dan dorong ke dalam
hubungan kebalikannya;
11. Menghitung prioritas dilakukan dengan cara menambahkan elemen-elemen pada
setiap kolom dan membagi setiap yang masuk dengan jumlah pada kolom.
Ratakan baris dari matriks yang dihasilkan dan akan diperoleh vektor prioritas;
12. Pada kasus skenario kalibrasikan variabel-variabel dalam skala –8 ke +8,
sebagaimana mereka berbeda dari sekarang yang diasumsikan dengan angka nol;
13. Komposisikan bobot dalam hirarki untuk memperoleh prioritas gabungan dan
nilai gabungan variabel yang secara kolektif mendefinisikan outcome (hasil)
gabungan;
14. Dalam kasus pemilihan dari sekian banyak alternatif, agar dipilih alternatif yang
memiliki prioritas tertinggi;
15. Dalam kasus alokasi sumberdaya, alternatif-alternatif biaya yang dikeluarkan,
hitung B/C ratio dan alokasi yang bersangkutan, baik secara penuh maupun
proporsional. Dalam masalah prioritas biaya alokasikan sumberdaya secara
proporsional ke prioritas-prioritas.
Dalam metode AHP dilakukan proses pengisian persepsi dalam suatu matriks
perbandingan, yang berdasarkan pada aksioma kebalikan (reciprocal), dalam pengisian
matriks tidak perlu mengisi semua elemen-elemen akan tetapi hanya sebagian saja,
untuk matriks berukuran n, pengambil keputusan cukup memberikan penilaian pada
matriks sebanyak n (n-1)/2. Setelah matriks tersebut diisi dan diperbandingkan,
selanjutnya dilakukan perhitungan bobot prioritas setiap elemen dalam matriks dengan
metode eigenvektor dan eigenvalue. Eigenvektor, adalah sebuah vektor yang apabila
dikalikan dengan sebuah matriks maka hasilnya adalah vektor itu sendiri. Sedangkan
eigenvalue, adalah sebuah vektor yang dikalikan dengan bilangan skalar.
Cara menghitung bobot prioritas dengan metode normalisasi, yaitu dengan
membagi setiap angka dalam suatu kolom dengan jumlah kolom tersebut, hal yang sama
dilakukan terhadap kolom lainnya. Angka-angka baru yang dihasilkan tersebut
53
dijumlahkan menurut baris. Selanjutnya dilakukan pembagian dari setiap total elemen
menurut baris dengan jumlah totalnya agar didapatkan prioritas terakhir setiap elemen
sama dengan total bobot prioritas sama dengan satu. Hasil akhir dari perhitungan bobot
prioritas tersebut merupakan suatu bilangan desimal dibawah satu (0,01 - 0,99),
dengan total prioritas semua elemen sebesar 1 (satu).
Nilai rasio konsistensi menurut Saaty (1980) tidak lebih dari 10 %, bila lebih dari
10% perlu dilakukan penyesuaian mengingat inkonsistensi yang tinggi memberikan
adanya kesalahan atau kekurangpahaman ekspert dalam memberikan penilaian. Dalam
mengukur konsistensi melalui dua tahap, yaitu mengukur konsistensi setiap matriks
perbandingan dan mengukur konsistensi seluruh hirarki. Setelah semua matriks diisi
lengkap dan diperiksa konsistensinya, maka langkah selanjutnya menentukan sintesa
akhir, yang dilakukan berdasarkan operasi perkalian antara matriks dan vektor. Operasi
perkalian dimulai dengan mengalikan matriks gabungan vektor prioritas dari level
terbawah dengan level di atasnya, kemudian hasilnya dikalikan lagi dengan level di
atasnya lagi, sampai akhirnya dikalikan dengan level yang paling atas (goal), dengan
metode eigenvektor maka hasil akhir perkalian tersebut merupakan vektor kolom
sebagai vektor prioritas dari tujuan akhir hirarki.
Dalam menentukan skala intensitas pentingnya suatu kegiatan diatas kegiatan
yang lainnya dilakukan dengan skala perbandingan, yaitu dengan skala nilai 1 sampai
dengan 9, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.5.
55
b. Sinergi daya tarik wisata
c. Keselarasan antar sektor
d. Keselarasan lingkungan
56
Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik konservasi
budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung dapat
membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan tarian
misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur
daerah yang hampir punah.
Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan
pasar dan keseimbangan masyarakatnya.
A. Konsep Zonasi
Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya yang
ada di dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan. Berkaitan
dengan konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama suatu atraksi
memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai
dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Menurut Inskeep (1991:432), zonasi diciptakan/ dibuat dengan maksud untuk
membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda sehingga
kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan lebih dapat
dikendalikan serta diawasi. Selain itu juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha
57
peminimalan dampak kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya
kunjungan. Zonasi ini berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga tidak
terjadi konsentrasi di satu tempat yang dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung
menjadi berkurang.
1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas
utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga, (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
Lebih jelas mengenai visualisasi konsep zonasi tersebut diatas dapat lihat pada
Gambar berikut.
Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai
fasilitas. Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor
pendukung terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas
wisata yang fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan
suatu usaha atraksi wisata. Kemudian dalam diktat MAW (2000:13) standar yang
terdapat dalam fasilitas wisata sangat berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di
59
kawasan wisata seperti: jumlah, jenis, kondisi atau kualitas dan daya tampung/
kapasitas dari fasilitas wisata tersebut.
Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus
mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:
“The basic approach for planning of natural tourist attractions is application of the
environmental planning approach which emphasizes conservation of the natural
environment as well as designing visitor facilities and organizing visitor use that fit well
into the environment and do not degrade it" (1991:272).
Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan sebagal
"Management Plan”, dimana hal tersebut memiliki konsep manajemen yang selalu
berkesinambungan sehingga pariwisata yang ada didalamnya dapat mendukung fungsl
konservasi dan diantara keduanya bisa saling terlaksana seiring sejalan (1991:272).
Mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi,
maka perlu dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain berbagai fasilitas yang
dibutuhkan atau sesuai dengan natural attraction resources.
Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan
wisatawan/ pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama pengunjung
menikmati atraksi wisata yang ada.
60
Gambar 2.2 Klasifikasi Wisata Berdasarkan UU No 10 Tahun 2009
61
yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas-fasilitas
wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang jumlahnya hanya
sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk mengembangkan
kegiatan ini.
62
Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul Pengembangan
harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat menunjang aktivitas wisata,
yaitu:
Akomodasi
Logistik
Transportasi
Informasi dan komunikasi
Rekreasi
2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat keluar-
masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik sebagai
pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana
perhubungan antar wilayah serta posisi wilayah-wilayah luar yang akan
dipandang menjadi sumber wisatawan.
Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran
kepada wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki.
Dengan demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra/
impresi mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai "kesan
pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi berbagai daya
tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.
63
merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan ini
memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.
64
pengembangan pariwisata yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan
menjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik
untuk tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan pariwisata Kabupaten Muna Barat yang
berkelanjutan berprinsip pada:
1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau
berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata agro
perkebunan teh di kawasan kebun teh;
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible
(tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah;
3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam
65
pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata
lainnya.
66