Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN

TAHAP PERKEMBANAGN AWAL EMBRIO IKAN

OLEH :
NAMA : AGIL KRIS AMRELA
NO BP : 1710422018
KELOMPOK :6B
ANGGOTA KELOMPOK : 1. Jihan fadillah (1710421002)

2. Raissa Miranda diva (171042027)

3. Riska afriana (1710422028)

4. Sintia Rahmadhani (1710423012)

ASISTEN PJK : Wahyu dwisa putra

LABORATORIUM TEACHING II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang
sangat digemari masyarakat Indonesia. Menurut KKP (2011), produksi ikan lele
mencapai 337.577 ton atau meningkat sebesar 39,03%. Peningkatan produksi lele
pada tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang peningkatannya
mencapai 67,74%. Permintaan pasar yang relatif tinggi serta harga yang cenderung
stabil menjadikan ikan ini menjadi komoditas favorit di sebagian kalangan
pembudidaya. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, penyediaan benih
berkualitas dalam jumlah memadai perlu dilakukan melalui penggunaan teknik
pemijahan induk yang tepat.Awal pembentukan makhluk hidup dimulai dengan
embriogenesis.
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari
embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia.
Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan
ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan
manusia (Moyle,1988). Tahapan dalam embriogenesis setelah fertilisasi adalah
morula, blastula, dan gastrula. Setelah tahap ini, berlangsung proses organogenesis.
Semua makhluk hidup mengalami proses embriogenesis dalam siklus hidupnya.
Salah satu jenis ikan yang banyak dibudidayakan adalah ikan mas. Ikan mas sering
digunakan sebagai hewan uji coba praktikum embriogenesis, karena mudah
didapatkan dan ukuran telurnya yang relatif besar (Priatna, 2008).
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang
microphyle yang terdapat pada chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai kesempatan
yang sama untuk membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru di keluarkandari
tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan
(Effendie, 1997).
Setelah pembuahan kemudian mengalami Perkembangan embrio merupakan
suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang kemudian
setelah dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola pembelahan telur
yang disebut cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut hingga mencapai
fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis. Pertumbuhan
menjadi sistem organ yang kompleks dan saling tergantung merupakan suatu hal
yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya akan termodifikasi secara
sempurna (Harvey, 1979).
Pemijahan merupakan proses keluarnya sel kelamin atau sel gamet dari dalam
tubuh. Pemijahan pada ikan lele dapat dilakukan secara alami, semi alami maupun
buatan. Sebelum dipjahkan induk ikan lele harus dilakukan seleksi terlebih dahulu,
supaya kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan bagus. Rasio indukan yang
digunakan untuk pemijahan yaitu 1:1. Menurut Rosyatin (2012). Jumlah indukan
jantan dan betina yang digunakan dalam proses pemijahan yaitu 1:1 dengan bobot
yang hamper sama, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat kanibalisme
ikan lele itu sendiri.
Kajian mengenai embriogenesis ini merupakan hal yang penting untuk
dipelajari. Embriogenesis pada ikan lele sangat penting diamati sebagai pengetahuan
proses umum embriogenesis makhluk hidup. Oleh karena itu melalui praktikum ini
praktikan dapat melihat proses embriogenesis yang terjadi pada ikan, dan dapat
menentukan jenis telur serta tipe pembelahan embrionik yang terjadi pada ikan lele.

1.2 Tujuan
Untuk melihat tahap perkembangan awal embrio pada kelas ikan.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri – ciri tubuh yang
memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar, warna
kelabu sampai hitam. Disekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila, mandibula luar
dan mandibula dalam, masing-masing terdapat sepasang kumis. Hanya kumis bagian
mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo
berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung (dorsal) dan bagian
samping (lateral). Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip
tunggal, sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada
terdapat duri yang keras dan runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak
beracun (Suyanto 2007).
Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya yang disebut sebagai arborescen organ. Ikan lele tidak pernah ditemukan
di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku
yang berbeda (Ariidae). Habitat alami ikan lele di sungai dengan arus air yang
perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural,
yaitu aktif bergerak dan mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan
lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah
pada musim penghujan (Prihatman 2000).
Ciri kelamin pada ikan lele dapat dilihat dari ciri primer dan ciri sekunder.
ciri kelamin primer ikan lele jatan mempunyai organ yang bernama testis,
mempunyai urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah
belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan, jika sudah matang gonad
kelamin yang berbentuk papila membengkak dan berwarna merah tua, ikan lele
mempunyai tipe pembuluh sperma vesika seminalis, sehingga ikan lele termasuk
ikan yang tidak dapat di striping Sedangkan ikan lele betina mempunyai organ yang
bernama ovary, di sekitar kloaka jika ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
bentuknya bundar dan besarnya seragam (Khairumaman dan Amri 2007). Sedangkan
ciri kelamin sekunder ikan lele jantan kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele
betina, warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina, gerakannya
lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress), perutnya lebih langsing dan
kenyal bila dibanding induk ikan lele betina, kulit lebih halus dibanding induk ikan
lele betina. Sedangkan ikan lele betina kepalanya lebih besar dibanding induk lele
jantan, warna kulit dada agak terang, gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan
agak cembung, perutnya lebih gembung dan lunak.
Menurut Sunarma (2004), handling induk dilakukan selama masa pemijahan
dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi
seperti cincangan daging (bisa berbagai macam daging), atau makanan buatan
(pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relatif tinggi, yaitu
± 60% (untuk pemberian pakan selain pelet sebaiknya sebagai selingan, kadar
pemberian cincangan daging setiap 4 - 7 hari sekali). Makanan diberikan pagi hari
dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan. Dalam handling pisahkan
induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
Pemijahan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan
pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan
cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian
dimasukkan dan dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian
kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dan
jantan dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami
dalam wadah/bak pemijahan dan diberi kakaban. Pemijahan buatan dilakukan
dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikkan hormon perangsang
kemudian didiamkan selama ± 6 jam lalu dipijahkan secara buatan dengan cara
menstriping induk betina dan mengambil kantung sperma dari induk jantan lalu
dicampurkan dalam mangkok dan diaduk rata dengan menguunakan bulu ayam dan
disebarkan di kakaban atau waring (Sumantadinata K 1983).
Embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio
ikan yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan ikan hingga
penetasan telur. Tahap-tahap embriogenesis terdiri dari zigot, morula, blastula,
grastula dan organogenesis. Zigot akan mulai membelah oleh mitosis untuk
menghasilkan organisme multiselular, waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan
zigot ini adalah 15 menit (Anonim 2009). Berdasarkan hasil praktikum pembentukan
zigot berkisar 27 menit yang dimulai dari pukul 07.21 - 07.47 WIB. Hasil dari proses
ini disebut embrio. Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat
pembelahan sel terus menerus dimana keberadaan antara satu dengan sel yang lain
adalah rapat, waktu yang dibutuhkan pada tahap ini 2 jam (Anonim 2009).
Peristiwa penetasan terjadi jika embrio telah menjadi lebih panjang lingkaran
kuning telur dan telah terbentuk perut. Selain itu penetasan telur juga disebabkan
oleh gerakan larva akibat temperature, intensitas cahaya, dan pengurangan tekanan
tekanan oksigen (Affandi 2000). Kematangan gonad adalah tahapan tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi,
sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan
mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan
cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie
(1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang
gonad dapat mencapai 10-25% dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10%. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter
telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar. kematangan seksual pada
ikan dicirikan oleh perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi
penyebaran ukuran telurnya. Berdasarkan hasil praktikum telur yang dihasilkan
mempunyai diameter yang hampir sama pada umumnya.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019 di Laboratorium
Teaching II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet tetes, kaca objek, botol film,
mikroskop, Tissue, . Bahan yang diperlukan adalah embrio ikan Lele (Clarias sp.)

3.3 Skema Kerja

Dilakukan pemijahan antara lele betina dan lele jantan di tempat pembenihan ikan.
Setelah ikan melakukan fertilisasi, dilakukan pencuplikan telur ikan dengan umur 0
jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22
jam, serta 24 jam. Setiap pencuplikan telur diberi larutan formalin 4%. Telur diamati
di bawah mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai embryogenesis paa ikan lele
(Clarias sp.) diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah :

No. Usia Tahap Gambar Prakt Gambar literatur Keterangan


1. 0 jam Morula Sel berbentuk bola
gelap

2. 2 jam Morula Sel berbentuk bola


gelap

3. 4 jam Blastula Terbentuk lekuk


blastosol

4. 6 jam Blastula Terbentuk lekuk


blastosol

5. 8 jam Blastula Terbentuk lekuk


blastosol

6. 10 Blastula Terbentuk lekuk


jam blastosol
8. 12 Blastula Terbentuk lekuk
jam blastosol

9. 16 Gastrula Terbentuk tiga


jam lapisan ektoderm,
mesoderm,
endoderm

10. 18 Gastrula Terbentuk tiga


jam lapisan ektoderm,
mesoderm,
endoderm

11. 20 Gastrula Terbentuk tiga


jam lapisan ektoderm,
mesoderm,
endoderm

12. 22 Gastrula Terbentuk tiga


jam lapisan ektoderm,
mesoderm,
endoderm

13. 24 Gastrula Terbentuk tiga


jam lapisan ektoderm,
mesoderm,
endoderm

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap perkembangan embrio ikan dapat


diketahui bahwa secara umum morfologi yang dihasilkan setiap tahapnya berbeda.
Namun dalam perkembangan tahap embriologi ikan lele tidak semua klompok
berhasil sampai pada tahap hatching. Ha l in mungkin dikarenakan lamanya saat
pencuplikan karena pada prinsipnya fertilisasi ikan harus membutuhkan oksigen
yang berada di dalam air. Selain itu, mungkin dilihat dari kualitas sperma dan sel
telurnya yang kurang baik ataupun pengaruh suhu dan intensitas cahaya yang tidak
mendukung perkembangan embrio ikan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan embrio dari ikan mas
adalah: faktor lingkungan (suhu, intensitas cahaya, aerasi), kualitas sel telur dan
sperma, dan dapat juga dipengaruhi oleh substrat tempat telur menempel karena telur
ikan mas bersifat menempel pada substratnya (Scott dan Elizabeth, 2004).
Cleavage merupakan pembelahan dari zigot menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dan lebih kecil lagi, tanpa ada penambahan volume dari sel telur. Pembentukan
segmen-segmen terjadi pada tahap cleavage, biasanya dimulai 30 menit setelah
fertilisasi terjadi. Total dari terjadinya cleavage adalah sebanyak enam kali
pembelahan dan pertambahan jumlah sel. Cleavage hanya terjadi pada tudung
blastoderm dari sitoplasma (meroblastik). Cleavage pertama selalu berbentuk
meridional dan membagi sel telur menjadianimal pole dan vegetal pole. Nukleus
pada saat cleavage tahap pertama dapat terlihat jelas. Cleavage kedua berlangsung
membagi secara vertikal dari pembelahan pertama, dan akhirnya membentuk
blastomer. Cleavage ketiga berlangsung sejajar dengan yang pertama,
dan blastodisc berbentuk persegi empat. Cleavage keempat sejajar dengan yang
kedua, dan pada tahapini sentral blastomer menjadi lebih kecil. Cleavage kelima dan
keenam membagi telur secara vertikal dan horizontal dengan jumlah yang sama
membentuk bola dari sel-sel yaitu morula. Pada tahap cleavage pembelahan terjadi
secara sinkron atau selaras, sehingga menghasilkan sel-sel dengan jumlah dan bentuk
yang sama (Pandey dan Shukal, 2010).
Menurut Melamed dan Sherwood (2005) fertilisasi merupakan peleburan
antara sel sperma dan sel ovum sehingga dihasilkan zigot. Terjadi tahap pembelahan
(cleavage) secara berturut-turut yaitu 1 sel, 2 sel, 4 sel, 32 sel, dan 64 sel. Tahap
pembelahan dapat dimati dengan ditandai oleh sel-sel blastomer yang membelah.
Sel blastomer ini berada di salah satu kutub telur. Menurut Ostrander (2000)
blastomer merupakan kumpulan sel yang membentuk bola padat dan berkembang
dari pembelahan sel embrionik. Pembentukan blastula ini ditandai dengan
terbentuknya rongga di tengah sel saat sel-sel blastula mengalami
pembelahan. Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan
mengadakan pelekukan yang tidak beraturan, di dalam blastula terdapat cairan sel
yang disebut dengan blastocoel (Scott dan Elizabeth, 2004).
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya
sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga
tubuh. Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula. Pada bentuk gastrula ini,
embrio telah terbentuk menjadi tiga lapisan embrionik, yaitu lapisan bagian luar
(ektoderm), lapisan bagian tengah (mesoderm), dan lapisan bagian dalam
(endoderm).Sehingga, gastrulasi merupakan proses pembentukan tiga lapisan
embrionik. Pada perkembangan selanjutnya lapisan embrionik akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan menghasilkan berbagai organ
tubuh (Scott dan Elizabeth, 2004).
Umumnya tipe pembelahan pada ikan dibagi menjadi dua yakni meroblastik
dan holoblastik. Pada pembelahan meroblastik pembelahan hanya terjadi pada bagian
inti dan sitoplasmanya saja. Sedangkan pada tipe pembelahan holoblastik baik inti,
sitoplasma, dan kuning telur semua ikut membelah. Kedua tipe pembelahan tersebut
tergantung pada distribusi penyebaran dan banyaknya kuning telur (Hariandi, 2010).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan serangkaian perlakuan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


tahapan-tahapan embriologi dari ikan lele (Clarias sp.) diawali dengan
tahapan cleavage (sel telur yang telah terfertilisasi mulai membelah), morula ( 32 –
64 sel), blastula ( 64 – 128 sel), serta gastrulasi.

5.2 Saran

Selama melakukan praktikum ini lebih baik lagi jika setiap proses pembelahan dapat
direkam secara keseluruhan hingga telur setelah menetas, sehingga dapat diamati
lebih detail terhadap embriogenesis yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi R. & Tang U.M. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Laporan. Pekanbaru: Pusat
Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan.
Anonim. 2009. Embriogenesis. http://www.embriogenesis ikan lele.com . [4 April
2017].
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Hariandi. 2010. Embriologi dan Perkembangannya. Erlangga: Jakarta.
Harvey, B. J. 1979. The Theory and Passino. Ichtiology. John Willy and Sons. New
York
Khairuman, dan Amri. 2008. Budidaya Lele Lokal Secara Intensif. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
KKP. 2011. Analisis capaian target produksi lele : produksi naik, capaian naik.
http://ww.kkp.go.id [4 April 2017]
Melamed, P dan Sherwood, N. 2005. Hormones and Their Receptors in Fish
Reproduction. Singapore: World Scientific Publishing Co. Ptc. Ltd.
Ostrander, G.K . 2000. The Laboratory Fish. London: Academic Press.
Pandey R. dan Shukla S.. 2010. Fish & Fisheries. Ardiant Electric Press. Meeerut.
Prihatman K. 2000. Proyek pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan, budidaya
ikan lele (Clarias sp.). Jakarta : BAPPENAS
Rosyatin.2012. Budidaya Ikan Lele.http://www.aquaculture.co.id [27 Desember
2012]
Scott, A. S dan Elizabeth, F. 2004. Body Structures and Functions.Tehth
Edition. Delmar Learning, Canada
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia.
Bogor: Sastra Hudaya
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Lele Sangkuriang (Clarias sp.).
Sukabumi: Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Touraev, Alisher, et al. 2009. Advances in Haploid Production in Higher Plants.
Springer Science + Business Media B. V. Amerika.

Anda mungkin juga menyukai