Anda di halaman 1dari 59

SALINAN

PRESIDE N
REPUBLIK INDONESI A

UNDANO-UNDANO REPUBLIK INDON’ESIA


NOMOR 10 TAHUN 2009
TENTANO
KEPARIWISATAAN

DENOAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA gSA

PRB8tDBN RfiPUBLlK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai


karunia Tuhan Yang Maha Esa, eerta peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya
yang dimiliki bangea Indoneeia merup an sumber
daya dan modal pembangunan kepariwieataan untuk
penlngkatan kemakmuran dan kescjahteraan rakyat
aebagaimana tcrkandung dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Daaar Negara Republik
Indoneala Tahun 1945;
b. bahwa kebebaaan melakukan peŞalanan dan
menıanfaatkan waktu luang dalam x;)ud berwisata
mempaiwn bagian dari hak asaat manusia;
bahwa kepariwiaataan merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional yang dilakukan secara
alstemads, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab dengan tetap memberikan
perllndungan terhadap nilai-nilai agama, budaya
yang hldup dalam maeyarakat, keleatarian dan mutu
lingkungan hidup, aerta kepentingan national;
d. bahwa pembangunan kepariwiaataan diperlukan
untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha
dan niemperoleh manfaat serta mampu menghadapi
tantengan perubahan kehidupan lokal, national, dan
global;
e. bahwa ...
-2-

c. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990


tentang Kepariwisataan tidak sesuai lagi dengan
tuntutan dan perkembangan kepariwisataan
sehingga perlu diganti;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang
tentang Kcpariwisataan;

Mengingat : Paeal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRRSIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Wiaata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh aeBeorang atau eekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.

2. Wisatawan .
PR ESID E N
R EP UBL IK IND ONE S I A

-3-

2. Wiaatawan adalah orang yang melakukan wisata.


3. Pariwiaata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai faeilitae aerta layanan yang
dİBCdiakan oleh masyarakat, pengueaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwtaataan adalah keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
eerta multidiaiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara eerta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wieatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang


memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manueia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
“ s. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut
Deatinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
uyum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang ealing terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
7. Uaaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wiaatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

9. Industri . .
F*R E S 10 E N
£t EP MBLIK IND O K E * I A

-4-

9. Induetri Pariwisata adalah kumpulan usaha


pariwleata yang saling terkait dalam rangka
menghaeilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wieatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata.
10. itawaean Strategis Pariwisata adalah kawasan yang
memiliki fungei utama pariwisata atau memiliki
potensl untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aepek, eeperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan

1 1 Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,


keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk
mengembangkan profesionalitas kerja.
12. serurizaai adalah proses pemberian sertifikat kepada
uaaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung
peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan
pengelolaan kepariwisataan.
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adala?i Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuaaaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Daaar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau
Wallkota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
15.Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung
Jawabnya di bidang kepariwisataan.

BAB II
PR E SIO E N
R EP MBL IK IN 0 O NES IA

-s-
BAB II
ASAS, FUNGS1, DAN TUJUAN

Pasal 2

Kcpartwieataan diselenggarakan berdasarkan asas:


a. manfaat;
b. kekeluargaan;
c. adil dan merata;
d. kcscünbangsn;
e. kemandirian;
f. kelcatarian;

h. berkelanjutan;
i. demokratis;
j. keaetaraan; dan
k. kesatuan.

Pasat 3

Keparlwieataan berfungsi memenuhi kebutuhan


jasmani, rohani, dan intelektual setiap wiaatawan dengan
rekreasi dan peJalanan eerta meningkatkan pendapatan
negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Kepariwieataan bertJuan untuk:


a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus
PR E SID E N
R E PUB LIK 0IN D NES IA

-6-

c.
menghapus kemiskinan;
d.
mengatasi pengangguran;
e, meleatarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f, memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk raaa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.

BAB III
PRINCIP PRNYELENGGARAAN KEPAR1WI'SATAAN

Pasal 5

Kepariwiaataan diselenggarakan dengan prinsip:


a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya
sebagai pcngejawantahan dari konsep hidup dalam
keaeimbangan hubungan antara manueia dan Tuhan
Yang Matta Eea, hubungan antara manusia dan
selama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan;
b. menj ung tinggi hak asasi manusia, keragaman
budaya, dan kcarifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat,
kcadilan, kesetaraan, dan proporeionalitas;

d. memelihara
PR E SID E N
R E PUB LIK IN D O NE S IA

-7-

d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;


c. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antareektor, antardaerah,
antara pusat dan daerah yang merupakan satu
keaatuan aiatemik dalam kerangka otonomi daerah,
aerta keterpaduan antarpemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan
kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata;

h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik


Indoneeia.

BAB IV
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Pasa6

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan


aaae aebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang
diw |udkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwiaataan dengan memperhatikan keanekaragaman,
keunikan, dan kekhaean budaya dan alam, serta
kebutuhan manueia untuk berwisata.

Pasal 7

Pembangunan kepariwisataan meliputi:


a. induetri pariwisata;
b. destinasi pariwisata;

c. pemasaran
w •v• -'”
-w •

l*R0E S t
f2 E I* M B L I K 0 EN
0IN H E' S I A

-8-

c. pcmasaran; das
d. ÎccÎcmbagaart kcpariwisataan.

Pasal 8

(1) Penıbangunan kepariwisataan dilakukan


berdaaarkan rencana induk pembangunan
kepariwieataan yang terdiri atas rencana induk
pembangunan kepariwisataan naeional, rencana
induk pembangunan kepariwisataan provinsi, dan
rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota.
(2) Pembangunan kepariwisataan sebagaimana
dlmakaud pada ayat (1) merupakan bagian integral
dari rencana pembangunan jangka panjang nasional.

Pasaî 9

(1) Rencana induk pembangunan kepariwisataan


national sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) dlatur dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Rencana induk pembangunan kepariwisataan
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (I)
diatur dengan Peraturan Daerah provinsi.
(3) Rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (U diatur dengan Peraturan Daerah
kabupaten/kota.
(4) Penyusunan rencana induk pembangunan
kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (l),
ayat (2), dan ayat (3) dilakukan dengan melibatkan
psmangku kcpnUngan,

(5)Rencana . .
PR E SlO E N
R EP U B L I K IN D CJ N E S I A

-9-

(5) Rencana induk pembangunan kepariwisataan


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi
perencanaan pembangunan induetri pariwisata,
deatinaal pariwiaata, pemasaran, dan kelembagaan

Pasal 10

Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong


penanaman modal dalam negen dan penanaman modal
aaing di bidang kepariwisataan seeuai dengan rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi,
dan kabupaten/ kota.

Pasal 11

Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan


kepariwiaataan menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan kepariwisataan untuk mendukung
pembangunan kepariwisataan.

BAB V
KAWA8AN STRATEGIE

Pasal 12

(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan


dengan memperhatikan aspek:

a. sumber ...
PR E SID E N
R EP MBLIK IN D O NE S I
A

a. aumber daya pariwisata alam dan budaya yang


potøneial menjadi daya tarik pariwisata;
b. potensi pasar;
c. lokaei strategic yang berperan menjaga
persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang
mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup;
c. lokasi strategic yang mempunyai peran dalam
ueaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;
f. keaiapan dan dukungan masyarakat; dan
g. kekhususan dari wilayah.
(t) Kawasan strategic pariwisata dikembangkan untuk
berpartiaipaei dalam terciptanya persatuan dan
keaatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia eerta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
(3) Kawaaan strategis pariwisata harue memperhatikan
aapek budaya, sosial, dan agama masyarakat
øetempat.

Pasal 13

(1) Kawaaan atrategis pariwisata sebagaimana dimaksud


daleni Pasal ta ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas
kawasan strategic pariwisata national, kawasan
atrategia pariwisata provinsi, dan kawasan strategis
pariwieata kabupaten/kota.

(2)Kawasan ...
-11-

(2) Kawaean strategis pariwisata sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana
tats ruang wilayah nasional, rencana tata ruang
wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
ltawaean strategis pariwisata nasional ditetapkan
oleh Pemerintah, kawasan strategis pariwisata
provinai ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi,
dan kawaean strategis pariwisata kabupaten/ kota
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/ kota.
(4) Kawaaan pariwisata khusus ditetapkan dengan
undang-undang.

BAB VI
USAHA PARIWISATA

Pasal 14

(1) Uaaha pariwisata meliputi, antara lain:


&. 4Bys tariI‹ WÎsatk;

b. kawaean pariwieata;
C• jä8B J8fl8}3OPt&Si Wicht ¡

d. jaaa pc alanan wisata;


C. jaea makanan dan minuman;
f. penyediaan akomodasi;
g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran;

ij’ asa
PR E SID E N
R E P UBL IK IND O NE

-12-
i, jaaa informasi pariwisata;
). jasa konsultan pariwisata;
k, jaaa pramuwiaata;
1. wieata tirta; dan

(2) Ueaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 15

(1) Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, pengusaha
pariwisata wajib mendaftarkan usahanya terlebih
dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasat 16

Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menunda


atau meninjau kembali pendaftaran usaha pariwisata
apabila tidak ecsuai dengan ketentuan tata casa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Pasat 17

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib


mengembangkan dan melindungi ueaha mlkro, kecil,
menengah, dan koperaai dalam bidang usaha pariwisata
dengan cara:

a. membuat .
PRIK
R EP UBI_ E SID
INDEONESIA

- 13 -

a, membuat kebijakan pencadangan ueaha pariwisata


untuk uaaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi;

b. memfaeilltaai kemitraan usaha mikro, kecil,


menengah, dan koperasi dengan usaha ekala besar.

BAB VII
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Hak

Pasal 18

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengatur dan


mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Setiap orang berhak:


a. memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan

b. melakukan usaha pariwisata;


c. meqjadi pekeıja/buruh pariwisata; dan/atau
d. berperan dalam proses pembangunan

(2) Setîap ...


R cr•uaLPRıKE IND
SID E
ONES I A

-14-

(2) Se’trap orang dan/atau masyarakat di dalam dan di


aekitar deatinaai pariwisata mempunyai hak prioritas:
a. menjadi peke;ja/buruh;
b. konainyasi; dan/atan
c. pengelolaan.

Pasal 20

getiap wiaatawan berhak memperoleh:


a. informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata;
b. pclayanan kepariwieataan sesuai dengan standar;
c. perlindungan hukum dan keamanan;
d. pelayanan kesehatan;
e. perlindungan hak pribadi; dan
f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata
yang beriaiko tinggi.

Pasal 21

Wiaatawmi yang memiliki keterbataean ftsik, anak-anak,


dan but uala berhak mendapatkan fasilitas khusus
aeaual dengan kebutuhannya.

Paeal 22

9e’tt8p penguTaha pariwi8ata berhak:


a. ınendapatkan kesempatan yang sama dalam
beruaaha di bidang kepariwisataan;

b. membentuk .
PR ESID E
R EPUBL I K INO OH E S I A

- ıs -
b, membentuk dan menjadi anggota asOSİaSi

c. mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha;

d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 23

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:


a. menyediakan . informasi kepariwisataan,
perllndungan hukum, serta keamanan dan
keeelanıatan kepada wisatawan;
b. menciptakan iklim yang kondueif untuk
perkembangan usaha pariwieata yang meliputi
terbukanya kesempatan yang sama dalam
beruaaha, memfaeilitaei, dan memberikan
kepaatian hukum;
memelihara, mengembangkan, melestarikan
aaet naaional yang menjadi daya tarik wisata
dan aeet potenaial yang belum tergali; dan
d. mengawaei dan mengendalikan kegiatan
kepariwisataan dalam rangka mencegah dan
menanggulangi berbagai dampak negatif bagi
masyarakat luas.

(2)Ketentuan .
PRESIDE
R EPUBL IK IND ONES lA

-16-

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan


pengendalian kepariwieataan sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) huruf d diatur dengan Peraturan
Preclden.

Pasal 24

Setiap orang berkewajiban:


a. meJcga danmClestarikan daya tarik wieata; dan
b. membantu terclptanya suaeana aman, tsrtib, bersih,
berperilaku eantun, dan menjaga kelestarian
llngkungan destinasi pariwisata.

Pasal25

Setiap wiaatawan berkewajiban:


a. meJnga dan menghormati norma agama, adat
ia’tmdat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam
maayarakat eetempat;
b. inemelihara dan melestarikan lingkungan;
c. turut eerta menjaga ketertiban dan keamanan
lingkungan, dan
d. turut aerta mencegah segala bentuk perbuatan yang
melanggar keeusilaan dan kegiatan yang melanggar
PRESIDE H
REPUBLIK IHDONESI A

- 17 -

gg g g apsdwiaatabCrkoW8 b8M•
a, meJnga dan menghormati norma ag8ffl&, adat
lotladat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam
U&syar8k8t eetempati
membertkan intormaai yang ekurat dan bortanggung

c, memberlkan pelgyanan yang tidak diakriminatif;


d. memberlkan kenyamanan, keramahan, perlindungan

c. memberikan perlindungan aeuranai pada usaha


partwiaata dengan kegiatan yang boriaiko. tinggi;
mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro,
kscti, dan koperasi setempat yang saling
niemerluknn, memperkuat, dan menguntungkan;
g. tnongutamakan penggunaan produk masyarakat
aotampat, produk dalam negeri, dan memberikan
keaciitpatan kepada tenaga kota lokal;
h. menlngkatkan kompetenai tenaga keJa melalui
palntlhan dan pendidfkan;
boipemn aktif dalam upaya pengembangan
praaerana dan program pcmberdayaan maeyarakat;
j’. turut aerta mencegah eegala bentuk perbuatan yang
zoelaztggar koauetlaan dan kcgtatan ysng mclanggar
kukuzo dt Itnglcungsn tcmpat usahanya,
memellhara llngkungan yang sehat, beraih, dan asri;
aksleztadanlngkungenM*md m budaya;
meq}aga cltra negara dan bangea Indoneaia melalui
R$nten uaaha kepariwisataan secara bertanggung
awnb; den

n. meneia kan . . ,
PR ESIOEN
R EPUBL IK INDONES I

- 18

n. ntenerapkan standar usaha dan standar kompetensi


aeouai dengan ketentuan peraturan
per tinda ng-undangan.

Bagian Ketiga
Larangan

Pasü27

(1) 5etiap orang dilarang merusak eebagian atar seluruh


dalk daya tarik wieata.
(2) Meruaak fıeik daya tarik wieata sebagaimana
dlmakaud pada ayat (1) adalah melakukan perbuatan
mengubah wama, mengubah bentuk, menghilangkan
apeeiea tertentu, mencemarkan lingkungan,
memlndahkan, mengambil, menghancurkan, atan
meoıuanahkan daya tarik wisata sehingga berakibat
berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan
nllal autentik euatu daya tank wisata yang telah
ditetapkan olth Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.

BAB VIII
KfiWRNANOAN PEMERINTAH DAN PgMERINTAH
DAERAH

Paoü28
Pomerlntah berwenang:
a. menyuaun dan menetapkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan naeional;

b. mengoordinasikan .
PR E SID E N
R EPUBL IK INDONES

- 19

b. mengoordinaaikan pembangunan kepariwisataan


lintas oektor dan lintas provinal;
mpnyclenggarakan kota sama international di
bldang kepariwteataan aesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. menetapkan daya tarik wisata national;
c. menetapkan deetinasi pariwisata naeional ;
f, menetapkan norma, standar, pedoman, prosedur,
krlteria, dan eistem pengawaean dalam
penyelenggaraan kepariwieataani
g. mengembangkan kebijakan pengembangan sumber
daya manuaia di bidang kepariwieataan;
h, inemelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset
naalonal yang menjadi daya tarik wieata dan aset
potenelal yang belum tergali;
mclakukan dan memfasilitasi promoei pariwisata
naalonal;
i. mcmberikan kemudahan yang mendukung
tungan wisatawan;
memborlkan informasi dan/atau peringatan dini yang
berhubungan dengan keamanan dan keeelamatan

menlngkatkan pemberdayaan maeyarakat dan


poton8i wÎaata yang dimiliki maCyarakat;
mengawaal, memantau, dan mengevaluasi
penyClenggaraan kepariwieataan; dan
n. mongalokasikan anggaran kepariwisataan.

Pasal 29 ...
PRESIDE
R EPUBL IK INDONES IA

-20-

Pasal 29

Pemerintah provinst berwenang:


a, nienyuaun dan menetapkan rencana induk
pembangunan kepariwieataan provinai;
b. mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan
dl wllayahnya;
c. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan
pendataan pendaftaran usaha pariwiaata;
d. tenetapkan destinasi pariwieata provinei;
e. menetapkan daya tarik wieata provinsi;
f. momfaailttaei promosi destinasi pariwisata dan
produk pariwisata yang berada di wilayalinya;
g. memelihara aaet provinsi yang menjadi daya tarik
wlmta provin i; dan
h. mengglokaaikan anggaran kepariwieataan.

Pasal 30

Pemerintah kabupaten/ kota berwenang:


a, menyuaun dan menetapkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;
b. menetapkan deetinasi pariwisata kabupaten/kota;
c. mcnctapkan daya tarik wieata kabupaten/kota;
d. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan
pendataan pendaftaran usaha pariwisata;
e. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
kepgriwi8ataan dI wilayahnya;

f. memfasilitasi
PRESIDE
R EPLIBL IK IND ONES IA

-21-

f. memfaallitaai dan melakukan promoai destinasi


partwtaata dan produk pariwisata yang berada di

g. memfaailitaai pengembangan daya tarik wisata bam;


h. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
kcpariwiaataan dalam lingkup kabupaten/ kota;
i’. niemelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang
berada di wilayahnya;
j'. nienyelenggarakan bimbingan maeyarakat sadar
wluata, dan
k. mengalokaaikan anggaran kepariwieataan.

8etlap peraeorangan, organisaai pariwisata, lembaga


peizterintah, serta badan usaha yang berprestasi luar
biaaa atau berjasa besar dalam partisipasinya
menlngkatkan pembangunan, kepeloporan, dan
pengabdian di bidang kepariwisataan yang dapat
dlbuktikan dengan fakta yang konkret diberi

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan oleh Pemerintah atau lembaga lain yang

Penghargaan dapat berbentuk pemberian piagam,


uang, stan bentuk penghargaan lain yang
bennanfaat.
(4) Rotentuan lebih lanjut mengenai pemberian
ponghargaan, bentuk penghargaan, dan pelakeanaan
pemberlan penghargaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Preaiden.

Paaal 32 , , ,
PRESIDE
REPUBL IK INDONES I A

-22-

PasB32

(t) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin


ketoreedlaan dan penyebarluaaan lnformasi kepada
maeyarakat untuk kepentingan pengembangan

(2) Dalam menyedlakan dan menyebarluaskan informasi,


Pemerintah mengembangkan sietem informasi
kepariwieataan naeional.
(3) Pemerintah Daerah dapat mengembangkan dan
mengelola eistem informasi kepariwiaataan sesuai
dengan kemampuan dan kondiei daerah.

BAB IX
KOORDINASI

Pasal 33

(1) Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan


kopartwieataan Pemerintah melakukan koordinasi
etrategla lintaa sektor pada tataran kebijakan,
program, dan kegiatan kepariwisataan.
(2) Koordinaai strategic lintas sektor sebagaimana
dimaksud pada ayat (lJ meliputi:
a. bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan

b. bidang keamanan dan ketertiban;


c. bldang praosrens umum ysrig mencakupi jalan,
ak beraih, liatrik, telekomunikasi, dan kesehatan

d. bidang ...
PRESIDE
REPMBL IK INDOHESI A

- 23 -

d. bidang traneportaei darat, laut, dan udara; dan


o, btdang promoai pariwisata dan kerja sama luar

Pasal 34

Koordinaei strategis lintas sektor eebagaimana dimaksud


dalam Panal 33 ayat (1) dipimpin oleh Presiden atau Wakil
Prealden.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja, tnekanisme,


dan hubungan koordinasi strategic lintas sektor
aebngainiana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34
diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB X
BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA

Bagian Kesatu
Badan Promoei Pariwisata Indonesia

Pasal 36

(1} Pe tCfifitah ntemfaailitasi pembentukan Badan


Promoal Pariwiaata Indonesia yang berkedudukan di
lba kota negara.

(2) Badan . .
PRESID
REPUBLIK INDONES ÍA

-24-

(2) Badan Promosi Pariwisata Indonesia eebagaimana


dimakaud pada ayat (1) mcrupakan lembaga swasta
dar beraifat mandiri.
(3) Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Indonesia
aebagumana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputuean Presiden.

Pasal 37

8truktur orgariisaei Badan Promoei Pariwieata Indonesia


t<rdlrt ataa 2 (dna) unsur, yaitu unsur penentu kebijakan
dan unaur pelakeana.

Pasal 38

(1) Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata


Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
betjumlah 9 (aembilan) orang anggota terdiri atas:
a. wakil aaoeiaai kepariwieataan 4 (empat) orang;
b. wakil aaosiaei profesi 2 (dua) orang;
c. wakil aeoeiaei penerbangan l (satu) orang; dan
d. pakar/akademiei 2 (dna) orang.
(4) Kcanggotaan unsur penentu kebijakan Badan
Promoel Pariwisata Indonesia diusulkan oleh Menteri
kepada Presides untuk masa tugas paling lama 4
(empatJ tahun.
(3) Unaur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata
Indonesia dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
wakil ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris
yang dipilih dari dan oleh anggota.

(4)Ketentuan . .
PRESIDE N
R EPLIBL lK INDONES lA

- 25 -

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja,


pqyp/9J•p , serta tata cara pengangkatan dan
peniberhentian uneur penentu kebijakan
sebagaimana dimaksud pada ayat [1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 39

Unaur penentu keb;jakan sebagaimana dimaksud dalam


Paaal 88 membentuk unsur pclaksana untuk
meJalankan tugae operasional Badan Promosi
Partwiaata Indonesia.

PassJ 40

(1) Unaur pelakeana Badan Promoei Pariwisata


Indonesia dipimpin oleh seorang direktur eksekutif
dengan dlbantu oleh beberapa direktur sesuai dengan

(2) Unaur pelakeana Badan Promosi Pariwisata


Indoneaia wajib menyusun tata ke a dan rencana
ke ’a.
(3) Maaa keJa unsur pelaksana Badan Promosi
Pariwisata Indonesia paling lama 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
kerja bertkutnya.
Ketentuan lebih 1 ut mengenai tata kerja,
persyaratan, eerta tata cara pengangkatan dan
pemberhentian unsur pclakeana sebagaimana
dimakaud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Badan Promoai Pariwisata
Indoneaia.

Pasal 41 ...
PRESIDEN
REPMBLIK INDONES lA

- 25 -

(1) Badan Promoei Pariwisata Indonesia mempunyai

a. meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia;


b. meningkatkan kunjungan wisatawan
mancanegara dan penerimaan deviea;
c. meningkatkan kunjungan wiaatawan nusantara
dan pembelanjaan;
d. menggalang pendanaan dari sumber selain
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Deierah sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. melakukan riset dalam rangka pengembangan
usaha dan bisnis pariwisata.
(2) Badan Promosi Pariwisata Indonesia mempunyai
fungai atbagai:
a. Coordinator promosi pariwisata yang dilakukan
dunia uaaha di pusat dan daerah; dan
b. mitra kara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(tj 8umber pembiayaan Badan Promoei Pariwisata


Indonesia beraeal dari:
a. pemangku kepentingan; dan

b. sumber
PRESIDE
R EPUBL IK IND ONES lA

-27-

b. number lainnya yang sah dan tidak mengikat


aeeuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah bereifat hibah
seeuai dengan ketcntuan peraturan perundang-
undangan.
< (3) Pengelolaan dana yang bereumber dari non-Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan non-Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah wajib diaudit oleh
akuntan publik dan diumumkan kepada masyarakat.

Bagian Kedua
Badan Promosi Pariwisata Daerah

Pasal 43

(1) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi


peinbentukan Badan Promosi Pariwisata Daerah yang
berkedudukan di ibu kota provinsi dan
kabupatcn/kota.
(2) Badan Promoei Pariwisata Daerah sebagaimana
dimakaud pada ayat (1) merupakan lembaga swasta
dan beraifat mandiri.
(3) Badan Promosi Pariwisata Daerah dalam
mel8kaanakan kegiatannya wajib berkoordinasi
dengan Badart Promosi Pariwisata Indonesia.
(4) Pembentukan Badan Promoei Pariwisata Daerah
aebagalniana dimaksud pada ayat (l) ditetapkan
dengan Keputusan Gubemur/Bupati/Walikota.

Pasal 44 . .
PRESIDE
REPUBL IK INDONESIA

-28-

Paeal 44

Struktur organisasi Badan Promosi Pariwisata Daerah


terdiri atas 0 {dna) unsur, yaitu unaur penentu kebijakan
dan unaur elak«ana.

(1) Unaur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata


Daerah eebagalmana dimaksud dalam Pasal 44
be umlah 9 (aembilanJ orang anggota terdiri atas:
a. wakil asoeiaei kepariwisataan 4 (empat) orang;
b. wakil asosiaai profesi 2 (dua) orang;
c. wakü asoeiaei penerbangan 1 (satu) orang; dan
d. pakar/akademiei 2 (dna) orang.
(2) Keanggotaan unsur penentu kebijakan Badan
Promoai Pariwisata Daerah ditetapkan dengan
Keputuaan Gubernur/Bupati/Walikota untuk masa
tugaa paling lama 4 (empat) tahun.
(3) Uneur penentu kebijakan Badan Promoei Pariwisata
Daerah dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
wakll ketua yang dibantu oleh eeorang sekretaris
yang dipilih dari dan oleh anggota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja,
pereyaratan, eerta tata cara pengangkatan dan
peinberhontian unsur penentu kebijakan
aebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubtrnur/ Bupati/
W«iikota.

Pasal 46 ...
PRESIDE
REPUBLIC IND OHESIA

-29-

Pasal 46

Unaur penentu kebijakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 45 membentuk uneur pelaksana untuk
meJalankan tugaa operasional Badan Promosi

Pasal 47

(1) Unsur pelakeana Badan Promosi Pariwisata Daerah


dipimpin oleh eeorang direktur eksekutif dengan
dlbantu oleh beberapa direktur sesuai dengan
kebutuhan.
(2) Unsur pelakeana Badan Promosi Pariwisata Daerah
wqjlb menyusun tata kerja dan rencana kerja.
(3) Maea ke a unsur pelaksana Badan Promosi
Pariwisata Daerah paling lama 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa kerja
berikutnya.
“ (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja,
persyaratan, serta tata cara pengangkatan dan
pemberhentian unsur pelaksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 48

(1) Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai tugas:


a! mo ningkaWnn eitra kepariwisataan Indonesia;

b. meningkatkan .
PRESID EN
R E PUBLIK

- 30 -

b. meningkatkan kunjungan wisatawan


mancanegara dan penerimaan deviea;
c. nieningkatkan kunjungan wisatawan nusantara
dan pembelanjaan;
d. menggalang pendanaan dari sumber selain
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
Anggaran Pendapatan dan Bolanja Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. melakukan riset dalam rangka pengembangan
usaha dan bisnis pariwisata.
(2) Badan Promosi Pariwisata Daerah mempunyai fungsi
sebagai:
a. koordinator promosi pariwisata yang dilakukan
dunia usaha di pusat dan daerah; dan
b. mitra ke a Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pasal 49

(1) 8umber pembiayaan Badan Promosi Pariwisata


Dacrah beraeal dari:
a. pemangku kepentingan; dan
b. number lainnya yang sah dan tidak mengikat
aeuuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Bantuan dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nagara dan Anggaran
Pen@patan dan Belanja Daerah bersifat hibah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pcngc)olaan ...


PRESID EN
R E PUBLIK

-3l -

(g) Pengelolaan dana yang bersumber dari non-Anggaran


Pendapatan dan B«1anja Negara dan non-Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah wajib diaudit oleh
akuntan publik dan diumumkan kepada masyarakat,

BAB XI
’“ OABUNOAN INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

Pasal 50

(1) Untuk mendukung pengembangan dunia usaha


partwiaata yang kompetitif, dibentuk satu wadah
yang dinamakan Gabungan Industri Pariwisata
Indoneaia.
(2j Keanggotaan Gabungan Industri Pariwisata
Indonesia terdiri atas:
a. pengusaha pariwieata;
b. aeoeiaei usaha pariwisata;
c. aeosiaei profesi; dan
d. asoaiaai lain yang terkait langsung dengan

(3) Gabungan Industri Pariwieata Indonesia


oebagaimaisa dimaksud pada ayat (1) berfungsi
sebagai mitra kota Pemerintah dan Pemerintah
D,aerah eerta wadah komunikasi dan koneultasi para
anggotanya dalam penyelenggaraan dan
pembangunan kepariwisataan.
(4) Oabungan Induetri Pariwisata Indonesia bersifat
mandiri dan dalam melakukan kegiatannya bersifat
nirlaba.

(5)Gabungan
PRESID EN
R E PUBLIK

- 32 -

(5) Oabwigan lndustri Pariwisata Indonesia melakukan

a. menetapkan dan menegakkan Kode Etik


Oabungan Industri Pariwisata Indonesia;
b. menyalurkan aepirasi serta memelihara
kerukunan dan kepentingan anggota dalam
rangka keikuteertaannya dalam pembangunan
bldang kepariwisataan;
c. meningkatkan hubungan dan kerja sama antara
pengusaha pariwieata Indonesia dan pengusaha
pariwieata luar negeri untuk kepentingan
pembangunan kepariwisataan;
d. mencegah persaingan usaha yang tidak sehat di
bidang pariwisata; dan
«. menyelenggarakan pusat informasi usaha dan
menyebarluaskan kebijakan Pemerintah di bidang
kepariwieataan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, keanggotaan,


sueunan kepengurusan, dan kegiatan Gabungan
Induatri Pariwisata Indonesia sebagaimana dimaksud
dal&fn Pasal 50 diatur dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga.

BAB XII
PR ESIDEN
REPIJBL IK INDONES

- 33

BAB XII
PRLATIHAN 9UMBER DAYA MANUSIA, STANDARDISAS I,
SERTIPIKASI, DAN TENAGA KERJA

Bagian Kesatu
Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pasal 52

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan


pelatlhan aumber daya manusia pariwieata sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Standardieasi dan Sertifikasi

Pasal 53

(1) Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki


atandar kompetensi.
(2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat {1) dilakukan melalui aertifikasi kompetensi.
(3) Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga
aertlfikasi profesi yang telah mendapat lisensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 54

(1) Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha


pxdVaatemcmOMMandaruesha

(2) Standar
PRESID E N
R E PLJBL IK IND ONES

- 34

(2) Gtandar usaha scbagaimana dimaksud pada ayat (U


dtlakukan melalui sertifıkasi usaha.
(3) 8ertlfıkasl usaha sebagaimana dimakaud pada ayat
(2) dllakukan oleh lembaga mandiri yang
berwenang aeaual dengan ketentuan
peraturan pemndang-undangan,

Pasal 55

Ketentuan lebih lanjut mengenai eertifikaei kompetensi


sebagaimana dimaksud dalam Paeal 53 dan sertifikasi
uaaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
Tenaga Kerja Ahli Warga Negara Asing

Pasal 56

(1) Pengusaha pariwisata dapat mempekerjakan tenaga


keJa ahli warga negara asing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Tennga keJa ahli warga negara aeing sebagaimana
dlmakaud pada ayat (1) terlebih dahulu mendapat
rekomendaai dari organisasi aeosiasi pekerja
profeaional kepariwisataan.

BAB XIII
PRESIDE
R ERUBLIK IN D ONE S IA

- 35 -

BAB XIII
PENDANAAN

Pasal 57

Pendanaan pariwieata menjadi tanggung jawab bersama


antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengusaha, dan
maoymekat.

Passl58

Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan


prinaip keadilan, efisiensi, transparansi, dan
akuntabilitae publik.

Pasal 59

Pemerlntah Daerah mengalokasikan eebagian dari


pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan
pariwiaata untuk kcpentingan pelestarian alam dan
budaya,

Pasal 60

Pendanaan oleh pengusaha dan/atau masyarakat dalam


pembangunan pariwisata di pulau kecil diberikan
inaentif yang diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 61 .
PR ESIDE
R EPUBLIK IND ONE S lA

- 36 -

Pasal 61

Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan peluang


pendæiaan bagi usaha mikro dan kecil di bidang

BAB XIV
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 62
(1) 8etiap wisatawøn yang tidak mematuhi ketentuan
aebaøaimana dimaksud dalam Pasal 25 dikenai
aankol berupa teguran liean dieertai dengan
pemberitahuan mengenai hal yang harue dipenuhi.
(2) Apabüa wieatawan telah diberi teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (lJ dan tidak diindahkannya,
wieatawan yang bersangkutan dapat diusir dari
lokaai perbuatan dilakukan.

(1) Setiap pengusaha pariwieata yang tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud daløm Pasal 15
dan/atau Paeal 26 dikenai sønkei adminietratif.
(S)
i3ankai administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. teguran t9rtuliC;
b. pembataean kegiatan usaha; dan
C. pembekuan sementara kegiatan usaha.

(3) Teguran
PR ESID
REP LIBL IK IND ONES
IA

- 37-

(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf a dikenakan kepada pengusaha paling banyak

(q) 8ankei pembatasan kegiatan usaha dikenakan


kepada pengusaha yang tidak mematuhi teguran
eebegaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Sanksi pembekuan sementara kegiatan usaha
dikenakan kepada pengusaha yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
syst (4J.

BAB XV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 64

(1) 9ctiap orang yang dengan sengaja dan melawan


hukum merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana
dtmakaud dalam Pasal 27 dipidana dengan pidana
po jara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling
banyak Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar

(2) Se'tıap orang yang karena kelalaiannya dan melawan


hukum, merusak fısik, atau mengurangi nilai daya
terik wtaata eebagaimana dimakaud dalam Paaal 27
dlpldana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tehun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000,000,00 (lima miliar rupiah).
PR E SID E N
R EPUBL IK IND O NE SI

- 38

BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN

Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) harus telah dibentuk
paling lambat 2 (dua) tahun setelah Undang-Undang ini
diundangkan.

(1) Pembentukan Gabungan Industri Pariwisata


tndonceia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
untuk pcrtama kalinya difasilitasi oleh Pemerintah.
(2) Oabungan Induetri Pariwisata Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah
dibentuk dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun
setelah Undang-Undang ini diundangkan.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal O7

Peraturan pelakeanaan Undang-Undang ini harus telah


ditetapkan dalam waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 68 . .
PRESIDEN
REPUBL IK INDONES

- 39

Pasal 68

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undartg-


Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwiaataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3427) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 69

Pada eaat Undang-Undang ini mulai berlaku semua


peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelakaanaan dari Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1990 tentang Kepariwieataan (Lembaran Negara
Repnbllk Indoneaia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
34fl7), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang
int.

Pasal 70

Undang-Undarig ini mulai berlaku pada tanggal


dtundangkan.

Agar ...
F°RESIDEN
REPUBLIK INDOHESIA

- 40 -

Ager setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

“ ttd.

