Anda di halaman 1dari 30

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk menghasilkan asam laktat dalam jumlah banyak, bakteri yang dikenal

sebagai bakteri asam laktat (BAL) dapat memfermentasi baik gula maupun

karbohidrat.BAL adalah mikroorganisme besar yang mengidentifikasi asam laktat

sebagai metabolit primer menurut ilmu fisika.Beberapa metabolit aktif yang

dihasilkan oleh BAL yaitu asam laktat,etanol,hidroperoksida dan bakteriosin

(Misgiyarta 2003).

Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan anggota dari kelompok bakteri

menguntungkan dan umumnya telah diberi klasifikasi aman untuk dikonsumsi

manusia, atau “Generally Recognized as Safe”, sehingga cocok untuk digunakan

sebagai probiotik.Probiotik adalah mikroba hidup yang bermanfaat dan berguna

untuk meningkatkan mikroflora dalam cairan penyembuh luka dan memberikan

efek menguntungkan bagi kesehatan fisik dan mental seseorang(Aftriani 2010).

Bakteri Asam Laktat (BAL) termasuk dalam kelompok bakteri

menguntungkan dan saat ini berstatus GRAS (Generally Recognized as Safe)

yang artinya aman digunakan di sekitar manusia.Akibatnya, dapat digunakan

sebagai probiotik.Probiotik adalah organisme hidup yang bermanfaat dan berguna

untuk memelihara mikroflora dalam jaringan tubuh serta memberikan efek positif

terhadap fisiologi dan kesehatan bagian dalam (Melliawati,et al,2015).

Pakan adalah komponen biaya produksi yang paling tinggi selama satu hari

makan ikan terkonsentrasi, terhitung antara 60 dan 70 persen dari total biaya.

Salah satu cara untuk menurunkan harga suatu produk adalah dengan mengganti
2

produk impor atau impor dengan produk lokal. Ikan adalah makanan vegetarian

sehat yang mengandung protein berkualitas tinggi dan memiliki profil asam amino

yang lengkap (Mustafa, et al, 2012).

Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus) adalah satu-satunya spesies ikan

Indonesia yang terancam punah yang hidup di perairan tawar seperti rawa, sungai,

atau danau dan berkembang biak secara diam-diam di perairan umum. Produksi

Ikan Lele (Clarias batrachus) lokal di Sumatera Selatan saat ini memberikan hasil

yang mengkhawatirkan bagi hasil tangkapan nelayan pada malam hari. Untuk

mengatasi permintaan ikan yang terus meningkat, perlu dikembangkan teknologi

baru untuk ikan, khususnya ikan sangkuriang (Clarias sp. ) yang melimpah, yang

dapat didistribusikan pada populasi yang besar.

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) digunakan sebagai hewan uji untuk

menunjukkan bahwa pakan komorsil masih digunakan sampai tulisan ini dibuat

untuk pendulangan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp). Penambahan probiotik

BAL pada pakan diharapkan dapat meningkatkan pakan buatan cerna, sehingga

penggunaan pakan lebih efektif yang diukur dengan rasio pakan terhadap pakan

lain, populasi bakteri, pertumbuhan, dan Sangkuriang lele (Clarias sp) pulih.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapaun rumusan masalah dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian probiotik asam laktat (BAL) terhadap

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp).


3

2. Perlakuan manakah yang berpengaruh terhadap pemberian probiotik asam

laktat (BAL) terhadap Ikan Lele Sangkuriang(Clarias sp).

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengevaluasi pengaruh pemberian probiotik asam laktat (BAL) dari

permentasi air cucian beras dan susu terhadap ikan lele sangkuriang

(Clarias sp).

2. Mengetahui pemberian probiotik asam laktat (BAL) dari permentasi air

cucian beras dan susu terhadap ikan lele sangkuriang (Clarias sp).

D. MANFAAT

Manfaat studi ini diharapkan antara lain untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan wawasan mahasiswa, serta memberikan pengetahuan baru bagi

mereka atau sebagian besar masyarakat umum. mengetahui dan memahami

pengaruh bakteri probiotik Bakteri asam laktat (BAL) terhadap pertumbuhan ikan

lele sangkuriang (Clarias sp).

E. HIPOTESIS

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

H0 : Pemberian probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan tidak berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang(Clarias sp)

H1 : Pemberian probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan yang berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang(Clarias sp)


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KLASIFIKASI DAN IKAN LELE SANGKURIANG (Claris sp)

Menurut Kordi dan Ghufran (2010), ikan lele sangkuriang memiliki

kedudukan taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Aanimalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias sp.


5

Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)


( Sumber : dokumen pribadi )

Ikan lele sangkuriang tidak pernah di temukan di air rawa atau asin, payau,

telaga, sawah yang tergenang air (Ghufran, 2010). Habitat ikan lele sangkuriang

atau lingkungan hidupnya adalah di udara terbuka.Air sungai, air irigasi, atau

sumur air adalah jenis udara yang tepat untuk membawa ikan lele.Namun ikan

lele juga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kualitas udara yang kurang

ideal. Ikan lele sangkuriang (Clarias sp) juga memiliki pilihan untuk hidup sangat

nyaman dengan kadar oksigen yang kuat karena memiliki sistem pernapasal yang

disebut labirin yang memungkinkannya mengambil oksigen langsung dari luar

untuk pernapatanny.

B. MORFOLOGI IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

Secara umum ikan lele dikenal dengan nama lele sangkuriang (Clarias sp),

dan memiliki tubuh yang berlendir dan tidak memiliki sisik serta mulut yang

berukuran lebih dari 1/4 panjang tubuh. Namun salah satu ciri yang membedakan

adalah mereka memiliki delapan pasang sungut yang terdapat di mulutnya, dan

delapan pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut(Widodo, 2009).

Manfaat sungut dibalik ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) adalah sebagai

peraba saat mencari makan dan sebagai sensor saat berburu makanan. Ikan lele

sangkuriang (Clarias sp) sirip terdiri dari lima jenis bagian yang berbeda: sirip

dada, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, dan dubur. Di bagian sirip dada

terdapat patil yang sangat kaya akan keratin dan berguna untuk melindungi

diri(Puspowardoyo 2002).
6

Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) memiliki bentuk badan yang memanjang,

memiliki kepala pipih non sisik, delapan sungut memanjang yang berfungsi

sebagai peraba, dan memiliki alat pelonggaran tambahan. Bagian tengah dan

punggung ditutupi pipih, sedangkan badan bagian bawah memiliki penampang

melintang berbentuk bulat (Najiyati 2003).

Ikan lele sangkuriang (Clarias sp) memiliki lima sirip yang tersusun atas sirip

pasang dan sirip tunggal. Sirip dada (dada) dan tujuh sirip perut (ventral) adalah

sirip yang meradang.Sedangkan bagian tubuh yang lunak adalah sirip dubur

(anal), sirip punggung (dorsal), dan sirip ekor. Ukuran sirip punggung 68–79,

ukuran sirip dada 9–10, ukuran sirip perut 5–6, ukuran sirip anal 50–60, dan

ukuran sungut adalah 4 pasang, dengan 1 pasang paling besar dan paling panjang.

Panjang baku 5-6 kali dengan badan dan perbandingan panjang baku dengan

panjang kepala 1:3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 dari panjang kepalanya.Dia

memiliki bentuk villus dan memiliki sebuah candi di atasnya. Akan tetapi ikan

lele sangkuriang memiliki dua alat penciuman yang terletak berdekatan dengan

sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman.

Penglihatan ikan lele sangkuriang kurang berfungsi dengan baik. Pertama-tama,

tempayan pertama sangat kuat dan bergerigi di sisi kedua dan kasar. Saat ikan

berada di permukaan, Jari-jari pertama yang mengandung juga dapat berfungsi

sebagai Senjata dan Ala Penggerak (Ratnasari 2011).

C. HABITAT DAN KEBIASAAN HIDUP IKAN LELE

SANGKURIANG(Clarias sp)
7

Habitat ikan lele sangkuriang(Clarias sp)salah satu nya bisa di perairan tawar

(Sunarma, 2004). Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) juga dapat hidup di

lingkungan dengan kualitas udara yang baik, seperti pada kompresor AC.

Kualitas udara yang ideal untuk budidaya ikan lele sangkuriang (Clarias sp.)

meliputi kadar oksigen sekitar 6 bagian per juta, karbon dioksida 12 bagian per

juta, suhu antara 24 dan 260 derajat, pH 6-7, 1 bagian per juta NH3, dan

sedikitnya 30 sentimeter tembus siang hari di udara.Ikan lele sangkuriang (Clarias

sp) sering aktif pada malam hari (nokturnal) pada siang hari ikan lele sangkuriang

(Clarias sp) lebih suka berdiam di dalam lubang atau tempat yang tenang, ikan

lele sangkuriang (Clarias sp) mempunyai kebiasaan mengaduk ngaduk dasar

lumpur untuk mencari binatang binatang kecil. Pada dini hari, ikan lele

sangkuriang (Clarias sp.) sering terlihat di lubang lubang, antara lain di dekat

pematang sawah, pinggiran sungai, pohon akar, dan lubang kayu.

Ikan lele sangkuriang (Clarias sp) mampu hidup di udara kotor seperti air

berlumpur dan air parit. Ia juga mampu hidup di gurun selama 6 hingga 8 jam. Ini

karena ikan lele memiliki organ arborescent(Kordi, 2010).

D. KEBIASAAN MAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Claris sp)

Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) tergolong omnivora, namun utamanya

adalah karnivora (pemakan daging). Selain tergolong karnivora, ikan lele

sangkuriang (Clarias sp) juga mengkonsumsi makanan selundupan. "Ikan lele

sangkuriang" karya Clarias sp. dapat memuaskan diri untuk menyiapkan makanan

bagi tamu. Renik binatang-binatang, seperti kutu air, cacing, larva (jentik-jentik
8

serangga), siput-siput kecil, dan binatang bangkai, adalah jenis ikan yang paling

enak di kawasan sangkuriang(Bachtiar, 2006).

Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) merupakan hewan yang sangat tanggap

terhadap tekanan. Sebagai aturan umum, makanan apa pun yang diberikan kepada

ikan lele akan berakhir dengan kegagalan. Inilah alasan mengapa Ikan Lele

bergerak sangat cepat saat jatuh. Harapan ini bisa siap dipanen dan dipasarkan ke

masyarakat sebagai ikan konsumsi dalam waktu yang relatif singkat.Menurut

(Mahyuddin, 2008) tergantung jenis pakannya (Clarias sp. ), ikan lele sangkuriang

lebih suka makan di tengah piring atau di tengah mangkuk.

E PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

Menurut Effendie (1997), Pertumbuhan adalah penambahan panjang ukuran

atau berat ikan dalam kurun waktu tersebut yang dipengaruhi oleh pakan, umur,

dan panjang ikan. Untuk benih benih ikan lele sangkuriang sendiri melibatkan

faktor internal dan eksternal. Menurut Standar Nasional Indonesia (2000), faktor

internal termasuk faktor yang mempengaruhi ikan, seperti warna dan susunan

genetik. Sifat genetik ikan yang dikenal sebagai faktor internasional berisi

keturunan, kemampuan memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap

penyakit. Faktor eksternal meliputi kondisi fisik dan lingkungan, ruang gerak, dan

ketersediaan pangan dari berbagai segi kualitas dan kuantitas. Semua faktor ini

terkait dengan lingkungan tempat ikan dibesarkan.Ikan pada fase awal

pertumbuhannya berjalan dengan cepat dan diikuti dengan pertumbuhan kembali

pada stadia dewasa. Ikan pada stadia dewasa, pertumbuhan berjalan secara terus
9

menerus akan tetapi berjalan lambat. Ikan pada stadia dewasa umumnya

kekurangan pakan untuk pertumbuhan, karena sebagian besar pakan digunakan

untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan ikan (Effendi 2002). Pertumbuhan

benih ikan lele sangkuriang (Clarias sp) dapat terjadi apabila, jumlah nutrisi

pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan

untuk pemeliharaan tubuhnya. Ikan lele sangkuriang akan mengalami

pertumbuhan lambat dan kecil ukurannya apabila pakan yang diberikan kurang

protein dan kurang memadai.

Hal ini dikarenakan nutrisi pada tepung tidak dapat diserap oleh benih lele

sangkuriang (Clarias sp), dan pakan yang diberikan tidak mengandung nutrisi

yang dibutuhkan oleh benih lele sangkuriang (Clarias sp). Ikan dengan ukuran

tubuh yang lebih kecil membutuhkan lebih banyak energi daripada ikan yang

lebih besar, dan mereka juga dapat mengonsumsi makanan berkalori lebih banyak

berdasarkan ukuran tubuhnya. Ikan di stadion membutuhkan banyak energi untuk

mempertahankan gaya hidup mereka di lingkungan sekitarnya.

F. PROBIOTIK

Menurut Telaubanua (2017). Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme

hidup yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup oleh manusia atau

emu.Mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi

hidup yang sehat, mengelola kondisi pencernaan, dan menguntungkan inang

dengan meningkatkan kesehatan inang secara keseluruhan.Selain itu, bakteri


10

probiotik harus bersertifikat GRAS, atau dikenal sebagai "Umumnya Diakui

Sebagai Aman."

Probiotik merupakan mikroorganisme yang memiliki manfaat bagi manusia,

sehingga populasi mikroorganisme penyebab penyakit yang diinfeksinya tidak

bertambah dan terus merusak mikroflora yang terdapat pada cairan penyembuh

luka.Istilah lain untuk probiotik adalah "makanan tambahan untuk ikan inangan"

(hewan inang) yang terbuat dari "mikroba" atau "micrponik pakan", dengan tujuan

meningkatkan persaingan dalam sistem pertahanan ikan inangan terhadap

patogen. Persaingan di area ini adalah seputar konsumsi makanan komersial, yang

ditentukan oleh hasil analisis pola makan dan penyerapan furnitur berukuran

ruangan di dalam saluran cerna yang dimaksudkan untuk mengurangi ukuran

kolon (Banjarnabor, 2015).

Pemberian probiotik dalam budidaya dapat diperoleh dari penangkapan ikan

komersial, udara, atau teknik penangkapan ikan asli seperti rotifera atau

artemia.Pemberian probiotik dalam pakan komersial berpengaruh terhadap

kecepatan pakan yang didekati dalam saluran cerna, dimana dapat meningkatkan

laju konsumsi ikan karena aktraktan yang dihasilkan serta struktur pakan yang

baik. Oleh karena itu, akan sangat membantu (Arief, 2014).

Ketika probiotik dimasukkan ke dalam makanan ikan, mereka dapat

membantu pencernaan dan meningkatkan proses metabolisme tubuh, termasuk

reaksi melawan anabolisme dan katabolisme. Sedangkan katabolisme adalah

proses mengubah berat molekul besar menjadi berat molekul kecil, untuk

glikogen menjadi glukosa, anabolisme adalah konversi berat molekul kecil


11

menjadi berat molekul besar. Selain itu, proses anabolik membutuhkan energi,

sedangkan proses katabolik terus mengalami percepatan. Namun, tidak ada proses

yang dapat dihentikan karena hasil proses anabolik seringkali menjadi titik awal

proses katabolik.

H. KUALITAS AIR

1. Suhu

Suhu digunakan sebagai faktor pembatas untuk semua organisme. Suhu

merupakan faktor fisik dalam reproduksi, pertumbuhan ikan dan usia organisme.

Ekosistem perairan memiliki kisaran suhu optimal yang berbeda untuk kehidupan

tergantung pada jenis organisme. Sebagai contoh, untuk jenis ikan patin, kisaran

suhu optimumnya adalah 32°C. Menurut Almaniar (2011), suhu optimum yang

mendukung pertumbuhan ikan patin berkisar antara 25-50°C hingga 32-70°C.

2. Tingkat keasaman

Meskipun spesies ikan yang berbeda memiliki nilai pH yang berbeda, pH

juga dapat membatasi kehidupan ikan, karena pH ikan umumnya netral dan

kisaran yang dapat diterima adalah antara sedikit asam dan sedikit basa. Nilai pH

yang ideal untuk kehidupan akuatik umumnya antara 7dan 8,5. Lingkungan air

yang terlalu asam atau terlalu basa dapat merusak kelangsungan hidup organisme

karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan pernapasan. pH yang

lebih tinggi dari netral menghasilkan konsentrasi amonia yang lebih tinggi, yang

beracun bagi organisme.


12

3. Oksigen terlarut

Oksigen juga merupakan faktor penentu dalam ekologi ikan air, tetapi ikan

juga memiliki adaptasi untuk mengatasi tekanan oksigen yang ekstrim. Ikan lele

merupakan bagian dari kelompok organisme (Labyrinthidae) yang dapat

mengambil oksigen secara langsung dari udara. Disungai dan danau, ikan lele

ditemukan diperairan dangkal dengan kedalaman5-10 cm dan dapat bertahan

selama 45-60 hari (Wise, 2011).


13

III. METODOLOGI

A. WAKTU DAN TEMPAT

Proyek penelitian saat ini dilaksanakan selama satu (satu) tahun kalender di

Workshop Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Palembang yang

bertempat di Jl. Jend. A. Yani, Lrg Gotong Royong, 9/10 Ulu Palembang,

Sumatera Selatan.

B. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

Adapun alat yang digunakan pada saat penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Alat Yang Digunakan Untuk Penelitian


No Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Aquarium 30 Cm x 30 Cm Untuk Pemeliharaan Ikan Lele
2. Timbangan Digital Kg Untuk menimbang berat
3. Buku Tulis Buah Untuk mencatat semua kegiatan
4. Penggaris Cm Untuk mengukur
5. pHmeter/Kertas Buah Untuk mengukur derajat
Lakmus keasaman
6. Ember Buah Untuk menampung ikan saat
melakukan pengukuran bobot
total
7. Thermometer ºC Unuk mengukur suhu air
8. Pompa air Buah Untuk mensuplai air bersi ke
kolam
9. Kamera Megapixel Untuk dokumentasi selama
handphone kegiatan
10 Serok Buah Untuk mengambil ikan
.
14
15

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada saat penelitian dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Untuk Penelitian


No Bahan Satuan Kegunaan
1. Ikan Lele Mg Untuk objek pengamatan
2. Pakan Komersil Kg Untuk pakan ikan
3. Probiotik Bakteri Mili Liter Untuk suplement pakan
Asam Laktat (BAL)
4. Air Liter Untuk media pemeliharaan
5. Air Beras Liter Bahan bantuan
6. Susu Indomilk Liter Bahan bantuan

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Kumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan RAL

dengan siklus pemrosesan tiga kali per hari. Persoalannya adalah penambahan

BAL probiotik ke udara yang difermentasi dengan beras dan susu pada waktu

makan dengan dosis yang berbeda, khususnya:

P0 = 0 ml tanpa penambahan probiotik BAL

P1 = 5 mlprobiotik BAL fermentasi air cucian beras dan susu kedalam pakan

yang dilarutkan dalam 100 ml akuades

P2 = 10 mlprobiotik BAL fermentasi air cucian beras dan susu kedalam

pakan yang dilarutkan dalam 100 ml akuades

P3= 15 ml probiotik BAL fermentasi air cucian beras dan susu kedalam

pakan yang dilarutkan dalam 100 ml akuades

Pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


16

1. Data Primer

Data untuk primer yang diperoleh secara diam-diam dari sumbernya.Data

diperoleh dengan melakukan observasi dan mencatat. Data yang ditemukan diam-

diam dengan cara ini bisa saja berasal dari observasi atau bahkan wawancara.

Metode ini memerlukan pelaksanaan semua proyek dan negosiasi secara diam-

diam, termasuk pemilihan bahan, tenaga kerja, dan teknik besaran (waktu dan

cara).

2. Data Sekunder

Data yang berasal dari data yang diperoleh dari berbagai referensi, laporan,

karya literatur, hasil penelitian yang sedang berlangsung, dan studi lain yang tidak

terkait dengan yang satu ini digunakan untuk membuat data awal.

3. Data Dokumentasi

Data yang dikumpulkan untuk mendapatkan dokumen dengan isi yang akurat

dan ringkasan dari semua informasi yang relevan dari tulisans, buku yang

langsung diterjemahkan dari praktek.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam melaksanakan proses pembesaran

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp).

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Setelah disiktasi dengan wadah pemeliharaan bersih, diamkan selama 1 hari

saat jamur dan bakteri di dalam wadah pemeliharaan hilang.


17

2. Persiapan BAL

Persiapan BAL dari fermentasi yang berasal air cucian beras dan susu

sebanyak yaitu 300 gram sampel beras jenis infari – 42 dari kecematan muara

telang kabupaten banyuasin,dan dicuci dengan air bersih sebanyak 400 ml,air

bilasan pertama ditampung kedalam botol kaca steril 2/3 dari volume botol.

Kemudian mulut botol ditutup menggunakan kain berpori atau kertas tissue dan di

ikat dengan karet gelang atau tali. Fermentasi sampel air cucian beras dilakukan

selama 3 hari. Lalu disimpan pada suhu ruangan dan terhindar dari cahaya

matahari,kemudian diambil sebanyak 100ml cairan keruh dibagian tengah

dimasukan kedalam botol kaca steril dengan volume 2 liter dan ditambakan susu

cair sebanyak 1000ml (perbandingan 1:10) fermentasi ini dilakukan selama 5 hari

pada suhu ruangan tertutup dan gelap. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu cairan keruh yang berada pada lapisan tengah dari hasil fermentasi air

cucian beras dan susu cair itu tersebut.

3. Persiapan Pakan Uji

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji komersial dengan diameter

satu enam. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan dengan suplementasi BAL

probiotik dengan dosis yang sama dengan makanan lainnya yaitu 0 ml (tanpa

penambahan) dan 5 ml yang dilarutkan dalam 100 ml akuades. Larutan tersebut

diadakan secara merah dengan alat spayer ke dalam pakan 1 kg, kemudian

diadakan pada suhu ruangan selama 24 jam selanjutnya pakan uji siap di ujikan.
18

4. Pemeliharaan Ikan Uji

Lama proses penyembelihan ikan lele dengan bobot 5 gram setiap padat tebar

10 butir telur per akuarium adalah 40 jam. Pengambilan sampel dilakukan

minimal tiga kali, yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses.Ikan disajikan tiga

kali sehari, pukul 08.00, 13.00, dan 17.00 WIB.Ikan diberi makan

sembarangan/sedibit sampai tidak perlu lagi memakannya.Penyiponan harus terus

dilakukan dua kali sehari untuk memastikan kualitas udara yang ideal bagi

pertumbuhan ikan.

E. DATA YANG DI AMATI

1. PERTUMBUHAN

I. Panjang Mutlak

Panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus dari Effendi (2002)

yaitu sebagai berikut :

L = Lt – Lo

Keterangan

L : Pertumbuhan Panjang (cm).

Lo : Panjang rata – rata ikan pada awal pemeliharaan (cm).

Lt : Panjang rata - rata ikan pada akhir pemeliharaan (cm).

B. Bobot Mutlak

Bobot mutlak dihitung dengan menggunakan rumus dari Effendie (2002)

yaitu sebagai berikut :

W = Wt – Wo
19

Keterangan

W : Pertumbuhan bobot mutlak (g).

Wo : berat rata – rata ikan pada awal pemeliharaan (g).

Wt : berat rata – rata ikan pada akhir pemeliharaan (g).

2. Kelangsungan Hidup

Perhitungan kelangsungan hidup larva pada akhir pemeliharaan dilakukan

menggunakan rumus Effendie, (2002) sebagai berikut :

Nt
SR = x 100 %
No

Keterangan

SR : Kelangsungan hidup (%).

Nt : Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor).

No : Jumlah ikan awal pemelihraan (ekor).

3. Kualitas air

Perubahan suhu udara berimplikasi pada proses fisika, kimia, dan biologi

udara. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu yang persisten (di bagian atas

dan bawah) yang cocok untuk kultivasi gigi molar ganda (Effendie 2003).Untuk

mengumpulkan data yang akurat selama 40 hari penelitian ini, kualitas air

diperiksa dua kali sehari selama 40 jam.

Menurut (Nisrinah 2013) Suhu udara yang dianjurkan untuk pemeliharaan

ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) adalah antara 25 sampai 30 oC. Gaya hidup
20

aktif dan makan Ikan Lele Sangkuriang keduanya secara signifikan terhambat

oleh suhu udara. Saat udara semakin menyesakkan, metabolisme ikan lele

sangkuriang melambat, membatasi konsumsinya pada waktu makan dan

menghambat kemampuannya untuk mengonsumsi makanan saat nafsunya

meningkat.

Oksigen (DO) adalah gas yang terdapat di perairan. Ikan lele sangkuriang

harus melakukan reproduksi, bernapas, berenang, dan proses pertumbuhan. Kadar

oksigen di perairan tertentu dapat sangat bervariasi tergantung pada kelembapan,

kandungan garam, kualitas udara, dan kualitas atmosfer.

Mikroorganisme penyambung kandungan oksigen dalam perairan terbesar

adalah fitoplankton.Menurut Handayani (2005)Fitoplankton memiliki peran

krusial dalam rantai makanan karena perannya dalam menghasilkan primer dan

babak pertama rantai-jaringan makanan. Fitoplankton dapat digunakan sebagai

ukuran tingkat pencemaran di udara.

Untuk tujuan menghukum Amonia, sistem budidaya dengan jumlah pakan

yang tinggi harus digunakan setiap hari Senin. Ketika pH terlalu tinggi dan

amonia berpotensi menyebabkan terbentuknya keracuan, pengukuran dilakukan

setiap saat. Jika kadar amonia terlalu tinggi, pengukuran amonia harus dilakukan

setiap 10 hingga 14 hari atau setiap minggu jika ikan berenang dalam kondisi

salin. Ini juga diperlukan untuk mengurangi jumlah TAN (total amonia nitrogen)

di dalam air. Perlu dilakukan pemantauan pH dan suhu untuk mengetahui apakah
21

fraksi amoniak ada atau tidak ada. Jika parameter ini tidak terpenuhi, amonia

akan diproduksi.

F. ANALISIS DATA
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan RAL untuk mengetahui

pengaruh konsumsi probiotik terhadap petumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias

sp) pada fase panning.Microsoft Excel dan statistik digunakan untuk

pengumpulan data.

Yij = μ + Ti + €ij

Keterangan :

Yij : Variabel yang akan di analisa

μ : Nilai rerata harapan

Ti : Pengaruh factor perlakuan

€ij : Pengaruh galat dari perlakuan pada uni ke-j yang berasal dari perlakuan

ke-i

Tabel 3. Daftar Ansira Menurut RAL


SK DB JK KT F Hitung F Tabel
Perlakua h-1 JKS JKS/h-1 KTS/KTE F(V1,V2)
n
Galat (rh-1)- JKE JKE (h-1)
(rh – 1) – (h – 1 )

Jika F lebih dari F tabel taraf uji 5% dan lebih kecil dari F tabel uji 1%, maka

proses memperoleh insight cukup jelas. Jika F hitung lebih besar dari F tabel taraf

uji sebesar 1%, maka perlakuan berpengaruh sangat jelas, dan jika F hitung lebih

kecil dari F tabel taraf uji sebesar 5%, maka perlakuan berpengaruh tidak jelas.
22

Jika sebuah karya memiliki pengaruh nyata atau terutama nyata, penting untuk

membandingkan pengaruh masing-masing karya dengan uji karya yang lebih

panjang dari rata-rata sebagaimana ditentukan oleh nilai keragaman kofisien (KK)

yang bersangkutan.
23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) menjalani pengkuran pertumbuhan

panjang mutlak setiap bulan. Dapatlah hasil rata-rata pertumbuhan panjang

definitif Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) setelah menjalani masa latihan

militer selama 40 hari dengan pembelian sepasang pakan identik. Hasil dari

pertumbuhan panjang mutlak yang berkelanjutan ikan lele sangkuriang (Clarias

sp). Tabel ke 4 bisa dilihat.

Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias


sp) selama melakun penelitian (cm).
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
P0 1,48 1,6 0,39 3,47 1,16
P1 1,46 1,14 1,04 3,64 1,21
P2 1,24 1,47 1,11 3,82 1,27
P3 1,26 1,4 1,08 3,74 1,25

Dari hasil pengukuran selama penelitian, terdapat perbedaan rata-rata

pertumbuhan panjang ikan lele. Hasil perhitungan data rata panjang mutlak ikan

lele menunjukan panjang mutlak terdapat pada perlakuan P210 mlprobiotik BAL

fermentasi air cucian beras dan susu kedalam pakan yang dilarutkan dalam 100

ml akuades dengan rata-rata panjang 1,27 cm, lalu disusul dengan perlakuan P315

mlprobiotik BAL fermentasi air cucian beras dan susu kedalam pakan yang

dilarutkan dalam 100 ml akuades dengan rata-rata panjang 1,25 cm kemudian P1

5 mlprobiotik BAL fermentasi air cucian beras dan susu kedalam pakan yang

dilarutkan dalam 100 ml akuades dengan rata-rata panjang 1,16 cm, dan panjang
24

mutlak yang terendah terdapat pada P00 ml tanpa penambahan probiotik BAL

dengan rata-rata panjang 1,16

2. Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp)

Pertumbuhan bobot mutlak adalah selesi berat total tubuh ikan pada akhir

pemiliharaan dan awal pemiliharaan. Hasil pengukuran parameter pertumbuhan

mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang dilakukan satu seminggu sekali

selama 40 hari pemiliharaan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata pertumbuhan bobot mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)
selama penelitian (gram)
Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
P0 0,58 1,25 0,42 2,25 0,75
P1 1,18 0,38 0,42 1,98 0,66
P2 0,97 1,17 0,62 2,76 0,92
P3 0,79 0,74 0,74 1,75 0,58

Berdasarkan tabel 5 di atas, terlihata bahwa rata-rata pertumbuhan ikan lele

sangkuriang (Clarias sp) tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata

0,92 gram, kemudian disusul perlakuan P0 dengan rata-rata 0,75 gram, lalu di

ikuti oleh perlakuan P1 dengan rata-rata 0,66 gram, dan yang terendah terdapat

pada perlakuan P3 dengan rata-rata 0,58 gram.

3. Tingkat Kelangsungan Hidup

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil perhittungan kelangssungan

hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)pada tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias


sp) selama penelitian (SR) (%)
25

Ulangan
Perlakuan Jumlah Rata-Rata
1 2 3
P0 80 70 70 220 73,33
P1 70 100 70 240 80
P2 80 60 70 210 70
P3 80 80 70 230 76,67

Data kelangsungan hidup ikan diperoleh dari jumlah ikan yang hidup pada

akhir penelitian dibagi dengan jumlah ikan pada awal penelitian, lalu dikali

dengan 100 %. Hasil perhitungan kelangsungan hidup Ikan Lele Sangkuriang

(Clarias sp) dapat dilihat pada tabel 6. Data pada tabel menunjukan bahwa

presentase kelangsungan hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang tertinggi

terdapat pada perlakuan P1 dengan nilai rata-rata 80%, kemudian disusul oleh

perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 76,67%, selanjutnya perlakuan P0 dengan

rata-rata 73,33%, dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan P2 dengan rata-

rata 70%.

4. Kualitas Air

Kualitas udara adalah satu-satunya aspek terpenting, apakah perjalanan

lambat atau tidak.Dalam bisnis ikan, memiliki kualitas udara yang tinggi

sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup ikan dan meningkatkan

produktivitasnya. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang memiliki kisaran

suhu air 28 hingga 32 derajat Celcius dan pH 7, 9 hingga 8, dapat mentolerir

fluktuasi suhu udara di semua level operasi selama 40 hari selama penelitian

berlangsung.
26

Tabel 7. Nilai parameter kualitas air selamapemeliharaan


Parameter
Perlakuan
Suhu Ph
P0 28-30 7,9-80
P1 28-32 7,7
P2 28-32 7,6-7,7
P3 28-32 7,3

Kondisi kualitas air yang lain selama percobaan masih dalam layak bagi

kehidupan ikan. Pengukuran

B. PEMBAHASAN

1. Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele sangkuriang (Clarias sp)

Pertumbuhan merupakan pertambahan volume yang ditentukan oleh

beberapa factor seperti kandungan gizi pakan, lama pemiliharaan,ukuran awal

benih serta kondisi lingkungan yang mempengaruhinya. Dari hasil pengukuran

selama melakukan penelitian, terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan panjang

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp). Hasil perhitungan data rata-rata panjang

mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)menunjukan, panjang mutlak yang

tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata 1,27cm, kemudian di ikuti

oleh perlakuan P3 dengan rata-rata panjang 1,25cm, lalu disusul oleh perlakuan

P1 dengan rata-rata 1,21cm, dan panjang mutlak yang terendah terdapat pada

perlakuan P0 dengan rata-rata 1,16

Panjang mutlak tertimggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata

1,27cm hal ini disebabkan oleh salanitas pada pemiliharaan Ikan Lele

Sangkuriang (Clarias sp) masih optimal untuk pertumbuhan. Perbedaan

pertumbuhan pada ikan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) dengan dosis yang
27

berbeda. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotic tubuh dengan tekanan osmotic

lingkungan, maka akan semakin banyak beban kerja energi metabolisme yang

dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi pada

lingkungan yang bersalinitas ( Fujaya, 2004)

2. Bobot mutlak ikan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

pengukuran pertumbuhan bobot mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

dilakukan seminggu sekalidan selama penelitian pengukuran pertumbuhan bobot

mutlak dilakukan sebanyak 6 yaitu pengukuran pada berat awal dan sampai pada

minggu ke enam. Hasil pengukuran bobot mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias

sp) bahwaa bobot rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi pada perlakuan P2

dengan bobot rata-rata 0,92 gram, kemudian disusul perlakuan P0 dengan bobot

rata-rata 0,75 gram, kemudian perlakuan P1 dengan bobot rata-rata 0,66 gram,

dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan bobot berat rata-rata 0,58

gram.

Perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan bobot rata-rata

pertumbuhan 0,98 gram hal ini dikarnakan pada perlakuan P2 penambahan 10 ml

probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan terhadap pertumbuhan Ikan Lele

Sangkuriang (Clarias sp).

3. Tingkat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup ikan sangat oleh pakan dan kondisi lingkungan hidup

sekitar. Pemberian pakan yang cukup kuantitas dan kualitas serta kondisi

lingkungan yang baik akan meningkatkan kelangsungan hidup ikan yang akan
28

dipelihara, sebaliknya kekurangan pakan kondisi lingkungan yang buruk akan

berdampak pada kesehatan ikan dan akan menurunkan kelangsungan hidup ikan

yang dipelihara. Tingkat kelangsungan hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

selama melakukan penelitian berkisaran antara 80-85%. Tingkat kelangsungan

hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang tinggi terdapat pada perlakuan P1

dengan nilai rata-rata 80%, kemudian perlakuan P3 dengan nilai rata-rata 76,67%,

kemudian disusul oleh perlakuan P0 dengan nilai rata-rata 73,33% dan paling

rendah terdapat pada perlakuan P2 dengan nilai 70%. Tingkat kelangsungan

hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang tertinggi adalah terdapat pada

perlakuan P1 dengan nilai rata-rata 80%.

4. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu factor pembatas baik langsung maupun

tidak langsung. Dalam usaha budidaya ikan, kualitas air yang terkendali sangat

baik dan mendukung kelangsungan hidup ikan dalam meningkatkan

pertumbuhannhya. Pegukuran parameter fisiki kimia air pada semua perlakuan

selama 40 hari masa penelitian masih dapat ditoleransi oleh benih Ikan Lele

Sangkuriang (Clarias sp) yaitu suhu berkisar 28-32℃, pH 7,9-8,0

Kondisi perairan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangbiakan

suatu organisme. Suhu merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

pertumbuhan Pengukuran suhu selama penelitian diperoleh rata-rata ssuhu 28-

32℃, kisaran suhu tersebut masih dapat ditoleransi untuk pertumbuhan ikan lele

sangkuriang (Clarias sp). Menurut (Samuel ea al. 2002), suhu perairan yang

berada pada kisaran 25-29℃ masih berada dalam batas wajar dan tidak
29

membahayakan kehidupan ikan.Suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan lele

sangkuriang (Clarias sp) berkisaran antara 25-30℃ (Widodo et al., 2007)

Derajat keasaman (pH) merupakan ssuatu ekspresi dari konsentrasi ion

hydrogen (H+) di dalam air, besarannya dinyatakan minus logaritma dari

konsentasi ion H, pH menunjukan kekuatan antara asam dan basah dalam air.

Pengukuran pH selama penelitian berkisar 7,9-8,0, kisaran pH tersebut masih

optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Hal ini sesuai dengan

(Tatangindatu 2013) menyatakan bahwa biota perairan tawar umumnya memiliki

pH ideal adalah antara 6,8-8,5.


30

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pemberian

probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan lele

sangkuriang (Clarias sp) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan

lele sangkuriang (Clarias sp)

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian kinerja pertumbuhan ikan lele sangkuriang

(Clarias sp) pemberian probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan terhadap

pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias sp) dan saran yang dapat

diberikan dari penelitian ini adalah :

1. Pemiliharaan ikan lele sangkuriang (Clarias sp) dengan penambahan

probiotik asam laktat (BAL) masih dianjurkan dalam kegiatan budidaya

ikan.

2. Disarkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemberian

probiotik asam laktat (BAL) dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan lele

sangkuriang (Clarias sp).

Anda mungkin juga menyukai