Anda di halaman 1dari 29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang

hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum Chordata dengan

karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut

dari air dan sirip digunakan untuk berenang. Ikan hampir dapat ditemukan hampir

di semua tipe perairan di dunia dengan bentuk dan karakter yang berbeda-beda.

Ciri-ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan

bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai

operculum, tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir serta mempunyai bagian tubuh

yang jelas antara kepala, badan, dan ekor (Fitrah et al., 2016).

Ikan lele (Clarias batrachus) merupakan ikan konsumsi air tawar yang

memiliki ukuran kepala hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya.

Kepala pipih ke bawah dan tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk

ruangan rongga di atas insang, pada ruangan ini terdapat alat bantu pernapasan

berupa Arborescent Organ. Mulut Clarias batrachus terletak pada ujung

(terminal) serta dilengkapi gigi nyata, atau hanya berupa permukaan kasar di

mulut bagian depan. Clarias batrachus juga memiliki empat pasang sungut yang

terletak di sekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibular

luar, sepasang sungut mandibular dalam, dan sepasang sungut maxilar (Putra,

2014).

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,

dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang

terkontrol. Pembenihan merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan penanganan


2

induk, pembuahan dan pasca penetasan untuk menghasilkan benih. Mutu benih

yang dihasilkan banyak dipengaruhi oleh mutu induk dan lingkungan seperti

kualitas ikan dan penyakit. Sifat genetis induk yang baik sangat diharapkan dan

dapat diturunkan antara lain pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit dan

tidak cacat fisik (Ardyanti et al., 2017).

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan

sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan

sebagai salah satu proses dari reproduksi merupakan mata rantai siklus hidup yang

menentukan kelangsungan hidup spesies. Keberhasilan suatu usaha pemijahan

ikan dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti kematangan ikan yang akan

dipijahkan, makanan yang diberikan selama pemeliharaan dan kondisi lingkungan

(Sinjal, 2014).

Perbedaan jantan dan betina dilakukan dengan cara mengamati ciri genital.

Pengamatan melalui pengambilan contoh telur menggunakan kateter dan

stripping sperma dilakukan secara manual serta dengan mengamati ciri bentuk

tubuh. Ciri induk betina secara umum yaitu memiliki bentuk tubuh yang lebih

gemuk, lubang genital terletak di depan genital papilla, yang sudah matang gonad

perutnya berbentuk membulat dan lunak, genital papilla mengembang dan

berwarna kemerahan, lubang anus melebar dan menonjol. Pada induk jantan

tubuhnya lebih langsing dan lubang genital terletak di belakang genital papilla,

apabila sudah matang gonad perutnya jika ditekan akan mengeluarkan cairan

sperma berwarna putih, tubuh tetap ramping dan kadangkadang pada kepala

terjadi perubahan kulit (Arifin et al., 2017).


3

Pemijahan ikan lele dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pemijahan

alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan

pemijahan buatan (induced/artifical breeding). Pada ikan lele masamo (Clarias

sp.) dapat dilakukan pemijahan secara buatan. Pemijahan secara buatan dilakukan

dengan cara penyuntikan hormon buatan. Hormon sintesis (buatan) kini dapat

dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim

berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis

pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk ikan lele yang beratnya 1 kg. Penyuntikan

menggunakan hormon ovaprim sangat praktis, sebab berupa larutan sehingga

tinggal disuntikan saja (Kurnia, 2016).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ciri indukkan Ikan Lele (Clarias gariepinus).


2. Untuk mengetahui tahap pemijahan Ikan Lele (Clarias gariepinus).
3. Untuk mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan pembenihan Ikan

Lele (Clarias gariepinus).

Manfaat Praktikum

Manfaat dari laporaan praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat

masuk Prapraktikal praktikum Teknologi Pembenihan serta sebagai sumber

informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
4

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) adalah salah

satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia. Ikan

ini banyak dikonsumsi karena mudah diolah, banyak disukai, dan memiliki

kandungan protein yang tinggi. Selain itu, ikan ini juga dibudidayakan karena

memiliki waktu pertumbuhan yang relatif cepat. Tingginya permintaan konsumen

membuat petani lele melakukan usaha yang intensif. Perkembangan usaha

budidaya lele membutuhkan penambahan area budidaya dan biaya untuk pakan

serta peningkatan kebutuhan air (Elpawati et al., 2015).

Klasifikasi ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:

Class : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Sub Ordo : Siluroidea

Family : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Nama Sinonim: Silurus gariepinus

Nama Umum : Lele Sangkuriang

Nama Lokal : Ikan Maut (Aceh); Ikan Kalang (Sumatera Barat); Ikan Keling

(Makassar).

Tubuh ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang,

berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depress)

dengan mulut yang relatif lebar, dan mempunyai empat pasang sungut. Ikan lele

sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip
5

dubur. Pada sirip dada dijumpai sepasang patil atau duri keras yang dapat

digunakan untuk mempertahankan diri dan dapat dipakai untuk berjalan di

permukaan tanah atau pematang. Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat

alat pernapasan tambahan (organ arborescent) berbentuk seperti batang pohon

yang penuh dengan kapiler-kapiler darah untuk membantu mengikat oksigen dari

udara. Mulutnya terdapat di bagian ujung dan terdapat empat pasang sungut.

Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Ikan lele

mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan dan bersifat karnivora dan kanibal,

yaitu memangsa jenisnya sendiri jika kekurangan jumlah pakan dan lambat

memberikan pakan (Kartini, 2012).

Lele Sangkuriang merupakan pemurnian genetik melalui cara silangbalik

antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam

(F6) Lele Dumbo. Kelebihan yang dimiliki Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus

var. Sangkuriang) antara lain adalah pertumbuhan rata-ratanya yang lebih cepat

dibandingkan dengan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Hal ini diduga salah

satunya dipengaruhi oleh tingkah laku makannya. Kelebihan lain yang dimiliki

oleh Lele Sangkuriang adalah fekunditasnya yang tinggi, mortalitasnya yang

rendah dan anaknya yang tidak bersifat kanibal (tidak saling memakan). Dengan

kelebihan ini Lele Sangkuriang mampu berkembang biak lebih cepat

dibandingkan dengan Lele Dumbo (Widodo, 2009).

Habitat ikan lele adalah semua perairan air tawar. Lele tidak pernah

ditemukan hidup di air payau atau air asin. Ikan lele mempunyai organ insang

tambahan yang memungkinkan pengambilan oksigen dari udara di luar air. Oleh

karena itu, ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit
6

oksigen. Ikan lele juga relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik

sehingga ikan ini mampu hidup di selokan yang airnya kotor. Ikan lele bersifat

nokturnal, artinya ikan ini aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat

gelap. Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora (pemakan segala).

Pakan ikan lele berupa pakan alami dan tambahan. Pakan alami ialah binatang

renik seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, dan Copepoda), cacing larva

(jentik-jentik serangga), dan siput kecil. Pakan tambahan bagi lele adalah pakan

buatan berupa pelet. Salah satu kelebihan pakan buatan adalah kandungan gizinya

terutama protein, sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan lele (Pratiwi, 2014).

Seleksi Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Induk jantan memiliki ciri warna kelamin terlihat kemerahan, bentuk

urogenital meruncing, bentuk tulang kepala lebih mendatar (pipih), warna dasar

tubuhnya hitam, maka ikan tersebut akan berubah menjadi lebih hitam, perut tetap

meruncing bila diurut ke arah urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna

putih susu. Sedangkan induk betina memiliki ciri warna alat kelamin terlihat

kemerahan, bentuk urogenital membulat, bentuk tulang kepala agak cekung,

warna tubuh lebih cerah dari pada warna biasa, perut membesar dan bila diurut

akan mengeluarkan telur berwarna kuning kehijauan (Ardyanti et al., 2017).

Ciri-ciri induk ikan lele betina yang telah siap untuk dipijahkan sebagai

berikut bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek,

lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar, jika bagian

perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur

berwarna kekuning-kuningan dan ukurannya relatif besar dan pergerakannya

lamban dan jinak. Dan ciri-ciri induk ikan lele jantan yang telah siap untuk
7

dipijahkan sebagai berikut alat kelamin tampak jelas dan lebih runcing, warna

tubuh agak kemerah-merahan dan tubuh ramping dan gerakannya lincah

(Ariyati et al., 2015).

Ciri-ciri induk lele jantan matang gonad yaitu memiliki alat kelamin

tampak jelas dan meruncing, tulang kepala lebih mendatar dibanding betinanya,

memiliki warna dasar badannya hitam (gelap) dan siklus umur induk jantan di atas

8 bulan. Dan ciri-ciri induk lele betina matang gonad yaitu memiliki ukuran

kepala lebih besar dibanding induk lele jantan, memiliki warna kulit dada agak

terang dengan urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun) berwarna

kemerahan lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus, gerakannya

lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung dengan struktur perutnya lebih

gembung dan lunak dan bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian

perut ke arah ekor akan mengeluarkan butiran kekuning-kuningan. (Kusuma et

al., 2019).

Media dan Wadah Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Bentuk kolam adalah persegi panjang. Dengan ukuran bak bervariasi

kolam benih berukuran 2x2 m dengan ketinggian air 60 cm, kolam induk

berukuran 4x6 m dengan ketinggian air 80 cm. Wadah pemijahan dapat berupa

bak plastik atau tembok dengan ukuran 2x1 m. Kolam yang terbuat dari beton

akan memberikan konstruksi kolam yang lebih permanen, selain itu untuk

mencegah keluarnya air melalui perembesan, peresapan, dan kebocoran pada

dasar serta dinding kolam. Saluran inlet berupa pipa paralon yang mengelilingi

sisi kolam dan saluran outlet berupa pipa PVC yang berada di bagian dasar kolam
8

yang mengarah pada selokan. Pada saluran outlet diberi kasa agar larva tidak ikut

terbuang bersama dengan air (Ardyanti et al., 2017).

Kolam atau bak pemijahan diisi dengan air bersih setinggi 50 - 60 cm.

Bagian bawah atau dasar kolam diberi kakaban yang terbuat dari kasa/waring

yang menutupi seluruh dasar kolam, sehingga telur yang dihasilkan bisa

tertampung dan menempel pada kakaban. Untuk mengindari induk ikan lele

melompat keluar pada saat melakukan pemijahan, maka bagian atas kolam diberi

penutup, misalnya dari triplek atau papan kayu. Seluruh kakaban tempat

menempelnya telur ikan lele yang ditetaskan harus terendam air. Oleh karena itu,

kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam dengan pemberat. Telur yang

dibuahi dan berpotensi untuk menetas berwarna kuning cerah kecokelatan,

sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Penetasan telur ikan lele

dipengaruhi oleh suhu air dan suhu udara. Suhu udara yang optimum akan

membantu mempercepat penetasan telur, biasanya telur ikan lele akan menetas

dalam waktu 20-24 jam setelah terjadi pemijahan (Ariyati et al., 2015).

Kakaban berfungsi untuk meletakkan/menempelkan telur ikan yang telah

dibuahi sel jantan. Selain berfungsi sebagai tempat meletakkan telur, kakaban juga

membantu memberikan rangsangan kepada sepasang indukan untuk memulai

perkawinan. Kakaban beragam jenisnya, ada yang terbuat dari bahan ijuk atau

bahan paranet. Bentuknya pun bervariasi, ada yang membuatnya memanjang

dengan satu penyangga tengah, ada yang berbentuk rangka dimana rangka

tersebut dipasangi oleh ijuk, ada yang berbentuk rangka dimana seluruh rangka

dipasang paranet sehingga berbentuk persegi panjang, ada yang dibiarkan saja

tidak memakai rangka (Ramadhan et al., 2018).


9

Ikan lele pertama kali matang gonad pada ukuran panjang tubuh sekitar 20

cm dan ukuran bobot tubuh 100 sampai 200 gram. Tingkat kematangan gonad

tersebut dipengaruhi oleh kondisi genetik ikan dan kandungan nutrisi pada pakan.

Ikan lele sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek.

Budidaya ikan lele sangkuriang dapat dilakukan pada areal dengan ketinggian 800

meter di atas permukaan laut (dpl). Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun

air tidak terlalu spesifik. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu

kandungan O2 sebesar >1mg/l, suhu air 22-32 oC dan pH air 6-9 (Kartini, 2012).

Kualitas air didefinisikan sebagai faktor kelayakan suatu perairan untuk

menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya

ditentukan dalam kisaran tertentu. Kualitas air memegang peranan penting dalam

kegiatan budidaya. Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian,

pertumbuhan terhambat, timbulnya hama penyakit, dan pengurangan rasio

konversi pakan. Kualitas perairan yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan

terutama oksigen terlarut, pH, suhu dan amoniak. kisaran suhu yang ideal untuk

pertumbuhan benih lele sangkuriang 22˚C - 34˚C. Suhu media yang optimum

akan Berpengaruh terhadap kinerja enzim-enzim pencernaan dan metabolime

yang efektif. Konsumsi pakan yang tinggi disertai dengan proses pencernaan dan

metabolisme yang efektif akan menghasilkan energi yang optimal untuk

pertumbuhan dan reproduksi. Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika

suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan (Zidni et al., 2013).

Pemijahan Semi Intensif Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariephinus)


10

Pemijahan sebagai salah satu bagian reproduksi merupakan mata rantai

daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies. Ikan berkembang biak

secara seksual, yaitu terjadinya persatuan sel telur ikan betina dan spermatozoa

ikan jantan. Faktor perangsang pemijahan terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang utama adalah kematangan gonad ikan, sedangkan faktor

eksternal merupakan lingkungan termasuk faktor fisika (cahaya, suhu, arus),

faktor kimia (pH, kelarutan oksigen, feromon), dan faktor biologis (adanya lawan

jenis, dan hormon) (Zairin et al., 2005).

Teknik pemijahan ikan lele menggunakan hormon ovaprim. Hormon

merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana

kelenjar endokrin adalah terdapat beberapa organ antara lain pituitari, pineal,

thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffi, interregnal tissue, corpuscles of

stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue

of gonads dan urohypophysis. Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu

intra muscular (penyuntikan kedalam motot), intra peritorial (penyuntikan pada

rongga perut), dan intracranial (penyuntikan di kepala) (Yuatiati et al., 2015).

Ovaprim adalah campuran analog salmon Gonatrophin Releasing

Hormone (SGnRH-a) dan anti dopamine. Ovamprim sebagai hormon yang

berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon Gonatrophin pada tubuh ikan

sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses

pematangan gonad dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,

menghasilkan telur dengan kualitas yang baik serta menghasilkan telur/waktu

laten yang relatif singkat juga dapat menekan angka mortalitas. Hormon ini juga

dapat bekerja pada organ target yang lebih tinggi pada ikan (Sinjal, 2014).
11

Proses pemijahan dimulai dari pemilihan induk, cara penyuntikan atau

stimulasi, pengeluaran telur dan sperma sampai pada pemijahan atau pembuahan

memerlukan ketelitian yang tinggi agar hasilnya dapat maksimal. Apabila salah

satu dari urutan proses di atas tidak dilakukan dengan baik maka akan mengalami

kegagalan. Induk ikan yang akan diperlakukan dengan suntikkan hormon harus

benar-benar sudah siap atau matang gonad. Secara visual induk matang gonad

pada yang betina adalah yang perutnya gendut karena mengandung telur. Agar

tidak rancu dengan ikan yang amat kenyang (yang juga kadang gendut), maka

seleksi akan baik dilakukan pada ikan yang dipuasakan terlebih dahulu selama 24

jam. Bagi induk jantan lebih mudah menentukannya karena dengan pengurutan

perut biasanya sperma sebagai tanda matang gonad akan keluar dari lubang

genital. Sperma yang keluar dari lubang genital berupa cairan kental umumnya

berwarna putih seperti susu (Satyani, 2008).

Induk ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan dosis ovaprim yang

akan diberikan, setelah itu proses penyuntikkan dapat dilakukan. Penyuntikkan

menggunakan ovaprim dilakukan dibagian punggung secara dengan cara : induk

lele diletakkan dilantai atau meja yang rata, tutupi kepala induk lele betina dengan

kain agar ikan tidak berontak dan terhindar dari patil. Suntik induk dibagian

punggung dengan kemiringan jarum suntik 40 – 45oC dan kedalaman jarum suntik

± 1 cm atau di sesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan. Setelah ovaprim

didorong masuk, jarum suntik dicabut lalu bekas suntik ditutup dengan jari.

Pembenihan Ikan Lele sambil ditekan secara perlahan – lahan beberapa saat agar

ovaprim tidak keluar. Penyuntikkan terhadap ikan uji dilakukan satu kali dengan

dosis yang sudah ditetapkan, setelah itu induk ikan dimasukkan kembali didalam
12

bak penampung dan dibiarkan selama 10 jam untuk proses pengambilan telur

melalui pengurutan (Sinjal, 2014).

Penyuntikan induk dilakukan pada sore hari. Pertama siapkan peralatan

penyuntikan dan hormon ovaprim. Penggunaan injeksi spuit yang sudah

dibersihkan dengan air panas atau alat injeksi yang baru. Kemudian timbang

induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis ovaprim

untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg. Saat mengambil ovaprim gunakan

spuit sesuai dosis yang sudah ditentukan. Selanjutnya, dilakukan penyuntikan

induk jantan dan induk betina secara intramuscular (bagian punggung), dengan

kemiringan jarum suntik 40–450 dengan kedalaman jarum suntik ± 1 cm yang

disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Lakukan penyuntikan dengan hati–hati.

Setelah hormon disuntikkan jarum dilepaskan secara perlahan, kemudian

bekas suntikan ditekan/ditutup dengan jari telunjuk beberapa saat agar hormon

tidak keluar kembali (Agung et al., 2016).

Keesokan harinya induk-induk ikan lele yang telah memijah itu akan diam

pada sudut-sudut kolam. Perlahan-lahan dan tidak mengejutkan, induk lele

ditangkap dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan. Selanjutnya, bak pemijhan

dipasangi aerator yang cukup kuat agar telur-telur yang dihasilkan dapat menetas

dengan semprna. Setelah 24-48 jam telur mulai menetas, terlihat burayak ikan lele

bergerak-gerak lemah di antara serabut-serabut ijuk (Suyanto, 2008).

Pemeliharaan dan Perawatan Benih Ikan Lele Sangkuriang

(Clarias gariephinus)
13

Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung

jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain

menempel pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di

perairan. sebagai contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur

menempel pada substrat, sedangkan ikan gurame terapung di permukaan air.

Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepat

guna yang diterapkan untuk mendukung proses inkubasi dan penetasan harus

disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan

ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisi optimal dan

untuk masing-masing jenis ikan nilai optimalnya berlainan. Aplikasi corong

inkubasi contohnya. Alat sederhana tersebut sangat membantu dalam

memproduksi benih (Bhagawati, 2012).

Proses penetasan telur diawali dengan pengangkatan kakaban. Telur yang

sudah menempel dikakaban di angkat pada pagi hari dari kolam pemijahan lalu di

pindah ke kolam yang sudah disiapkan untuk penetasan telur. Cara meletakkan

kakaban di upayakan tenggelam semua. Hal tersebut bertujuan agar telur dapat

menetas semua. Oleh sebab itu kakaban ditekan menggunakan bambu yang

ditancapkan ke dasar kolam di dua sisi kakaban, hal ini dimaksudkan untuk

menenggelamkan kakaban tersebut. sementara waktu penetasan telur terjadi

mencapai 2 x 24 jam setelah pembuahan. Kakaban diangkat 3 hari setelah telur

menetas atau setelah larva tidak menempel di kakaban

(Ismail dan Khumaidi, 2016).

Setelah menghilangkan daya rekat dari telur, telur bisa dipindahkan secara

hati-hati ke dalam setiapcorong (kapasitas 20 L). Sebelum menuangkan telur ke


14

dalam inkubatornya, aliran air harus dihentikan sementara waktu untuk

menghindari hanyutnyatelur melalui saluran pembuangan. Setelah telur-telur

tenggelam ke dasarcorong, aliran air bisa dibuka secara perlahan dan disesuaikan

untuk menjagaagar telur-telur terus menerus bergerak. Selama inkubasi,

penyesuaian debitair dan penempatan pipa PVC ditengah-tengah corong sangat

penting untukmengoptimalkan derajat penetasan telur (Slembrouck et al., 2005).

Benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,

kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat

berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak

menyebar setelah berumur dua hari. Hingga hari ketiga, benih ikan lele tidak perlu

diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan yang menempel pada

tubuhnya, berupa kuning telur. Pada hari keempat, larva atau benih ikan lele baru

diberi pakan, disamping ukurannya yang sudah bertambah besar, cadangan pakan

berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah habis atau tidak

mencukupi (Ariyati et al., 2015).

Larva (berasal dari bahasa Latin: larvae) adalah bentuk muda (juvenile)

pada hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis. Sebagian besar

perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum

terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva

yang baru menetas bersifat pasif, Hari ke dua mulut mulai terbuka dan mulai

berusaha, memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat

tersebut cadangan kuning telurnya telah menipis, yaitu tinggal 25-30% dari

volume awal. Selama cadangan makanan bawaan lahir masih ada, maka larva

tidak perlu mendapatkan pakan tambahan. Namun apabila cadangan makanannya


15

mulai menipis maka larva harus dilatih untuk mendapatkan pakan tambahan

(Bhagawati, 2012).

Pemeliharaan larva ikan lele dilakukan dalam bak/tangki fiberglass

berbentuk persegi panjang (rectangular) dan bulat (circular) dengan volume 0,5,

1,0 atau 3,0 m3. Larva yang dipelihara bisa langsung dari telur yang sudah

diseleksi atau telur diinkubasi terlebih dahulu dan setelah menetas baru

dipindahkanke bak/tangki pemeliharaan. Apabila menggunakan telur secara

langsung, setelah 3-5 jam penetasan perlu dilakukan penyiponan dasar tangki

untuk membuang cangkang dan telur yang tidak menetas. Hal ini dimaksudkan

untuk menjaga peningkatan konsentrasi amoniak dalam wadah pemeliharaan yang

dapat menyebabkan kematian larva (Mayunar, 1994).

Cara pemberian pakan benih ikan di kolam dilakukan dengan menebar ke

seluruh kolam. Pakan yang diberikan berbentuk tepung dengan kadar protein 25-

40%. Pemberian pakan dengan cara menebar ke seluruh kolam tersebut dilakukan

selama 2 minggu, selanjutnya bentuk pakan benih ikan dapat di tingkatkan

menjadi remah atau crumble. Hal ini karena ukuran benih ikan sudah lebih besar

sehingga bukaan mulutnya sudah lebih besar (Bhagawati, 2012).

Pakan yang memenuhi kebutuhan gizi ikan dapat meningkatkan

pertumbuhan benih ikan lele dumbo hingga mencapai ukuran benih siap jual.

Beberapa pakan yang cocok bagi larva lele yaitu zooplankton, kutu air, moina,

rotifera, Tubifex, jentik nyamuk dan pellet butiran berupa bubur tepung ikan,

tepung udang, dan kuning telur (Madinawati et al., 2011).

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


16

Pratikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 September 2019 pukul

10.00 sampai dengan selesai di Laboratorium Lingkungan Perairan Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak semen untuk

memijahkan ikan lele, ember untuk tempat perawatan induk lele setelah

dipijahkan, inkubator untuk tempat pemeliharaan larva, timbangan untuk

menimbang induk lele jantan dan betina, serbet untuk menutup kepala induk lele

yang akan disuntik ovaprim, pisau untuk membantu proses pembuatan kakaban,

suntik untuk menyuntikan ovaprim pada induk lele dan saringan untuk memanen

benih ikan lele.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan lele sangkuriang

(Clarias gariepinus), ijuk untuk pembuatan kakaban, bambu untuk pembuatan

kakaban, kawat untuk pembuatan kakaban, dan hormon ovaprim untuk proses

pemijahan.

Prosedur Praktikum

Proses Pembuatan Kakaban

1. Siapkan alat dan bahan

2. Dibelah bambu menjadi 4 bagian sama besar

3. Disusun ijuk pada bambu sampai menutupi bambu dan tebal

4. Ditempelkan bambu lainnya diatas ijuk


17

5. Diikat bambu dengan menggunakan kawat dengan rapi agar tidak ada kawat

tajam yang keluar yang dapat membuat induk lele terluka pada saat

pemijahan

6. Dicuci kakaban sampai bersih kemudian dijemur sampai kakaban kering.

Proses Pemilihan Induk Ikan Lele

1. Dipilih induk ikan lele jantan dan betina yang telah matang gonad

2. Dipilih induk jantan yang telah matang gonad ditandai dengan memiliki alat

kelamin tampak jelas dan meruncing, tulang kepala lebih mendatar dibanding

betinanya, memiliki warna dasar badannya hitam (gelap) dan siklus umur

induk jantan di atas 8 bulan

3. Dipilih induk betina yang telah matang gonad ditandai dengan memiliki

ukuran kepala lebih besar dibanding induk lele jantan, memiliki warna kulit

dada agak terang dengan urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat

daun) berwarna kemerahan lubangnya agak lebar dan terletak di belakang

anus bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah

ekor akan mengeluarkan butiran kekuning-kuningan (ovum atau telur)

4. Dirawat secara terpisah induk jantan dan betina agar tidak terjadi pemijahan

liar

Proses Pemijahan Ikan Lele

1. Disiapkan bak semen yang akan menjadi tempat pemijahan

2. Disusun kakaban pada dasar kolam sebagai tempat melekatnya telur hasil

pemijahan ikan lele

3. Diberi pemberat pada kakaban agar kakaban tidak naik keatas permukaan air

dan tidak menggangu proses pemijahan ikan lele


18

4. Diisi air pada bak semen dan aerator

5. Dimasukkan induk ikan lele jantan dan betina yang telah dirawat

6. Ditutup bak semen dan tunggu 1 malam

7. Dipindahkan induk ikan lele jantang dan betina dari tempat pemijahan

8. Ditutup kembali bak semen yang berisikan telur ikan lele hasil pemijahan

selama 1 malam

9. Dipanen benih yang telah menetas dari telurnya

Proses Perawatan Benih Ikan Lele

1. Dibersihkan kakaban tempat menempelnya telur agar benih yang telah

menetas tidak ada lagi yang menempel pada kakaban

2. Dipindahkan benih kedalam inkubator untuk perawatan

3. Diberi makan benih ikan pada hari ke3 setelah menetas dengan cacing sutra

atau kuning telur setengah matang

4. Dibersihkan secara rutin inkubator tempat benih dirawat karena benih sangat

mudah mati

5. Diberikan pakan tepung udang atau tepung ikan pada benih yang telah

berukuran 1 cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN


19

Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Gambar 2. Larva Ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Klasifikasi ikan lele sangkuriang menurut Elpawati et al (2015) adalah

sebagai berikut:
20

Kingdom : Animalia

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Siluriformes

Family : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Pembahasan

Pada pembenihan ikan lele, terlebih dahulu kita menyiapkan wadah

pembenihan. Wadah pembenihan ikan lele bervariasi, ada yang menggunakan

akuarium, kolam terpal, bak fiberglass, bak semen dan lainnya. Dalam praktikum

ini wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah bak semen dengan ukuran ±3

m x 1,5 m. Hal ini sesuai dengan Ardyanti et al., (2017) yang menyatakan bahwa

bentuk kolam adalah persegi panjang. Dengan ukuran bak bervariasi kolam benih

berukuran 2x2 m dengan ketinggian air 60 cm, kolam induk berukuran 4x6 m

dengan ketinggian air 80 cm. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau

tembok dengan ukuran 2x1 m. Kolam yang terbuat dari beton akan memberikan

konstruksi kolam yang lebih permanen, selain itu untuk mencegah keluarnya air

melalui perembesan, peresapan, dan kebocoran pada dasar serta dinding kolam.

Saluran inlet berupa pipa paralon yang mengelilingi sisi kolam dan saluran outlet

berupa pipa PVC yang berada di bagian dasar kolam yang mengarah pada

selokan. Pada saluran outlet diberi kasa agar larva tidak ikut terbuang bersama

dengan air.

Berdasarkan hasil praktikum, media yang digunakan dalam pembenihan

ikan lele adalah air dan kakaban. Kakaban adalah alat yang digunakan untuk
21

tempat peletakan telur-telur induk. Bahan utama dari kakaban adalah ijuk dan

bambu yang diletakkan didasar kolam dengan bantuan pemberat. Hal ini sesuai

dengan Ariyati et al (2015) yang menyatakan bahwa kolam atau bak pemijahan

diisi dengan air bersih setinggi 50 - 60 cm. Bagian bawah atau dasar kolam diberi

kakaban yang terbuat dari kasa/waring yang menutupi seluruh dasar kolam,

sehingga telur yang dihasilkan bisa tertampung dan menempel pada kakaban.

Untuk mengindari induk ikan lele melompat keluar pada saat melakukan

pemijahan, maka bagian atas kolam diberi penutup, misalnya dari triplek atau

papan kayu. Oleh karena itu, kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam

dengan pemberat.

Pada proses pembuatan kakaban, bambu di belah dua lalu di kikis sampai

permukaan bambu halus. Kemudian posisi bambu sejajar dan ijuk disusun diatas

bambu tersebut dengan rapi. Kedua ujung bambu dan bagian tengah bambu diikat

dengan kawat atau tali yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan Ramadhan et

al., (2018) yang menyatakan bahwa kakaban berfungsi untuk

meletakkan/menempelkan telur ikan yang telah dibuahi sel jantan. Selain

berfungsi sebagai tempat meletakkan telur, kakaban juga membantu memberikan

rangsangan kepada sepasang indukan untuk memulai perkawinan. Kakaban

beragam jenisnya, ada yang terbuat dari bahan ijuk atau bahan paranet. Bentuknya

pun bervariasi, ada yang membuatnya memanjang dengan satu penyangga tengah,

ada yang berbentuk rangka dimana rangka tersebut dipasangi oleh ijuk, ada yang

berbentuk rangka dimana seluruh rangka dipasang paranet sehingga berbentuk

persegi panjang, ada yang dibiarkan saja tidak memakai rangka.


22

Dalam proses praktikum, pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan

semi intensif atau semi buatan. Pemijahan semi buatan adalah pemijahan yang

dilakukan dengan cara memasangkan induk betina dan jantan dengan

menyuntikkan hormon perangsang (ovaprim) yang kemudian proses ovulasinya

terjadi secara alamiah. Hal ini sesuai dengan Yuatiati et al (2015) yang

menyatakan bahwa teknik pemijahan ikan lele menggunakan hormon ovaprim.

Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin,

dimana kelenjar endokrin adalah terdapat beberapa organ antara lain pituitari,

pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffi, interregnal tissue, corpuscles of

stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue

of gonads dan urohypophysis. Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu

intra muscular (penyuntikan kedalam motot), intra peritorial (penyuntikan pada

rongga perut), dan intracranial (penyuntikan di kepala).

Proses penyuntikan dilakukan pada ikan betina dan ikan jantan. Untuk

induk ikan lele yang telah disuntik dengan ovaprim dipindahkan ke bak

pemijahan. Pemindahan induk tersebut dilakukan pada sore. Pemijahan akan

terjadi pada malam hari. Hal ini sesuai dengan Agung et al (2016) yang

menyatakan bahwa penyuntikan induk dilakukan pada sore hari. Pertama siapkan

peralatan penyuntikan dan hormon ovaprim. Penggunaan injeksi spuit yang sudah

dibersihkan dengan air panas atau alat injeksi yang baru. Kemudian timbang

induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis ovaprim

untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg. Saat mengambil ovaprim gunakan

spuit sesuai dosis yang sudah ditentukan. Selanjutnya, dilakukan penyuntikan

induk jantan dan induk betina secara intramuscular (bagian punggung), dengan
23

kemiringan jarum suntik 40–450 dengan kedalaman jarum suntik ± 1 cm yang

disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Lakukan penyuntikan dengan hati–hati.

Setelah hormon disuntikkan jarum dilepaskan secara perlahan.

Berdasarkan hasil praktikum, setelah induk selesai melakukan pemijahan

induk tersebut harus segera dipindahkan ke wadah semula agar telur-telur tidak

terkontaminasi dengan adanya lendir induk lele. Setelah itu kakaban dibiarkan

sampai telur-telur menetas dalam 3 hari, kemudian telur-telur dipindahkan ke

wadah inkubasi. Hal ini sesuai dengan Ismail dan Khumaidi (2016) yang

menyatakan bahwa proses penetasan telur diawali dengan pengangkatan kakaban.

Telur yang sudah menempel dikakaban di angkat pada pagi hari dari kolam

pemijahan lalu di pindah ke kolam yang sudah disiapkan untuk penetasan telur.

Cara meletakkan kakaban di upayakan tenggelam semua. Hal tersebut bertujuan

agar telur dapat menetas semua. Kakaban diangkat 3 hari setelah telur menetas

atau setelah larva tidak menempel di kakaban.

Telur-telur hasil pemijahan yang akan dipindahkan ke corong inkubasi

harus diseleksi terlebih dahulu. Diantara semua telur tersebut tidak semua bisa

dipelihara. Telur yang berhasil untuk di pelihara akan berwarna kuning kehijauan,

sedangkan telur yang tidak berhasil untuk dipelihara akan berwarna putih atau

abu-abu. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al., 2015) yang menyatakan bahwa

benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,

kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat

berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
24

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Seleksi induk pada induk jantan dan betina dengan melihat ciri-ciri morfologi.

Pada induk jantan gerakan lebih agresif, pada induk betina gerakan lambat.

Umur induk yang siap memijah adalah jantan ±1 tahun dengan bobot 1-2 kg

dan betina ±1,5 tahun dengan bobot 2-3 kg.

2. Pemijahan semi buatan yang dilakukan adalah dengan menyuntikkan hormon

ovaprim perangsang kepada induk jantan dan betina yang kemudian proses

ovulasi terjadi secara alamiah.

3. Pemeliharaan telur dan larva ikan lele (Clarias gariepinus) dengan

memindahkan induk jantan dan betina setelah pemijahan agar telur-telur tidak

rusak. Kemudian telur dibiarkan sampai menetas dengan ciri larva akan

berwarna kunig kehijauan. Setelah itu larva dipindahkan ke corong inkubasi

agar pertumbuhannya tidak terganggu dan di beri suplai oksigen menggunakan

aerator. Pada saat pemeliharaan, larva tidak diberi pakan karena memiliki

cadangan makanan dalam tubuhnya berupa kuning telur.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah diharapkan agar praktikan memahami

materi sebelum memasuki laboratorium agar proses praktikum berjalan dengan

lancar.

DAFTAR PUSTAKA
25

Agung, A. N. B. A. A., A. Saputra., A. Sandra., Z. A. Asman., F. Januar., F. Rosti.,


F. Pakaya., L. Aprillia., S. L. Ibrahim dan M. Khoiron. 2016. Teknik
Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.

Ardyanti, R, D. D. Nindarwi, L. A. Sari dan P. D. W. Sari. 2017. Manajemen


Pembenihan Lele Mutiara (Clarias sp.) dengan Aplikasi Probiotik di Unit
Pelayanan Teknis Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya.

Arifin, O. Z, W. Cahyanti, J. Subagja dan A. H. Kristanto. 2017. Keragaan


Fenotipe Ikan Tambakan (Helostoma temminkii, Cuvier 1829) Jantan dan
Betina Generasi Kedua Hasil Domestikasi. Media Akuakultur. 12(1): 1-9.

Ariyati, R. W, D. Chilmawati dan Sarjito. 2015. Pengaruh Penyuntikan Hormon


Ovaprim Terhadap Kinerja Pemijahan Ikan Tengadak (Barbonymus
schwanenfeldii). INFO. 17(1).

Bhagawati, 2012. Aplikasi Teknologi Tepat Guna dalam Pembenihan Perikanan


Air Tawar. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Elpawati, D. R. Pratiwi, N. Radiastuti. 2015. Aplikasi Effective Microorganism 10


(Em10) untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (clarias gariepinus
var. Sangkuriang) di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tangerang. Jurnal
Biologi. 8(1).

Fitrah, S. S.,I. Dewiyanti, dan T. Rizwan. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan
Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah.Vol. 1 (1).

Ismail dan A. Khumaidi. 2016. Teknikpembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio, L)


di Balai Benih Ikan (BBI) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu
Perikanan. 7 (1). ISSN : 2086-3861.

Kartini, N. 2012. Kajian Aspek Reproduksi Ikan Lele Sangkuriang (clarias


gariepinus) Jantan yang Dipelihara pada Kondisi Lingkungan Berbeda.
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurnia, H. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Lele Masamo (Clarias Sp.) dengan
Metode Clear Water System di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (Bluppb) Karawang, Jawa Barat. [Praktek Kerja Lapangan].
Universitas Airlangga, Semarang.

Kusuma, P. S. W, Sukarjati dan T. S. Wibowo. 2019. Pemijahan Ikan Lele Dengan


Teknik Pemijahan Alam (Natural Spawning) dan Pemijahan Semi Alami
(Induced Spawning). Abadimas Adi Buana. 3(1).

Madinawati., N. Serdiati dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda


Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus). Media Litbang Sulteng. IV (2). ISSN:
1979-5971.
26

Mayunar. 1994. Status Keberhasilan Pembenihan Ikan Kerapu Sunu di Indonesia


dan Prospek Pengembangannya. Oseana. 19 (4). ISSN : 0216-1877.

Pratiwi, D. R. 2014. Aplikasi Effective Microorganism 10 (Em10) untuk


Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (clarias gariepinus var.
Sangkuriang) di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tangerang. [Skripsi].
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Putra, D. A. 2014. Ram Jet Ventilation, Perubahan Struktur Morfologi dan


Gambaran Mikroanatomi Insang Ikan Lele (Clarias batrachus) Akibat
Paparan Limbah Cair Pewarna Batik. [Skripsi]. Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Ramadhan, R, S. Sumaryo dan Estananto. 2018. Perancangan Prototipe Kakaban


Otomatis untuk Proses Pemijahan Ikan Air Tawar. e-Proceeding of
Engineering. 5(3): 5084.

Satyani, D. 2008. Akurasi Dalam Aplikasi Teknologi Stimulasi Hormon Untuk


Pemijahan Ikan. Media Akuakultur. 3 (1).

Sinjal, H. 2014. Efektifitas Ovaprim Terhadap Lama Waktu Pemijahan, Daya


Tetas Telur dan Sintasan Larva Ikan Lele Dumbo, Clarias Gariepinus.
Jurnal Budidaya Perairan 2(1).

Slemboruck, J., O. Komarudin., Maskur dan M. Legendre. 2005. Petunjuk Teknis


Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. Jakarta: IRD,
BRPBAT, BRPB, BRKP.

Suyanto, S. R. 2008. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN:


979-002-185-2.

Widodo, E. P. 2009. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (clarias gariepinus


var. Sangkuriang) Terhadap Beberapa Jenis Anak Ikan. [Skripsi].
Universitas Indonesia, Jakarta.

Yuatiati, A., T. Herawati dan A. Nurhayati. 2015. Diseminasi Penggunaan


Ovaprim untuk Mempercepat Pemijahan Ikan Mas di Desa Sukamahi dan
Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 4 (1).
ISSN : 1410-5675.

Zairin, M., R. K. Sari dan M. Raswin. 2005. Pemijahan Ikan Tawes Dengan
Sistem Imbas Menggunakan Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 4 (2).

Zidni, I, T. Herawati dan E. Liviawaty. 2013. Pengaruh Padat Tebar Terhadap


Pertumbuhan Benih Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) dalam Sistem
Akuaponik. Jurnal Perikanan Kelautan. 4(4): 315-324.
27
28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir

Praktikum Teknologi Pembenihan yang berjudul “Teknik Pemijahan Ikan Lele

Sangkuriang (Clarias gariepinus)”. Laporan ini sebagai salah satu syarat

Praktikan Test di Laboratorium Teknologi Pembenihan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung

jawab Laboratorium Teknologi Pembenihan Ibu Dr Eri Yusni M.Sc dan Bapak

Syammaun Usman S.P M.Si serta para asisten yang telah membantu dan

mendukung sepenuhnya dalam penyelesaian laporan ini.

Demikian laporan ini penyusun selesaikan, penyusun mengharapkan kritik

dan saran demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat

bagi kita semua. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2019

Penyusun

DAFTAR
i ISI
29

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan Praktikum.............................................................................. 3
Manfaat Praktikum............................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)..................................... 4
Seleksi Induk Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)………... 6
Media Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)........ 7
Pemijahan Semi Intensif Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)..... 10
Pemeliharaan dan Perawatan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) 13

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum ........................................................... 16
Alat dan Bahan Praktikum................................................................. 16
Prosedur Praktikum ........................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil................................................................................................... 19
Pembahasan........................................................................................ 20

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan........................................................................................ 24
Saran.................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii

Anda mungkin juga menyukai