ANDI MATYALATTA

LEMBARAN NEOARA RRPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 11

Salinan eesuai dengan aelinya


SEKRE'YARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bi Politik dan Keeejahteraan Rakyat,
PRESIDE N
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN
ATAS
UNDANO-UNDANO RRPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2009
TENTANG
K£'•PARIWISATAAN

I. UMUM

Tuhan Yang Maha İsa telah menganugerahi bangsa Indonesia


kekayaan yang tidak ternilai harganya. Kekayaan berupa letak
geogyafia yang ptj•atcgis, keanekaragaman bahasa dan suku bangsa,
keadaan alam, flora, dan fauna, peninggalan purbakala, serta
peninggalan ce)arah, aeni, dan budaya merupakan eumber daya dan
modal untuk menlngkntkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa
Indoneeia sebagalnıana terkandung dalam Pancasila dan dicita-
citakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Number daya dan modal tersebut perlu dimanfaatkan secara


optimal melalui penyclenggaraan kepartwisataan yang ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan naaional, memperluas dan memeratakan
keeempatan beruaaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan
daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan daya tank wisata dan
deetinaai di Indonecla, aerta memupuk raea cinta tanah air dan
mempererat peraahabatart antarbangsa.

Kecenderungan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun


ke tahun men ukkan perkembangan yang eangat pesat. Hal itu
diecbabkan, antara lain, oleh perubahan struktur soeial ekonomi
negara di dunia dan aemakin banyak orang yang memiliki pendapatan
lebih yang aomakin tinggi. Selain itu, kepariwisataan telah
berkembang meJadi suatu fenomena global, menjadi kebutuhan
daear, aerta me jadi bagian dari hak asasi manusia yang harus
dihornıati dan dilindungi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia
ucaha pariwiaata, dan maeyarakat berkewJiban untuk dapat
men)amln agar borwlaata aebagai hak eetiap orang dapat ditegakkan

eehingga ...
WRESIDEN
R Er•us L in if•t ID ONES lA

-2-
sehingga mendukung tercapainya peningkatan harkat dan martabat
manueia, psningkntan keaejahteraan, serta persahabatan antarbangsa
dalam rangka mewt;Judkan perdamaian dunia.

Dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak


pribadi masyarakat untuk menikmati waktu luang dengan berwisata,
perlu dilakukan pembangunan kopariwieataan yang bertumpu pada
keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan bangea dengan tetap
menempatkan kebhinekaan sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik lndonesia.

Selain itu, pembangunan kepariWİ9 taBn harus tetap


memperhatikan jumlah penduduk. dumlah penduduk akan menjadi
ealah aatu modal utama dalam pembangunan kepariwiaataan pada
masa eekarang dan yang akan datang karena memiliki fungei ganda, di
samping sebagai aaet aumber daya manusia, juga berfungei sebagai
sumber potenai wtaatawan nusantara.

Dengan demlkian, pembangunan kepariwisataan dapat


dijadikan sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas
naeional dan keberaamaan dalam keragaman. Pembangunan
kepariwieataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan
yang berorientaal pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada
maeyarakat, dan bersifat memberdayakan maeyarakat yang mencakupi
berbagai aapek, aeperti aumber daya manusia, pemaearan, destinasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintae sektor, kerja sama
antamegara, pemberdayaan uaaha kecil, serta tanggung jawab dalam
pemanfaatan aumber kekayaan alam dan budaya.

Dalam pelakuanaannya, pembangunan kepariwisataan


eobagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990
tcntang Kepariwleataan masih menitikberatkan pada usaha pariwisata.
Oleh karena ttu, asbngal ealah aatu syarat untuk menciptakan iklim
yang konduaif dalanı pembangunan kepariwieataan yang bersifat
menyeluruh dalanı rangka menjawab tuntutan zaman akibat

perubahan
PR EINSID
R EPUBLIK DOE NE S IA

perubahan lingkungan strategis, b£iik ek9ternal maupun internal, perlu


mengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dengan undang-
undang yang baru.

Materi yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi, antara


lain hak dan kewqjlban maeyarakat, wisatawan, pelaku usaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, pembangunan kepariwisataan
yang komprehenaif dan berkelanjutan, koordinasi lintas sektor,
pengaturan kawaaan strategis, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah di dalani dan di aekitar deetinaei pariwieata, badan promosi
pariwieata, aaoaiaei kepariwieataan, etandardisaei usaha, dan
kompetensi peke$a pariwiaata, serta pemberdayaan pekeija pariwisata
melalui pelatihan aumber daya manueia.

II. PASAL DEMI PASAL

Cukup jela8.
Pasal 3

Huxfa
Cukupj*as
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c

Humf d .
PR E SID E
R EP IJBLIK INDONES IA

Huruf d
Yang dimakeud dengan “lingkungan hidup‘ adalah
keaatuan ruang dengan eemua benda, daya, keadaaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangeungan perikehidupan dan
keaejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “masyarakat eetempat” adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayah
deatinaai pariwisata dan diprioritaskan untuk
mendapatkan manfaat dari penyelenggaraan kegiatan
pariwiaata di tempat tersebut.
Huxff

Huruf g
Yang dimakeud dengan “kode etik kepariwisataan dunia
dan keuepakatan internaeional‘ adalah kode etik dan
keaepakatan internasional dalam penyelenggaraan
keparlNaataan yang telah diratifikasi.
Humfh

Cukup jelaa.
Paaal 7
Huruf a
Dalam ketentuan ini yang dimakeud dengan pembangunan
induatrt pariwisata, antara lain pembangunari struktur
(fungai, hierarki, dan hubungan) industri pariwisata, daya
aaing produk pariWieata, kemitraan usaha pariwisata,
kredibilit8e bisnis, eerta tanggung jawab terhadap
o$kttngan alam dan sosial budaya.

Huruf b . .
PR E SID E
R EPUBL IK IND, ONES IA

Huruf b
Dalam kctcntuan ini yang dimaksud dengan pembangunan
deatlnaat pariwiaata, antara lain pemberdayaan
macyarakat, pembangunan daya tarik wisata,
pembangunan prasarana, penyediaan faeilitas umum,
serta pembangunan fasilitas pariwisata seeara terpadu dan
berkealnanıbungan.
Huruf c
Dalam ketcntuan ini yang dimaksud dengan pembangunan
pemaearan, antara lain pemasaran pariwieata bersama,
tcrpadu, dan bcrkeeinambungan dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan serta pemasaran yang
bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia
ecbagal deatinaei pariwieata yang berdaya saing:
Huruf d
Dalam ketcntuan ini yang dimaksud dengan pembangunan
kelembagaan kepariwisataan, antara lain pengembangan
organiaaai Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan
maayarakat, pengembangan sumber daya manusia,
zogulaui, aerta mekanisme operasional di bidang

Cukup jClg8.

Ayat (1)

Ayat (2)
Cukup jelaa.
Ayat (3)
CukupjcMo.

Ayat (4)
PR E SID E
R EPUB LIK IND OH E S I A

-6-

Yang dimaksud dengan ‘pemangku kepentingan” adalah


Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan

Ayat(5)
Cukupjcas
Pasal 10
Ketentuan ini dimakaudkan untuk mendorong penanaman
modal dalam negeri dan penanaman modal aeing yang dilakukan
melalui, antara lain pemborian insentif flRkal dan nonfiskal,
kemudahan, promosi penanaman modal, dan pemberian
informael peluang penanaman modal.

Paeal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (I)
Culmp jelas.
Ayat (2)
Cukup jc\as.
Ayat (3)
CuJcup jelas.
Ayat (4)
Kaoaean strategic yang memiliki kekhususan wilayah
menjadl kawaaan pariwisata khusus ditetapkan dengan
undang-undang.

Pasal I4 .
PR E SID E
R EP MBL lK IND ONE S I A

-7-

Ayat (t)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “usaha daya tarik wisata”
adalah ueaha yang kegiatannya mengelola daya tarik
wieata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik
wieata buatan/ binaan manusia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ‘usaha kawasan pariwisata”
adalah uaaha yang kegiatannya membangun dan/ atau
mengelola kawaean dengan luae tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “usaha jasa transportasi
wlsata” adalah ueaha khusus yang menyediakan
angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan -pariwisata,
bukan angkutan transportasi reguler/umum.
Huruf d
Yang dinıaksud dengan “usaha jasa perjalanan wisata”
adalah uaaha biro peŞalanan wieata dan usaha agen
peı¡|alanan wieata.
Uaaha biro peŞalanan wisata meliputi usaha
' penyedlaan jasa perencanaan pcŞalanan dan/ atar
jaea pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata,
ternıaauk penyelcnggaraan perjalanan ibadah.
Uaaha ngen peŞalanan wieata meliputi usaha jasa
pemeaanan earana, seperti pemeeanan tiket dan
pemesanan akomodaei serta penguruean dokumen

Humf e
Yang dimaksud dengan “usaha jasa makanan dan
mlntitnan‘ adalah usaha jasa penyediaan makanan
dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengknpan untuk proees pembuatan dapat berupa
reetoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai minum.

Huruf f ...
PRIKE 0IN
R EP MBL SID E NE S I A
D

-8-

Huruf f
Yang dimaksud dengan “ueaha penyediaan
akomodaei" adalah usaha yang menyediakan
pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan
pelayanan pariwieata lainnya.
Uaaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila,
pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan
karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan

Huruf g
Yang dimaksud dengan ‘ueaha penyelenggaraan
kcglntan hiburan dan rekreasi‘ mempakan usaha
yang ruang lingkup kegiatannya berupa ueaha seni
perfop)ukan, arena permainan, karaoke, bioskop,
aerta kegiatan hiburan dan rckreasi lainnya yang
bert Juan untuk pariwisata.

Huruf h
Yang dimakeud dengan “usaha penyelenggaraan
pertcmuan, pcrjalanan ineentif, konfercnsi, dan
pameran‘ adalah uaaha yang memberikan jasa bagi
auatu pertcmuan sekelompok orang,
menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan
mltra uaaha eebagai imbalan atas prestasinya, serta
nunyelenggarnkan pameran dalam rangka
menyebarluaakan informasi dan promosi suatu barang
dan jaaa yang berskala nasional, regional, dan
internaaional.

Huruf i
Yang dimaksud dengan “usaha jasa informasi
pariwi»ata‘ adalah usaha yang menyediakan data,
berlta, /eoture, foto, video, dan hasil penelitian
mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam
bentuk bahan cetak dan/ atau elektronik.

Hurufj
PRESIDE N
REPUBL IK INDONE

Huruf j
Yang dimakaud dengan “usaha jasa konsultan
pariwtaata‘ adalah ueaha yang menyediakan saran
dan rekomendasi mengenai studi kelayakan,
perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan
pemaaaran di bidang kepariwisataan.

Huruf k
Yang dimaksud dengan ‘usaha jaea pramuwisata“
adalah usaha yang menyediakan dan/atau
mengoordinaaikan tenaga pemandu wisata untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan dan/ atau
kebutuhan biro perjalanan wisata.

Huruf 1
Yang dimaksud dengan “usaha wisata tirta"
merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan
olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan
praearana acrta jasa lainnya yang dikelola secara
komeraial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan
waduk.

Huruf m
Yang dimaksud dengan “usaha spa" adalah usaha
perawatan yang memberikan layanan dengan metode
kombinaei terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-
rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah
aktivitaa fıaik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa
dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan
budaya bangsa lndoneaia.
Ayat (2)

Ayat (1)
Cukupjdez
Ayat (2) .
PRESIDE N
REPUBL IK INDONE

- 10 -

Aya(2)
Tata cara pendaftaran yang diatur dalam Peraturan Menteri
beralfat teknie dan adminietratif yang memenuhi prinsip
dalam penyelenggaran pelayanan publik yang transparan
meliputi, antara lain prosedur pelayanan yang sederhana,
pereyaratan teknis dan administratif yang mudah, waktu
penyeleaalan yang cepat, lokasi pelayanan yang mudah
dijangkau, etandar pelayanan yang jelas, dan informasi
pelayanan yang terbuka. Penyelenggaraan pelayanan publik
harua dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik
maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi
pemerintah (akuntabel).

Pasal 17
Huruf a
Yang dimakeud dengan “kebijakan pencadangan usaha
pariwisata° adalah memberikan perlindungan dan
keeCm Stan betMs8lia untuk usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi sesuai dengan ketentuan
p«raturan perundang-undangan.
Huruf b
Cukup jelaa.
Paeal 18
Yang dimakeud dengan ‘mengelola” adalah merencanakan,
mengorganiaaaikan, dan mengendalikan semua urusan

Pasal 19
Ayat (1)

Ayat (2)
Huruf a

Huruf b .
- 11 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan “konsinyasi“ adalah hak setiap
orang atau masyarakat untuk menempatkan
komoditaa untuk dijual melalui usaha pariwisata yang
pembayarannya dilakukan kemudian.

Huruf c
Yang dimaksud dengan ‘pengelolaan‘ adalah hak
eetiap orang atau masyarakat untuk mengusahakan
aumber daya yang dimilikinya dalam menunjang
kegiatan usaha pariwisata, misalnya penyediaan
angkutan di sekitar destinasi untuk menunjang
pergerakan wisatawan.

Paoü20
Hunüa

Huruf b
Yang dinıakeud dengan ‘pelayanan kepariwisataan sesuai
dengan atandar" adalah pelayanan yang diberikan kepada
wiaatawan berdasarkan standar kuaıir›kaei usaha dan
etandar kompetensi sumber daya manusia.

Hunüc

Huruf d
Cukup)clae.

Huruf e
ukup jelae.

Huruf f . .
PRESIDEN
R EP UBL IK IND ONESI

Hu f
Cukupjcao

Gukup jelaa.
Pasal 22

Pasü23
Cukup jelae.

Gukup jelaa.
Pasal 25
Cukup jelaa.
Passl26
Huruf a
Cukup jelae.
Humfb
Cukupjclas.
Huruf c
Cukup jelae.
Huruf d

Huruf e
Yang dlmakeud dengan “usaha pariwisata dengan kegiatan
yang beriaiko tinggi" meliputi, antara lain wisata selam,
arung )erani, panjat tcbing, permainan yet coaoter, dan
mengun)ungi objek wiaata tertentu, eeperti melihat satwa
liar di alan bebaa.
Huruf f
Cukup jelaa.

’ Huruf h
PR ESIDEN
REP UBLlK INDONESI

-
Huruf h

Huruf i
Cukupjcaa
Hurufj

Huruf k
Cukup jelaa.
Huruf 1
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelae.
Huruf n

PasM27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimakaud dengan ‘spesies tertentu‘ adalah kelompok
flora dan fauna yang dilindungi.
Yang dtmakaud dengan ‘keunikan‘ adalah suatu keadaan
atau hal yang memiliki kckhueusan/keietimewaan yang
menjadi aaaaran atau Juan kunjungan wisatawan, seperti
relief candl, patung, dan rumah adat.
Yang dimaksud dengan “nilai autentik” adalah nilai keaslian
yang me )adi aaearan atau tujuan kunjungan wisatawan,
sepertl benda cagar budaya.

Pasal 28

PasM29...
PRESIDE N
R EPUBL łK IND ONES

- 14
Paeal 29
Cukupjeaz
Past 30
Cukup jelae.
Paæü 31
Cukupjcas
Paeal 32
Cukup jelas.
PasaJ 33
Ayat (1)

Ayat (2)
Huruf a
Ketentuan mengenai koordinasi strategis di bidang
pelayanan kepabeanan dilakukan dengøn instansi
pemerintah yang mengurusi bidang bea cukai dalam
høl mempermudah masuk dan keluarnya barang
untuk keperluan berbagai kegiatan pariwisata, antara
untuk keperluan pertemuan, peȘ alanan insentif,
konførenai, dan pameran; untuk promosi pariwisata
tntomaaional; dan untuk kegiatan pariwisata
international lainnya.
Ketentuan mengenai koordinasi strategis di bidang
pelayanan kcimigrasian dilakukan dengan instansi
pemerintah yang mengurusi keimigrasian dalam hal
mempermudah:
a. pemberian bebas visa kunjungan eingkat (BVKS)
atau visa /ree dan visa kunjungan eaat kedatangan
(VK8K) atau visa on arrival (VOA); dan
b. pemberian visa kepada peserta pertemuan,
peŞalanan insentif, konferensi, dan pameran dari
negara di luar yang mendapatkan fasilitas BVKS
dan VKSK.

Ketentuan . .
" ” “Ü •

PRESIDE N
R EP MBLIK IHD ONE S I A

-15-

Keontuøri mengenai koordinaai strategis di bidang


pelayanan karantina dilakukan dengan instansi
pemeNntah yang mcngurusi karantina dan kesehatan
dengan prosedur yang jelas dan tegas daløm hal:
a. masuk dan keluarnya hewan dan tumbuhan yang
terkait dengan kegiatan pariwisata/ pertemuan,
peȘ alanan ineentif, konferensi, dan pameran; dan
b. masuk dan keluarnya bahan/barang untuk

Huruf b
Ketentuan mengenai koordinaei strategis bidang
keamanan dan ketcrtiban dilakukan dengan instansi
Pemerintah di bidang pemerintahan dalam negeri,
Kcpoliaian Republik Indonesia, dan Tøntara Nasional
Indonesia dalam hal:
a. kebgakan dan pelayanan pengamanan di
lingkungan objek vital pariwisata nasional dan
daerah;
b. penetapan atandar keamanan dan ketertiban serta
pengawaean perjalanan wieatawan sejak
kedatangan, eelama perjalanan, dan sampai
kepulangan; dan
pemberian informasi mengenai kondisi destinasi
pariwieata yang kondusif dan aman untuk
diku jungi dengan memberikan peringatan dini
terhadap adanya euatu bencana.
Hucfc
Ketentuan mengenai koordinaai atrategia bidang
praaarana umum dilakukan dengan instansi
pemerintah dalam ha1 ketersediaan dan

a. peaaarana jalan menuju dan di lingkungan


deatlna8l pariwiaata;

b. air
PR E SID E N
R EP LIB LIK IND O HE S IA

- 16 -

b. air bereih untuk faeilitas umum dan fasilitas


partwiaata di deetinasi pariwisata;
c. uatrik untuk fasilitae umum dan fasilitas
pariwiaata di deetinasi pariwisata;
d. sarana telekomunikasi untuk fasilitas umum dan
faallitaa pariwi8ata di destinasi pariwieata; dan
e. eistem pembuangan air kotor, eampah, dan

Huruf d
Ketentuan mengenai koordinasi strategis bidang
tranaportaai darat, laut, dan udara dilakukan dengan
inatanai pemerintah di bidang perhubungan dalam

a. peningkatan jalur dan frekuensi penerbangan


maekapai asing dan maskapai naiional dari
eumber utama paear wisatawan mancanegara;
b. peningkatan kualitas sarana bandara, terminal
bue, ataeiun kereta api, dan pelabuhan laut yang
memenuhi Jntemotionol Ship ond Port !Security Code
(/SPJ Code);
penlngkatan kenyamanan sarana transportasi;
keterpaduan moda traneportasi;
e. keteraediaan pelayanan traneportaei perintis; dan
ketersediaan rambu/petunjuk pe alanan menuju
daya tarik wisata dan destinaei pariwisata.
Huruf Ketentuan mengenai koordinasi strategis bidang
promosi pariwisata dilakukan dengan instansi
Pemertntah yang menangani bidang luar negeri,
pcrinduatrian, perdagangan, penanaman modal, dan
Pemerlntah Daerah dalam hal promoei terpadu di
bidang pariwieata, perdagangan, industri, dan
penanaman modal dan promosi bersama di bidang
pariNsata dengan melibatkan pemerintah daerah,
pemaahaan penerbangan, dan industri pariwisata.

Pasal 34 .
PRESIDE
R EPUBLIK INDOHES IA

- 17 -

Paeal 34

Paeal 35
ukup jelaa.
s
Cukup jelas.
Paeal 37
Yang dimakaud dengan "uneur penentu kebijakan" adalah
penentu yang merumuskan dan menetapkan kebijakan
mengenal pelakaanaan tugae Badan Promosi Pariwisata
Indonesia.
Yang dimaksud dengan "unsur pelaksana" adalah pelaksana
kebijakan yang menjalankan tugas operasional Badan Promosi
Pariwisata Indonesia.
Paeal 38

PasB39
Cukupjcas
Pasal 40

Paeal 4 l
Cukup jela8.

Cukup jelaa.
Paeal 43

Paeal 44
Cukup jelas.
Paaal 45
Cukup jelaa.

Pasal 46 .
PRESIDE N
R EPUBL IK IND ONES I

- 18-

CukupjMas
PasÆ47
Cukup jelaa.
Paeøl 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Paeal 50

Paeal 51
Cukup jelae.
Pasa1 52

Sertifikaei kompetenei diberikan oleh lembaga sertifikasi profesi


yang mendapat lieenei dari Badan Na9ional Sertifikasi Profesi.
Sertifikat diberikan setelah lulus uji kompetensi yang dilakukan
berdasarkan etandar kompetensi yang disueun bersama-sama
oleh inatanei pemerintah di bidang pariwisata, asosiasi
pariwisata, pengueaha, dan akademisi.
Paeal 56
Ayat (lJ
Ketentuan mengenai tenaga kerja ahli warga negara asing
bidøng pafiwiaata dibutuhkan sepanjang keahliannya belum
dapat dlpcnuhi ateu belum tcracdia tenaga kerja Indonesia
eelama tidak bertentangan dengan keaøpakatan
inteniaaional.

Ayat (2) ...


PRESIDEN
REPUBLIK

-19-

Ayat (2)
Cukup jelas.
Paeal 57
Cukup jelaa.
Paeal 58

Oukup jelaa.
Pasal 60
Cukup jelae.
PaeaJ 61
Cukup jclas.
PasM62

PasaJ 64
Cukup jetas.

Paaal 66

Paeal 67

Pasal ö 8
Cukup jelae.

PasM7O
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEOARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4966

Anda mungkin juga menyukai