Anda di halaman 1dari 24

1

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN

REKAYASA LINGKUNGAN LAUT DI MASA DEPAN (REKLAMASI


PANTAI)

Oleh :

Andrean Nggara Imanuel 1604115675


Apriliana Eka Saputri 1604115846
Layla Langsana 1604115583

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan karunia-Nya sehingga tugas makalah mata kuliah Rekayasa Lingkungan yang

berjudul “Rekayasa Lingkungan Laut Di Masa Depan (Reklamasi)”.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu

mata kuliah Rekayasa Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan arahan serta

tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan

berbagai pihak yang telah ikut serta dalam memberikan masukan dalam

penyusunan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tugas makalah mata kuliah Rekayasa Lingkungan

ini masih perlu perbaikan sehingga penulis akan menerima saran dan masukan

yang positif demi kesempurnaan penulisan pada masa yang akan datang.

Pekanbaru, Mei 2019

ANDREAN NGGARA IMANUEL


3

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4

II. ISI ....................................................................................................... 4


2.1. Landasan Teori ......................................................................... 4
2.2. Dasar Pelaksanaan..................................................................... 7
2.3. Model Evaluasi ......................................................................... 10

III. PENUTUP ......................................................................................... 20


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan dan kerusakan lingkungan yang terjadi dewasa ini lebih

dikarenakan oleh ulah dan perilaku manusia untuk meningkatkan status social

ekonominya. Upaya peningkatan status tersebut, antara lain dikarenakan faktor

kemiskinan yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam.

Dalam aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan pada ekosistem dan

sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya akan memberi

pengaruh pada lingkungan hidup. Di daerah perkotaan persoalan lingkungan yang

paling nampak adalah persoalan yang ditimbulkan oleh penggunaan lahan. Ada

tiga penyebab utama antara lain; (1) faktor meningkatnya pertumbuhan penduduk

baik secara alami (kelahiran) maupun perpindahan penduduk dari desa ke kota

(urbanisasi), (2) faktor pembangunan yang senantiasa mendominasi daerah

perkotaan, (3) faktor keterbatasan lahan perkotaan.

Reklamasi pantai, merupakan salah satu contoh dari upaya manusia untuk

menjawab keterbatasan lahan di perkotaan, sebagaimana yang terjadi di berbagai

daerah pesisir khususnya kota dengan wilayah yang membutuhkan perluasan dan

tidak memungkinkan untuk mengembangkan perluasan wilayah ke daerah

daratan. Kegiatan reklamasi yang dilakukan sepanjang pantai di daerah dekat

kota, yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan sebagian masyarakat beberapa

tahun terakhir cenderung meningkat. Dalam perkembangan selanjutnya kawasan


2

tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas perkotaan dan permukiman.

Proses reklamasi pantai pada kenyataan dilakukan belum berjalan dengan

baik sehingga dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif seperti semakin

banyaknya material yang hanyut, sehingga terjadi pendangkalan perairan, dan bila

ini terus berlangsung akan mengancam ekosistem pantai.

Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan

menjadi kemutlakan karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan dan

manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan

pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang membutuhkan

untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang

diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman yang perairan

pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.

Terlebih wilayah area pelabuhan, reklamasi pantai menjadi kebutuhan

mutlak untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal,

pelabuhan peti-peti kontainer, kantor maskapai perkapalan atau pergudangan dan

sebagainya. Dalam perkembangannya pelabuhan ekspor–impor saat ini menja area

yang sangat luas dan berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan,

pergudangan yang memiliki pangsa ekspor–impor lebih memilih tempat yang

berada di lokasi pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya

transportasi.

Aspek perekonomian yang ingindicapai dari reklamasi pantai adalah

pemenuhan kebutuhan lahan untuk pemukiman, dikarenakan semakin mahalnya

harga tanah di daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat

menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan
3

dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman. Fungsi

lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk di kota dan menciptakan

wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah

disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di bantaran sungai

maupun sempadan pantai.

Aspek konservasi yang dapat diperoleh bagi wilayah pantai, pada kasus

tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut mengalami abrasi,

akresi sehingga memerlukan pembuatan Groin (pemecah ombak) atau dinding laut

sebagai mana yang dilakukan di beberapa daerah yang terancam abrasi pantai oleh

gelombang laut seperti di daerah Ngebruk Mangkang Kulon Kota Semarang,

Rembang, Tuban dan di berbagai pulau di Indonesia. Reklamasi yang

dilakukan di wilayah pantai ini guna untuk mengembalikan konfigurasi pantai

yang terkena abrasi ke bentuk semula.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas nampak adanya suatu upaya reklamasi

pantai yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah, perusahaan swasta maupun

secara perseorangan dengan berbagai motif yang melatarbelakanginya. Namun

secara umum upaya rekalamasi pantai yang dilakukan adalah hampir sama dan

yang membedakan hanya secara teknis pelaksanaannya.

Untuk itu dalam penulisan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah proses reklamasi pantai yang dilakukan baik secara teknis,

administratif maupun analisis dampak lingkungan yang ditimbulkannya?


4

b. Bagaimanakah hasil evaluasi yang meliputi kelebihan dan kekurangan dari

reklamasi pantai yang dilakukan dengan membandingkan dari beberapa wilayah

yang telah melakukan reklamasi pantai?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka dapat ditetapkan

tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan ini yaitu :

a. Untuk mengetahui proses reklamasi pantai baik secara teknis, administrative

maupun analisa dampak lingkungannya.

b. Mengetahui model evaluasi yang dilakukan terhadap proses reklamasi pantai

c. Memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain dengan aspek

yang sama.

d. Menambah pengetahuan tentang reklamasi pantai serta dampak terhadap

lingkungan fisik, biotik, dan sosial serta perkembangan dan perubahan fungsi

ruang di wilayah kepesisiran.

e. Menjadi masukan bagi para pelaku, perencana dan pengelola reklamasi pantai

agar dalam melaksanakan dapat meminimalkan dampak negative


5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

A. Pengertian Reklamasi

Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah

perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh

semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang

menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan

penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah

kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat

yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak terbantahkan.

Pengertian umum reklamasi banyak dikemukakan oleh para ahli,

Chapman (1982, dalam Asballah 2003:10) bahwa pada umumnya reklamasi

sebagai proses untuk membuat lahan agar cocok untuk pemanfaatan tertentu. Bila

dilihat dari penggunaan lahan kota yang sudah sangat mendesak, tindakan ini

positif lebih strategis bila kawasan tersebut telah, sedang atau akan

dikembangkan untuk menunjang ekonomi kota atau daerah.

Wilayah kepesisiran atau kawasan kepesisiran dan ada ya menyebutkan

sebagai daerah pesisir merupakan padanan dari istilah coastal area. Sunarto

(2001:85) memberikan batasan sebagai daerah yang membentang dari minakat

gelombang pecah (breaker zone) di laut hingga mencapai batas akhir dataran

alluvial pesisir (coastal alluvial plain) di darat.


6

B. Landasan Hukum Pelaksanaan Reklamasi Pantai

Rujukan utama dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

yang secara regulatif melandasi kebijakan di Indonesia. Menurut undang-undang

No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang

semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta mahluk hidup lain.

Undang-undang ini menjamin dalam pelaksanaan pembangunan

diharapkan adanya keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia,

manusia dengan lingkungan dan komponen lingkungan lainnya, serta

dapatmemenuhi masa kini dan menjaga kelestarian untuk masa datang. Ada

banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-

undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang

menjadi persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.

Lingkup kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah,

perusahaan baik BUMN maupun swasta dan perorangan yang melakukan

reklamasi pantai tersebut secara khusus diatur dalam undang-undang, peraturan-

peraturan dan keputusan-keputusan, sebagai berikut ini.

a. Undang–undang.

b. Peraturan Pemerintah.

c. Keputusan, Instruksi Presiden dan Surat Keputusan Menteri.

d. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah/Kota.


7

Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa

hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih

besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan

reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a)

keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara

kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan

teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material.

Sejalan dengan itu Bengen (2001:56) pengelolaan kawasan pesisir dan

pantai memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan pesisir melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive

assesment), merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya

guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Dengan demikian

keterpaduan dalam perencanaan dalam pengeloaan kawasan pesisir dan pantai

mencakup empat aspek, yaitu (1) keterpaduan ekologis; (2) keterpaduan sektor;

(3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholder.

2.2. Dasar Pola Pikir Pelaksanaan Reklamasi Pantai

Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah

perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh

semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang

menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan penduduk

dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah kebutuhan

lahan.

Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat yang lapar

lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak terbantahkan. Hal ini
8

menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama daerah

strategis dimana terjadi aktifitas perekonomian yang padat seperti pelabuhan,

bandar udara atau kawasan komersial lainnya, di mana lahan eksisting yang

terbatas luasan dan kondisinya harus dijadikan dan diubah menjadi lahan yang

produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.

Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak

keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan di sini adalah

semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga

akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan

keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk

berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan

wisata bahari, dan lain-lain.

Beberapa prinsip yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan reklamasi

antara lain dalam hal perencanaan, teknis pelaksanaan, analisa dampak

lingkungan, manfaat positif dibandingkan efek negatif dan pengembangan

selanjutnya dari hasil reklamasi yang dilakukan.

Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat

dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut:

- Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi

daratan;

- Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan

membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan

kebutuhan yang ada;


9

- Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan

lindung atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;

- Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah

dengan daerah/negara lain

Kawasan reklamasi pantai yang memiliki skala besar atau yang mengalami

perubahan bentang alam secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang

(RDTR) kawasan. Penyusunan RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat

dilakukan bila sudah memenuhi persyaratan administratif seperti a) Memiliki

RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang mendeliniasi kawasan

reklamasi pantai; b) Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan SK

Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun yang sudah direklamasi; c)

Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau

kajian/kelayakan properti (studi investasi); dan d) Sudah ada studi AMDAL

kawasan maupun regional.

Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana

struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara

lain meliputi jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik,

jaringan telepon. Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi

kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam

pedoman ini adalah ruang terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan

peruntukan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan

industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan

laut/penyeberangan, kawasan bandar udara, dan kawasan campuran.


10

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial,

ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak

peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang

perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan

1) Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan

di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan

bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan. Aspek sosial,

budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,

pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang

perairan/pantai.

2.3. Model Evaluasi Terhadap Kegiatan Reklamasi Pantai

Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah

bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan

alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan

melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan

sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.

Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak akibat proyek

reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman

hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek

reklamasi itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya

spesies ikan penghuni daerah pantai dan hutan mangrove, udang, kerang, kepiting,

burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.

Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah

meningkatkan potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah
11

bentang alam (geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi

tersebut. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen

sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan

tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila

dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan

global.

Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat

menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya.

Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun

mensyaratkan pantai sekitarnya bersih dari berbagai fasilitas penangkapan ikan

milik nelayan. Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal adalah

hilangnya beberapa jenis ikan tangkapan seperti rebon (udang kecil), teri, dan

kerapu, semakin jauhnya wilayah tangkapan, terumbu karang tersedimentasi oleh

lumpur, dan usaha menangkap ikan dengan bubu tidak dapat dilakukan lagi.

Akibat dari hal tersebut menurunkan hasil tangkap nelayan yang akhirnya

berdampak terhadap kesejahteraan nelayan

Adanya reklamasi pantai yang dikembangkan sebagai kawasan fungsional

dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District

mengakibatkan aktivitas masyarakat banyak terserap pada kawasan tersebut, baik

untuk menikmati keindahan pantai ataupun dimanfaatkan oleh sektor informal

untuk mencari nafkah.

Strategi pengelolaan ruang publik di Kawasan Boulevard akibat dampak

reklamasi dilakukan dengan pendekatan yaitu, (i) teknis, berupa peralihan fungsi

ruang publik, penataan koridor pesisir pantai akibat reklamasi dan penataan
12

alokasi ruang bagi sektor informal, (ii) regulasi, berupa penerapan kebijakan

pemanfaatan ruang publik dan penerapan sangsi yang tegas, (iii) kemitraan

pemerintah, swasta dan masyarakat, berupa peningkatan peran seluruh

stakeholders dan penerapan kebijakan insentif - disinsentif.

Sunarto (2000:88) menyebutkan bahwa sifat dasar daerah pesisir selalu

mengalami dinamika, karena ada berbagai faktor sehingga daerah pesisir selalu

bersifat poligenik. Perubahan-perubahan atau dinamika daerah pesisir secara

alami akan bersifat ritmik dan siklik, kecuali telah dipengaruhi oleh dinamika

manusia (antropodinamic). Faktor antropodinamik yang banyak pengaruhnya

terhadap perubahan daerah pesisir ini dikendalikan dengan dengan strategi yang

menyeluruh untuk keterpaduan aktivitas sektoral. Jika strategi ini tidak dapat

berjalan sesuai dengan rencananya, maka perubahan daerah pesisir yang sifatnya

ritmik dan siklik akan rusak, sehingga terjadi degradasi ekosistem pesisir atau

daerah pesisir.

Program Pembangunan perencanaan reklamasi pantai oleh Pemerintah

Daerah seharusnya meliputi:

a. Pemetaan dan penetapan Wilayah Perencanaan Reklamasi pantai

b. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Rencana Pembangunan Fisik

c. Peletakan Sasaran Program Perencanaan Penataan wilayah kepesisiran.

d. Penyusunan dan pengumpulan Dasar hukum rencana penataan wilayah

kepesisiran pantai

Umumnya pihak yang melaksanakan reklamasi pantai terdiri atas Dinas

pemerintahan yang melaksanakan program penataan pantai, badan usaha swasta


13

(kontraktor/pengembang), industri, perhotelan / pelaku bisnis pariwisata dan

masyarakat secara perseorangan.

Reklamasi pantai bila dilihat dari teknik dasar sistem reklamasi maka pada

umumnya menggunakan sistem urugan, yaitu tanggul/talud dibuat terlebih dahulu

untuk melindungi lahan reklamasi dari hempasan ombak. Sistem reklamasi urugan

yang dilakukan, pada kenyataan di lapangan terkadang belum dilakukan sesuai

dengan dengan teknik-teknik reklamasi yang baik, sehinggga memberikan

dampak negatif terhadap kondisi perairan. Penggunaaan material urugan dengan

kondisi semacam ini akan memberikan peluang hanyutnya material urugan pada

saat terhempas gelombang.

Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil umumnya telah membuat desain

talud yang harus diikuti oleh pihak yang akan melakukan reklamasi. Material

reklamasi yang digunakan sesuai standar yang ditetapkan ada tiga jenis yaitu

Tiang kayu dikombinasikan dengan Tiang Beton, Tiang kayu, dan Tanah Urugan.

Dari kenyataan yang terjadi di lapangan pada umumnya pelaku reklamasi

pantai dalam pembuatan talud tidak dibuat secara permanen sebagaimana standar

yang ada, melainkan dilakukan secara bertahap dengan cara menyusun batu-batu

kali yang diletakan di ujung lahan reklamasi. Perlakuan secara ini dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi kedalaman laut karena sebagian

material akan terbawa hanyut dan mengakibatkan terjadinya sedimentasi di

perairan dekat lokasi reklamasi.

Keadaan pasang surut di wilayah pantai yang akan direklamasi memegang

peranan penting dalam kajian reklamasi pantai, kedudukan muka air laut rata-rata

(MSL – Mean Sea Level) sangat dibutuhkan sebagai titik ketinggian Bench mark
14

(BM) yang kemudian digunakan untuk dasar level pembangunan dan

pengembangan di lokasi reklamasi. Di samping itu pembuatan tanggul laut

(construction sea wall) dengan komposisi yang dirancang dengan tidak

memperhatikan arah arus bawah laut, pecahnya ombak dan gelombang serta pasut

dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi pada perairan pantai di sekitarnya.

Kegiatan reklamasi pantai sangat berpengaruh terhadap keberadaan

terumbu karang terutama bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.

Penggunaan tanah urugan yang terlepas keperairan dapat menyebabkan terjadi

proses sedimentasi dan mengganggu bagi kelestarian terumbu karang yang

merupakan habitat alami bagi ekosistem pantai beserta isinya. Untuk itu

pemerintah selaku pengelola, pengawas dan pembina bagi kelestarian dan

kelangsungan hidup ekosistem pantai harus mensikapi pelaksanaan reklamasi

dengan tiga pendekatan startegis yaitu 1) Tindakan preventif yaitu pencegahan

agar tidak muncul dampak negatif dari pelaksanaan reklamasi pantai, 2) kuratif

yaitu solusi untuk perbaikan terhadap dampak dari pelaksanaan reklamasi pantai

yang sudah terlanjur ada, 3) pengembangan yaitu solusi ke masa depan terhadap

dampak positif maupun negatif.

Untuk itu diharapkan selain memberikan penetapan peraturan secara

umum pemerintah juga harus memberikan pengawasan dan penegakan peraturan

melalui pemberian ijin secara selektif, pemberian sanksi dan hukuman sehingga

pelaku reklamasi lebih memperhatikan teknik-teknik reklamasi yang benar, dan

penggunaaan material reklamasi, dalam hal perijinan sebaiknya berkoordinasi

dengan instansi terkait, sehingga tidak ada pelaku reklamasi yang dilakukan tanpa

ijin dan tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK).
15

Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan peran terhadap upaya

penanggulangan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan reklamasi

pantai melalui penertiban secara integral dan terpadu, serta merelokasi sesuai

dengan perencanan penataan kawasan pantai tidak hanya terbatas di wilayah yang

direklamasi akan tetapi juga pada daerah sekitarnya yang berpeluang terkena

dampak secara tidak langsung.

Evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan reklamasi dapat dengan

membandingkan dampak positif dan negatif yang muncul dari kegiatan reklamasi

terutama mengacu pada program reklamasi yang telah dilaksanakan di berbagai

tempat dengan melihat kesesuaian topografis, kedudukan geografis, kesamaan

kondisi sosial masyarakat, kesamaan aspek-aspek lain yang mungkin berpengaruh

besar terhadap keberhasilan reklamasi pantai.

Beberapa contoh kasus reklamasi pantai dengan segala akibatnya dapat

dilihat pada beberapa contoh kasus sebagai berikut :

a. Studi Kasus Reklamasi Kota Manado

Adanya reklamasi pantai di Kota Manado yang dikembangkan sebagai

kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya

Central Business District (CBD), mengakibatkan adanya perubahan wajah kota

pada daerah pesisir pantai. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado

menjadi lebih condong ke arah pantai/laut. Hal ini menyebabkan aktivitas

masyarakat banyak terserap pada kawasan tersebut, baik untuk wisata ataupun

sektor informal untuk perdagangan. Kondisi seperti yang disebutkan di atas

membawa pengaruh terhadap keberadaan ruang publik di Kawasan Boulevard.


16

Pengembangan wilayah reklamasi di sekitar kawasan tersebut

memperlihatkan gejala mulai hilangnya ruang publik yang ada. Akses masyarakat

terhadap view pantai dan pesisirnya mulai berkurang seiring dengan semakin

berkembangnya pembangunan di wilayah tersebut. Dampak reklamasi pantai telah

mengakibatkan berkurangnya aksesibilitas ruang publik, ketidakberlanjutan fungsi

ruang publik, terciptanya pola penataan ruang publik yang tidak memberikan

keleluasaan akses bagi masyarakat dan munculnya pola penguasaan ruang publik

yang tertutup dan berkesan private-domain.

b. Studi Kasus Reklamasi Teluk Lampung

Reklamasi pantai yang dilaksanakan pada awal tahun 1980-an dan

berlangsung sampai sekarang telah berdampak negatif langsung terhadap nelayan

yang wilayah usahanya pada laut dangkal (Sukaraja) maupun nelayan di Dusun

Cangkeng–Kotakarang. Dampak yang dirasakan oleh nelayan laut dangkal

hilangnya beberapa jenis ikan tangkapan seperti udang kecil, teri, dan ikan kecil,

makin jauhnya wilayah tangkapan ikan, sedimentasi terumbu karang, dan

punahnya beberapa spesies biota pantai, akibatnya menurunkan kesejahteraan

nelayan.

c. Studi Kasus Reklamasi Jakarta

Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Tahun 2007-2012, terutama dalam implementasi Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jakarta, khususnya di Jakarta Utara

direncanakan pengembangan reklamasi Pantura Jakarta. Proyek itu dimaksudkan

selain untuk memperbaiki kualitas lingkungan juga untuk pusat niaga dan jasa

skala internasional, perumahan, dan pariwisata. Namun, reklamasi pantura Jakarta


17

bukan hanya sekadar mengeruk, atau memunculkan daratan baru atau untuk

kepentingan komersial semata. Lebih dari itu, yang harus dipikirkan bagaimana

dampak ekologis kawasan pantai dengan reklamasi tersebut. Contoh kasus adalah

Pantai Indah Kapuk dibangun dengan mereklamasi, yang terjadi kemudian adalah

banjir pada akses jalan tol ke bandara. Lalu, saat PT Mandara Permai membangun

Perumahan Pantai Mutiara di Muara Karang, PLTU Muara Karang pun terganggu.

Padahal, pasokan listrik untuk Jakarta dan sekitarnya berasal dari PLTU tersebut.

d. Studi Kasus Reklamasi Donggala Reklamasi pantai yang dilakukan sebagai

aktifitas proyek jalan lingkar

kota Donggala, telah menyebabkan pohon-pohon mangrove yang tumbuh

di kawasan ini menjadi rusak, batu-batu karang yang biasanya terlihat di pinggir

pantai pun sudah tidak tampak lagi, yang terlihat hanyalah tumpukan tanah kapur

hasil reklamasi, yang sebahagiannya telah diratakan. Karenanya, di tengah

perdebatan dan pertentangan terhadap proyek reklamasi Pantai Donggala,

diperlukan kebesaran hati dari pengambil kebijakan untuk mengevaluasi

pelaksanaan proyek ini sembari membuka ruang dialog dengan berbagai pihak,

DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat, untuk duduk bersama guna

menimbang untung-rugi proyek ini, apabila benar menguntungkan dan

dilaksanakan dengan komitmen dan kesungguhan maka kegiatan ini perlu

diteruskan. Sebaliknya bila merugikan maka aktifitas ini harus dihentikan.

Dengan kata lain Pemerintah Kabupaten Donggala dituntut untuk dapat

berkomunikasi, berkonsultasi dan bernegosiasi dengan publik. Hanya dengan

jalan ini maka pembangunan yang dilaksanakan akan benar-benar dapat diterima
18

semua pihak dan memberikan keuntungan bagi lingkungan hidup dan masyarakat

Donggala.

Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga

diperhitungkan dalam perencanaan reklamasi. Namun, sayangnya terdapat

paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota multifungsi, dimana

diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah terbukti gagal total dalam

implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan lingkungan hidup

dapat timbul dan sulit dipecahkan di daerah reklamasi saat ini justru disebabkan

oleh paradigma tersebut.

Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata

ruang kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus memerhatikan kemampuan

daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial

dan ekologi tidak dapat secara terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan

kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat

perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota

ini sebagai pusat pemerintahan.

Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu

diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah melalui sebuah kajian

tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya

lalu disampaikan secara terbuka kepada publik. Penting diingat reklamasi adalah

bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan

alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya
19

akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi,

sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.

Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata

sebagaimana mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya reklamasi.

Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan

berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang

dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut

akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini

tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.

Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan

yuridis juga perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan hukum

rencana reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada

banyak produk hukum yang mengatur tentang reklamasi mulai dari Undang-

undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang

menjadi persoalan adalah konsistensi penerapan dan penegakan aturan.


20

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kegiatan reklamasi dapat menimbulkan keuntungan maupun dampak secara

sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Kegiatan reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang

diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya, serta

memperhatikan dan menjaga kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan.

3. Beberapa kasus menunjukkan bahwa implementasi reklamasi seringkali tidak

sesuai dengan perencanaan sehingga mengakibatkan kerusakan secara sosial,

ekonomi maupun lingkungan, sehingga menimbulkan resistensi dari masyarakat.

4. Perlu koordinasi dan komunikasi yang sinergis dari segenap stakeholders dalam

kegiatan reklamasi sehingga prinsip-prinsip reklamasi dapat berjalan dengan baik.


21

DAFTAR PUSTAKA

Asballah, Raja., 2003, Hubungan Reklamasi Pantai dengan Komponen


Perkembangan Kawasan, Tesis, Program Studi MPKD, Program Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta.

Bengen G, Dietriech., 2001, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut,
Sinopsis, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.

Sunarto, 2000, Kausalitas dan Equilibirium Dinamik sebagai Paradigma


Pengelolaan Ekosistem Pesisir, dalam Prosiding Makalah Penunjang dalan
Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-Pulau Kecil
dalam Konteks Negara kepulauan, Badan Penerbit Fak. Geografi UGM,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai