Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH EKOWISATA BAHARI

5 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA MENGENAI EKOWISATA


BAHARI

Oleh :

Andrean Nggara Imanuel


1604115675

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1. Kebijakan Prioritas dan Dukungan Pemerintah Terhadap Pengemb
angan Ekonomi Wisata Bahari (Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun
2011 tentang RIPPARNAS 2010 -2025)

A. Pembangunan Kepariwisataan Nasional

 Destinasi Pariwisata

a) Pembangunan daya tarik wisata/atraksi

b) Pembangunan prasarana

c) Penyediaan fasilitas umum

d) Pembangunan fasilitas pariwisata Pemberdayaan masyarakat

 Industri Pariwisata

a) Pembangunan struktur industri pariwisata

b) Daya saing produk pariwisata

c) Kemitraan usaha pariwisata

d) Kredibilitas bisnis

e) Tanggung jawab terhadap lingkungan alam & sosial budaya

 Pemasaran Pariwisata

a) Pengembangan pasar wisatawan Pengembangan citra pariwisata

b) Pengembangan kemitraan Pemasaran Pariwisata

c) Pengembangan promosi pariwisata.

 Kelembagaan Kepariwisataan

a) Pengembangan organisasi pemerintah, pemerintah daerah, swasta, &

masyarakat

b) Pengembangan sumber daya manusia

c) Pengembangan regulasi,

d) serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan


B. Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata :

 Perwilayahan

a) 50 DPN (Destinasi PariwisataNasional);

b) KSPN(Kawasan StrategisPariwisata Nasional);

c) KPPN(Kawasan Pengembangan PariwisataNasional)

 Atraksi Wisata

a) Daya Tarik Wisata Alam;

b) Daya Tarik Wisata Budaya;

c) Daya Tarik Wisata Buatan Manusia

 Aksesibilitas

a) Prasarana transportasi

b) Sarana transportasi

c) Sistem transportasi

 Amenitas

a) Prasarana Umum

b) Fasilitas Umum

c) Fasilitas pariwisata

 Masyarakat

a) Peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat

b) Peningkatan kesadaran dan peran masyarakat

 Investasi

a) Insentif investasi

b) Kemudahan investasi

c) Promosi investasi
Tujuan dari pembangunan destinasi pariwisata ini adalah untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata. Sedangkan dampak atau

ouput yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan jumlah Wisatawan : Mancanegara dan Nusantara ,

2) Meningkatkan jumlah Devisa dari Wisatawan Mancanegara,

3) Meningkatkan jumlah Pengeluaran Wisatawan Nusantara,

4) Meningkatkan PDB Bidang Pariwisata

2. Peraturan Menteri Dalam Negerinomor 33 Tahun 2009 Tentang


Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah

A. Jenis dan Prinsip

 Jenis-jenis ekowisata di daerah antara lain:

a) ekowisata bahari

b) ekowisata hutan

c) ekowisata pegunungan; dan/atau.

d) ekowisata karst.

 Prinsip pengembangan ekowisata sebagaimana meliputi:

a) kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata;

b) konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara

lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata;

c) ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan

menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta

memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan;

d) edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah

persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan

komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya;


e) memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung;

f) partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan

perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan

menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di

sekitar kawasan; dang. menampung kearifan lokal.

B. Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian

 Perencanaan

a) merumuskan kebijakan pengembangan ekowisata Provinsi dengan

memperhatikan kebijakan ekowisata Nasional;

b) mengoordinasikan penyusunan rencana pengembangan ekowisata

sesuai dengan kewenangan provinsi;

c) memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan

ekowisata Provinsi dengan memperhatikan kebijakan ekowisata

Nasional;

d) mengintegrasikan dan memaduserasikan rencana pengembangan

ekowisata provinsi dengan rencana pengembangan ekowisata

kabupaten/kota, rencana pengembangan ekowisata nasional dan

rencana pengembangan ekowisata provinsi yang berbatasan; dan

e) memaduserasikan RPJMD dan RKPD yang dilakukan Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota masyarakat dan dunia usaha

dengan rencana pengembangan ekowisata.

 Pemanfaatan

a) pengelolaan kawasan ekowisata;

b) pemeliharaan kawasan ekowisata;


c) pengamanan kawasan ekowisata; dand. penggalian potensi kawasan

ekowisata baru.

 Pengendalian

a) fungsi kawasan;

b) pemanfaatan ruang;

c) pembangunan sarana dan prasarana;

d) kesesuaian spesifikasi konstruksi dengan desain teknis; dane.

kelestarian kawasan ekowisata.

C. Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat

 Gubernur dapat membentuk Tim Koordinasi Ekowisata sesuai dengan

kebutuhan untuk melakukan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian

ekowisata di provinsi.

 Tim Koordinasi Ekowisata dalam melaksanakan tugasnya dibantu

Sekretariat Tim Koordinasi Ekowisata.

D. Pemberian Insentif dan Kemudahan

 Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan insentif dan kemudahan

kepada penanam modal yang melakukan pengembangan ekowisata.

 Insentif sebagaimana dimaksud antara lain berupa:a. pengurangan,

keringanan atau pembebasan pajak daerah;b. pengurangan, keringanan

atau pembebasan retribusi daerah;c. pemberian dana stimulan; dan ataud.

pemberian bantuan modal.

 Pemberian kemudahan sebagaimana dimaksud antara lain berupa:a.

penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;b. penyediaan


sarana dan prasarana;c. penyediaan lahan atau lokasi;d. pemberian bantuan

teknis, dan/ataue. percepatan pemberian perizinan.

E. Pemberdayaan Masyarakat

 Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui kegiatan peningkatan

pendidikan dan keterampilan masyarakat.

 Pemberdayaan masyarakat melibatkan warga masyarakat, lembaga

kemasyarakatan, Badan Permusyawaratan Desa, Kader Pemberdayaan

Masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Lembaga Swadaya

Masyarakat.

F. Pembinaan dan Pelaporan

 Bupati/Walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan

pengembangan ekowisata di kabupaten/kota.

 Pembinaan sebagaimana dimaksud meliputi:a. bimbingan, supervisi dan

konsultasi;b. pendidikan dan pelatihan;c. pemantauan; dand. evaluasi.

 Bupati/Walikota melaporkan hasil pembinaan kepada Gubernur.

 Laporan Bupati/Walikota disampaikan paling sedikit 2 (dua) kali setiap

tahun pada bulan Februari dan Agustus atau sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

G. Pendanaan

 Pendanaan pembinaan pengembangan ekowisata di daerah secara nasional

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber

lainnya yang sah dan tidak mengikat.


 Pendanaan pengembangan ekowisata di provinsi bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan sumber lainnya yang sah dan

tidak mengikat.

 Pendanaan pengembangan ekowisata di kabupaten/kota bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan sumber

lainnya yang sah dan tidak mengikat

3. Strategi Pengembangan Kepariwisataan Indonesia

A. Formulasi dan Implementasi Strategi

 Digital Tourism(E-Tourism)

a) 63% dari seluruh perjalanan dicari, dipesan, dibeli ,dandijual secara

online

b) 50% dari seluruh penjualan perjalanan secara online melibatkan lebih

dari 1 perangkat

c) Lebih dari 200 ulasan per menit tertulis di Trip Advisor

 Homestay Desa Wisata

a) Kementerian Pariwisata mengembangkan Homestay Desa Wisata

sebagai bagian dari Kebijakan Pemerataan Ekonomi Nasional.

b) Presiden Jokowi berencana untuk mengembangkan konsep pariwisata

pedesaan

 Air Accesibility

Konektivitas Udara merupakan Faktor Keberhasilan yang penting untuk

mendorong masuknya wisatawan mancanegara, karena 75% -80% turis

asing tiba menggunakan transportasi udara.

 Branding / PR-ing
 Top 10 Originasi

 Top 3 Destinasi Utama (15 DestinasiBranding)

 Pengembangan 10 DestinasiPariwisata Prioritas

 Sertifikasi Kompetensi SDM & Gerakan Sadar wisata

 Peningkatan InvestasiPariwisata

 Pengelolaan Crisis Center

B. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Sektor Pariwisata 10 Destinasi


Pariwisata Prioritas

Pariwisata sebagai Core Economy Indonesia yaitu pariwisata Indonesia

memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif:

 Pariwisata Penghasil Devisa Terbesar

a) Tahun 2019, Industri Pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa

terbesar di Indonesia yaitu US$ 20 Miliar,

b) Dampak devisa yang masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan

masyarakat.

 Terbaik di Regional

a) Tahun 2019, Pariwisata Indonesia ditargetkan menjadi yang terbaik di

kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.

b) Pesaing utama kita adalahThailand dengan devisa pariwisata lebih dari

US$ 40 Miliar.

 Country Branding WonderfulIndonesia

a) Country Branding Wonderful Indonesia menempati ranking 47 dunia,

mengalahkan country brandingTrulyAsia Malaysia (ranking 96) dan

country brandingAmazingThailand (ranking 83).


b) Country branding Wonderful Indonesia mencerminkan Positioning dan

Differentiating Pariwisata Indonesia.

4. Pemerintah Dorong Pengembangan Wisata Bahari Dengan E-CAIT

Pemerintah mendorong penuh pengembangan wisata bahari menggunakan

system clearance and approval for Indonesia Territory (CAIT) elektronik.

Pasalnya, pengembangan wisata bahari dinilai dapat memberikan sumbangan

besar bagi penerimaan devisa.

Untuk mendukung pengembangan wisata bahari maka di Kementerian

Perekonomian dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara

Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan dan TNI. Penandatanganan

ini merupakan tindak lanjut amanat peraturan presiden no 79 tahun 2011 tentang

kunjungan kapal wisata asing ke Indonesia, yang dirancang untuk menyediakan

fasilitas atau kemudahan bagi kunjungan kapal yacht asing ke Indonesia,

khususnya dalam hal perizinan CAIT maupun ketentuan Customs, Immigration,

Quarantine and Port (CIQP).

Menurut Deputi Menko Perekonomian, wisata bahari ini berpotensi

menyumbang devisa cukup besar. Bahkan dengan berkembangnya wisata bahari

maka dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Selama ini, sambung dia, para turis asing sering mengalami kesulitan

dalam proses pembuatan izin kapal wisata atau kapal yacht di Indonesia,

karenanya sering kali kapal-kapal tersebut parkir di Singapura dan Thailand. Oleh

karenanya dengan adanya sistem CAIT elektronik ini pemerintah berharap dapat

menarik wisatawan mancanegara yang kaya-kaya untuk berkunjung dan

memarkirkan kapal-kapal wisata di Indonesia.


5. Meningkatkan Ekonomi Kreatif Melalui Ekowisata Bahari

Laut dan pantai menjadi objek wisata yang perkembangannya paling pesat

beberapa tahun terakhir di industri pariwisata dunia. Sifat lingkungan pesisir yang

dinamis menjadikan popularitas wisata bahari kian menjanjikan, apakah itu wisata

memancing, berenang, diving, snorkeling, surfing, berperahu, atau sekadar

menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam di pinggir pantai.

Wisata bahari bisa menjadi alat canggih dalam membangkitkan ekonomi

kreatif di Indonesia. Wilayah laut tak hanya berfungsi melindungi ekosistem dan

keanekaragaman hayati di dalamnya, tapi juga memberi manfaat ekonomi bagi

negara berkembang berbentuk kepulauan seperti Indonesia.

A. Aksesibilitas

Kebijakan bebas visa untuk 30 negara memberikan kemudahan akses

kunjungan wisman ke Indonesia. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran

Pariwisata di Kementerian Pariwisata, I Gede Pitana, mengatakan, kebijakan ini

diharapkan mendongkrak jumlah wisman hingga lima persen, dari 9,5 juta

menjadi 10 juta wisman tahun ini dan 20 juta wisman di akhir 2020 nanti.

"Kenaikannya minimal 500 ribu wisman," ujar Pitana.

Aksesibilitas transportasi juga menjadi pertimbangan utama. Kementerian

Pariwisata sudah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan pelat merah, seperti

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) dan Garuda Indonesia. Pelni ikut serta

menawarkan paket-paket wisata bahari ke beberapa destinasi di Indonesia.

"Sebelumnya kami sudah mengembangkan wisata bahari ke Derawan, Raja

Ampat, dan Karimun Jawa," kata Direktur Utama Pelni Elfien Goentoro.
Berikutnya, perusahaan jasa angkutan laut ini akan mengembangkan

destinasi lainnya di Wakatobi, Takabonerate, Anambas, Labuan Bajo, Togean,

Tomini, Banda Neira, serta Bunaken. Pelni unggul dari segi layanan transportasi

laut, yaitu akses variatif ke berbagai destinasi wisata bahari di Indonesia.

Penumpang juga diberikan sejumlah fasilitas nyaman, seperti kamar serupa hotel

terapung, fasilitas untuk bersantai dan ibadah di atas kapal, hingga kuliner lezat.

Perencanaan wisata bahari secara tradisional berfokus pada zonasi,

pengembangan objek, aksesibilitas, pengaturan akomodasi, pengembangan atraksi

wisata alam, budaya, dan sejarah, serta penyediaan infrastruktur. Aturan tambahan

juga diperlukan jika melibatkan wilayah taman nasional atau kawasan lindung

perairan untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan.

B. Pentingnya Promosi dan Sinergi

Wisata bahari memiliki masa depan menjanjikan untuk mendorong

pembangunan ekonomi kreatif. Salah satu ajang promosi pariwisata Indonesia,

Bali Beyond Travel Fair (BBTF) 2015 di Nusa Dua, Bali Juni lalu menunjukkan

antusias pembeli (buyers) dari berbagai negara akan wisata bahari di Tanah Air.

Penyelenggara BBTF 2015 berhasil membukukan transaksi Rp 9,5 triliun.

Jumlah ini meningkat 50,79 persen dari Rp 6,3 triliun pada 2014. "Pembeli yang

datang dari 28 negara di dunia sangat tertarik dengan tujuan wisata di Indonesia.

Mereka serius ingin berbisnis," kata Ketua Penyelenggara BBTF 2015, I Ketut

Ardana.

Menteri Pariwisata Arief Yahya selalu menekankan pengelola wisata

bahari untuk pandai menentukan segmentasi pasar, target wisatawan, dan konsep

yang jelas. Sumber daya manusia yang disiapkan untuk menunjang ekonomi
kreatif di sektor ini juga harus memenuhi standar profesional. "Manajer-manajer

pariwisata di Indonesia juga harus mengeksplorasi berbagai kesamaan budaya

dengan negara-negara lain sehingga bisa dimanfaatkan untuk menarik lebih

banyak wisatawan," ujarnya.

Wisata bahari juga mendorong munculnya bisnis-bisnis yang lebih kecil,

seperti kebutuhan akan pramuwisata, jasa sewa kendaraan, pedagang, penyewaan

peralatan diving, snorkeling, hingga sebatas warung minum kopi. Ini secara

otomatis berkontribusi terhadap pendapatan ekonomi masyarakat sekitar sebagai

bagian dari pelaku pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai