BAB I
PENDAHULUAN
spermatozoa pada waktu pembuahan buatan serta aktivitas sperma yang relatif
singkat. Konsentrasi sperma yang tinggi dapat menghambat aktivitas
spermatozoa, karena berkurangnya daya gerak sehingga spermatozoa sukar
menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang mengakibatkan rendahnya
fertilisasi sperma karena motilitas spermatozoa akan terus menurun setelah
dikeluarkan dari tubuh ikan, sehingga menurutnya salah satu cara untuk mengatasi
hal ini adalah menggunakan larutan pengencer yang dapat mempertahankan
kehidupan spermatozoa. Bahan yang sering digunakan dalam pengenceran sperma
adalah larutan NaCl, larutan ini memberi sifat buffer, mempertahankan pH dalam
suhu kamar, bersifat isotonis dengan cairan sel, melindungi spermatozoa terhadap
penyeimbangan elektron yang sesuai. Namun penyimpanan spermatozoa dengan
larutan ini hanya bisa digunakan tidak lebih dari 60 menit setelah penampungan
karena kurang mengandung sumber energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa.
Penambahan madu dalam pengenceran sperma ikan merupakan salah satu
cara yang digunakan untuk memperoleh benih ikan, karena monosakarida yang
dibutuhkan oleh spermatozoa terkandung dalam madu. Berdasarkan data United
States Department of Agricultur (USDA) yang dikemukakan oleh Rahardianto et
al, (2012), madu mengandung 38% fruktosa; 31% glukosa; 17,1% air; 7,2%
maltose, 4,2% trisakarida dan beberapa poliskarida, 1.5% sukrosa; 0,5% mineral,
vitamin dan enzim. Madu dalam pengencer NaCl fisiologis diharapkan dapat
mendukung daya hidup dan pergerakan spermatozoa sebagai sumber energi yang
akan mempengaruhi daya tetas telur.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian tentang
Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu Yang Berbeda Dalam NaCl Fisiologis Pada
Proses Pengenceran Sperma Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele Dombo
(Clarias gariepinus).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ikan Lele Dumbo menurut Santoso, B (2000), adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Klass : Pisces
Sub klass : Teleostei
Ordo : Ostrariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Specsies : Clarias gariepinus
Nama Inggris : King cat fish
Nama Indonesia : Lele Dumbo
Lele Dumbo memiliki lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan dan
sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut
(ventral), sedangkan yang tunggal adalah punggung (dorsal), ekor (caudal) serta
sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi dengan patil atau taji
tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan
6
dengan lele lokal. Dengan sirip yang dimilikinya, lele dumbo mampu merangkak
dengan gerakan zig-zag di atas tanah tanpa air dalam waktu cukup lama, asalkan
lembab (Santoso, B, 2000).
Ikan Lele Dumbo pada awalnya berasal dari benua Afrika, dan kemudian
tersebar secara merata hampir di seluruh kawasan Asia, yang meliputi negara
Filipina, Thailand, Indonesia, Malaysia, Laos, Kamboja, Vietnam, Birna dan India
(Hartono, A, H, S, 1999).
Lele Dumbo sebagian besar hidup pada perairan tawar dan bersifat
nokturnal, artinya Ikan Lele Dumbo aktif pada malam hari atau lebih menyukai
tempat yang gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan ini lebih suka berdiam di
dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan alirannya tidak terlalu deras.
7
Pada habitat aslinya, Ikan Lele Dumbo membuat sarang di dalam lubang-lubang
di tepian sungai, tepi rawa atau pematang sawah dan kolam yang teduh dan
tenang.
dilkukan dengan cara pemijahan secara alami maupun buatan, pemijahan ikan lele
secara alami tidaklah sulit dilakukan caranya simple saja, pemijahan dilakukan
didalam hapa perlakuan yang diterapkan dalam pemijahan alami ikan lele seperti
dilakukan rangsangan dengan menggosok bagian alat kelamin ikan lele baik
jantan maupn betinanya dengan menggunakan getah batang daunt alas, kemudian
ditaruhkan kakaban tempat menempelkan talurnya setelah itu pisahkan induk dari
telurnya, setelah menetas 5 – 7 hari lakukan pendederan pada bak pendederan bak
yang digunakan adalah bak dari beton dengan perlakuan seperti persiapan air yang
bersih dan airasi agar benih mendapatkan O 2 yang cukup, barulah dilakukan
pendederan pada benih ikan lele.
2.6 Madu
Madu mengandung 38% fruktosa; 31% glukosa; 17,1% air; 7,2% maltose,
4,2% trisakarida dan beberapa poliskarida, 1.5% sukrosa; 0,5% mineral, vitamin
dan enzim(Rahardianto et al, 2012). Madu merupakan salah satu suplemen
alternatif yang dapat berperan sebagai antioksidan.
Madu banyak mengandung metabolit sekunder yang bersifat semi polar
atau polar. Senyawa-senyawa kimia pada fraksi semi polar seperti golongan
flavonoid selain memiliki ikatan rangkap majemuk juga memiliki gugus hidroksi
lebih banyak sehingga memiliki potensi lebih tinggi untuk mengikat radikal
bebas. Flavonoid spesifik yang terkandung dalam madu adalah isoflavon
(Rahardianto et al, 2012). Zat gizi yang terkandung dalam madu adalah
karbohidrat, protein, asam amino, vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung
9
dalam madu yaitu vitamin B1, B2, B3, B6, C, A, E, flavonoid, sedangkan mineral
yang terkandung di dalamnya antara lain Na, Ca, K, Mg, Cl, Fe, Zn.
2.7 Larutan NaCl 0,9%
Larutan fisiologis adalah larutan isotonik yang terbuat dari NaCl 0,9%
yang sama dengan cairan tubuh atau darah. Penggunaan larutan fisiologis yang
mengandung NaCl dan urea karena dapat mempertahankan daya hidup
spermatozoa antara 20-25 menit. Larutan fisiologis lebih kecil dari NaCl 0,9 %
(0,8 %; 0,6 %; 0,3 %; 0,1 %) disebut hipotonis. Larutan fisiologis lebih besar dari
NaCl 0,9 % ( 1 %; 2 %) disebut hipertonis (Muktiani, 2011).
2.8 Ovaprim
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormon analog yang mengandung
20µg analog salmon gonadotropin releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10µg
domperidone sejenis anti dopamin, per milliliter (Rahardianto et al, 2012).
Ovraprim biasanya dibuat dari campuran ekstra kelenjar hipofisa dan hormon
mamalia. Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah,
kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan
GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi
dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II.
Teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor
bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini
ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada saat
dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas.
Pada ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari
satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang
yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Muktiani, (2011) menambahkan
penyuntikan disarankan mengarah ke bagian kepala ikan, agar tidak mengenai
organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka
proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan
hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).
10
Air merupakan faktor terpenting dan mutlak ada dalam budidaya ikan,
baik sebagai media hidup maupun sebagai alat pengangkut. Informasi tentang
kualitas air ini sangat diperlukan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya,
agar dapat mempertahankan kehidupannya. Ikan Lele Dumbo sangat toleran
terhadap lingkungan, maupun dapat hidup normal pada kondisi perairan yang
optimal. Faktor kualitas air yang sangat berperan untuk budidaya ikan lele dumbo
antara lain yaitu : suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman dan amoniak (Santoso,
B, 2000).
Kualitas air sangat berpengaruh dalam proses pembenihan dan pembesaran
ikan lele. Air yang buruk dengan kadar oksigen yang rendah menyebabkan nafsu
makan ikan lele menurun. Hal ini akan mengganggu pertumbuhan ikan lele,
bahkan bisa memperlambat panen. Agar ikan lele cepat besar dan nafsu makannya
tinggi, air yang digunakan harus berkualitas, dalam arti tidak tercemar dan pH
sesuai dengan kelayakan hidup ikan lele dumbo. Kualitas air yang baik menurut
Gunawan, S, (2009) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Bening
Tidak berbau dan Tidak tercemar
pH air antara 6-7
Kandungan zat besi rendah
Tidak mengandung merkuri
2.9.1 Suhu
BAB III
METODE PENELITIAN
(t - 1) (n - 1) ≥ 15
Dimana :
t = jumlah perlakuan
n = jumlah ulangan
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan ulangan dalam penelitan ini
adalah sebagai berikut :
(t – 1) (n - 1) ≥ 15
(4 – 1) (n - 1) ≥ 15
3 (n – 1) ≥ 15
3n - 3 ≥ 15
3n ≥ 15 + 3
3n ≥ 18
n ≥6
14
Fisiologis Pada Proses Pengenceran Sperma Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele
Dombo (Clarias gariepinus), maka dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA) satu
jalur dengan cara membandingkan nilai signifkans uji F hitung dengan F tabel 5%
dan 1% dengan ketentuan :
a) Jika F hitung ˃ F tabel 1%, maka antar perlakuan terdapat perbedaan yang
sangat nyata.
b) Jika F hitung > F tabel 5%, maka antar perlakuan terdapat perbedaan yang
nyata.
c) Jika F hitung > F tabel 5% dan < F tabel 1%, maka antar perlakuan tidak
terdapat perbedaan yang nyata.
Jika dari hasil ANAVA ternyata perlakuan menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (significant) atau sangat nyata (highly significant), maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau yang dikenal sebagai uji
HSD (Honestly Significant Difference). Menurut Suhaemi (2011) menyatakan
bahwa Uji BNJ adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-
rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari
hasil sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada tabel t, rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata atau sangat nyata antar
perlakuan, dilakukan dengan membandingkan selisih nilai tengah antar perlakuan.
Untuk mempermudah kesimpulan dibuat notasi (dengan huruf kecil) pada rata-
rata perlakuan tersebut dengan menyusun kembali rata-rata pengamatan tersebut
secara mendatar. Nilai-nilai yang tidak berbeda nyata ditandai dengan huruf kecil
yang sama, sedangkan yang berbeda nyata atau sangat nyata ditandai dengan
huruf kecil yang tidak sama. Sebagai alat bantu untuk menganalisis data
statistiknya, digunakan program IBM SPSS Statistik 21.
16
3.7 ProsedurPenelitian
3.7.1 Persiapan dan Seleksi Induk
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan lele (Clarias
batrachus) dengan bobot 1000–1500 gr/ekor sebanyak 2 ekor jantan dan 2 ekor
betina, induk yang akan digunakan adalah induk yang telah matang gonad dan
berusia 12-15 bulan.
setelah itu induk lele betina yang sudah disuntik dipijat/stripping di bagian perut,
telur-telur hasil striping ditampung di loyang plastik. Cairan sperma yang sudah
tercampur laruran pengencer sperma dimasukkan ke dalam loyang yang telah
berisi telur dan diaduk menggunakan bulu ayam sekitar 1 - 2 menit. Setelah
tercampur rata dengan telur kemudian larutan pengencer dibuang sehingga tersisa
telur saja, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah terisi air untuk
mengaktifkan sperma hingga terjadi penetasan telur, proses penetasannya 17 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data kisaran, rata-rata dan standar deviasi daya tetas telur ikan lele
dumbo di akhir penelitian setiap perlakuan dan ulangan.
rata-rata dan standar deviasi kadar oksigen terlarut selama penelitian setiap
perlakuan dan ulangan sebagaimana Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Data kisaran, rata-rata dan standar deviasi kadar oksigen terlarut
setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Daya Tetas Telur Ikan Lele Dumbo
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang tentang pengaruh konsentrasi larutan
madu yang berbeda dalam NaCl fisiologis pada proses pengenceran sperma
terhadap daya tetas telur ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu Yang Berbeda Dalam Nacl Fisiologis
Pada Proses Pengenceran Sperma Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus). Perlakuan D dengan dosis (0,80 cc) memberi
hasil daya tetas telur ikan lele dumbo tertinggi sebesar 94,6%.
2. Data pengamatan kualitas air selama penelitian bersifat homogen, artinya
masih dalam batas kisaran yang dapat ditoleransi untuk kelangsungan hidup
larva ikan jelawat. Data kualitas air selama penelitian diperoleh suhu air
berkisar 28,7-29,0oC, oksigen terlarut berkisar 5,5-6,0 ppm dan derajat
keasaman berkisar 7,3-7,5.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian tentang tentang Pengaruh Konsentrasi Larutan
Madu Yang Berbeda Dalam Nacl Fisiologis Pada Proses Pengenceran Sperma
Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus), maka dapat
disarankan sebagai berikut :
a) Agar didapatkan daya tetas telur ikan lele dumbo yang tinggi maka
disarankan agar diberikan tamabahan madu sebesar (0,80 cc).
b) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi larutan madu yang
berbeda dalam NaCl fisiologis terhadap daya tetas telur ikan air tawar yang
lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Data hasil penghitungan uji ANAVA satu jalur daya tetas telur ikan
lele dumbo di akhir penelitian.
Lampiran 2. Data hasil penghitungan uji BNJ 5% daya tetas telur ikan lele
dumbo di akhir penelitian.
Perlakuan
Ulangan
A B C D
1 28,8 29,0 28,9 29,0
2 28,9 28,8 28,8 28,7
3 28,8 28,7 29,0 28,8
4 28,7 28,8 28,7 28,9
5 28,9 28,9 28,8 28,8
6 28,8 28,7 29,0 28,8
Jumlah 172,9 172,9 173,2 173
Rata-rata 28,8 28,8 28,8 28,8
32
Lampiran 4. Data hasil perhitungan uji ANAVA satu jalur kadar suhu air selama
penelitian.
Perlakuan
Ulangan
A B C D
1 6,0 5,8 5,8 5,7
2 5,7 5,8 5,7 6,0
3 5,5 6,0 5,8 5,8
4 5,8 5,5 5,5 5,5
5 5,9 5,9 6,0 5,8
6 6,0 6,0 5,9 6,0
Jumlah 34,9 35 34,7 34,8
Rata-rata 5,8 5,8 5,7 5,8
34
Lampiran 6. Data hasil perhitungan uji ANAVA satu jalur kadar oksigen terlarut
selama penelitian.
Perlakuan
Ulangan
A B C D
1 7,5 7,4 7,4 7,4
2 7,4 7,5 7,3 7,3
3 7,4 7,5 7,4 7,4
4 7,3 7,3 7,4 7,3
5 7,3 7,3 7,3 7,5
6 7,5 7,4 7,5 7,5
Jumlah 44,4 44,4 44,3 44,4
Rata-rata 7,4 7,4 7,3 7,4
36
Lampiran . Data hasil perhitungan uji ANAVA satu jalur kadar derajad
keasaman selama penelitian.