Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA IKAN

GURAMI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 2 :
- KHAFIZAH PASARIBU
- NABILAH PASARIBU
- VIOLA SIHOTANG
- HANISYA SOLIN
- RIESYA SALSABILA

MAN DAIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat , dan taufik
serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menghadirkan makalah ini sebagai penambah wawasan
ilmu pengetahuan. Tidak lupa, pada kesempatan ini saya mengucapakan banyak terima kasih
Dosen Pengampuh yang telah mendidik saya sehingga dapat membuat makalah ini dengan
sebaik-baiknya.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang. Aamiin Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya sebagai penyusun mohon
maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan. Saya juga mengharapkan kritik & saran dari Dosen
Pengampuh dan teman teman sekalian. Sekian dari saya, mohon maaf jika ada salah kata yang
kurang berkenan. Terimakasih.

Sidikalang,19 Oktober 2023


BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Ikan terdapat di daerah perikanan laut dan daerah perikanan darat. Banyak sekali macam ikan
yang terdapat di daerah perikanan darat. Ikan tersebut dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu
ikan peliharaan, ikan buas dan ikan liar. Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia,
antara lain ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang
sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan
secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan gurame adalah salah satu komoditas
yang banyak dikembangkan oleh para petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi.
Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup dikenal dan banyak
diminati di Indonesia. Hal ini karena ikan gurame memiliki kelebihan yaitu rasa daging yang
enak, pemeliharaan mudah serta harga relatif stabil. Ikan ini sudah lama dikenal orang dan telah
banyak dibudidayakan. Namun usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang ke arah budi daya
yang intensif belum banyak dilaksanakan. Seiring dengan perkembangan zaman dan
meningkatnya pertambahan penduduk yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan
protein hewani oleh masyarakat setiap tahunnya maka, perlu adanya peningkatan produksi ikan
gurame, maka perlu adanya perluasan pembudidayaan ikan gurame dengan peningkatan produksi
ikan secara massal, baik secara kuantitas maupun kualitasnya, sehingga dapat dijadikan sebagai
komoditas baru terhadap ikan lain yang biasa dipasarkan.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Budidaya Ikan gurame?

2.Apa saja jenis ikan gurame?

3.Apa saja Hama dan Penyakit untuk ikan Gurame

C. tujuan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1 menambah wawasan pelajar tentang jenis jenis ikan gurame

2. Untuk menambah pengetahuan tentang budidaya ikan gurame kepada pembaca

3.untuk mengetahui apa saja hama dan penyakit ikan gurame


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan gurame Ikan gurame (Osphronemus gouramy)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan dikolam dan merupakan
ikan asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Menurut Susanto (1989)
Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut :

Klas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Famili : Anabantidae
Genus: Osphronemus

Species : Osphronemus goramy (Lacepede)

2.2 Ikan Gurame Secara morfologi


ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta
memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut
merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2, s/d 2,1 kali
dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8
sampai 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi, 2002). Gurame juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak
panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya
kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat menonjol
sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan sehingga tampak
monyong. Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan itu
dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi.

2.3.Habitat dan Kebiasaan Makan


Ikan gurame mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa, situ, dan danau.
Pada sungai yang berarus deras, jarang dijumpai ikan gurame. 6 Kehidupannya yang
menyukai perairan bebas arus itu terbukti ketika gurame sangat mudah dipelihara di
kolam-kolam tergenang.Walau gurame dapat dibudidayakan di dataran rendah dekat
pantai, perairan yang paling otimal untuk budidaya adalah yang terletak pada ketinggian
50 – 40 m diatas permukaan laut. Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian 600
m diatas permukaan laut (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Ikan gurame merupakan ikan
yang mengalami perubahan kebiasaan makan. Aslamsyah (2009) menyatakan bahwa ikan
gurame pada fase bulan pertama kehidupannya merupakan ikan karnivora yaitu pemakan
detritus. Fase remaja kebiasaan makannya berubah menjadi omnivora (pemakan detritus
dan dedaunan) dan memasuki fase dewasa ikan gurame menjadi ikan dengan perubahan
kebiasaan makan ini menjadikan pertumbuhannya menjadi lambat.
2.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertumbuhan ukuran panjang atau bobot ikan dalam kurun waktu
tertentu yang dapat dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, jumlah ikan yang
menggunakan pakan, suhu, umur dan ukuran ikan (Effendie 1997). Pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya
sukar dikontrol, diantaranya keturunan seks, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang
utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan lingkungan perairan. Faktor
makanan yang mempengaruhi adalah kualitas pakan dan keseimbangan gizi pakan dan
faktor lingkungan adalah suhu, oksigen, derajat kesamaan dan amonia (Effendie 1997).
Pertumbuhan dapat terjadi apabila ada kelebihan input energi dari pakan. Energi yang
berasal dari pakan akan 7 digunakan oleh tubuh untuk metebolisme dasar, pergerakan,
produksi, organ seksual, perawatan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak. Selain itu,
pertumbuhan ikan akan sangat baik pada padat penebaran yang makin rendah, rendahnya
pertumbuhan seiring dengan meningkatnya kepadatan populasi. Pakan merupakan
sumber energi bagi ikan untuk bergerak, tumbuh dan bertahan terhadap penyakit. Zat gizi
kandungan dalam pakan antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Protein merupakan bahan baku utama dalam pembentukan sel-sel dan jaringan tubuh
(Buwono 2000).
2.5. Suhu
Suhu air berpengaruh terhadap metabolisme organisme yang hidup di dalam air termasuk
ikan. Ikan termasuk jenis hewan berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme
dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya.
Fluktuasi suhu akan berpengaruh terhadap sistem metabolisme ikan seperti konsumsi
oksigen dan fisiologi tubuh akan mengalami kerusakan dan menyebabkan ikan sakit.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Jenis Ikan Gurame

Ikan gurame di golongkan ke 3 jenis warna, yaitu gurame hitam, Gurame putih dan Gurame
belang. Gurami putih dikenal sebagai gurami berwarna tubuh terang Sementara gurami hitam
dan belang-belang digolongkan kedalam gurami berwarna tubuh gelap atau abu-abu, sementara
itu berdasarkan bentuk tubuh dan warnanya, dikenal beberapa jenis gurami sebagai berikut :

1. Gurame angsa, Bagi masyarakat sunda rata-rata menamakan ikan gurame soang, gurami
soang ini relatif panjang, mencapai 65 cm, berat tubuhnya mencapai 7 – 10 kg per ekor
atau rata-rata 8 kg per ekor, warna tubuhnya abu-abu dengan sisik yang relatif lebar,
produktivitas telur gurami angsa tergolong cukup banyak, di Tasikmalaya dan
sekitarnya,gurami jenis ini juga dikenal sebagai gurami galunggung.
2. Gurame jepang,Bamyak dari kalangan petani menyebut gurame jepun dan ada juga yang
jepang, panjang tubuhnya lebih pendek dibanding dengan gurami angsa atau soang,
warna tubuhnya abu-abu kemerahan, terutama di ujung sirip-siripnya. Bentuk sisiknya
kecil, beratnya mencapai 3 kg dengan panjang sekitar 40 cm
3. gurame Blausafir, 5 Ciri fisik gurami ini hampir sama dengan gurami jenis lain, hanya
saja warna tubuhnya merah muda cerah. Berat maksimum mencapai 2 kg per ekor.
Produktifitas telur mencapai 5.000-7 butir.
4. Gurame Paris,Tubuh gurami ini berwarna merah muda cerah, tetapi kepalanya berwarna
putih bintik-bintik hitam di sekujur tubuhnya. Berat maksimum mencapai 1,5 kilogram.
Produktivitas telurnya mencapai 5.000-6 butir.
5. Gurame Porselen, Tubuh gurami ini berwarna, merah muda cerah. Ukuran kepalanya
relatif kecil. Gurami porselin unggul dalam menghasilkan telur, mencapai 10 butir setiap
kali pemijahan. Karena itu, gurami ini paling dicari oleh para pembenih sebagai gurami
unggul. Berat induknya mencapai 1,5-2 kg.
6. Gurame Bastar, Tubuh gurami ini berwarna, agak kehitaman, tetapi kepalanya berwarna
putih. Bentuk sisik besar-besar, pertumbuhan Gurame bastar tergolong cepat, tetapi
produktivitas telurnya hanya 2.000-3 butir setiap kali pemijahan.
7. Gurame Kapas. Tubuh gurami ini berwarna putih keperakan mirip kapas. Bentuk sisiknya
besar. Benih gurami kapas tergolong cepat tumbuh, beratnya mencapi 1kg per ekor dalam
waktu sekitar 13 bulan sejalk menetas, produktivitas telur mencapai 3 butir setiap kali
pemijahan jika budidaya berhasil.
8. Gurame Batu. Gurame jenis batu biasanya memiliki warna hitam, sisiknya kasar,
pertumbuhannya tergolong sangat lambat dibandingkan dengan jenis lain, beratnya hanya
mencapai 0,5 kg dalam waktu 12 bulan.

3.2 Tahap Proses Budidaya Ikan Gurame Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kolam Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:

a) Kolam penyimpanan induk Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam
mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah
yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk
20 ekor betina dan 10 ekor jantan.

b) Kolam pemijahan Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan
kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim
pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C;
kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur
berupa injuk atau ranting-ranting.

c) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan Luas kolam tidak lebih dari 50- meter persegi.
Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5- ekor/meter persegi. Lama
pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3- minggu, pada saat benih ikan
berukuran 3-5 cm.

d) Kolam pembesaran Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini
diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih
dari 10 ekor/meter persegi.

e) Kolam/tempat pemberokan Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:

a) Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m

b) Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m
dan tingginya 1 m.

c) Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi
rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.

d) Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut
setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari
pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.

e) Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu
keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.

f) Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata,
kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah
dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.

Peralatan Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya
adalah

 waring (anco)
 hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih) 8
 seser
 ember-ember,
 baskom berbagai ukuran,
 timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg),
 cangkul,
 arit, pisau

sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali
seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.

Pembenihan Bila proses pematangan gonada (kandung telur dan sperma) di kolam penampungan
sudah mencapai puncaknya, induk segera dimasukkan dalam 11 kolam pemijahan.

Adapun cara pemijjahan ikan gurame adalah sebagai berikut:

a) Kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari, perbaiki tanggul dan dasar kolam.

b) Lakukan pengapuran dan pemupukan. Pemupukan dasar dengan pupuk kandang dosis
7,5 /100 meter persegi dan biarkan selama 3 hari.

c) Tanami dasar kolam dengan tanaman ganggang buntut anjng

d) Isikan air yang telah dicampur dengan pupuk buatan TSP sebantak 500 gram/ meter persegi,
biarkan selama 1 minggu kemudian isikan air hingga kedalaman 75 cm.
e) Untuk kolam seluas 100 meter persegi bisa disebar induk sebanyak 30 ekor betina dan 10
ekor jantan. Setelah pemijahan berlangsung, 1-2 hari induk betina akan melepaskan telur-
telurnya ke dalam sarang yang kemudian disemproti sperma oleh si jantan sehingga terjadi
pembuahan sel telur. 20-30 hari kemudian, induk-induk yang terpelihara baik akan berpijah lagi
dan beberapa hari kemudian telur akan menetas.

Pemeliharaan Bibit

Benih-benih yang telah berumur 1-2 bulan sejak menetas dapat dibesarkan pada kolam
pendederan atau disawah sebagai penyelang. Dalam pelaksanaan pendederan adalah melakukan
pengeringan kolam atau sawah, pemupukan, perbaikan pematang dan pemasangan saringan atau
perbaikan pipa-pipa pada pintu pemasukan atau pengeluaran air. Setelah persiapan selesai, benih
ditebarkan dengan kepadatan 30 ekor/meter persegi dengan ukuran benih 5-10 cm pada kolam
pendederan. Makanan yang dapat diberikan selama pemeliharaan adalah rayap atau daun-daunan
yang telah dilunakkan dengan dosis 20-30% berat badan ratarata. Makanan tambahan berupa
dedak halus yang diseduh air panas diberikan 1 kali seminggu dengan takaran 1 blek minyak
tanah untuk 100 ekor benih. Lamanya pendederan sekitar 1-2 bulan.

Pemeliharaan Pembesaran

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur

. a) Polikultur Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele.
Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.

b) Monokultur Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus berumur
2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm) diperlukan luas kolam sekitar
1500 meter persegi 1. Pemupukan Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk
kandang.

Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud
untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan.

1. pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan
adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m2 kolam, air disisakan sedikit demi
sedikit sampai mencapai ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari. Pada tahap berikutnya
pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea
sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan
merata ke setiap dasar dan sudut kolam.

2. Pemberian Pakan 13 Makanan pokok ikan gurame berupa pelet yang dapat diatur gizinya,
namun di daerah yang agak sulit memperoleh pelet, daun-daunan merupakan alternatif yang
sangat baik untuk dijadikan makanan ikan, diantaranya: daun pepaya, keladi, ketela pohon,
genjer, kimpul, kangkung, ubi jalar, ketimun, labu dan dadap. Pemberian makanan yang teratur
dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih
cepat. Induk-induk gurame yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali
setahun berturut-turut selama 5 tahun.

3. Pemeliharaan Kolam/Tambak Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu


dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan,
kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.

PANEN

1.Penangkapan Pemanenan benih dapat dilakukan setelah benih berumur 1 bulan. Caranya
dengan air sedikit demi sedikit sementara saluran air masuk diperkecil. Pasanglah jaring lembut
di pintu pengeluaran untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit di tengah
kolam menuju ke lubang pengeluaran. Bibit yang terawat baik bisa mencapai bobot 0,3
gram/ekor pada saat dipanen. Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame sangat tersantung dari
ukuran yang diminta konsumen. Umumnya pemanenan dilakukan setelah ikan berumur 2-3
tahun, ikan yang berumur 2 tahun mempunyai panjang sekitar 25 cm dan berat 0,3 kg/ekor,
sedangkan untuk ikan yang berumur 3 tahun panjangnya sekitar 35 cm dan berat badan 0,7
kg/ekor. Untuk ikan berumur 4 tahun panjangnya dapat mencapai 40 cm dan berat 1 kg/ekor.
Adapun cara penangkapan: air disurutkan sedikit demi sedikit, penangkapan dilakukan pada pagi
hari. Hindari cara penangkapan yang dapat menyebabkan ikan terluka.

2.Pembersihan Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Kemudian diserok
dan dimasukkan ke dalam keranjang panen. Biasanya waktu panen tidak hanya gurame saja yang
tertangkap, sehingga sebelum ikan dimasukkan ke kolam pemberokan, harus diseleksi dan
dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan benih dilakukan selama 1 hari. tujuannya agar ikan
tidak mabuk sewaktu diangkut ke pasar. Lamanya pembersihan disesuaikan dengan besarnya
benih.

PASCA PANEN

1.Penanganan ikan hidup Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual
dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup, segar dan sehat antara lain: a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu
rendah sekitar 20 derajat C.dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai
berikut:

1. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air
bersih).

2. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi
sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan- lahan.

3. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
4. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi
pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari
berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm
atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

5. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

DAN PENYAKIT

Penyakit Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut
penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan- gangguan non parasiter
bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak;
kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah
dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan
pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya
menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang
diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena
penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:

1. Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian
dada, perut dan pangkal sirip.
2. Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat,
kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu
3. Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri. Pencegahan timbulnya
penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam
beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh
ikan dapat disiangi dengan pinset.

Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:

1. Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK) a. Sediakan air sumur atau sumber air
lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.
b. Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air. c. Rendam ikan yang
akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60 menit dengan diawasi terus menerus. d.
Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari kemudian.
2. Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2- 3,5%
selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam
air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah
dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
3. Pengobatan dengan garam dapur
BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Secara teknis pengembangan budidaya ikan gurame adalah dengan tahapan : Pemilihan
Lokasi, Penyiapan Sarana dan Srasarana, Pembibitan, dan Pemeliharaan Pembesaran.
2. Pemeliharaan ikan gurami cukup sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang
tinggi, demikian juga alat-alat yang dibutuhkan untuk budidaya ikan ini tersedia di
seluruh Indonesia dan mampu dibuat oleh masyarakat.
3. Produk budidaya ikan gurami dapat dijual pada setiap tahap pemeliharaan mulai dari
telur, benih ikan (ukuran 0,5 gram, 1 gram, 5 gram, 20 gram) sampai dengan ukuran
konsumsi sehingga dapat memberikan hasil yang lebih cepat sesuai dengan kebutuhan
petani. Saran
4. Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan gurami perlu intensifikasi
penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan kuantitas produksi dapat
ditingkatkan dan masa waktu panen dapat dipersingkat.
5. Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu diberikan bimbingan yang terus
menerus dari instansi terkait mengenai teknis dan teknologi budidaya ikan gurami,
terutama dalam rangka penerapan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produksi
gurami.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Informasi Teknik Perikanan. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Sukabumi.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia, Jakarta.

Departemen Pertanian. 1986. Budidaya Gurami. Balai Informasi Pertanian Jawa

Barat. Bandung.

Heinz, H. R. and Kline. 1973. Fish Panthology. FFA Publication Inc. West Sylvania

Aveneu, Neptune, New Jersey. 512 pp.

Kabata, Z. 1985. Parasit and Diseases Fish Culture in The Tropic. Taylor and Francis,

London.

Anda mungkin juga menyukai