Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN AIR

DOSEN: DR. IR. HASNIDAR, MS

Petunjuk: Tugas perorang

1. Buat paper yang tekait dengan fisiologi reproduksi salah satu jenis organisme hewan air
(ikan atau non ikan)
2. Susunan papernya dimulai dengan: Pendahuluan, isi, penutup dan saran
3. Pendahuluan membahas tentang fisiologi reproduksi ikan dalam kegiatan budidaya ikan.
4. Isi membahas tentang pemahaman tentang organ reproduksi, siklus reproduksi, antara
lain: Pemilihan Induk Unggul: pemilihan waktu pemijahan yang tepat, pengaturan
kondisi lingkungan pembenihan seperti suhu, oksigen, dan pH air, serta pengelolaan
nutrisi dan pakan untuk mendukung reproduksi yang optimal.
5. Penutup membahas tentang keberhasilan spesies yang dipilih dalam proses reproduksinya
sehingga tersedia benih yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.
6. Saran membahas tentang spesies yang dipilih atau bisa juga tentang kondisi perkuliahan
yang.

SELAMAT MENGERJAKAN TUGAS


Tugas paling lambat dikumpul paling lambat 1 Mei 2024.
Di upload di kalam
Penyelesaian :

1. Pendahuluan membahas tentang fisiologi reproduksi ikan dalam kegiatan budidaya ikan.

Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang telah lama
dibudidayakan sebagai ikan konsumsi (Sitanggang dan Sarwono, 2003). Ikan ini digemari
masyarakat karena memiliki daging yang empuk dan lezat. Harga ikan ini relatif stabil, ukuran
daging/konsumsi Rp. 25.000 - Rp. 30.000/kg, serta permintaan yang masih tinggi di Pulau Jawa,
seperti Jakarta yang mencapai 22,5 ton/hari pada tahun 2010 (KKP, 2010). Ikan gurami menjadi
salah satu komoditas unggulan budidaya ikan air tawar dan menjadi target peningkatan produksi
perikanan budidaya oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2010-2014. Produksi
ikan gurami ditargetkan meningkat hingga 27% pada tahun 2014, atau sebesar 48.900 ton, yang
sebelumnya hanya 46.452 ton di tahun 2009 (KKP, 2010). Kendala pengembangan budidaya
ikan gurami dan pencapaian target produksi tersebut adalah pertumbuhan ikan gurami lambat.
Untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500g dari benih yang berukuran
1g memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun (Sitanggang dan Sarwono, 2007).
Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengatasi lambatnya pertumbuhan ikan gurami seperti
teknik memanipulasi pertumbuhan ikan melalui pakan dengan jumlah protein tertentu dan
pemberian hormon seperti prolaktin, tiroksin, insulin dan hormon pertumbuhan (growth
hormone/GH).

Dalam budidaya atau pembesaran ikan Gurami, ketersediaan benih yang berkualitas dalam
kuantitas yang cukup dan kontinu merupakan faktor mutlak yang sangat menentukan
keberhasilan usaha. Ketersediaan benih yang cukup dengan kualitas yang baik sangat ditentukan
oleh kondisi reproduksi induk ikan betina yang dipijahkan. Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi reproduksi induk ikan (broodstock) diantaranya adalah pakan. Kekurangan pakan
secara 2 kuantitas dan kualitas pada induk akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan
gangguan dalam reproduksi yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan reproduksi atau
penurunan efisiensi reproduksi. Navas et al. (2001) menyatakan bahwa komposisi pakan
berpengaruh terhadap performan pemijahan, kualitas telur dan kualitas larvae. Kemudian
Izquierdo et al. (2001) menyatakan pula bahwa perbaikan nutrisi dan makanan induk terbukti
dapat meningkatkan tidak hanya kualitas telur dan sperma tetapi juga produksi benih.
Perkembangan gonad dan fekunditas dipengaruhi oleh nutrisi essensial tertentu dari pakan.
Penurunan fekunditas dapat disebabkan oleh pengaruh keseimbangan nutrient atau disebabkan
oleh terbatasnya kesediaan component biokimia untuk pembentukan telur. Sharpe (tanpa tahun)
menyatakan bahwa, kebutuhan nutrisi pada masing-masing ikan berbeda-beda tergantung pada
tipe ikan, yaitu herbivora, omnivora dan karnivora. Selanjutnya Lochmann dan Phillips (2006)
menyatakan bahwa kebutuhan nutrisi pada ikan bervariasi tergantung pada species, umur, ukuran
dan status fisiologi (seperti pertumbuhan dan reproduksi). Kemudian Santamaria dan Santamaria
(2011) menyatakan pula bahwa kebutuhan nutrisi diantara species ikan adalah komplek dan
bervariasi sesuai dengan ukuran, phase hidup dan formulasi makanan. Menurut DeSilva dan
Anderson (1995), kelebihan energi dalam pakan diatas atau dibawah kebutuhan dasar
menentukan reproduksi.
2. Isi
3. membahas tentang pemahaman tentang organ reproduksi,
4. Ikan gurame (Indonesian Giant Goramy,Osphronemus goramy, Lac.) merupakan salah
satu ikan asli perairan Indonesia, terutama berasal dari kepulauan Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Sejak pertengahan abad ke-18, ikan ini sudah mulaidiintroduksi ke berbagai
negara, antara lain meliputi Madagaskar, Mauritius, Seychelles,Australia, Srilanka,
Suriname, Guyane, Martinique dan Haiti. Saat ini, budidaya ikan inisudah berkembang di
beberapa negara, antara lain Asia Tenggara, India dan Cina.Ikangurami merupakan jenis
ikan tawar yang banyak menghuni rawa-rawa, danau dan perairanyang terang. Gurami
berasal dari spesies Osphoramus gouramy dari keluarga Anabantiade.Di Indonesia, orang
biasa menyebut dengan Grameh, gurame, atau gurami (di Jawa), ikankaluih (di Sumatra),
ikan kali (di Palembang, Kalimantan), dan ikan kalui (di Jambi).

5. Ikan Gurami memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


6. Bentuk badan agak panjang, lebar dan pipih ke samping. Jika ikan sudah dewasa lebar
badannya hampir 2 kali panjang kepala atau panjang tubuhnya.
7. Badan tertutup sisik yang besar-besar, terlihat besar dan kuat.
8. Pada gurami kecil ciri khas berupa garis-garis hitam melintang di tubuhnya
9. Bagian kepala gurami muda berbentuk lancip dan setelah tua menjadi dempak
danterdapat tonjolan pada ikan jantan.
10. Mulutnya kecil dan bibir bagian bawah sedikit lebih maju dari pada bibir atas dandapat
disembulkan.
11. Warna tubuhnya biru kehitam-hitaman dan bagian perut berwarna putih. Setelahdewasa
warnanya berubah, bagian punggung berwarna kecoklat-coklatan dan pada bagian perut
keperak-perakan atau kekuning-kuningan.
12. Memiliki sepasang sirip perut yang selanjutnya mengalami perubahan menjadisepasang
benang panjang sebagai alat peraba
13. Sirip ekor busur. Ujung sirip punggung dan ujung sirip dubur dapat mencapai
pangkalekor.
14. Panjang gurami dewasa mencapai 65 cm dan berat 10 kg.
Sirip yang keras menempel pada punggungnya.
15. Letak garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggungnya.
16.

Perbedaan ikan gurami jantan dan betina adalah :

Ciri khas pada ikan jantan, yaitu: terdapat benjolan di bagian kepala (dahi), bibir bawah tebal dan
memerah terutama pada saat birahi, tidak memiliki warna hitam padaketiak sirip dada dan
apabila bagian perut diurut ke arah anus akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu
(sperma). Ikan jantan yang siap menjadi induk memilikiciri-ciri: panjang standar 30 – 35 cm,
berumur 24 – 30 bulan dan bobot 1,5– 2,0 kg.
Sedangkan pada ikan betina memiliki ciri-ciri, yaitu tidak terdapat benjolan di bagian kepala
(dahi), bibir bawah tipis, memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada dan apabila sedang matang
gonad perutnya membesar dan lembek. Sedangkan induk betina memiliki ciriciri: panjang
standar 30 – 35 cm, berumur 30– 36 bulan dan bobot 2,0 – 2,5 kg. Namun demikian, dalam
pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-
5 kg (jantan). Induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.500 – 2.500 butir/kg induk

17. siklus reproduksi, antara lain: Pemilihan Induk Unggul:


Seleksi Induk
Gurami yang akan dijadikan induk berumur kurang lebih 4 tahun dengan berat
2 – 3 kg untuk jantan, dan umur minimal 3 tahun dengan berat 2– 2,5 kg untuk betina
(Sendjaya dan Rizki , 2002). Sedang menurut Khairuman dan Amri (2003), bobot
gurami yang pantas untuk dijadikan induk adalah 1,5 – 2 kg/ekor. Masa produksi
optimal induk betina berlangsung selama 5 – 7 tahun. Semakin tua umur induk gurami,
jumlah telur yang dihasilkan semakin menurun, tetapi kualitas telurnya semakin baik.
Ciri-ciri fisik induk jantan dan betina pada ikan gurami menurut Sendjaya dan Rizki
(2002) dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Ciri-ciri secara fisik induk ikan gurami
Sumber : Sendjaya dan Rizki ( 2002 )
Induk gurami jantan Induk gurami betina
Dahi menonjol ( nonong ) Dahi lebih rata (tidak ada tonjolan)
Dagu tebal ( lebih menonjol ) Dagu tidak menebal
Perut meruncing Perut membundar
Susunan sisik normal (rebah) Susunan sisik agak membuka
Gerakan lincah Gerakan agak lamban
15
Adapun persyaratan induk ikan gurami sesuai Standar Nasional Indonesia harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria kualitatif
• Warna : badan berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih
keperakan atau kekuning-kuningan.
• Bentuk tubuh : pipih vertikal.
• Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk
dasar.
• Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada
kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad
patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup
insang normal dan tubuh berlendir.
b. Kriteria kuantitatif
Kriteria kuantitatif sifat reproduksi dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Kriteria kuantitatif induk siap dipijahkan


Kriteria Satuan
Jenis Kelamin
Jantan
Betina
1. Umur Bulan 24 – 30 30 – 36
2. Panjang standar Cm 30 – 35 30 – 35
3. Bobot badan Kg/ekor 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5
4. Fekunditas Butir/kg - 1.500 – 2.500
5. Diameter telur Mm - 1,4 – 1,9
Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2000
Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah
mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan). Induk betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 1.500-2.500 butir/kg induk.
16
c. Pengukuran Ikan Gurami
a. Cara Mengukur Panjang Standar, Panjang Kepala dan Tinggi Badan
Gambar 5. Pengukuran Ikan Gurami
Berikut ini adalah penjelasan gambar 3 di atas:
1. Cara mengukur panjang standar dilakukan dengan mengukur jarak antara
ujung mulut sampai dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam
satuan centimeter.
2. Cara mengukur panjang kepala dilakukan dengan mengukur jarak antara
ujung mulut samapai dengan ujung tengkorak bagian belakang
yang dinyatakan dalam satuan centimeter.
3. Cara mengukur tinggi badan dilakukan dengan mengukur garis tegak lurus
dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan
mistar atau jangka sorong yang dinyatakan dalam satuan
centimeter.
d. Cara Mengukur Bobot Badan
Cara mengukur bobot badan dilakukan dengan menimbang ikan per ekor
yang dinyatakan dalam kilogram (kg).
e. Cara Memeriksa Kesehatan
1. Pengambilan contoh untuk pengujian kesehatan ikan dilakukan secara acak
sebanyak 1% dari populasi dengan jumlah maksimal 10 ekor baik untuk
pengamatan visual maupun mikroskopik.
2. Pemeriksaan visual dilakukan untuk pemeriksaan adanya gejala penyakit
dan kesempurnaan morfologi ikan.
3. Pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen
(parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium uji.

18. pemilihan waktu pemijahan yang tepat,


19. pengaturan kondisi lingkungan pembenihan seperti suhu, oksigen, dan pH air,
20.
21.
22.
23.
24.
25. serta pengelolaan nutrisi dan pakan untuk mendukung reproduksi yang optimal.
26. Pakan dan Nutrisi Pakan adalah faktor penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Di dalam pakan terkandung berbagai jenis zat yang dapat dikonversi
menjadi 12 energi untuk bertumbuh maupun bereproduksi. Pemberian pakan dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi menjadikan pertumbuhan ikan lebih cepat. Sani (2014)
menyatakan bahwa induk-induk yang diberi makanan yang terjamin dapat dipijahkan
sebanyak 2 kali pertahun selama 5 tahun berturutturut. Penambahan pakan daun-daunan
dengan berat porsi sebesar 5-10% dari bobot ikan dapat meningkatkan ketahanan
penyakit pada ikan dan dapat membuat telur tidak banyak diselubungi lemak sehingga
dapat memudahkan proses pembuahan oleh sperma dari ikan jantan (Sendjaja, Riski, dan
Wibowo, 2013). Selain itu lemak juga memiliki peran penting dalam menunjang
pertumbuhan, bila pakan memiliki kandungan lemak yang sangat rendah maka protein
yang disimpan akan dikonversi menjadi energi untuk beraktivitas, sehingga mengurangi
kecepatan pertumbuhan (Kardana, Haetami, dan Subhan, 2012).
27. Penutup membahas tentang keberhasilan spesies yang dipilih dalam proses reproduksinya
sehingga tersedia benih yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.
28. Saran membahas tentang spesies yang dipilih atau bisa juga tentang kondisi perkuliahan
yang.

Anda mungkin juga menyukai