Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat digali

untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi

yaitu sektor perikanan. Potensi perikanan Indonesia sebaiknya di manfaatkan

secara optimal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian (Lingga dan Susanto

2001).

Ada enam alasan utama mengapa sektor perikanan dan kelauta penting

untuk dikembangkan. Pertama, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar,

baik dilihat dari kualitas maupun diversitas. Kedua, Indonesia memiliki daya

saing (competitive advantage) yang tinggi disektor perikanan dan kelautan

sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikinya serta produksi yang

dihasilkannya. Ketiga, industri disektor perikanan dan kelautan memiliki

keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri

lainnya. Keempat, sumberdaya disektor kelautan dan perikanan merupakan

sumberdaya yang selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga

bertahan dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif. Kelima,

investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi yang relatif tinggi

sebagaimana dicerminkan dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang

rendah (3,4) dan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi pula seperti

digambarkan dalam Incremental Labour Output Ratio (ILOR) sebesar 7-9.

Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumberdaya lokal dengan


input Rupiah namun dapat menghasilkan output dalam bentuk Dollar (Dahuri,

2002).

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun

berat.Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat

hara).Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti

salingmenunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan

perkembangan ikan(Fujaya,1999).

Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang.hubungan

panjangdan berat hamper mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai

pangkat tigadari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan

sebenarnya tidak tidakdemikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda

(Effendi, 2002).Perbedaan nilai b pada ikan tidak saja antara populasi yang

berbeda dari spesiesyang sama, tetapi juga antara populasi yang sama pada tahun

– tahun yang berbedayang barangkali dapat diasosiasikan dengan kondisi nutrisi

mereka. Hal ini bisaterjadi karena pengaruh faktor ekologis dan biologis (Ricker,

1975).Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih

tua,umumnya lebih panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina

biasanyalebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami

penambahan berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan kembali turun.

Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan

dilingkunganhidupnya (Poernomo, 2002 ).

Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi perikanan

hendaknyamengikuti suatu ketentuan yang sudah lazim digunakan. Dalam hal ini
panjangikan dapat diukur dengan menggunakan sistem metrik ataupun sistem

lainnya(Effendie, 1979).

1.2.Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum lapangan Mata kuliah

Marikultur ini adalah untuk lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang

marikultur (Budidaya Laut),khususnya pada pengadaan benih ikan dan

pembesaran pada budidaya ikan laut.

1.3.Manfaat Praktikum

Adapun manfaat pada saat dilaksanakan praktikum lapangan Mata Kuliah

Marikultur adalah sebagai bahan informsi bagi masyarakat untuk lebih mengenal

potensi laut indonesia,sebagai bahan referensi yang relavan untuk prsktikum

selanjutnya dan juga melatih diri mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide dan

gagasan penelitian dibidang marikultur.


BAB II.HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM

2.1.Biologi dan Ekologi Ikan Kakap putih (Lates calcarifer).

2.1.2. Klasifikasi Ikan Kakap putih (Lates calcarifer).

Ikan kakap putih dikelompokkan dalam klasifikasi taksonomi berikut ini

(FAO, 2007):

Filum : Chordota

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub-kelas : Teleostomi

Ordo : Percomorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates calcarifer

Gambar 1. Ikan Kerapu (Epinephelus coioides)

Morfologi yang terdapat pada ikan kakap putih yaitu Ikan buas, hal ini dapat

di lihat dari bentuk mulutnya. Ikan kakap putih memiliki mulut yang lebar dengan
gigi halus yang tajam. Rahang bawah ikan kakap lebih maju di bandingkan rahang

atasnya. Itu membuktikan bahwa ikan kakap putih ini pemakan daging atau

karnivora (Sudjiharno, 1999).

Ikan kakap juga seperti ikan lainnya memiliki sirip. Sirip ekor ikan kakap

putih berbentuk bulat. Ikan kakap putih memiliki sirip punggung berjari jari keras,

kuat dan kaku. Jari jari siripnya terdiri dari 3 jari keras dan 7-8 jari lunak pada

sirip punggungnya. Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri

khusus jika di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).

Dilihat dari matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda

dengan ikan yang lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya

adalah warna mata ikan kakap putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap

putih lebih kecil di bandingkan ikan kakap lainnya (Chalik dkk, 2005).

Tubuh ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor

melebar. Tulang rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang

bawahnya lebih menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke

depan. Warna tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih

burayak warnanya gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi

gelondongan (3-5 bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi,

2010). Sedangkan sirip yang lainnya tidak ada menunjukkan ciri ciri khusus jika

di bandingkan dengan ikan lainnya (Mulyono, 2011).

Dilihat dari matanya ikan kakap juga memiliki keunikan tersendiri. Berbeda

dengan ikan yang lainnya yang mempunyai mata berwarna hitam. Perbedaannya

adalah warna mata ikan kakap putih berwarna merah terang. Mata ikan kakap

putih lebih kecil di bandingkan ikan kakap lainnya (Chalik dkk, 2005). Tubuh
ikan kakap putih memanjang dan gepeng dengan pangkal sirip ekor melebar.

Tulang rahang atas melewati mata sebelah belakang sedangkan rahang bawahnya

lebih menonjol ke depan dari rahang atasnya. Bentuk kepala tirus ke depan.

Warna tubuhnya perak keabuabuan sewaktu dewasa, pada waktu masih burayak

warnanya gelap (1-2 bulan), kemudian akan terang setelah menjadi gelond dengan

(3-5 bulan). Ukuran maksimalnya dapat mencapai 170 cm (Kordi, 2010).

Bagian dari biologi reproduksi dari ikan kakap putih atau kematangan induk

ikan yaitu Ada tiga hal penting yang sangat berpengaruh terhadap proses

pematangangonad dari ikan laut. Hal tersebut adalah rekayasa lingkungan , pakan

dan rekayasahormonal. Pemberian pakan ikan rucah segar dan cumi-cumi di

lakukan secarakombinasi sehingga di harapkan kebutuhan akan nutrisi untuk

pemenuhankematangan gonad dapat terpenuhi (Hermawan dan Akbar, 2005).

Sistem reproduksiikan kakap putih ( L.calcarifer ) dapat mengalami perubahan

kelamin dari jantan ke betina atau di sebut Hermaprodit protandri. Namun

demikian tidak semua induk betina berasal dari induk jantan dewasa yang

mengalami perubahan kelamin(secondary female) tetapi dari awal tetap betina

(primary female).

Anonim, (2017) menyatakan bahwa faktor utama yang

mempengaruhikematangan gonad ikan antara lain suhu dan makanan selain faktor

keberadaanhormon. Jenis pakan yang di berikan pada proses pematangan gonad

ini adalah ikan 7 parang yang di potong-potong dan di berikan satu kali dalam

sehari yaitu pagi sekitar pukul 09.00 WIB.

Said (2007) berpendapat bahwa induk ikan kakap betina yang matang

gonaddi tandai dengan perut membuncit bila di raba akan terasa lembek, warna
tubuhnya kehitaman/kelabu, lubang genitalnya terlihat agak membuka dan

memerah serta biladi striping akan keluar cairan kekuning-kuningan. Sedangkan

induk jantan yangmatang gonad warna tubuhnya semakin cerah dan mengkilap,

bila di striping keluarcairan putih susu (sperma).

2.2.Teknik Budidaya Ikan Kakap putih (Lates calcarifer).

2.2.1.Persiapan Tambak

1.Persiapan dasar tambak

Dasar tambak merupakan wadah penampung kotoran ikan, maka

kebersihan dasar tambak pada saat persiapan harus menjadi proritas utama.

Lumpur dari dasar tambak berasal dari sisa metabolisme ikan dan plankton

yang mati, harus dibuang keluar tambak dan jangan ditumpuk di atas

pematang. Lumpur bisa kembali ke dalam perairan dan memperburuk

kondisi parameter air pada saat hujan apabila lumpur ditumpuk di atas

pematang.

2.Pengeringan dasar tambak

Pengeringan tanah dasar tambak berfungsi untuk meningkatkan

oksidasi tanah, sehinga dapat mempercepat penguraian bahan organik.

Pengeringan dapat dipercepat dengan pembuatan parit/caren keliling.

Pengeringan tanah dilakukan hingga tanah retak-retak (kadar air sekitar

20%).

Pengeringan tidak boleh dilakukan sampai tanah berdebu karena

proses mineralisasi bahan organik berhenti.


3.Pemberantasan hama dan pesaing

Lakukan pembasmian predator dan hewan pesaing dengan pemberian

saponin (bungkil biji teh) dengan dosis 20 ppm pada bagian tambak yang

tidak bisa kering dan Pengendalian hama TIDAK boleh menggunakan

pestisida karena sangat berbahaya untuk manusia dan produknya akan

ditolak oleh pasar luar negeri.

4. Pemasangan Kincir Kincir

Disiapkan untuk membantu penambahan oksigen ke dalam air dan

mulai digunakan saat mulai tebar hingga panen. Pengaturan posis kincir

diatur sedemikian rupa agar kotoran bisa terkumpul dan terbuang keluar

pada saat pergantian air.

5. Pemasangan Pompa

Siapkan pompa untuk menambah ketinggian air tambak. Tempatkan

pompa pada lokasi yang dapat menghisap air dengan mudah, terutama pada

saat pasang tidak terlalu tinggi.

2.2.2.Pemupukan dan Pengisian Air

Pengisian air dilakukan pada saat air laut pasang melalui pintu air atau

menggunakan pompa, serta warna air tidak keruh. Hindari penggerusan lumpur di

saluran yang teraduk dan masuk di tambak.

Proses pengisian tambak ini dilakukan selama 4-6 hari (di waktu bulan

purnama, yaitu hari ke 13-18 atau waktu bulan mati, yaitu hari ke 28-3). Isi
tambak hingga ketinggian air mencapai ketinggian optimal. Dalam melakukan

pemasukan air, siapkan sarana penunjang budidaya yaitu:

1. Tandon

Merupakan tempat untuk menampung air yang akan digunakan

dalam proses budidaya. Luasan tandon disesuaikan dengan luasan

tambak yang akan diisi air, dengan perbandingan 1 tandon untuk 2

tambak . Tandon mempunyai Pemasangan Pompa Siapkan pompa untuk

menambah ketinggian air tambak. Tempatkan pompa pada lokasi yang

dapat menghisap air dengan mudah, terutama pada saat pasang tidak

terlalu tinggi. kegunaan untuk pengendapan bahan organik yang dibantu

dengan menggunakan plastik atau bambu, sehinga kecepatan arus akan

menjadi lambat dan bahan organik mengendap. Kemudian tumbuhkan

rumput laut untuk menyerap nutrien atau bahan organik yang masuk.

2. Saringan Air

Saringan dipersiapkan untuk pintu monik maupun untuk

pemasukan menggunakan pipa (pompa atau gravitasi). Saringan yang

digunakan adalah saringan berupa bahan waring hitam (diameter 1 cm).

Saringan ditempelkan pada frame atau bingkai dari kayu yang akan di

masukkan ke dalam pintu monik. Kemudian pada pemasukan air yang

menggunakan pipa, saringan dibuat berbentuk bulat yang diikat ke pipa.

2.2.3.Pemilihan Benih

 Warna cerah mengkilat, putih keperakan, tidak gelap dan atau tidak pucat .

 Bentuk tubuh proporsional dan sirip lengkap serta tidak cacat .


 Bebas penyakit dan utamakan menggunakan benih yang sudah divaksin.

 Gerakan aktif/lincah, tidak menyendiri/memisahkan diri dan berenang

normal.

 Respon terhadap pakan yang diberikan positif dan responsif terhadap

kejutan.

 Keseragaman ukuran minimal 80 % .

 Bukan merupakan benih transgenik / Genetic Modified organism (GMO)

atau benih hasil hibridisasi

2.2.4.Penebaran Benih

 Padat tebar (benih berukuran 2–3 cm atau 0,2-0,3 g) sebanyak 500-800

3 ekor/m . Padat tebar diturunkan sejalan dengan perkembangan

ukuran ikan, sehingga pada akhir penggelondongan (ukuran ikan

minimal 10 cm atau >12 g), padat tebar menjadi 100-200 ekor/m3.

Penurunan padat tebar dilakukan bersamaan pada saat grading.

 Pada awal penebaran, pakan diberikan sehari 5 kali dengan pellet

berukuran 0,8-1 mm dengan kadar protein >40% secara at satiation.

Ukuran pakan disesuaikan dengan ukuran ikan, sehingga pada akhir

penggelondongan menggunakan pakan berukuran 4 mm dengan dosis

pemberian 5-10 % dari berat total ikan per hari dengan frekuensi

pemberian pakan 3 kali sehari.

 Grading dan seleksi dilakukan setiap 10 hari. Grading dilakukan untuk

menyeleksi ikan berdasarkan ukuran, sehingga ikan yang dipelihara


dalam satu bak relatif seragam, dan hal ini akan mengurangi

kanibalisme dan persaingan pakan.

2.2.5.Pemberian Pakan

 Pakan berupa pellet dengan kandungan protein > 40 %

 Dosis pemberian pakan 5-10 % dari total biomas perhari dan diberikan

secara at satisfaction (hingga kenyang).

 Frekuensi pemberian pakan benih sebanyak 3 – 5 kali dalam sehari

 Untuk mengkonsentrasikan pakan alami yang ada di tambak, pada setiap

unit waring dapat dipasang lampu 10 - 15 watt (untuk awal pemeliharaan),

sehingga pada malam hari benih kakap dapat memangsa pakan alami yang

terkumpul.

2.2.6.Pengendalian Penyakit

1. Pemantauan Kualitas air

Pemantauan kualitas air dengan cara melakukan pengukuran parameter

meliputi salinitas, pH, suhu, oksigen terlarut, phosphat, amoniak, nitrit, nitrat,

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan minimum 2 kali seminggu.

2. Pecegahan Penyakit

Tindakan pencegahan sebenarnya merupakan tujuan utama dalam rencana

pengendalian penyakit. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan antara lain :

o Melakukan pergantian dan pencucian jaring secara rutin

o Pengaturan padat tebar yang sesuai ukuran ikan karena kepadatan

yang tinggi ikan stres dan mudah terserang penyakit

o Pemberian pakan yang optimal baik jumlah maupun nutrisinya


o Perendaman ikan dengan air tawar dan pemberian antiseptik sesuai

dengan dosis.

o Perendaman ikan dengan formalin teknis 60% dengan dosis 100 –

150 ppm

o Penambahan vitamin C, multivitamin dan probiotik pada pakan.

o Tidak membuang sampah/limbah organik di sekitar lokasi

budidaya

3. Pengobatan penyakit ikan

Penyakit yang menyerang pada ikan kakap putih yaitu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, parasit, dan Virus. Jenis obat yang sering digunakan

adalah antiseptic dan antimicrobial yang direkomendasikan.

2.2.7.Pemanenan

 Lakukan pemanenan ketika ikan sudah mencapai ukuran panen seberat>

500 gram atau sesuai dengan permintaan pasar pada tingkat harga yang

paling menguntungkan.

 Lakukan pemantauan harga atau pencarian informasi harga beberapa hari

menjelang panen untuk mendapatkan harga yang terbaik.

 Lakukan pengecekan timbangan pada saat jual beli agar tidak ada pihak

yang

 Ikan dipuasakan selama 1-2 hari sebelum panen, hal ini dilakukan untuk

menghindari ikan muntah selama pengangkutan.

 Jaring dibagi menjadi dua bagian dengan menggunakan bambu atau kayu,

agar memudahkan dalam pengambilan ikan.


 Siapkan bak penampungan sementara, volume 1 ton yang di isi air laut

bersih.

 Panen ikan dalam jaring dengan menggunakan scoop net dan kemudian

tampung ikan dalam bak penampungan. Satu bak penampungan dapat

berisi 100 ekor ikan, sehingga untuk panen ikan total, memerlukan

beberapa kali pengangkutan dari karamba ke darat.

 Setelah ikan ditampung dalam bak penampungan sementara, segera bawa

ikan ke darat menggunakan kapal / perahu.

 Pindahkan ikan tersebut dari kapal ke bak penampungan di darat dengan

menggunakan ember atau kontainer kecil. Bak penampungan ikan di darat

berukuran 4-10 ton yang terlebih dahulu di isi air laut bersih dan

dilengkapi peralatan aerasi dan es untuk menurunkan suhu air.


BAB III.PEMBAHASAN

Provinsi Kepulauan Riau terletak antara 00 40' LS - 70 19' LU dan 1030

30' BT – 1100 00' BT dengan luas 251.810,71 km2 terdiri dari daratan seluas

10.595,41 km2 (4.21%) dan perairan laut seluas 241.215,30 km2 (95,79%)

(Kepulauan Riau dalam Angka 2007) memiliki jumlah pulau ± 2.408 pulau ; 491

pulau yang sudah berpenghuni dan 1.917 pulau belum berpenghuni, wilayah

meliputi Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Natuna, kabupaten Karimun,

Kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas. Kota Batam dan Kota

Tanjung Pinang.

Provinsi Kepulauan Riau secara geografis berbatasan langsung dengan

negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Kondisi ini

merupakan peluang pasar yang sangat besar terhadap hasil / produksi perikanan

karena memiliki potensi cukup besar di bidang perikanan terdiri dari perikanan

tangkap ± 361.420 Ton/Tahun dan perikanan budidaya 750.000 Ha yang

berdampak positif untuk pengembangan sektor kelautan dan perikanan yang dapat

memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat pesisir

terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, terumbu

karang, padang lamun, mangrove dan potensi wisata bahari. Untuk memanfaatkan

potensi yang besar tersebut Budidaya perikanan adalah langkah yang strategis.

Budidaya perikanan adalah usaha pembesaran ikan dalam wadah atau

perairan terkontrol dengan teknologi manipulasi lingkungan maka perlu dilakukan

pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana, dukungan teknologi

pasca panen dan jaringan pemasaran.


Dalam budidaya perikanan aspek benih merupakan hal yang sangat strategis

dan menentukan keberhasilan usaha budidaya tersebut, sehingga hal ini menjadi

perhatian dan penangan tersendiri, oleh karenanya keberadaan Balai Benih Ikan

diharapkan dapat menjawabnya.

Dalam pembentukan Balai Benih Ikan dibentuk berdasarkan

• Peraturan Daerah Povinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Pembentukan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kepulauan Riau

(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016 Nomor 7 Noreg

Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau : 7/322/2016, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 41);

• Peraturan Gubernur Nomor 64 Tahun 2017 tentang Pembentukan Unit

Pelaksana Teknis Dinas Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kepulauan Riau (Berita Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

Nomor 442).

Balai benih ikan uptd dinas kelautan dan perikanan provinsi kepulauan riau

UPTD Balai Benih Ikan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk sesudah UPTD

Balai Pelabuhan Perikanan Pantai dan UPTD Balai Pengujian Mutu dan

Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan dengan Peraturan Gubernur

Nomor 60 Tahun 2017.

A. Struktur Organisasi dan SDM

UPTD Balai Benih Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan

Riau mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang


perikanan budidaya, aspek pembenihan dan pengelolaan benih ikan bermutu dan

induk unggul serta melaksanakan pembinaan teknis terhadap pembudidaya ikan.

adalah unit Eselon III b dengan struktur organisasi sebagai berikut :

• Kepala Balai (Eselon III b)

• Kepala Tata Usaha :(Eselon IV a)

• Kepala Seksi Produksi dan Teknologi (Eselon IV a)

• Kepala Seksi Standarisasi dan Kerjasama :(Eselon IV a)

• Jabatan Fungsional

B. Komposisi SDM

UPTD Balai Benih Ikan didukung Sumberdaya Manusia sebanyak 28 orang

dengan komposisi sebagai berikut :

NO JABATAN PENDIDIKAN JUMLAH


1 KEPALA BALAI S2 (PASCA SARJANA) 1 Orang
2 KEPALA TATA USAHA S1 PERIKANAN 1 Orang
3 KASI PRODUKSI, PENGUJIAN S1 PERIKANAN 1 Orang
DAN TEKNOLOGI
4 KASI STANDARISASI DAN S1 EKONOMI 1 Orang
KERJASAMA
5 PELAKSANA SMA 1 Orang
DIVISI NURSERY
TENAGA TEKNIS S1 PERIKANAN 7 Orang
TENAGA TEKNIS SMA/SMk PERIKANAN 2 Orang
NO JABATAN PENDIDIKAN JUMLAH
DIVISI PENDEDERAN
TENAGA TEKNIS S1 PERIKANAN 1 Orang
TENAGA TEKNIS SMK PERIKANAN 2 Orang
DIVISI PEMBESARAN
TENAGA TEKNIS S1 PERIKANAN 1 Orang
TENAGA TEKNIS SMK 2 Orang
DIVISI HPI
TENAGA TEKNIS S1 PERIKANAN 3 Orang
TENAGA TEKNIS SMP 1 Orang
DIVISI MESIN
TENAGA TEKNIS STM/SMA 2 Orang
TENAGA TEKNIS SMK PERIKANAN 1 Orang
KEAMANAN
TENAGA TEKNIS SMP 1 Orang

Untuk melaksanakan tugas fungsi Balai benih Ikan guna pencapaian target

produksi berdasarkan Peratuan Kepala Balai Nomor : 523/DKP-SK/01/I/2019

tentang Pelaksanaan Tugas di Lingkungan UPTD Balai Benih Ikan sehingga

dibentuklah pelaksana teknis menjadi beberapa divisi sebagai berikut :

1. Divisi Nursery

Melakasanakan tugas pengelolaan Induk, Hatchery dan Pakan Alami yang

berada dibawah koordinasi Kepala Seksi Produksi, Pengujian dan

Teknologi.

2. Diivisi Pendederan

Melaksanakan tugas pemeloiharaan benih sampai siap tebar di masyarakat,

yang berada dibawah koordinasi Kepala Seksi Produksi, Pengujian dan

Teknologi.
3. Divisi Pembesaran

Melaksanakan pemeliharaan dan pembesaran bibit ikan sampai menjadi

ukuran konsumsi, yang berada dibawah koordinasi Kepala Seksi Produksi,

Pengujian dan Teknologi.

4. Divisi Hama dan Penyakit Ikan (HPI)

Melaksanakan pengujian lkesehatan ikan dan lingkungan budidaya BBI,

yang berada dibawah koordinasi Kepala Seksi Produksi, Pengujian dan

Teknologi.

5. Divisi Mesin

Melaksanakan perawatan mesin penunjang operasional BBI yang meli[uti;

mesin genset, pompa air, blower, jaringan listrik dan speed boat, yang

berada dibawah koordinasi Kepala Tata Usaha.

6. Divisi Humas dan Keamanan

Melaksanakan fungsi humas dan keamanan lingkungan BBI, yang berada

dibawah koordinasi Kepala Tata Usaha.

7. Divisi Sertifikasi

Melaksanakan sertifikasi terkait pembenihan dan karantina ikan, yang

berada dibawah koordinasi Kepala Seksi Standarisasi dan Kerjasama..

C. Letak

UPTD Balai Benih Ikan terletak ditepi pantai di Desa Penghujan Kecamatan

Teluk Bintan Kabupaten Bintan, menempati lahan seluas ± 4000 m² berjarak ± 47

km dari ibu kota Tanjung pinang - Provinsi Kepulauan Riau dapat ditempuh

melalui jalan darat melewati jalur lintas Barat selama 45 s/d 60 menit dan jalan
laut dengan menggunakan speed boat dari pelabuhan umum Tanjung pinang

selama 15 s/d 30 menit.

D. Fasilitas

1. Mess dan asrama

2. Ruang pertemuan

3. Laboratorium penyakit ikan

4. Bak pemijahan

5. Hatchery (ruang penetasan)

6. Ruang pendederan (2 unit)

7. Bak pakan alami

8. Bak karantina

9. Bak tandon (2 unit air laut dan 1 unit air tawar)

10. Jety

11. Keramba dan fasilitas pembersih jaring

12. Ruang mesin genset

13. Instalasi listrik, air dan udara

14. IPAL

E. Produksi

Balai Benih Ikan Pengujan sesuai dengan fungsinya melaksanakan teknis

operasional budidaya perikanan aspek penyediaan benih ikan yang memiliki nilai

ekonomis penting yang aktivitas budidaya masyarakat terhadap ketersediaan

benih ikan. Ada 3 (tiga) spesies ikan yang dikembangkan dan di produksi yakni
Ikan kakap putih (Lates calcalifer, sp), ikan kerapu (Epinephelus fuscogutatus,

sp), ikan bawal bintang (Pampus argenteus, sp).

Ikan kakap putih (Lates calcalifer, sp) sudah mendapat sertfikat Cara

Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dari Ditjen Perikanan Budidaya KKP RI

sehingga saat ini terus di produksi, berikut catatan produksi benih BBI Pengujan

TAHUN
NO BENIH
2014 2015 2016 2017
1 Kakap putih 19,500.00 131,000.00 65,000.00 99,980.00
2 Kerapu 20,050.00 23,000.00 300.00 5,000.00
3 Bawal bintang 750.00 6,500.00
Jumlah 40,300.00 160,500.00 65,300.00 104,980.00

UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau ;

F. Potensi

Dari 3 (tiga) spesies ikan yang di produksi BBI Pengujan terdiri dari Ikan

kakap putih (Lates calcalifer, sp), ikan kerapu (Epinephelus fuscogutatus, sp),

ikan bawal bintang (Pampus argenteus, sp) memiliki potensi yang besar karena

memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga masyarakat menjadi tertarik untuk

membudidayakan sebagai mata pencaharian alternative dengan menggunakan

keramba jaring apung memanfaatkan potensi perairan umum sehingga kegiatan

budidaya perikanan berkembang baik, hal ini menyebabkan bertambahnya

permintaan benih maka volume produksi benih dapat ditingkatkan sesuai dengan

ketersediaan induk dan calon induk sebagaimana berikut :


No Jenis Ikan Keterangan

35 ekor (Jantan dan Betina)


1 Kakap Putih
17 ekor calon induk

2 Kerapu Macan 32 ekor (Jantan dan Betina)

3 Kerapu Kertang 3 ekor Jantan

50 ekor (Jantan dan Betina)


4 Bawal Bintang
25 ekor calon induk

Selain memproduksi benih ikan, Balai Benih Ikan Pengujan dengan fasilitas

yang ada dapat dimanfaatkan menjadi tempat masyarakat belajar/magang teknis

budidaya perikanan terutama Siswa Siswi SMK Perikanan, tempat penelitian bagi

Dosen dan Mahasiswa Fakultas Perikanan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau

bahkan dari Provinsi lain.

Demikian profil Balai benih Ikan UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Kepulauan Riau ini disusun untuk dapat dijadikan dasar perencanaan

baik kinerja dan kegiatan serta potensi daerah untuk memajukan dan

mengembangkan budidaya ikan di Provinsi kepulauan Riau.


BAB IV.KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Balai benih ikan uptd dinas kelautan dan perikanan provinsi kepulauan riau

UPTD Balai Benih Ikan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk sesudah UPTD

Balai Pelabuhan Perikanan Pantai dan UPTD Balai Pengujian Mutu dan

Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan dengan Peraturan Gubernur

Nomor 60 Tahun 2017.

UPTD Balai Benih Ikan terletak ditepi pantai di Desa Penghujan Kecamatan

Teluk Bintan Kabupaten Bintan, menempati lahan seluas ± 4000 m² berjarak ± 47

km dari ibu kota Tanjung pinang - Provinsi Kepulauan Riau dapat ditempuh

melalui jalan darat melewati jalur lintas Barat selama 45 s/d 60 menit dan jalan

laut dengan menggunakan speed boat dari pelabuhan umum Tanjung pinang

selama 15 s/d 30 menit.

Dari 3 (tiga) spesies ikan yang di produksi BBI Pengujan terdiri dari Ikan

kakap putih (Lates calcalifer, sp), ikan kerapu (Epinephelus fuscogutatus, sp),

ikan bawal bintang (Pampus argenteus, sp) memiliki potensi yang besar karena

memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga masyarakat menjadi tertarik untuk

membudidayakan sebagai mata pencaharian alternative dengan menggunakan

keramba jaring apung memanfaatkan potensi perairan umum sehingga kegiatan

budidaya perikanan berkembang baik, hal ini menyebabkan bertambahnya

permintaan benih maka volume produksi benih dapat ditingkatkan sesuai dengan

ketersediaan induk dan calon induk.


4.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai