Anda di halaman 1dari 53

BUKU PANDUAN SADAR WISATA DAN

SAPTA PESONA

PENDAHULUAN
Keindahan alam, keanekaragaman hayati, flora dan faunanya, beraneka warna seni
dan budaya serta kehidupan sosial masyarakat dengan adat istiadatnya yang ragam di Lombok
umumnya dan Lombok Barat khususnya menjadi daya tarik wiatawan untuk berkunjung dan
merupakan modal utama dalam penbangunan pariwisata di Lombok Barat.
Untuk itu, sebagai salah satu upaya pelestarian alam, seni dan budaya serta adat istiadat
masyarakat, maka jenis pariwisata yang dikembangkan adalah wisata alam (ekowisata) , wisata
budaya, serta wisata kuliner yang berbasis masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar visi yang
disandang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, yakni, ““Terwujudnya
Sapta Pesona Yang Berbasis Masyarakat” dapat diwujudkan.
Sesuai dengan visi tersebut, partisipasi masyarakat merupakan suatu
keharusan/prasyarat dalam pembangunan pariwisata yang berkalanjutan. Untuk itu, perlu
upaya dalam mendorong partisipasi masyarakat dengan meningkatkan pemahaman pariwisata
melalui kegiatan penyuluhan pariwisata.
Dengan memberikan penyuluhan kepda masyarakat tentang Sadar Wisata dan Sapta
Pesona secara berkelanjutan diharapkan seluruh lapisan masyarakat mampu memahami dan
menerapkan nilai-nilai dan tujuan penyuluhan Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Dengan
demikian pemerintah bersama-sama masyarakat dan pengusaha pariwisata dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada wisatawan yang berkunjung ke wilayah Lombok Barat.
Pemahaman akan istilah-istilah pokok dalam kepariwisataan sangat penting agar ada
kesamaan dan kesatuam bahasa, sehingga akan memudahkan dalam mencernakan hal- hal yang
berkaitan dengan pendalaman tentang maksud pariwisata.
Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan., disebutkan beberapa istilah kepariwisataan antara lain :

1.1 Pengertian Pariwisata

a. Wisata
Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang tau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat trtentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka wakktu sementara.
b. Wisatawan
Orang yang melakukan wisata

c. Pariwisata
Berbagai macam kegiatan wisata dn didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

d. Kepariwisataan
Keseluruhan kegiatan yang terkai t dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah
daerah, dan pengusaha

e. Daya Tarik Wisata


Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindhan dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.

f. Daerah Tujuan Pariwisata


Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
g. Usaha Pariwisata

Usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan local,
nusantara maupun mancanegara dan penyelenggaraan pariwisata
h. Pengusaha Pariwisata
Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata

i. Industri Pariwisata
Kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dlam rangka menghasilkan barang dan/atau
jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

j. Kawasan Strategis Pariwisata


Kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta perthanan dan keamanan.

1.2 Azas, Fungsi, Tujuan, Prinsip dan Ruang Lingkup


1.2.1 Azas
Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas :
a. manfaat
b. kekeluargaan
c. adil dan merata
d. keseimbangan
e. kemandirian
f. kelestarian
g. partisipatif
h. berkelanjutan
i. demokratis
j. kesetraan
k. kesatuan
1.2.2 Fungsi

a. memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan
perjalanan
b. meningkatkan pendpatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat

1.2.3 Tujuan

Kepariwisataan bertujuan untuk :


a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan , dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkuat jati diri dan kesatuan bangsa
j. mempererat pershabatan antarbangsa

1.2.4 Prinsip

Pariwisata diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:


a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup
dalam keseimbangan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia
dan lingkungan
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal
c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas
d. Memelihara kelestarian alam dan linkungan hidup
e. Memberdayakan masyarakat setempat
f. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan
satu keatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku
kepentingan

1.3 Dampak Pengembangan Pariwisata


Selama ini kita selalu puas dengan perolehan devisa sektor pariwisata, karena secara
umum pendapatan dari sektor pariwisata relatif meningkat dari tahun ke tahun. Namun pada
kenyataannya, pengembangan pariwsata selain memberikan dampak positif juga tidak terlepas
dari dampak negatif yang ditimbulkannya baik dari segi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan.
Dampak ekonomi, sosial budaya dan lingkungan yang ditimbulkan sebagai berikut :
1.3.1 Dampak Ekonomi
 Dampak Positif Pariwisata bagi Ekonomi (Leiper, 1990 dalam Pitana 2009 : 185) :
a. Pendapatan dari penukaran valuta asing
b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
d. Pendapatan Pemerintah
e. Penyerapan tenaga kerja
f. Multiplier effect
g. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
 Dampak Negatif Pariwisata bagi Ekonomi (Leiper, 1990 dalam Pitana 2009 : 185) :
a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
b. Melajunya angka inflasi dan meroketnya harga tanah
c. Meningkatnya kecendrungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam pariwisata
sehingga produk lokal tidak terserap.
d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat,
menyebabkan pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya.

1.3.2 Dampak Sosial Budaya


Penelitian yang dilakukan oleh WTO (1980: 12-13) menunjukkan beberapa dampak sosial
budaya pariwisata yang dirasakan oleh komunitas lokal, sebagai berikut :
 Dampak sosial
a. Diferensiasi struktur sosial
b. Modernisasi keluarga
c. Memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap dunia luar.
 Dampak budaya
a. Berkembang atau hilangnya budaya lokal
b. Perlindungan atau perusakan kontur alam
c. Perlindungan atau perusakan monumen bernilai sejarah
d. Polusi terhadap keberadaan arsitektur tradisional.

1.3.3 Dampak Lingkungan


Menurut Richardson dan Fluker (2004 : 155 – 159 dalam Pitana, 2009 : 204), dampak
pariwisata terhadap lingkungan di antaranya sebagai berikut :
a. Dampak dari penggunaan alat transportasi yang mengakibatkan timbulnya polusi.
b. Dampak dari pembangunan fasilitas pariwisata, yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
c. Dampak dari pengoperasian industri pariwisata adalah:
- Tekanan terhadap sumber daya alam
- Perusakan habitat kehidupan liar
- Polusi dan pencemaran limbah lainnya.

SADAR WISATA
Sebelum melaksanakan penyuluhan tentangSadar Wisata ini, diperlukan pemahaman
terhadap apa yang disebut dengan “Sadar Wisata”. Anda mungkin sudah mendengarnya
tetapiapakah Anda memahami makna yang sebenarnya? Apa sih yang dimaksud dengan “Sadar
wisata?”
Sebagai masyarakat yang mendukung program ini, maka kita sangat perlu memahami
bahwa: harapan yang diemban dari Sadar Wisata ini adalah terciptanya suatu kondisi
kepariwisataan Indonesia umumnya dan Lombok Barat khususnya yang diinginkan (ideal) di
tengah-tengah masyarakat melalui penerapan unsur-unsur Sapta Pesona secara konsekuen atas
dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam diri sendiri. Lalu apa yang disebut dengan Sapta
Pesona?

APTA PESONA

S “Sapta Pesona” berasal dari dua patah kata, yaitu “Sapta” dan “Pesona”.
Sapta Pesona ini dipahami sebagai 7 (tujuh) unsur yang terkandung dalam setiap
produk pariwisata serta dipergunakan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas produk
pariwisata. Yang termasuk ke dalam tujuh unsur produk pariwisata itu adalah: Aman,
Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan.
Lalu apa sih yang dimaksud dengan produk pariwisata itu?
Produk pariwisata mencakup Usaha Jasa Pariwisata, Pengusahaan Obyek dan Daya
Tarik Wisata dan Usaha Sarana Pariwisata. Setiap produk pariwisata ini harus membangun
unsur-unsur yang membangun Sapta Pesona tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sapta Pesona merupakan suatu kondisi yang
harus diwujudkan dalam setiap prosuk pariwisata sehingga dapat menarik minat wisatawan
berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di Negara/daerah kita.
Sesuai dengan makna Sapta Pesona di atas, maka Logo Sapta Pesona yang telah
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor:
KM.5/UM.209/MPPT-89 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sapta Pesona dilambangkan
seperti berikut ini. Makna logo Sapta Pesona dilambangkan dengan Matahari yang bersinar
sebanyak 7 buah yang terdiri atas unsur Kemanan,Ketertiban,Kebersihan, Kesejukan,
Keindahan, Keramahan, dan Kenangan.
Tujuan diselenggarakan program Sapta Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran,
rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat
luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
ILAI “ FILOSOFIS” KEPARIWISATAAN INDONESIA

N Mungkin anda bertanya-tanya , “Kenapa mesti ada nilai filosofis dalam dunia
pariwisata?. Jawabnya adalah agar dunia pariwisata kita memiliki landasan
kepribadian yang kuat, yang benar-benar bertindak, bergaul dalam dunia pariwisata
secara mendasar.
Baiklah, sebelumnya diungkapkan bahwa “Sadar Wisata” terdiri dari tujuha(7) unsur
“Sapta Pesona”, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan.
Dengan demikian, antara konsep Sadar Wisata dan konsep Sapta Pesona itu terdapat
hubungan yang padu dan berkaitan erat satu sama lainnya. Nah, hubungan inilah yang disebut
sebagai “Filosofi Kepariwisataan Indonesia”. Atas pemahaman inilah kita semua diharapkan
mampu menerapkan pada setiap kegiatan Pembangunan Kepariwisataan Indonesia di seluruh
daerah, termasuk di Bumi Patut Patuh Patju kita sendiri, Lombok Barat.

OHON PARIWISATA

P Anda mungkin pernah menanam sebatang pohon mangga, Anda menyiramnya secara
teratur setiapi hari dan kemudian setelah beberpa hari Anda memberinya pupuk.
Beberapa tahun kemudian mangga itu berbunga dan menghasilkan buah yang
banyak, besar dan manis rasanya. Pada akhirnya banyak orang (tidak hanya Anda
sendiri) menikmati buah mangga tersebut.
Jika kita amati lebih detail apa yang Anda lakukan membesarkan pohon mangga iitu,
maka di antaranya adalah memberikan pupuk dan menyiramnya dengan air.
Nah apabila pariwisata hendak kita gambarkan sebagai sebatang pohon mangga itu,
maka posisi Sadar Wisata akan berada pada bagian yang paling bawah dari pohon mangga
tersebut, yakni pada bagian akar.
Jadi kesimpulannya, Sadar Wisata terdapat pada bagian akar pohon “Pohon
Pariwisata”. Dalam arti ia akan menjadi dasar atau pondasi (penyangga) yang kuat sehingga
pohon tumbuh dengan subur dan kuat.

Maka apa yang harus kita lakukan agar Pohon Pariwisata tersebut tum buh besar,
berbunga dan akhirnya berbuah? “Ya, jangan kita lupakan, marilah kita memelihara, menjaga,
merawat dengan memberinya pupuk yang baik dan berkualitas”, sehingga apa yang dihasilkan
dari pohon itu kita dapat cicipi bersama.
Lalu bagaimana jika kita mengaitkannya dengan organisasi pariwisata di pemerintahan,
di manakah letak Sadar Wisata kita? Kita sudah pasti mengetahui bahwa Sadar Wisata itu
terletak pada kekuatan unit-unit kerja yang mendukung organisasi pariwisata tersebut. Dengan
demikian tentu amat membesarkan hati apabila pohon ini dimiliki pula oleh seluruh insan
pariwisata dan masyarakat pada umumnya.
Marilah kita mulai menggali dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Program Sadar Wisata dan Sapta Pesona ini dalam segala aktivitas keidupan kita sehari-hari.

ENERAPAN DAN MANFAAT SAPTA PESONA

P 1. Aman
Apa yang akan Anda rasakan jika melancong ke tempat yang lingkungannya
aman? Tentu anda menyikai tempat tersebut, kan?! Sebaliknya jika tempat atau daerah tersebut
tidak aman, maka kita akan takut dan pasti akan cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.
Inilah akibat kita tidak menciptakan rasa aman.
Oleh karena itu, marilah kita ciptakan, kondisikan, pelihara, dan masyarakatkanlah
situasi aman, agar terwujud rasa aman yang sesungguhnya dengan cara tidak melanggar
aturan, norma, nilai, adat dan budaya kita sebagai warga masyarakat Lombok Barat yang patut
patuh patju.
Jadi Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat atau obyek wisata apabila
mereka merasa aman, tidak takut, tentram dan terlindung atau bebas dari:
a. Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, penipuan, kecpten, pencurian, pemerasan, penodongan
dan tindak kejahatan lainnya.
b. Terserang dari berbagai penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya.
c. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti
kendaraan, peralatan makan dan minum, lift, dan alat perlengkapan lainnya.
d. Gangguan oleh masyarakat atau kelompok tertentu seperti pemaksaaan oleh pedagang
asongan, Sopir, kernet atau lainnya.
Untuk itu, kita harus:
a. Sadar akan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
b. Membangun sistem keamanan yang kuat
c. Taat pada hukum
d. Memfungsikan semua alat penerangan lampu terutama pada malam hari khususnya di daerah
obyek wisata
e. Disiplin dalam melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain.
f. Memberikan kepercayaan kepada orang lain sesuai dengan profesinya
Anda pasti bisa merasakan betapa besar kebutuhan rasa aman ini ketika berkunjung ke
daerah wisata tertentu. Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman akan menghasilkan kepuasan
berwisata. Tentu siapapun akan mengulangi kepuasan ini dan mengunjungi lagi tempat wisata
tersebut di waktu lain. Inilah seharusnya yang kita upayakan bersama. Bagi kita sebagai pihak
yang berupaya menciptakan dan memelihara, maupun bagi pihak lain yang turut menikamtinya
ada beberapa manfaat minimal yang dapat dirasakan dari rasa aman itu, yaitu:

a. Tidak ada rasa takut untuk bepergian


b. Keinginan wisatawan untuk berkunjung lebih besar
c. Citra positif pariwisata tetap terjaga
d. Memberikan peluang pembangunan dan penyempurnaan fasilitas dan sistem pelayanan jasa
dan informasi yang bermanfaat baik di tempat-tempat obyek wisata maupun di tempat-tempat
lain.

2.Tertib
Apa yang anda rasakan ketika harus berebutan untuk mendapatkan tiket masuk sebuah
pertunjukan musik? Apakah anda merasa senang berdesakan saling sikut dan saling injak
dengan pengunjung lain? Jawabnya cuman satu, “tidak senang” dan kunci pengkondisian
ketidakteraturan tersebut adalah dengan “tertib”.
Kondisi tertib merupakan suatu yang sangat didambak oleh setiap orang, termasuk
wisatawan. Kondisi tertib tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta
menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya:
a. Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan dating dan berangkat tepat waktu
b. Tidak nampak orang yang berdesakan atau berebutan untukmendapatkan atau membeli sesuatu
yang dierlukan.
c. Bangunan dan lingkungan ditata secara rapi dan teratur
d. Pelayanan dilakukan secara baik dan teratur
e. Informasi yang tepat dan tidak membingungkan
f. Tidak menciptakan suasana berisik atau gaduh.

Sesuai dengan uraian di atas, berikut diuraikan manfaat terwujudnya suasana tertib,
yaitu terciptanya ketenangan, kondisi yang teratur, terbentuknya wibawa sebagai masyarakat
yang berbudaya sesuai dengan nilai patut patuh patju.

3.Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan atau kondisilingkungan yang menampilkan suasana
bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit, dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah
dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat, seperti:
a. Lingkungn yan bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum seperti di hotel,
restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buang air (WC, Closet), dan lain sebagainya.
b. Bersih dari sampah, coret-coretan dan lainnya
c. Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat
d. Penggunaan dan penyediaan alat perlengkapan yang bersih, seperti sendok, piring, tempat
tidur, alat olahraga dan sebagainya.

e. Penampilan dan pakain petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan bauk tidak sedap.

Jika lingkungan disekitar kita bersih semua orang akan merasakan kenyamanan dalam
penglihatan, perasaan, dan aktivitas hidup lainnya. Terlebih jika aktivitas itu adalah
pelancongan ke tempat wisata. Jika tempat wisata bersih, tentu akan membuat wisatawan betah
berlama-lama menikmatinya. Tidak suka membiasakan diri hidup bersih. Mulailah dari hal-hal
yang kecil pada diri sendiri, kemudian lingkungan keluarga, lingkungan sekitar sehinngga
akhirnya akan terbiasa hidup bersih dimanapun berada.
Berikut ini adalah cara sederhana melakukan dan membiasakan hidup bersih ini
bermula dari sendiri, yaitu : selalu teratur membersihkan badan; makan, minum, secara teratur
dan bersih; tidak membuang sampah sembarangan; tidak meludaah disembarang tempat atau
membuang kotoran seenaknya; menyediakan tempat sampah; lakukan pemusnahan sampah
secara teratur dan memperhatikan sanitasi lingkungan sekitar; penataan saluran air dan tempat
pembuangan sampah disekitar lingkungan anda; memasyarakatkan nilai-nilai sanitasi.
Jika terbiasa hidup sehat, tentunya anda akan selalu memakan makanan yang sehat
higienis dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Membiasakan hidup bersih berarti kita
menciptakan : Pola hidup sehat; suasana hidup yang lebih menyenangkan; semangat hidup yang
lebih bergairah.
Untuk itu marilah kita senantiasa membiasakan hidup bersih dalam setiap aspek
kehidupan, demi kepentingan kita bersama.

4.Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar dan ditata rapi memberikan suasana atau keadaan
sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar
ruangan atau bangunan akan tetapi juga berada di dalam ruangan, misalnya ruang belajar,
ruang kerja, ruang makan, ruang tidur, dan lain sebagianya. Untuk itu semua hendaknya:

a. Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil penghijauan yang telah dilakukan
oleh masyarakat maupun pemerintah.
b. Berperan secara aktif untuk menganjurkan dan mempelopori agar masyarakat melaksanakan
penghijauan
c. dan memelihara kebersihan, emnanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing
baik tanaman hias maupun tanaman bermanfaat lainnya bagi rumah tangga, menanam pohon/
tanaman rindang atau pelindung di sepanjang jalan, di halaman sekolah dan tempat-tempat
lainnya.
d. Membentuk perkumpulan yang tujuannya melestarikan lingkungan
e. Menghiasi ruang belajar, ruang kerja, ruang tidur dan tempat lainnya dengan aneka tanaman
penghias atau penyejuk
f. Memprakarsai berbagai kegiatan dan upaya lain yang dapat membuat lingkungan hidup kita
menjadi sejuk, bersih, segar dn nyaman.

Kondisi yang sejuk pasti didambakan semua orang. Kondisi alam yang segar, enak
dipandang mata, nikmat dihirup udaranya, dan mampu membawa pikiran anda kedalam nuansa
ketenangan. Kondisi itulah yang dicari wisatawan dalam perjalanan wisatanya.
Jadi hakikat kesejukan ini tiada lain tercipta dari kondisi lingkungan yang sehat, bersih
dan nyaman. Untuk itu marilah kita menciptakan kondisi yang memberikan makna”sejuk” bagi
lingkungan dan tempat obyek wisata.
Ada beberapa cara sederrhana yang kita semua bisa melakukan penghijauan di
lingkungan term-tempat yang menjadi obyek wisata; menjaga kebersihan lingkungan;
melestarikan segala potensi wisata yang di miliki lingkungan sekitar kita; dan yang terpenting
adalah mengatur sirkulasi udara bebas yang baik, khususnya untuk ruangan-ruangan yang
tertutup.
Marilah kita ciptakan kondisi yang sejuk di manapun kita berada. Berikut ini manfaat
kesejukan, yaitu : tubuh dan pikiran kita menjadi segar dan fit setiap saat; stamina kita dalam
beraktivitas bertahan lebih lama.
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap
dipandang mata disebut Indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi seperti dari segi tata
warna, tata letak, tata ruangan, tata bentuk, atau pun gaya atau gerak yang serasi dan selaras
sehingga memberikan kesan yang enak dan sedap dipandang mata. Kata indah selalu sejalan
dengan keadaan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa
ciptaan Tuhan Yang maha Esa maupun hasil karya manusia. Karena itu kita wajib memelihara
lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia.
Keindahan merupakan cerminan atas kuasa Tuhan dan karya manusia yang kreatif
semua insan pasti menyukai keindahan , tapi keindahan yang bagaimanakah yang perlu kita
wujudkan dan nikmati bersama terutama di bidang pariwisata? Anda mungkin pernah melihat
pemandangan di Pantai Kuta Bali. Pada saat anda melihatnya anda pasti akan merasakan
keindahan alam waktu itu. Atau mungkin di tempat wisata lainnya.
Bahkan sesungguhnya keindahan juga bisa kita ciptakan mulai dari lingkungan sekitar.
Misalnya dengan menata pekarangan rumah, atau menata lingkungan tempat kita tinggal.
Hakikat keindahan itu cenderung kita nikmati melalui penglihatan yang pada akhirnya
berrpusat pada perasaan estetis. Dengan demikian mulailah menciptakan keindahan ini dengan
menata segala apa yang kita lihat.
Ada beberapa cara sederhana untuk menciptakan dan menjaga keindahan yang tentunya
bisa anda lakukan, diantaranya: gemar menata ruang; artinya kita semua mencoba menyadari
bahw semua kegiatan kita yang berhubungan dengan menata ruang, baik itu di ruangan
rumah, pekarangan, lingkungan, bahkan tempat obyek wisata tertentu, merupakan upaya untuk
menciptakan keindahan visual.
Jadi, ketika anda melakukan penataan di tempat-tempat tersebut, indera penglihatanlah
yang pertama kali merasakan keindahan yang muncul dihadapan kita semua. Inilah seyogyanya
kita kembangkan sebagai perilaku individu bangsa indonesia yang mampu memaknai nilai-nilai
dan pengalaman Sadar Wisata melalui pembenahan dan pengembangan Sapta Pesona dalam
kehidupan sehari-hari.
Melestarikan lingkungan; artinya kita semua harus mampu menjaga keseimbangan
lingkungan mulai dari lingkungan pribadi sampai dengan lingkungan tempat kita berraktivitas
sehari-hari. Melestarikan lingkngan dapat dilakukan dalam dua sudut pandang : menjaga dan
mempertahankan keseimbangan alam yang sudah ada; melestarikan dalam arti kita semua
berupaya mengubah alam yang tadinya belum menimbulkan rasa ketenangan, keindahan dan
kenyamanan, menjadi lebih memberikan rasa ketenangan, keindahan dan kenyamanan.
Untuk itu marialh kita wujudkan kelestarian baik dalam bentuk tindakan menjaga,
mempertahankan, serta mewujudkan keindahan.

Mencegah dan menghilangkan aksi coret-coret; aksi coret-coret pada pagar atau
dinding rumah jelas amat merusak nilai keindahan. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama
menjaga dan mencegah agar diri kita baik menjaga lingkungan sekitar agar tidak menjadi ajang
aksi coret-coret tersebut. Jika anda melihat di suatu tempat obyek wisata ada coret-coret yang
dilakukan wisatawan tentunya hal itu akan mengurangi keindahan.
Terlebih jika yang melakukannya kita sendiri pribumi, perilaku tersebut jelas tidak
sesuai dengan kampanye “Sadar Wisata melalui Sapta Pesona” ini.
Gemar akan kegiatan hias-menghias secara teratur; jika anda seorang seniman atau
seniwati, mungkin tidak asing lagi dengan kegiatan hias-menghias. Akan tetapi melalui
kampanye Sadar Wisata dan Sapta Pesona ini kita semua sebagai warga masyarakat Indonesia
diharapkan bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kategori hias-menghias ini.
Apabila kita ditujukan menghasilkan daya tarik bagi orang lain atau bagi wisatawan baik
domestik maupun mancanegara, tentunya hal ini sangat kita harapkan bersama. Jadi secara
langsung kita semua yang terlibat di dalamnya sudah mampu menunjukan dukungan terhadap
kebangkitan kembali pariwisata Indonesia melalui program Sadar Wisata dan Sapta Pesona.
Manfaat keindahan adalah : timbulnya kesadaran akan kebesaran Tuhan; terciptanya perasaan
senang; mencegah timbulnya perasaan setress; mempertajam kepekaan estetis.
Kita semua tahu bahwa segala sesuatu yang memiliki nilai keindahan yang pasti
membuat orang tertarik. Jika suatu tempat wisata memiliki keindahan yang khas. Wisatawanpun
akan berdatangan. Sekali lagi marilah kita ciptakan, jaga dan lestarikan nilai-nilai keindahan
ini bersama-sama.

5. Indah
Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang
mencerminkan keadaan yang indah dan menarik yang akan memberikan rasa kagum dan kesan
yang mendalam bagi wisatawan dalam kelakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah
tersebut, sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong promosi ke pasar
wisatawan yang lebih luas.
Keadaan yang indah dan menarik tersebut dapat diciptakan dengan cara:
- Menjaga keindahan daya tarik wisata dalam tatanan yang alami dan harmoni
- Menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib dan serasi serta menjaga karakter
kelokalan.
- Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh sebagai elemen estetika lingkungan
yang bersih natural.

6.Ramah
Ramah merupakan sikap dan prilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, seperti:
suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah bukan berarti kita harus
kehilangan kepribadian kita atau tidak tegas dalam menentukan suatu keputusan. Sikap ramah
merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya. Sikap selalu menghormati
tamu, menjadi tuan rumah yang baik merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan.
Keramahan merupakan sikap positif dari seseorang yang memiliki etika moral dan
berpendidikan. Akan tetapi keramahan dapat menjadi milik kita semua sebagai warga
masyarakat yang berbudaya dan memiliki adat istiadat ketimuran. Perilaku atau pribadi yang
ramah memang disukai banyak orang . keramahan inilah yang harus kita memunculkan dan
tingkatkan kembali dalam kehidupan sehari-hari dan dalam aspek kehidupan. Jika sudah
terwujud, marilah kita semuamempertahankan keramahan tersebut sampai betul-betul bisa
dinikmati dan dicontoh oleh orang lain. Aspek keramahan inilah yang selama ini yang menjadi
kebanggaan dan diharapkan dapat mengembalikan prestasi bidang pariwisata Indonesia ini ke
masa lalu.
Memasyarakatkan keramahan bisa dimulai pada kita sendiri, di antaranya dengan cara
:
a. Bertutur kata yang sopan dengan mimik wajah yang menyenangkan; keramahan yang
diwujudkan lewat perilaku tutur kata dan ekspresi wajah yang manis ini bukan berarti harus di
buat-buat, akan tetapi diharapkan sudah menjadi kepribadian kita sebagai masyarakat
Indonesia yang cinta damai dan persahabata.
Untuk kita semua harus mampu membangun kepribadian hakiki yang bertutur kata
sopan, penuh senyum yang ramah. Hal ini dapat kita mulai dari diri masing-masing. Dimanapun
berada, tunjukkanlah tutur kata yang sopan dan ramah ini, karena hal ini pasti akan melahirkan
persahabatan dan membuat orang senang dan menghargai kita.

b. Pengendalian diri
Maksudnya mengendalikan diri terhadap prilaku-prilaku yang dapat meresahkan
masyarakat, apalagi meresahkan warga negara asing. Pengendalian ini juga dapat berlaku
pada prilaku yang dapat mengakibatkan bencana alam. Kita bisa melatih sikap pengendalian
diri pada diri sendiri di manapun dan dalam kondisi apapun.
Maka, upayakanlah mengedepankan pengendalian diri pasti kita semua akan selamat
dan dihargai oleh orang lain.

c. Saling Menghormati
Mungkin anda sudah tidak asing lagi dengn ungkapan “hormat menghormati” karena
semenjak di bangku sekolah dasar bahkan para orang tua dan guru telah menghormati terutama
diperlukan dalam pergaulan sosial. Akan tetapi kadang kala kita sukar untuk bersikap seperti
itu. Hal ini terjadi ketika kita merasa lebih baik , lebih pintar, atau lebih tahu dari orang lain.
Sebagai konsekuensiny, sulit pula orang lain menghargai kita. Untuk itu marilah kita
saling merendahkan hati, saling menghargai perasaan, pikiran, maupun karya orang lain
sehingga kita pun menerima perlakuan yang sama dari orang lain.
Sikap seperti inilah yang seyogyanya bisa dikembangkan tatkala kit ingin menunjukkan kembali
keluhuran nilai-nilai pariwisata Indonesia khususnya Lombok Barat ke;ada dunia internasional.

d. Gemar bertegur sapa dengan baik


Pada intinya inilah sikap yang menjadikan salah satu dasar keberhasilan kita dalam
pergaulan. Melalui bertegur sapa maka kita akan menebar kebaikan dan menciptakan ikatan
persaudaraan, persahabatan, dan kekeluargaan di manapun kita berada. Dengan bertegur
sapa secra baik-baik, maka ketika anda berada di negeri asing sekalipun pasti tidak akan
mendapat kesulitan. Terlebih jika dilakukan di lingkungan sekitar kita atau di tempat-tempat
wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing, tegur sapa akan memberikan kesan keramahan
sehingga akhirnya mereka kerasan untuk menikmati lebih lama lagi pesona tempat-tempat
wisata yang mereka kunjungi di daerah kita.
Manfaat tegur sapa yang ramah adalah:
a. Terjadinya keakraban; dengan tegur sapa suasana hangat akan tercipta dalam setiap perasaaan
individu meskipun tidak saling mengenal satu dengan lainnya, dan bahkan akan menjadi awal
yang sangat baik untuk berkenalan dan lebih dekat lagi.
b. Terciptanya rasa damai; keakraban yang tercipta pada akhirnya tentu akan membuat hati kita
menjadi damai, tanpa was-was meski berada di lingkungan orang-orang asing bagi kita.
c. Mencegah terjadinya konflik; melalui tegur sapa bisa tercipta tali persaudaraan dan
kekeluaregaan. Nah marilah kita mulai membiasakan diri bertegur sapa yang ramah dalam
setiap kesempatan dalam dunia pergaulan kita dengan siapapun dan di mana pun.

7.Kenangan
Pernahkan anda merasa terbayang lagi akan keindahan panorama tempat wisata yang
telah dikunjungi sehingga akan merasa ingin kembali mengunjungi tempat itu? Pasti pernah
kan?!perasaan itulah yang dimaksud dengan istuilah “kenangan”
Kenangan merupakan ingatan atau pun kesan positif yang tersimpan atau melekat dan
kuat pada ingatan /pikiran seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya.
Kenangan dapat berupa sesuatu yang indah dan menyenangkan dan juga tidak menyenangkan,
kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman
berwisata di Indonesia dalah kenangan indah dan menyenangkan.
Kenangan indah ini dapat pula diciptakan antara lain dengan:
a. Akomudasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, suasana
yang mencerminkan cirri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya.
b. Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik berupa seni tari, seni suara, dan
berbagai upacara adapt dan budaya.
c. Makanan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian menarik.
Makanan dan minuman itu merupakan salah satu daya tarik yang kuat dan dapat pula menjadi
jati diri (identitas) bangsa.
d. Memberikan pelayanan yang baik; kita semua bisa melakukannya ketika kita dihadapkan dalam
kegiatan yang melibatkan orang lain, terutama yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan orang lain, seperti dalam pelayanan perjalanan, penyediaan makanan, dan
sejenisnya
e. Menjaga perasaan orang lain; kita bisa melakukannya tatkala kita sedang berbincang-bincang
dengan orang lain, baik orang itu sudah lama kita kenal maupun orang yang baru dikenal, baik
dengan orang yang seusia, lebih tua, ataupun lebih muda daripada kita.
f. Menjaga kualitas produk; kita semua sadar bahwa cinta tanah air, juga berarti juga kita cinta
produk negri/daerah kita sendiri. Oleh sebab itu kita harus berusaha agar produk khas daerah
kita tetap terjaga kualitasnya.
g. Percaya diri; melalui kampanye/penyuluhan sadar wisata dan sapta pesona ini marilah kita
berbenah diri dan tunjukkan kemampuan kita sesuai dengan bidang masing-masing serta
bekerja keras dengan mengedepankan rasa percaya diri agar semua yang dicita-citakan
berhasil.
h. Jujur; kejujuran adalah modal keprcayaan orang lain terhadap kita. Dalam aspek kehidupan
apapun, termasuk dalam memberikan pelayanan wisata terhadap kit. Dalam aspek kehidupan
apapun termasuk dalam memberikan pelayanan wisata terhadap para wisatawan, kejujuran
akan menumb uhkan rasa simpati. Pada akhirnya kita akan dipercaya dan disenangi, karena
mampu memberikan perasaan tenang dan damai kepada mereka. Kita sadari bersama bahwa
unsur kenangan ini mampu memberikan berbagai manfaat pada kit semua, antara lain manfaat
kenangan yaitu:
a. Terbentuknya penghormatan dan penghargaan dari orang lain
b. Terbentuknya citra yang baik bagi pribadi, masyarakat, daerah dan
bangsa serta negara kita
c. Terciptanya ke puasan bagi diri kita dan terlebih bagi wisatawan
d. Meningkatkan rasa saling percaya di antara sesama
Marilah kita mualia dengan niat yang ikhlas, sadar dan penuh percaya diri dengan bekal
pengetahuan dan wawasan yang luas untuk merealisasikan suksesnya pembangunan dunia
pariwisata daerah kita Lombok Barat khususnya melalui Program Sadar Wisata dan Sapta
Pesona berkat terbentuknya masyarakat yang mampu menjadi Tuan Rumah yang baik bagi
setiap wisatawan yang berkunjung ke Bumi Patut Patuh Patju kita, Lombok Barat.

eranan Pemerintah dan Masyarakat

P Untuk mewujudkan Sapta Pesona, maka peran serta masyarakat, pemuda


pengusaha, dan pemerintah serta pihak swasta terutama para pengusaha sangat
dibutuhkan dalam memasyarakatkan unsur-unsur yang terkandung dalam Sapta
Pesona, seperti:

a. Aparat Pemerintah
1. AMAN, Aparat keamanan diharapkan dapat melakukan pembinaan dan menjaga terciptanyea
kondisi dan suasana aman dan tentram
2. TERTIB, Petugas sesuai dengan bidangnya dapat melakukan pembinaan dan memberi
pelayanan yang baik dan lancar kepada masyarakat dan wisatawan
3. BERSIH, Aparat dapat menjadi contoh dan panutan dalam hal kesehatan dan kebersihan diri
baik dari rumah dan tempat kerja
4. SEJUK, Pejabat yang berwenang dapat memberi dorongan dalam menciptakan suasana segar
dan nyaman dengan upaya menata lingkungan & penghijauan demi kepentingan bersama
5. INDAH, Aparat dapat menjadi pelopor dalam memelihara lingkungan bagi masyarakat luas,
serta memberikan pemghargaaan kepada masyarakat yang telah berjasa dalam memelihara
keindahan lingkungan
6. RAMAH TAMAH, Aparat dalam memberikan pelayanan selalu disertai ramah diikuti senyuman
sehingga memberkan kesan yang menyenangakan
7. KENANGAN, Aparat hendaknya senantiasa berupaya menciptakan situasi yang selalu berkesan
serta membantu & mengarahkan pengrajin agar mempu menyediakan cendramata yang
bermut.
b. Kalangan Pemuda
Sedangkan peran masyarakat khususnya para pemuda dalam mewujudkan terciptanya
Sapta Pesona anatar lain sebagai berikut:
1. AMAN, Menjauhkan diri dari hal-hal yang mengganggu ketertiban & keamanan seperti
perkelahian, pembentukan kelompok-kelompok masyarakat, menunjukan sikap bersahabat
kepada masyarakat
2. TERTIB, Turut menciptakan suasana tertib mulai dari lingkungan sekolah, tempat-tempat
umum di jalan dan sebagainya
3. BERSIH, Bersedia menjadi pelopor dalam memelihara kebersihan lingkungan dan pribadi
4. SEJUK, Kreatif dalam menciptakan suasana sejuk di sekolah dan rumah
5. INDAH, Turut menjaga citra terhadap kelestarian iklim dan lingkungan
6. RAMAH TAMAH, Rela membantu wisatawan
7. KENANGAN, Turut menggali, menjaga, merawat dan melestarikan benda-benda cagar budaya,
hasil kreasi Seni dan Benda-benda bersejarah lainnya
c. Tokoh Agama (Toga) dan Tokoh Masyarakat (Toma)
1. AMAN, Mengajak masyarakat untuk menciptakan situasi yang aman dan menerima Wisatawan
maupun menjaga lingkungan
2. TERTIB, Mengajukan dan memberi contoh untuk memelihara lingkungan dan pribadi
3. BERSIH, Bersedia menjadi pelopor dalam memelihara kebersihan lingkungan dan pribadi
4. SEJUK, Mempelopori dan mengajak mesyarakat untuk menciptakan suasana sejuk misalnya
penanaman pohon
5. INDAH, Mempelopori dan mengajak mesyarakat untuk menjaga kelestarian dan penetaan
linkungan
6. RAMAH TAMAH : : Mempelopori dan mengajak mesyarakat untuk menjadi tuan
7. KENANGAN : Bersama-sama masyarakat turut serta menggali seni budaya antara lain
melalui adat istiadat dan kesenian tradisional
d. Pengusaha
Peran Serta Kalangan Usaha Masyarakat dalam memasyarakatkan Sapta Pesona
anatar lain:
1. AMAN, Wisatawan bebas dari pemerasan, penipuan, pemaksaan oleh pedagang asongan,
kecelakaasn sebagai akibat fasilitas
2. TERTIB, Adanya suasana tertib dan teratur, rapi, tata letak yang baik, pelayanan yamng
dilakukan secara baik dan tepat waktu
3. BERSIH, Bersedia menjadi pelopor dalam memelihara kebersihan lingkungan dan pribadi
4. SEJUK, membantu memlihara lingkungan melalui penghijauan baik di halaman maupun
dalam ruangan dan turut berperan dalam memasyarakatkan penghijauan lingkungan.
5. INDAH, Adanya keselarassan dan serasi dala penataan lingkungan seperti Warna, tata letak,
bentuk gaya, sehingga memberi kesan indah
6. RAMAH TAMAH, Sikap dan prilaku yang menunjukan keakraban, sopan dan senang membantu
dalam memberikan pelayanan
7. KENANGAN, Mampu mewujudkan kenangan yang melekat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang di sebabkan oleh pengalaman yang diperoleh
ENUTUP

P Semangat pemerintahan baru Dr. H. Zaini Arony, M.Pd - H. Mahrip, SE, MM


yang tengah berkobar membara bagai api untuk meningkatkan kesejahteraan warga
masyarakat Lombok Barat layak disambut dan diberikan apresiasi serta disyukuri
oleh segenap masyarakat Lombok Barat. Karena di samping memiliki semangat juang
yang tinggi dan berbagai ide cemerlang, juga telah mencanangkan berbagai program
pembangunan di Bumi Patut Patuh Patju Lombok Barat, termasuk pembangunan di sektor
pariwisata.
Sekaitan dengan hal tersebut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok
Barat telah membuat berbagai program pengembangan kepariwisataan. Salah satu program
dimaksud adalah program Kampanye Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Program ini
dimaksudkan sebagai salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
menumbuhkembangkan sadar wisata bagi masyarakat sehingga tercipta sapta pesona di setiap
obyek wisata. Dengan demikian wisatawan yang berkunjung ke paer bumu Patut patuh patju
Lombok barat akan terus meningkat sehingga pendapatan pemerintah, masyarakat dan
pengusaha juga akan semakin meningkat. Jika pendapatan meningkat maka kesejahteraan
masyarakat juga akan semakin membaik pula.

LIFE IS JUST LIKE PUPPET SHADOW


( YUZ’12)

BUKU PANDUAN POKDARWIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harus disadari dan disyukuri oleh semua pihak, terutama oleh masyarakat Lombok Barat
bahwa sesungguhnya daerah kabupaten Lombok Barat memiliki potensi kekayaan alam yang
melimpah yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata, baik wisata alam, budaya
maupun wisata religi. Daratan yang indah, gunung yang menjulang tinggi, lembah yang
mempesona, laut yang luas dengan pantai berpasir putih, gili-gili yang mungil, semua itu dapat
dijadikan sebagi obyek wisata alam. Demikian pula kekayaan budaya yang berupa adapt-istiadat,
kesenian, sejarah, dan budaya hidup masyarakat serta berbagai keterampilan yang dimiliki
masyarakatnya untuk membuat kerjainan tangan dan industri rumah tangga lainnya dapat jua
dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya. Dan berbagai peninggalan sejarah seperti makam-
makam bersejarah yang tersebar di berbagai tempat merupakan obyek wisata religi yang tak
kalah menariknya serta menjadi daya tarik yang tiada ternilai harganya baik bagi
masyarakat/wisatawan lokal, nasional maupun mancanegara.
Oleh sebab itu kekayaan alam dan budaya tersebut, di samping harus dieksplorasi dan
dimanfaatkan secara optimal untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat Lombok Barat,
harus pula dijaga, dipelihara, dirawat dan dilestarikan keberadaannya. Oleh karena itu, semua
lapisan masyarakat harus berpartisipasi aktif dan melibatkan diri baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk ikut memelihara dan melestarikan kekayaan alam dan budaya yang
dimilikinya.
Sekaitan dengan hal tersebut, dibutuhkan kelompok-kelompok yang tumbuh dari, oleh
dan untuk masyarakat itu sendiri, yang peduli akan keberadaan dan pelestarian kekayaan alam
dan budaya yang dimiliki masyarakat Lombok Barat. Untuk itu diperlukan sumber informasi
yang memadai sebagai acuan dan pegangan dalam membentuk kelompok-kelompok yang
dimaksud. Kelompok-kelompok yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan kekayaan alam dan budaya inilah yang disebut dengan
Kelompok Sadar Wisata atau disingkat POKDARWIS
Buku Pedoman Pokdarwis ini merupakan salah satu sumber informasi yang dapat
dijadikansebagai pegangan atau panduan dalam membentuk kelompok-Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) di Lombok Barat. Selain itu, buku ini dimaksudkan sebagai sumber informasi
tentang keberadaan dan perkembangan kelompok-kelompok sadar wisata yang sudah ada.
Dengan adanya buku pegangan tentang Pokdarwis ini diharapkan inisitaf dan partisipasi
masyarakat untuk ikut memelihara dan melestarikan serta memajukan pariwisata di kabupaten
Lombok Barat akan tumbuh dan berkembang, sehingga visi dan misi pemerintahan baru Dr. H.
Zaini Arony, M.Pd – Dr. H. Mahrip, SE, MM yang pada intinya mengajak masyarakat
Lombok Barat untuk berhijrah dari keterbelakangan, keterpurukan dan kemiskinan menuju
masyarakat yang Maju, Mandiri dan ber-Martabat, dengan dilandasi nilai-nilai patut, patuh,
patju, akan segera terwujud.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan Buku Pedoman Pokdarwis ini adalah :
1. Memberikan informasi terperinci tentang kelompok-kelompok
sadar wisata dan perkembangannya di Lombok Barat.
2. Membantu memberikan informasi kepada masyarakat tentang
bagaimana membentuk kelompok-kelompok sadar wisata di Lombok Barat.
3. Membantu pemerintah daerah kabupaten Lombok Barat meningkatkan dan
memajukan industri pariwisata sehingga dapat dijadikan sebagai
sektor andalan pembangunan di masa depan.
4. Meningkatkan peran serta / partisipasi masyarakat dalam memajukan dan
meningkatkan industri pariwisata serta memperluas pengetahuan dan wawasan masyarakat
tentang kepariwisataan di daerah kabupaten Lombok Barat khususnya dan di pulau Lombok pada
umumnya.

1.3 Dasar Penulisan


Adapun dasar penulisan Buku Pedoman Pokdarwis ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
2. Peraturan daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Usaha Jasa Priwisata.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Barat
tahun 2010-2014
4. DPA Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat Tahun Anggaran 2012.

BAB II
KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Pariwisata
a. Wisata
Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka wakktu sementara.
b. Wisatawan
Orang yang melakukan wisata
c. Pariwisata
Berbagai macam kegiatan wisata dn didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
d. Kepariwisataan
Keseluruhan kegiatan yang terkai t dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah,
dan pengusaha
e. Daya Tarik Wisata
Segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindhan dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.
f. Daerah Tujuan Pariwisata Destinasi Pariwisata
Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

g. Usaha Pariwisata
Usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata

h. Pengusaha Pariwisata
Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata
i. Industri Pariwisata
Kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dlam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dlam penyelenggaraan pariwisata.

j. Kawasan Strategis Pariwisata


Kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta perthanan dan keamanan.

2.2 Asas
Asaz pembangunan kepariwisataan, yaitu : (a) manfaat, (b) kekeluargaan, (c) adil dan merata, (d)
keseimbangan, (e) kemandirian, (f) kelestarian, (g) partisipatif, (h) berkelanjutan, (i) demokratis,
(j) kesetraan, dan (k) azas kesatuan

2.3 Fungsi
a. memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan
rekreasi dan perjalanan
b. meningkatkan pendpatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
2.4 Tujuan
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan , dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkuat jati diri dan kesatuan bangsa
j. mempererat pershabatan antarbangsa
2.5 Prinsip
a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup
dalam keseimbangan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan
lingkungan
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan local
c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas
d. Memelihara kelestarian alam dan linkungan hidup
e. Memberdayakan masyarakat setempat
f. Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu
keatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku
kepentingan

2.6 Ruang Lingkup


a. industri pariwisata
b. destinasi pariwisata
c. pemasaran
d. kelembagaan kepariwisata

BAB III
KELOMPOK SADAR WISATA

3.1 Pengertian Kelompok Sadar Wisata


Kelompok Sadar Wisata atau disingkat POKDARWIS merupakan kelompok swadaya
dan swakarsa yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat serta bertujuan untuk
meningkatkan pengembangan pariwisata daerah dan mensukseskan pembangunan pariwisata
nasional. Dengan demikian kelompok sadar wisata merupakan kelompok yang tumbuh atas
inisiatif dan kemauan serta kesadaran masyarakat sendiri guna ikut berpartisipasi aktif
memelihara dan melestarikan berbagai obyek dan daya tarik wisata dalam rangka meningkatkan
pembangunan kepariwisataan di daerah.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan kepada peningkatan pariwisata menjadi sektor
andalan yanag mampu menggalang kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan sektor lain ysng terkait
sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan Daerah dan Negara serta
penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai
potensi kepariwisataan Nasional.
Pembangunan Kepariwisataan merupakan kegiatan lintas sektoral, karena itu suksesnya
pembangunan kepariwisataan Nasional dan daerah sangat ditentukan oleh adanya dukungan
serta partisipasi aktif sseluruh lapisan masyarakat, baik unsur pemerintah, pihak swasta
maupun masyarakat lainnya.

3.2 Maksud dan Tujuan


Buku Pedoman Pembinaan Pokdarwis ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk
memberikan arah/acuan kepaada aparat Pemarintah Daerah di tingkat Kabupaten Kecamatan
dan Desa dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok sasdar wisata dengan tujuan agar
tercipta persamaan persepsi dalam melakukan dan kegiatan pembinaan Kelompok Sadar
Wisata.

3.3 Keanggotaan
Karena Kelompk Sadar Wisata (Pokdarwis) merupakan kelompok yang tumbuh dan
berkembang atas inisiatif dan kemauan masyarakat sendiri dalam rangka melestarikan obyek dan
daya tarik wisata dalam rangka memajukan industri priwisata di Lombok Barat, maka
keanggotaan Pokdarwis tidak hanya terbatas pada mereka yang terlibat langsung dalam industri
pariwisata, tetapi juga mereka yang secara tidak langsung ikut mendukung pembangunan di
bidang kepariwisataan. Dengan demikian Pokdarwis dapat beranggotakan sebagai berikut:

a. Masyarakat yang mata pencahariannya berkaitan dengan penyediaan barang


dan / atau jasa bagi kebutuhan wisatawan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
b. Masyarakat yang tidak mata pencaharian sebagaimana tersebut pada point (a),
namun bertempat tinggal di sekitar Obyek/Daya tarik wisata atau wilayah
lain yang berkaitan dengan penyediaan barang atau jasa bagi kebutuhan
wisatawannya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Nusantara maupun Mancanegara.

Jumlah anggota setiap kelompok sadar wisata maksimum 50 orang, dan minimal 10
orang di setiap lokasi Obyek wisata atau lokasi-lokasi lainnya yang banyak dikunjungi
wisatawan, baik wisatawan lokal, nasional maupun wisatawan mancanegara. Dengan kata lain,
di setiap obyek wisata atau tempat-tempat lain yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dapat
dibentuk satu kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

3.4 Strurktur Organisasi Pokdarwis


Kelompok sadar wisata merupakan kelompok swadaya masyarakat yang memiliki
kepengurusan, karena kelompok sadar wisata ini pada hakikatnya juga merupakan lembaga
kemasyarakatan, yang keberadaannya diakui dan didukung penuh oleh pemerintah, baik
pemerintah daerah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat. Oleh sebab itu kelompok
sadar wisata di Lombok Barat khususnya harus memiliki struktur organisasi atau kepengurusan
sebagai berikut:
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi
f. Anggota
Besarnya Struktur Organisasi Pokdarwis sangat ditentukan oleh jumlah keanggotaan
dan dapat dilengkapi beberapa seksi yang menangani bidang / kegiatan yang berlainan. Dan
setiap bidang dapat dikoordinir oleh satu orang Koordinator dan terdiri dari minimal 2 orang
anggota. Sedangkan Pokdarwis yang jumlah anggotanya relatif kecil dapat dilengkapi dengan 2
seksi atau tanpa seksi.
Contoh Struktur Organisasi Pokdarwis yang memiliki koordinator bidang:

a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi
1) Seksi Guiding
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
2) Seksi Kesenian
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
3) Seksi Keamanan
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
4) Seksi Dokumentasi dan Publikasi
a) Koordinator :
b) Anggota :
1.
2.
3. dst
5) Dst

Di samping itu setiap kelompok Sadar Wisata dapat pula membentuk sub kelompok
atau sub-lembaga, misalnya membentuk kelompok/Lembaga Koperasi Sadar Wisata.
Setiap Pokdarwis diharuskan untukl memiliki ruangan Sekretariat yang berfungsi
sebagai tempat mengurus masalah yang berhubungan dengan kesekretariatan dan sekaligus
sebagai tempat untuk pertemuan anggota.

3.5 Kegiatan
Pada hakikatnya kelompok-kelompok sadar wisata memiliki dan / atau dapat
melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masing-
masing kelompok. Namun semua jenis kegiatan tersebut harus diarahkan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para anggota Pokdarwis dalam bidang kepariwisataan.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada anggota dalam mengelola bidang usaha
pariwisata dan usaha lainnya.
c. Mendorong atau memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan.
d. Mendorong atau memotifasi masyarakat untuk meningkatkan daya tarik pariwisata setempat
melalui upaya perwujudan dan pemberdayaan Sspra Pesona.
e. Mengumpulkan mengolah dan memberikan pelayanan informasi kepariwisataan kepada
wisatawan dan masyarkat setempat.
f. Memberikan masukan-masukan kepada aparat pemerintah yanag berwenang dalam bidang
kepariwisataan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata.
Disamping kegiatan di atas, kegiatan –kegiatan pokdarwis juga dapat siarahkan untuk
melakukan aktifitas sebagai berikut.
a. Diskusi kelompok ( rutin )
b. Mencari bahan informasi
c. Mendengarkan acara radio ” Indahnya Indonesia ”
d. Mengikuti acara pariwisata dimedia televisi
e. Menyelenggarakan perpustakaan
f. Mengadakan gerakan kebersihan dan penghijauan
g. Latihan seni budaya dan pariwisata
h. Partisipasi pada event-event pariwisata dan olah raga
i. Partisipasi pada acara penyuluhan dan sarasehan
j. Mtu dalam pelayanan informasi
k. Menyampaikan saran-saran kepada kanwil Dep. Parbud, Diparda, Pemda dan industri
Pariwisata.
l. Latihan membuat cendramata
m. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar

3.6 Persyaratan Pembentukan Pokdarwis


Untuk membentuk organisasi, lembaga atau kelompok sadar wisata (Pokdarwis), harus
memenuhi beberapa kriteria atau persyartan sebagai berikut:
1. Setiap anggota memiliki usaha barang dan /atau jasa untuk dijual kepada wisatawan baik
wisatawan lokal, nasional (nusantara) maupun wisatawan mancanegara
2. Memiliki kepengurusan yang sekurang-kurangnya terdiri dari 1 orang Ketua, 1 orang Sekretaris
dan 1 orang Bendahara serta 10 orang sebagai anggota.
3. Mempunyai sekretariat di sekitar lokasi /obyek wisata
4. Menyerahkan rekomendasi pendirian Pokdarwis dari Kepala Desa Setempat
5. Menyerahkan foto copy KTP dan Pas Photo ukuran 3 X 4 cm masing-masing 1 Lembar
Agar keberadaan Pokdarwis lebih diakui secara hukum (legal formal), sebaiknya setiap
Pokdakwis membuat Akta Notaris. Hal ini dimaksudkan di samping sebagai pengakuan secara
hukum, juga dapat dijadikan sebagai salah satu persyaratan untuk mendirikan Koperasi
Pokdarwis, dan sebagainya.
Contoh Akta Notaris dapat dibaca berikut ini:
3.7 Contoh Akta Notaris

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT


DINAS PARIWISATA
KELOMPOK SADAR WISATA “ DORUS ANGIN ”
ALAMAT: Jalan Raya Lingsar Pura Lingsar : 63365 Lombok Barat N T B, PH. 081
917966 223

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN


Pasal 1.

(1) Kelompok Sadar Wisata ini bernama “ Dorus Angin” dan dalam Anggaran Dasar ini disingkat
“Pokdarwis Doang”, berkendudukan di Jalan Raya Lingsar Pura Lingsar Desa Lingsar
Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
(2) Pokdarwis Doang hanya memiliki satu Sekretariat tunggal sebagaimana tersebut di atas dan
tidak memiliki perwakilan di tempat lain .

WAKTU
Pasal 2.

Pokdarwis Doang ini telah mulai berdiri sejak tanggal Akta ini ditandatangani dan didirikan
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

AZAS
Pasal 3.

Pokdarwis Doang ini berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

MAKSUD DAN TUJUAN


Pasal 4.

Pokdarwis Doang ini didirikan dan bergerak di bidang Pariwisata, dengan dititikkberatkan pada
usaha jasa Guiding, Pemberian Informasi kepada Wisatawan, Pemeliharaan Pura Lingsar,
Menjaga Keamanan dan Ketertiban P
Wisatawan, serta Penyediaan barang-barang kebutuhan wisatawan, dengan maksud dan tujuan
sebagai berikut:
1) Membantu pemerintah dalam mensukseskan berbagai program pembangunan di bidang
kepariwisataan dalam rangka memajukan kesejahteraan masyarakat.
2) Menggali, mengembangkan dan memanfaatkan sekaligus memelihara berbagai potensi dan asset
yang terdapat pada pura Lingsar dan sekitarnya untuk dijadikan sebagai bahan promosi
pariwisata kepada para wisatawan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan
3) Mengembangkan dan melestarikan budaya daerah yang terdapat pada masyarakat Lingsar dan
sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4) Membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, mandiri, dan bermartabat secara adil dan makmur serta sejahtera lahir
dan bathin.

USAHA-USAHA
Pasal 5.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, Pokdarwis Doang ini menjalankan berbagai usaha
dan kegiatan sebagai berikut:
(1) Bidang Guiding
1. Membentuk Kelompok Guide (Pemandu Wisata/ Tourist Guide)
2. Menyediakan tenaga Pramuwisata dan memberikan pelayanan guiding kepada wisatawan yang
dating berkunjung ke Pura Lingsar dan sekitarnya.
3. Memberikan informasi yang faktual berdasarkan data dan fakta kepada wisatawan
4. Mengadakan perekrutan dan pelatihan untuk para pemuda setempat yang ingin ikut
berpartisipasi di bidang pariwisata.

(2) Bidang Perdagangan


1. Membentuk kelompok pedagang yang menyediakan berbagai barang kebutuhan wisatawan,
termasuk cindramata.
2. Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kuantitas produk bagi anggota
kelompok pedagang.
(3) Bidang Keamanan dan Sosial Kemasyarakatan

1. Membentuk kelompok Pamswakarsa untuk memelihara dan menjaga asset dan potensi wisata
yang ada di Pura Lingsar dan sekitarnya serta keamanan para pengunjung/wisatawan
2. Membantu pemerintah dan masyarakat melestarikan adapt-istiadat dan budaya dengan
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan budaya, seperti dalam acara Perang Ketupat, Peresean,
Pujawali, dan lain-lain.

(4) Bidang pemeliharaan Sarana dan Prasarana

1. Membentuk satu kelompok yang khusus bertugas menjaga dan memelihara sarana dan prasarana
yang terdapat pada Pura Lingsar
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Pokdarwis Doang dan atau
Wisatawan.
3. Membantu menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan
kepariwisataan yang dilaksanakan di Pura Lingsar dan sekitarnya.

KEKAYAAN DAN PENDAPATAN


Pasal 6.
1. Kekayaan Pokdarwis Doang terdiri dari:
a. Kekayaan awal yang berasal dari kekayaan Pendiri yang dipisahkan sebagaimana dinyatakan
dalam bagian awal Akta ini;
b. Pemberian jasa hasil pelayanan kepada wisatawan, termasuk biaya tiket masuk ke tempat-tempat
tertentu yang telah dtentukan oleh rapat anggota
c. Tip yang diberikan wisatawan kepada anggota
d. Bantuan dari Instansi dan badan-badan pemerintah, swasta, baik perorangan maupun kelompok
/ masyarakat yang menaruh minat pada Pokdarwis Doang ini, baik dari dalam maupun luar
negeri yang tidak mengikat.
e. Infaq, shadaqoh, dan hibah, serta sumbangan dari para donator simpatisan Pokdarwis Doang
f. Penghasilan-penghasilan dari usaha Pokdarwis Doang ini;
g. Pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak mengikikat Pokdarwis Doang ini.
2. Uang yang tidak segera dibutuhkan guna keperluan Pokdarwis Doang, disimpan dan dijalankan
menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh Pengurus dengan persetujuan Pembina. Sedangkan
bantuan keuangan maupun barang yang diperuntukan bagi kegiatan kepariwisataan seperti event
perang Ketupat dan lain-lain harus segera dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersangkutan dan
tidak boleh disimpan. Semua harta yang ada dalam kekuasaan Pokdarwis Doang harus
digunakan demi kemajuan Pokdarwis Doang dalam arti yang seluas-luasnya.

ORGAN YAYASAN
Pasal 7.
Pokdarwis Doang mempunyai organ yang terdiri dari:

a. Pembina
b. Pengurus
c. Pengawas

PEMBINA
Pasal 8.

(1) Pembina adalah organ Pokdarwis Doang yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan
kepada Pengurus dan Pengawas
(2) Pembina terdiri dari seorang atau lebih anggota Pembina
(3) Dalam hal lebih dari seorang anggota Pembina, maka seorang di antaranya dapat diangkat
sebagai Ketua Pembina
(4) Yang dapat diangkat sebagai anggota Pembina adalah orang perseorangan sebagai Pendiri
Pokdarwis Doang dan atau mereka yang berdasarkan keptusan rapat anggota Pembina diniliai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Pokdarwis Doang.
(5) Anggota Pembina tidak diberi gaji atau tunjangan oleh Pokdarwis Doang
(6) Dalam hal Pokdarwis Doang oleh karena sebab apapun tidak mempunyai anggota Pembina,
maka dalam waktu tiga puluh hari (30) sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat
anggota Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota pengawas dan pengurus.
(7) Seorang anggota Pembina berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan membritahukan
secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada Pokdarwis Doang paling lambat tiga puluh hari
sebelum tanggal pengunduran dirinya.
(8) Pengangkatan dan pemberhentian anggota pembina dilakukan oleh rapat gabungan anggota
pembina, pengawas dan pengurus dengan ketentuan bahwa usul yang bersangkutan harus
disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota yang hadir.

Pasal 9
(1) Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya
(2) Jabatan anggota Pembina berakhir dengan sendirinya apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri sebagai mana diatur pada Pasal 8, ayat (7) di atas;
c. tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan;
e. diberhentikan berdasarkan keputusan rapat gabungan anggota Pembina, pengawas dan pengurus.

TUGAS DAN WEWENANG PEMBINA


Pasal 10.
(1) Pembina berwenang bertindak untuk dan atas nama Pokdarwis Doang
(2) Kewenangan Pembina meliputi :
a. Membuat keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar Pokdarwis Doang
b. Menetapkan garis-garis kebijakan umum dan sasaran dari Pokdarwis Doang
c. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas
d. Menerima dan mengesahkan pertanggung-jawaban mengenai segala usaha dan kegiatan
Pokdarwis Doang, termasuk mengesahkan laporan dan pertanggungjawaban keuangan serta
program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis Doang
e. Penetapan keputusan mengenai pembubaran Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal hanya ada seorang anggota pembina, maka segala tugas dan wewenang yang
diberikan kepada ketua pembina atau anggota pembina berlaku pula baginya.

Pasal 11
RAPAT PEMBINA

(1) Rapat pembina diadakan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, paling lambat dalam waktu
3 (tiga) bulan setelah akhir tahun buku sebagai rapat tahunan, sebagaimana dimaksud dalam
pasaL 13, pembina dapat juga mengadakan rapat setiap waktu bila dianggap perlu atas
permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota pembina, anggota pengurus atau anggota
pengawas.
(2) Panggilan rapat pembina dilakukan oleh pembina secara lansung, atau melalui surat dengan
mendapat tanda terima, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan dengan tidak
memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.
(3) Panggilan rapat itu harus mencatumkan hari, tanggal, waktu, tempat dan acara rapat
(4) Rapat pembina diadakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang, atau di tempat kegiatan
Pokdarwis Doang.
(5) Dalam hal semua anggota pembina hadir, atau diwakili panggilan tersebut tidak disyaratkan dan
rapat pembina dapat diadakan dimanapun juga dan berhak mengambil keputusan yang sah dan
mengikat.
(6) Rapat pembina dipimpin oleh ketua pembina, dan jika ketua pembina tidak hadir atau
berhalangan, maka rapat pembina akan dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari anggota
pembina yang hadir
(7) Seorang anggota pembina hanya dapat diwakili oleh anggota pembina lainnya dalam rapat
pembina berdasarkan surat kuasa.
Pasal 12.

(1) Rapat pembina adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila :
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pembina
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan pemanggilan rapat pembina kedua.
c. Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, harus dilakukan paling lambat tiga
(3) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat
d. Rapat pembina kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat pembina pertama
e. Rapat pembina kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang sah dan mengikat,
apabila dihadiri lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota pembina.
(2) Keputusan rapat pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
(3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan
diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (setengah) jumlah suara yang sah.
(4) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
(5) Tata cara pemungutan suara dilakukan sebagai berikut:
a. Setiap anggota pembina yang hadir berhak mengeluarkan 1 (satu) suara dan tambahan 1 (satu)
suara untuk setiap anggota pembina lain yang diwakilinya.
b. Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka dan
ditanda-tangani, kecuali ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir,
c. Suara yang abstain dan suara yang tidak sah tidak dihitung dalam menentukan jumlah suara
yang dikeluarkan.
(6) Setiap rapat pembina dibuat berita acara rapat yang ditanda-tangni oleh ketua rapat dan
sekretaris rapat
(7) Panandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak disyarakatkan apabila berita acara
rapat dibuat dengan akta notaris
(8) Pembina dapat mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pembina, dengan
ketentuan semua anggota pembina telah diberitahu secara tertulis dan semua anggota pembina
memberikan persetujuan mengenai usul yang di ajukan secara tertulis serta menandatangani
persetujuan tersebut
(9) Keputusan yang di ambil sebagaimana dikamsud dalam ayat (8) mempunyai kekuatan yang
sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pembina
(10) Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang pembina, maka dia dapat mengambil keputusan yang sah
dan mengikat.

RAPAT TAHUNAN
Pasal 13
(1) Pembina wajib menyelenggarakan rapat tahunan setiap tahun, paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun buku Pokdarwis Doang ditutup
(2) Dalam rapat tahunan pembina melakukan :
a. Evaluasi tentang harta kekayaan, hak dan kewajiban Pokdarwis Doang tahun yang lampau
sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Pokdarwis Doang untuk
tahun yang akan datang
b. Pengesahan laporan tahunan yang diajukan pengurus
c. Penetapan kebijakan umum Pokdarwis Doang
d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis Doang
(3) Pengesahan laporan tahunan oleh pembina dalam rapat tahunan, berarti memberikan pelunasan
dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota pengurus dan pengawas atas
kepengurusan dan kepengawasan yang telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh
tindakan tersebut tercermin dalam laporan tahunan.

PENGU RUS
Pasal 14.

(1) Pengurus adalah organ Pokdarwis Doang yang melaksanakan kepengurusan Pokdarwis Doang
yang sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Seorang Ketua
b. Seorang Wakil Ketua
c. Seorang sekretaris,
d. Seorang bendahara
e. Empat Koordinator Bidang, yakni:
1. Bidang Guiding
2. Bidang Penyediaan Barang
3. Bidang Keamanan dan Sosial kemasyarakatan
4. Bidang Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
(2) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang ketua, maka 1 ( satu) orang diantaranya diangkat
sebagai ketua umum
(3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang sekretaris, maka 1 (satu) orang diantaranya diangkat
sebagai sekretaris umum
(4) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang bendahara, maka 1 (satu) orang diantaranya
diangkat sebagai bendahara umum

Pasal 15

(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan
Pokdarwis Doang yang menyebabkan kerugian bagi Pokdarwis Doang, masyarakat, atau negara
berdasarkan putusan pengadilan, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap.
(2) Pengurus diangkat kembali oleh pembina melalui rapat pembina untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali
(3) Pengurus dapat menerima gaji, upah, atau honorarium apabila pengurus Pokdarwis Doang
melaksanakan kepengurusan secara lansung dan penuh.
(4) Dalam hal jabatan pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak terjadinya kekosongan, pembina harus menyelenggarakan rapat untuk mengisi kekosongan
itu
(5) Dalam hal semua jabatan pengurus kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut, pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat pengurus baru, dan untuk sementara Pokdarwis Doang diurus oleh pengawas.
(6) Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara tertulis
mengenai maksudnya tersebut kepada pembina paling lambat 7 (tjuh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
(7) Dalam hal terdapat penggantian pengurus Pokdarwis Doang, dalam jangka waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian pengurus Pokdarwis Doang,
pembina wajib menyampaikan pemberhentian secara tertulis kepada Mentri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dan instansi terkait.
Pasal 16
Jabatan anggota pengurus berakhir apabila:
(1) Meninggal dunia
(2) Mengundurkan diri
(3) Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan
hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun.
(4) Diberhentikan berdasarkan keputusan tetap pembina
(5) Masa jabatan berakhir
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 17
(1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Pokdarwis Doang untuk kepentingan
Pokdarwis Doang
(2) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan Pokdarwis Doang
untuk disahkan pembina
(3) Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh pengawas.
(4) Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan pennuh tanggung jawab menjalankan
tugasnya dengan mengidahkan peraturan dan keputusan Pokdarwis Doang, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku
(5) Pengurus berhak mewakili Pokdarwis Doang di dalam maupun di luar pengadilan tentang segala
hal dan dalam segala kejadian dengan pembatasan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Pokdarwis Doang (tidak termasuk mengambil
uang Pokdarwis Doang di Bank)
b. Mendirikan suata usaha baru atau melakukan pernyataan dalam berbagai bentuk usaha baik di
dalam maupun di luar negeri
c. Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap
d. Membeli atau dengan cara lain mendapatkan/memperoleh harta tetap atas nama Pokdarwis
Doang.
e. Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Pokdarwis Doang serta
menggunaka/membebani kekayaan Pokdarwis Doang.
(6) Perbuatan pengurus sebagaimana diatur ayat 5 (lima) huruf a,b,c,d,dan e harus mendapat
persetujuan dari pembina.
Pasal 18
Pengurus tidak berwenang mewakili Pokdarwis Doang dalam hal ini:
(1) Mengikat Pokdarwis Doang sebagai penjamin utang
(2) Membebani kekayaan Pokdarwis Doang untuk kepentingan diri pribadi dan atau pihak lain
Pasal 19
(1) Ketua umum bersama-sama dengan salah seorang anggota pengurus lainnya berwenang
bertindak untuk atas nama pengurus serta mewakili Pokdarwis Doang.
(2) Dalam hal Ketua Umum tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga, maka seorang
ketua lainnya besama sama dengan Sekretaris umum atau apabila sekretaris umum tidak hadir
atau berhalangan karena sebab apapun juga, bersama-sama dengan seorang sekretaris lainnya
berwenang bertindak untuk dan atas nama pengurus serta mewakili Pokdarwis Doang.
(3) Dalam hal hanya ada Ketua, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada ketua
umum berlaku juga bagianya
(4) Sekretasis umum bertugas mengelola administrasi Pokdarwis Doang dalam hal hanya ada
seorang sekretaris maka segala sesuatu tugas dan wewenang yang diberikan kepada sekretaris
berlaku juga baginya
(5) Bendahara umum bertugas mengelola keuanga Pokdarwis Doang, dalam hal han ya da seorang
bendahara, maka segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada bendahara umum berlalku
juga baginya.
(6) Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota pengurus ditetapkan oleh pembina melalui rapat
pembina
(7) Pengurus untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih wakil atau kuasanya
berdasarkan suart kuasa

RAPAT PENGURUS
Pasal 20
(1) Rapat pengurus dapat diadakan setiap waktu bila dipandang perlu atas permintaan tertulis dari
satu orang atau lebih pengurus pengawas atau pembina
(2) Panggilan rapat pengurus dilakukan oleh pengurus yang berhak mewakili pengurus
(3) Panggilan rapat pengurus disampaikan kepada setiap anggota pengurus secara lansung, atau
melalui surat dengan mendapat tanda terima, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan,
dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal rapat
(4) Panggilan rapat pengurus itu harus mencatumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat
(5) Rapat pengurus diadakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang atau di tempat kegiatan
Pokdarwis Doang.
Pasal 21
(1) Rapat pengurus dipimpin oleh Ketua
(2) Dalam hal Ketua tidak dapat hadir atau berhalangan maka rapat pengurus akan dipimpin oleh
seorang anggota pengurus yang dipilih oleh dan dari pengurus yang hadir
(3) Satu orang pengurus hanya dapat diwakili oleh pengurus lainnya dala m rapat pengurus
berdasarkan surat kuasa
(4) Rapat pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila:
a. Dihadiri paling sedikit oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah pengurus
b. Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf a tidak tercapat, maka dapat
diadakan pemanggilan rapat pengurus kedua
c. Pemanggilan sebgaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b, harus dilakukan paling lambat 3
(tiga) hari sebelum rapat diselenggarakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan
tanggal rapat
d. Rapat pengurus kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengurus pertama.
e. Rapat pengurus kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila dihadiri
lebih dari ½ (setengah) jumlah pengurus.
Pasal 22

(1) Keputusan rapat pengurus harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal keputusan berdasarakan musyawarah untk mufakat tidak tercapai maka keputusan
diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (setengah) jumlah suara yang sah
(3) Dalam hal suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul ditolak
(4) Pemungutan suara mengenai diri orang dilakukan dengan surat suara tertutup tanpa tanda
tangan, sedangkan pemungutan suara mengenai hal-hal lain dilakukan secara terbuka, kecuali
ketua rapat menentukan lain dan tidak ada keberatan dari yang hadir.
(5) Suara abstain dan suara yang tidak sah tidak terhitung dalam menentukan jumlah suara yang
dikeluarkan
(6) Setiap rapat pengurus dibuat berita acara rapat yang ditanda-tanganai oleh ketua rapat dan
1(satu) orang anggota pengurus lainnya yang ditunjuk oleh rapat sebagai sekretaris rapat.
(7) Penandatanganan yang dimaksud dalam ayat (6) tidak diisyaratkan apabila berita acara rapat
dibuat dengan akta notaris
(8) Pengurus dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa mengadakan rapat pengurus, dengan
ketentuan semua anggota pengurus telah diberitahukan secara tertulis dan semua anggoata
memberikan persertujuan mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta menandatanganai
persetujuan tersebut
(9) Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) mempunya kekuatan yang sama
dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat pengurus.
PENGAWAS
Pasal 23
(1) Pengawas adalah organ Pokdarwis Doang yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi
nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Pokdarwis Doang
(2) Pengawas terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota pengawas
(3) Dalam hal diangkat lebih dari 1 (satu) orang pengawas maka 1 (satu) orang diantaranya dapat
diangkat sebagai ketua Pokdarwis Doang
Pasal 24
(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota pengawas adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan
Pokdarwis Doang yang menyebabkan kerugian bagi Pokdarwis Doang, masyarakat atau negara
berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut berkekuatan hukum tetap
(2) Pengawas diangkat oleh pem bina melalui rapat pembina untuk jangka waktu 5(lima) tahun dan
dapat diangkat kembali
(3) Dalam hal jabatan kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
terjadinya kekosonga, pembina harus menyelenggarakan rapat, untuk mengisi kekosongan itu.
(4) Dalam hal semua jabatan pengawas kosong, maka dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut pembina harus menyelenggarakan rapat untuk
mengangkat pengawas baru, dan untuk sementara yayasan diurus oleh pengurus
(5) Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya, dengan meberitahukan secara tertulis
mengenai maksud tersebut kepada pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
pengunduran dirinya.
(6) Dalam hal terdapat penggantian pengawas Pokdarwis Doang, maka dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian pengawas Pokdarwis
Doang, pembina wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada mentri kehakiman
dan hak asasi manusia republik Indonesia dan instansi terkait.
(7) Pengawas tidak dapat merangkap sebagai pembina, pengurus atau pelaksanaan kegiatan
Pasal 25
Jabatan pengawas berakhir apabila:
(1) Meninggal dunia
(2) Mengundurkan diri
(3) Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam dengan
hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun
(4) Diberhentikan berdasarkan keputusan rapat pembina
(5) Masa jabatan berakhir
TUGAS DAN WEWENANG PENGAWAS
Pasal 26
(1) Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
kepengawasan untuk kepentingan Pokdarwis Doang.
(2) Ketua pengawas dan satu anggota berwenang bertindak untuk dan atas nama pengawas
(3) Pengawas berwenang
a. Memasuki bangunan, halaman, atau tempat lain yang dipergunakan Pokdarwis Doang
b. Memeriksa dokumen
c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas atau
d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus
e. Memberi peringatan kepada pengurus
(4) Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih pengurus, apabila
pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran dasar atau Peraturan perundang-
undangan yang berlaku
(5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkautan
disertai alasannya.
(6) Dalam jangka waktu 7 (Tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementera itu,
pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada pembina.
(7) Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh pembina
sebagaimana maksud dalam ayat (6 ), maka pembina wajib memanggil anggota pengurus yang
bersangkutan untuk di beri kesempatan membela diri.
(8) Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (7), pembina dalam keputusan rapat pembina:
a. Mencabut keputusan pemberhentian sementara atau
b. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkuta.
(9) Dalam hal pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana di maksud dalam ayat (7)dan
(8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum, dan yang bersangkutan menjabat kembali
jabatannya semula.
(10) Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara pengawas
diwajibkan mengurus Yayasan.
RAPAT PENGAWAS
Pasal 27
(1) Rapat pengawas dapat di adakan setiap waktu bila dianggap perlu atas permintaan tertulis dari
seorang atau lebih pengawas atau pembina
(2) Panggilan rapat pengawas di lakukan oleh pengawas yang berhak mewakili pengawas.
(3) Panggilan rapat pengawas di sampaiakan kepada setiap pengawas secara langsung atau melalui
surat dengan mendapat tanda terima paling lambat 7 hari sebelum rapat di adakan, dengan tidak
memperhitungkan panggilan dan tanggal rapat.
(4) Panggilan rapat itu harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat.
(5) Rapat pengawas di adakan di tempat kedudukan Pokdarwis Doang atau di tempat kegiatan
Pokdarwis Doang.

Pasal 28
(1) Rapat pengawas di pimpin oleh Ketua Pengawas.
(2) Dalam hal ketua pengawas tidak dapat hadir atau berhalangan maka rapat pengawas akan
dipimpin oleh satu orang pengawas yang dipilih oleh dan dari pengawas yang hadir.
(3) Satu orang pengawas hanya diwakili oleh pengawas lainnya dalam rapat pengawas berdasarkan
surat kuasa
(4) Rapat pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila;
a. Dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah pengawas.
b. Dalam hal korum sebagaimana di maksud dalam ayat (4) , huruf a tidak tercapai, maka dapat
diadakan, pemanggilan rapat kedua
c. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4), huruf b, harus dilakukan paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diselenggarakan dengan tidak memperhitungkan tanggal
panggilan dan tanggal rapat
d. Rapat pengawas kedua diselenggarakan paling cepat 10 (sepuluh) hari dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak rapat pengawas pertama.
e. Rapat pengawas kedua adalah sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat, apabila
dihadiri oleh paling sedikit ½ (setengah) jumlah pengawas.

TAHUN BUKU
Pasal 29
(1) Tahun buku Pokdarwis Doang dimulai dari tanggal 1 (Satu) bulan Januari sampai dengan
tanggal 31 bulan Desember
(2) Pada akhir bualan Desember tiap tahun, buku Pokdarwis Doang ditutup
(3) Untuk pertama kalinya tahun buku Pokdarwis Doang dimulai pada tanggal dari Akta Pendirian
Pokdarwis Doang dan ditutup tanggal 31 Desember tahun 2010.

LAPORAN TAHUNAN
Pasal 30
(1) Pengurus wajib menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat lima bulan setelah
berakhirnya tahun buku Pokdarwis Doang.
(2) Laporan tahunan memuat sekurang-kurangnya:
a. Laporan keadaan kegiatan Pokdarwis Doang selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah
dicapai
b. Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan
aktivitas, laporan arus kas dan catatan.
(3) Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh pengurus dan pengawas

(4) Dalam hal terdapat anggota pengurus atau pengawas yang tidak menandatangani laporan
tersebut, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan tertulis
(5) Laporan tahunan disyahkan oleh pembina dalam rapat tahunan
(6) Ikhtisar laporan tahunan Pokdarwis Doang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang berlaku dan diumumkan di sekretariat/kantor Pokdarwis Doang

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR


Pasal 31
(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat pembina,
yang dihadiri paling sedikit 2/3 dari jumlah pembina.
(2) Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(3) Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai maka keputusan
ditetapkan berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 dari seluruh jumlah pembina yang hadir
atau yang diwakili.
(4) Dalam hal korum sebagaimana di maksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka diadakan
pemanggilan rapat pembina yang kedua paling cepat 3 (Tiga) hari terhitung sejak tanggal rapat
pembina pertama.
(5) Rapat pembina kedua tersebut sah, apabila di hadiri oleh ½ (setengah) dari seluruh pembina
(6) Keputusan rapat pembina kedua sah, apabila diambil berdasarkan persetujuan suara terbanyak
dari jumalah pembina yag hadir atau yang di wakili.
Pasal 32
(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan dengan Akta Notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia
(2) Perubahan Anggaran Dasar tidak dapat dilakukan terhadap maksud dan tujuan Pokdarwis
Doang.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut perubahan nama dan kegiatan Pokdarwis Doang,
harus mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia
4) Perubahan Anggaran Dasar selain yang menyangkut hal-hal sebagaimana di maksud dalam ayat
(3) cukup diberitahukan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
5) Perubahan Aggaran Dasar tidak dapat dilakukan pada saat Pokdarwis Doang dinyatakan pailit,
kecuali atas peprsetujuan kurator.

PEMBUBARAN
Pasal 33
(1) Pokdarwis Doang bubar karena :
a. Alasan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar
berakhir
b. Tujuan Pokdarwis Doang yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak
tercapai
c. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
1) Pokdarwis Doang melanggar ketertiban umum dan kesusilaan
2) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit atau
3) Harta kekayaan Pokdarwis Doang tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan
pailit dicabut
(2) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf a dan b, pembina
menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal tidak ditunjuk likuidator, maka pengurus bertindak sebagai likuidator.
Pasal 34
(1) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali untuk
membereskan kekayaannya dalam proses likuidasi
(2) Dalam hal Pokdarwis Doang sedang dalam proses likuidasi, untuk semua surat keluar
dicantumkan frasa”dalam likuidasi” dibelakang nama Pokdarwis Doang
(3) Dalam hal Pokdarwis Doang bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan juga menunjuk
likuidator.
(4) Dalam hal pembubaran Pokdarwis Doang karena pailit, berlaku peraturan perundang-undangan
dibidang kepalitan.
(5) Ketentuan mengenai penunjukan, pengangkatan, pemberhentian sementara, pemberhentian,
wewenang, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta pengawasan terhadap pengurus, berlaku
juga bagi likuidator.
(6) Lingkungan atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan Pokdarwis Doang yagn
bubar atau di bubarkan, paling lambat 5 (Lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukkan wajib
mengumumkan pembubaran Pokdarwis Doang dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia
(7) Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 30 (Tiga puluh) hari terhitng sejak
tanggal proses likuidasi berkhir, wajib mengumumkan hasil likuidasi dalam surat kabar harian
berbahasa Indonesia.
(8) Likuidator atau kurator dalam jangka waktu paling lambat 7 (Tujuh) hari terhitng sejak tanggal
proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Pokdarwis Doang kepada pembina
(9) Dalamhal laporan mengenai pembubaran Pokdarwis Doang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(8) dan pengumuman hasil likuidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) tidak dilakukan,
maka bubarnya Pokdarwis Doang tidak berlaku bagi pihak ketiga

PERATURAN PENUTUP
Pasal 35
(1) Hal-hal yang tidak diatur atau belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini
akan diputuskan oleh Rapat Pembina
(2) Menyimpang dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (4), Pasal 13 ayat (1), dan pasal 24 ayat (1)
Anggaran Dasar ini mengenai tata cara pengangkatan Pembina, pengurus dan Pengawas untuk
pertama kalinya diangkat (Dewan) Pembina, (Dewan) pengurus, dan (Dewan) Pengawas
Pokdarwis Doang dengan susunan sebagai berikut:

A. BADAN PEMBINA
Ketua :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Bendahara :
Anggota- Anggota :
1.
2.
3.
4. dst
B. BADAN PENGURUS
Ketua Umum :
Wakil Ketua :
Sekretaris :
Koordinator Bidang :
1. Guiding :
2. Penyediaan Barang :
3. Keamanan dan Sosial Kemasyarakatan :
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana :

C. BADAN PENGAWAS
1. Ketua :
2. Sekretaris :
3. Anggoat-Anggota
a.
b.
d. dst

Demikian Anggaran Dasar ini dibuat bersama di Kabupaten Lombok Barat, pada hari dan
tanggal tersebut dalam Anggaran Dasar ini.
3.8 Pembinaan Pokdarwis
Adapun aparat pembina yang melakukan pembinaan, termasuk monitoring dan evaluasi
terhadap kelompok-kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), yaitu:
1. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, yakni melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
2. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (
Dibudpar).
3. Kepala wilayah Kecamatan
4. Kepala Desa

Pembinaan terhadap kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di kabupaten


Lombok Barat khususnya diarahkan pada upaya-upaya :
1. Menciptakan kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya kelompok-kelompok sadar wisata
baru di setiap obyek wisata atau tempat-tempat lain yang banyak dikunjungi wisatawan lokal,
nasional maupun mancanegara.
2. Mendorong kelompok-kelompok sadar wisata yang telah dibentuk atau yang telah ada agar
terus mengembangkan diri dan kegiatannya dalam upaya meningkatkan tugas, fungsuii dan
perannya dalam memajukan pariwisata di daerah.
3. Meningkatkan kualitas /peranan kelompok yang telah ada

3.9 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Faktor-Faktor Kunci


a. Visi
Visi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat tahun 2010–2014
adalah merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang ingin diwujudkan,
sekaligus merupakan penjabaran dari Visi, Misi Pemerintah Kabupaten Lombok Barat tahun
2010-2014. Salah satu tujuan pembangunan Kabupaten Lombok Barat adalah Peningkatan
Kesempatan Kerja dan Investasi di Kabupaten Lombok Barat yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2014.
Adapun Visi Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat tahun 2010-2014, adalah :

“TERWUJUDNYA SAPTA PESONA YANG BERBASIS MASYARAKAT”


Visi pembangunan sektor pariwisata periode 2010-2014, memiliki makna “SAPTA
PESONA”, yang berasal dari dua patah kata, yaitu “Sapta” dan “Pesona”. Sapta Pesona ini
dipahami sebagai 7 (tujuh) unsur yang terkandung dalam setiap produk pariwisata serta
dipergunakan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas produk pariwisata. Yang termasuk ke
dalam tujuh unsur produk pariwisata itu adalah: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan
Kenangan.
1. Keamanan, memiliki makna menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan
berlansungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat
menikmati kunjungannya kesuatu destinasi wisata.
2. Ketertiban, mengandung makna menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.

3. Kebersihan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya


kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan.

4. Kesejukan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya


kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa betah bagi
wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang.

5. Keindahan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya


kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan
kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan / pasar yang
lebih luas dan potensi kunjungan ulang.

6. Keramah-Tamahan, mengandung makna menciptakan lingkungan yang ramah bagi


berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab,
bersahabat serta seperti rumah sendiri bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan
ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

7. Kenangan, mengandung makna menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga
pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak
wisatawan dan menumbuhkan motivasi untuk melakukan kunjungan ulang.

b. Misi
Misi merupakan upaya untuk meraih Visi. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau
suatu cita-cita dan citra yang ingin dicapai. Misi pembangunan Kabupaten Lombok Barat tahun
2010-2014 dibidang pariwisata dan budaya adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global.
2. Melestarikan budaya daerah berdasarkan nilai luhur dan mengembangkan potensi sumber daya
pariwisata.
3. Mewujudkan masyarakat sadar wisata.

c. Tujuan
1. Berkembangnya obyek dan daya tarik wisata serta sistem pemasaran yang berdaya saing global.
2. Melestarikan budaya daerah dan pemeliharaan potensi sumber daya pariwisata.
3. Meningkatkan kerjasama kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan kwalitas pelayanan.

d. Sasaran
1. Terciptanya obyek dan daya tarik wisata yang alami dan lestari, baik secara kualitas maupun
kuantitas serta sistem pemasaran yang berdaya saing.
2. Terwujudnya kelestarian budaya daerah dan terpeliharanya potensi sumber daya pariwisata.
3. Meningkatnya kerjasama kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan kwalitas pelayanan.

e. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan


Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2010-2014, dalam pengelolaan, pengembangan dan pembangunan pariwisata seni
dan budaya, serta dengan melihat situasi dan kondisi yang berkembang saat ini, maka untuk
memacu pencapaian Visi dan Misi tersebut perlu diidentifikasi faktor-faktor kunci
keberhasilannya. Faktor kunci keberhasilan tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan
tujuan dan sasaran pengembangan dan pembangunan pariwisata seni dan budaya.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat dalam menjamin tercapainya Visi dan
Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, adalah :
- Meningkatkan pengelolaan destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi obyek daya
tarik wisata yang atraktif,
- Menciptakan promosi pariwisata yang efektif dengan pendekatan profesional, kemitraan antara
swasta, pemerintah dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan,
- Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemberdayaan masyarakat; hal ini berkaitan
dengan peningkatan profesionalisme aparatur dan pelaku pariwisata dalam kegiatan
kepariwisataan,
- Memperkuat ketahanan budaya dan citra pariwisata; hal ini dibutuhkan dalam upaya
mengantisipasi pengaruh budaya asing dan memperbaiki citra pariwisata,
- Mengembangkan dan memperkuat jaringan kerjasama antara Pemerintah, swasta dan masyarakat
serta pelaku industri budaya dan pariwisata.
- Meningkatkan pengelolaan administrasi, pengelolaan keuangan dan perencanaan teknis
pengembangan pariwisata.
Dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas dan memperhatikan analisis
lingkungan internal dan eksternal, maka dapat disimpulkan faktor-faktor penentu keberhasilan
pencapaian Visi dan Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat, adalah :
- Mengoptimalkan komitmen seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) untuk
meningkatkan citra pariwisata dan budaya dalam upaya menjadikan Kabupaten Lombok Barat
sebagai salah satu daerah tujuan utama pariwisata yang sapta pesona.
- Mengoptimalkan komitmen pemerintah dalam peningkatan dan pengembangan sarana dan
prasarana pendukung serta penataan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) sehingga menjadi
daya tarik bagi wisatawan.
- Komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam
meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
- Komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder (pemerintah, swasta dan masyarakat) untuk
meningkatkan, mengembangkan dan melestarikan budaya daerah menjadi pesona seni budaya
sebagai penunjang pariwisata.
- Meningkatkan dukungan pemerintah dan peningkatan kualitas pengelolaan administrasi dan
pengembangan perencanaan teknis pariwisata dalam upaya pembangunan dan pengembangan
pariwisata yang berkelanjutan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Semangat pemerintahan baru Dr. H. Zaini Arony, M.Pd - H. Mahrip, SE, MM yang
tengah berkobar membara bagai api untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat
Lombok Barat layak disambut dan diberikan apresiasi serta disyukuri oleh segenap masyarakat
Lombok Barat. Karena di samping memiliki semangat juang yang tinggi dan berbagai ide
cemerlang, juga telah mencanangkan berbagai program pembangunan di Lombok Barat
Sekaitan dengan hal tersebut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lombok
Barat telah membuat Rencana Strategis Pembangunan di Bidang Priwisata (Renstra) 2010-2014.
renstra ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pengembangan dan
pembangunan di bidang pariwisata selama lima (5) tahun ke depan. Dengan Renstra yang telah
dibuat dan ditetapkan bersama diharapkan pengembangan dan pembangunan di bidang
pariwisata akan lebih terarah, terukur dan dapat dicapai secara optimal, efektif dan efisien.
Salah satu program yang dikembangkan dalam Renstra 200-2014 tersebut, yakni
pembinaan dan monitoring serta pengembngan kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Karena pemerintah menyadari bahwa Pokdarwis memiliki peranan yang penting dalam ikut
berpartisipasi membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di daerah dan di tingkat
nasional
Keberhasilan pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata tidak hanya
ditentukan oleh Pokdarwis semata, tetapi juga dibutuhkan dukungan dan peran serta dari
masyarakat luas baik kalangan pemuda, mahasiswa, pelajar, tokoh agama, tokoh adat,
cendekiawan, budayawan, seniman, kalangan usaha maupun aparat pemerintah sendiri.
4.2 Saran dan Tindak Lanjut
Untuk mempercapat pengembangan dan pembangunan di bidang pariwisata dan
memajukan kelompok –kelompok sadar wisata yang ada di Lombok Barat, maka berikut saran-
saran dan tindak lanjut serta langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan:
a. Bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Kelompok-kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang idang pariwisata umumnya dan
meningkatkan peran serta Pokdarwis, maka aparat pemerintah hendaknya:
1. Memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok sadar wisata (pokdarwis) baik berupa dana
maupun pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan masing-masing Pokdarwis.
2. Memberikan lebh banyak perhatian dalam bentuk program-program monitoring dan evaluasi
serta membantu melagalisasi keberadaan mereka dengan memberikan Surat Keputusan (SK)
baik yang dibuat oleh desa, kecamatan/Kelurahan, Dinas pariwisata maupun oleh Bupati
langsung secara bertahap sesuai dengan peran dan prestasi yang diraih.
3. Memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok sadar wisata yang telah berjasa dan
berprestasi dalam mengembangkan kepariwisataan di daerah atau tempat pokdarwis tersebut
berada.
4. Membantu menyediakan Sekretariat bagi masing-masing kelompok sadar wisata sebagai tempat
berkoordinasi dan sebagnya.

c. Bagi Dunia Usaha


Bagi dunia usaha, khususnya mereka yang secara langsung terlibat dalam penyediaan barang dan
jasa kepariwisataan hendaknya:
1. Membantu kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang ada di sekitar tempat usahanya
dengan menyediakan lahan/space untuk kegiatan usaha anggota Pokdariwis.
2. Memberikan kesempatan untuk praktik atau OJT ( on the job training) bag anggota Pokdarwis
yang telah diberikan pelatihan sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan.
3. Membantu memberikan dana atau pelatihan bagi Pokdarwis sesuai dengan kemamuan dan
keadaan yang dimilki.

d. Bagi Toga dan Toma


Bagi tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh adat, budayawan dan
cendekiawan hendaknya memberikan dukungan dan partisipasi dalam pengembangan dan
pembangunan pariwisata di daerah Lombok Barat, sebab harus diakui bahwa masyarakat
Lombok Barat merupakan salah satu masyarakat yang religius dan masih memegang teguh adat-
istiadat serta tradisi dan kepercayaan yang diterima sejak turun temurun. Sehingga tidaklah
mengherankan bahwa di tengah-tengah masyarakat masih berkembang anggapan bahwa
pembangunan pariwisata merupakan usaha untuk merusak tatanan masyarakat dan nilai-nilai
agama, khususnya aqidah islam. Oleh sebab itu para tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh
masyarakat, budayawan, cendikiawan hendaknya:
1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan pembangunan pariwisata
di daerah
2. Ikut berpartisipasi aktif menjelaskan kepada masyarakat tentang manfaat pariwisata bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai