3-1
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-2
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-3
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-4
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-5
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-6
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-7
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
A. Kawasan Andalan
Kabupaten Bangka dalam arahan pengembangan kawasan andalan RTRW
Nasional lokasinya relative berdekatan dengan kawasan andalan segitiga
pertumbuhan SIJORI. Keberadaaan kawasan andalan regional ini perlu
diidentifikasi untuk kemudian Kabupaten Bangka dapat menciptakan
linkage dengan kawasan andalan tersebut. Sektor unggulan yang
diarahkan pengembangannya pada kawasan ini berupa industri,
pertambangan, pertanian tanaman pangan dan kehutanan. Sedangkan
kawasan laut Bangka terkait dengan kawasan laut Selat Bangka dan
sekitarnya.
B. Arahan Fungsi Kota
3-8
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-9
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
3-10
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.2 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Nasional
3-11
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.3 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Pola Ruang RTR Pulau Sumatera
3-12
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-13
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Selain visi dan misi, Ripparnas juga menetapkan tujuan, sasaran, arah
pembangunan, kebijakan, dan strategi pembangunan kepariwisataan
nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009,
kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan yangdiatur dalam
Ripparnas mencakup pembangunan destinasi pariwisata, industri
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.
Dalam Ripparnas, kepariwisataan Kabupaten Bangka diatur dalam arahan
pembangunan destinasi pariwisata, khususnya arahan perwilayahan
destinasi pariwisata. Arahan perwilayahan destinasi pariwisata nasional
menetapkan Kabupaten Bangka dalam Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN) Palembang – Bangka Belitung dan sekitarnya. DPN ini terdiri dari
tiga Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan dua
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). KPPN adalah suatu ruang
pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan
dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema
produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai
komponen pencitraan kawasan tersebut. KSPN adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu ataulebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,
serta pertahanan dankeamanan.
Kabupaten Bangka merupakan bagian dari KPPN belinyu dan sekitarnya
Untuk lebih jelasnya peta DPN Palembang – Bangka Belitung dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
3-14
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.4 Peta Destinasi Pariwisata Nasional Palembang – Bangka Belitung dan Sekitarnya
3-15
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-17
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-18
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-19
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Mengembangkanpot
ensi sumber daya
manusia
denganbertumpupad
Sumber: Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. a
kekuatan/keunggula
n daerah.
3.2.2 Kepariwisataan Kabupaten Bangka dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2014-2034, kepariwisataan memiliki posisi yang
strategis sebagai salah satu sektor yang menjadi tujuan penataan ruang
wilayah provinsi. Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah ”Mewujudkan Tata Ruang Provinsi Kepulauan
3-20
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-21
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-22
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-23
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-24
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
2 Strategi
1) Strategi untuk kebijakan pembangunan perwilayahan pariwisata provinsi
sebagaimana dimaksud, meliputi:
a menetapkan Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan sebagai pusat
pelayanan primer pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, serta
Muntok, Sungailiat, Toboali, dan Pulau Mendanau sebagai pusat
pelayanan sekunder pariwisata Daerah;
b membangun Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) Wilayah Utara
Kepulauan Bangka Belitung dan DPP Wilayah Selatan Kepulauan
Bangka Belitung untuk mendorong pertumbuhan pariwisata yang
seimbang dan terpadu antara wilayah utara dan selatan Daerah Provinsi;
c membangun Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan
sekitarnya, KSPP Belinyu-Sungailiat dan sekitarnya, KSPP
Pangkalpinang-Mendo Barat-Bangka Tengah, serta KSPP Pulau
Belitung dan sekitarnya untuk memberikan nilai tambah yang positif bagi
identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan timah dan penghasil
lada di Indonesia, memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam
dan budaya, peningkatan kualitas ekosistem alam, serta pemulihan
kerusakan lingkungan;
d membangun Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP)
Toboali dan sekitarnya, KPPP Gugusan Pulau di Selat Gaspar untuk
membentuk citra sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya khas,
meningkatkan daya saing produk pariwisata secara internasional,
menciptakan keterpaduan pembangunan dan penyebaran
perkembangan pariwisata yang lebih luas;
e memadukan pembangunan perwilayahan DPP, KPPP, dan KSPP
Kepulauan Bangka Belitung dengan DPN Palembang-Bangka Belitung,
KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya, KPPN Belinyu dan sekitarnya,
3-25
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-26
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-27
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-28
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
2) DPP meliputi:
a KSPP; dan
b KPPP.
3-29
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-30
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
d daya tarik wisata primer meliputi Civic Center, Museum Timah, Pantai
Pasir Padi, Pantai Tanjung Bunga, Pusat Kreatif Tenun Cual, Kampung
Melayu Indah, Kerkhof, Hutan Kota Tuatunu, Situs Kota Kapur, Batu
Belubang, Pantai Gebang Kemilau Arung Dalam, Pulau Ketawai, Bunker
Jepang di Bandara Depati Amir; dan
3-31
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.6 Peta Kabupaten Bangka Dalam DPPProvinsi Kep. Bangka Belitung
3-32
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Gambar 3.7 Peta Kabupaten Bangka Dalam KSPPProvinsi Kep. Bangka Belitung
3-33
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-34
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-35
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-36
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-37
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Tabel 3.2
Rencana Penetapan Fungsi Sistem Perkotaan
di Kabupaten Bangka
No Fungsi pusat Pusat Keterangan
I PKL Sungailiat Ibukota Kabupaten
Bangka
Belinyu Ibukota
Kecamatan
Belinyu
II PKLp Pudingbesar Ibukota
Kecamatan Puding
besar
III PPK 1. BatuRusa Ibukota Kec.
Merawang
2. Riau Ibukota Kec. Riau
silip
3. Petaling Ibukota Kec.
Mendo Barat
4.Pemali Ibukota Kec.
Pemali
5. Bakam Ibukota Kec.
Bakam
3-38
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Sistem
WP Nama Kota Peran dan Fungsi Wp
Perwilayahan
prasarana kota
- Pusat perdagangan & jasa
- Kegiatan Wisata
- Kesehatan - Pendidikan
II Belinyu Wilayah - Pusat pemerintahan
Pengembangan kecamatan
- Pelabuhan Laut Regional
- Kondisi eksisting yang
memiliki tingkat kepadatan
penduduk tinggi dengan
keberadaan kawasan
permukiman akan
mempengaruhi munculnya
aktifitas baru
- Adanya kegiatan Industri
Perikanan Terpadu
mendukung Kegiatan lainnya
III Pudingbesar Wilayah - Pusat pemerintahan
Pengembangan kecamatan
- Pusat kegiatan industri
dengan basis utama
komoditas hasil
- hasil pertanian
- Wilayah pemasaran bagi
produksi hinterland
- Pusat pelayanan untuk
wilayah bawahannya
- Agropolitan
- Perkebunan
3-39
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Pinang yang berfungsi sebagai PKW dengan Kota Sungailiat (PKL) dan
Belinyu (PKL) yang di dalamnya terdapat koridor cepat tumbuh, yaitu di
koridor Pangkalpinang – Sungailiat.
Sarana dan prasarana serta kegiatan yang menonjol di wilayah ini terutama
yang berkaitan dengan fungsi Pangkal Pinang sebagai PKW adalah
Pengembangan kawasan di sepanjang wilayah belakang Pangkal Pinang
yang meliputi Kecamatan Merawang dan Kecamatan Mendo Barat.
Kawasan Kecamatan Merawang yang meliputi beberapa desa
direncanakan untuk pengembangan kawasan industri di muara Sungai
Batu Rusa, pengembangan wisata dan kota baru air anyir seluas lebih
kurang 1.237 Ha, pengembangan kawasan kota baru beserta sarana dan
prasarana pendukungnnya di Desa Air Anyir, kawasan pengembangan
pendidikan tinggi, kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan di
Balun Ijuk dan Jada Bahrin, serta Kawasan Agropolitan di seluruh
Kecamatan Mendo Barat beserta kawasan pendukungnya seperti kawasan
Pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Petaling, Kemuja, dan
kawasan Pendidikan di Petaling dan Paya Benua.
Kecamatan Sungailiat direncanakan sebagai kecamatan wisata pantai
andalan Provinsi Bangka Belitung di sepanjang pesisir timur, kawasan
perdagangan di pusat kota, dan pembentukan pusat pertumbuhan baru.
Sebagai ibukota Kabupaten dikembangkan kawasan permukiman yang
memenuhi persyaratan sebagai satu wilayah ibukota. Kegiatan ekonomi
yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang adalah berkembangnya
industri polutif /perikanan tangkap di Kawasan Industri Jelitik dan kawasan
peruntukan industri lainnya beserta kawasan pendukungnya, dan
perikanan tambak di Kecamatan Merawang di sepanjang kawasan diluar
sempadan Sungai Baturusa dan Sungai Selindung.
Wilayah Pengembangan I juga mengembangkan kawasan lindung
setempat dengan lokasi dan luas sesuai kebutuhan, peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku disepanjang sungai, danau atau
kolong, mata air dll.
Wilayah Pengembangan I seperti transportasi darat dan laut, jaringan jalan,
listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat pengolahan akhir
sampah, drainase, dan lain-lain kebutuhan infrastruktur kota.
3-40
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
b. WP II Belinyu
WP II dengan pusat di Belinyu, mempunyai wilayah cakupan Kecamatan
Riau Silip, walaupun hanya mencakup 2 kecamatan, namun apabila dilihat
dari luas wilayahnya, wilayah ini relative luas. Wilayah Pengembangan ini
juga dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan Kota Sungailiat
- Belinyu. Sebelah utara WP ini merupakan wilayah pesisir yang dimulai
dari Tanjung Merak kemudian menyusur ke arah utara menuju Tanjung
Gudang Kemudian Tanjung Penyusuk kemudian menyusur ke arah barat
menuju Tanjung Samak kemudian menurun ke bawah menuju Tanjung
Tengkalat terus menurun menuju Tanjung Batu.
Ruang yang dapat dikembangkan untuk kegiatan Ekonomi yang berpotensi
dan diharapkan dapat berkembang di masa yang akan datang diantaranya
adalah :
Berkembangnya kawasan industri perikanan terpadu di wilayah Teluk
Kelabat yang meliputi kawasan Teluk Kelabat yang berada di Kabupaten
Bangka dan Bangka Barat.
Kawasan Perkebunan di barat dan selatan, Kawasan Perikanan tambak
di utara dan selatan, kawasan tamanan pangan lahan kering di utara
dan barat, kawasan pertambangan di barat dan selatan.
Wilayah Pengembangan II mengembangkan struktur wilayah seperti
jaringan jalan, listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat
pengolahan akhir sampah, drainase, dan lain-lain kebutuhan
infrastruktur kota
c. WP III Puding Besar
WP III dengan pusat Puding Besar, dengan wilayah cakupan Kecamatan
Puding Besar, Bakam, dan Mendo Barat. Di timur berbatasan dengan
Kecamatan Pemali dan Merawang, di selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bangka Tengah, di utara berbatasan dengan Kabupaten
Bangka Barat, di barat berbatasan dengan Selat Bangka. Wilayah
Pengembangan ini mempunyai wilayah terluas dari semua WP yang ada
dan dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW Kota
Pangkalpinang dengan Muntok dimulai dari ujung timur di Desa Kace
Timur-Puding Besar – Desa Maras Senang yang berbatasan dengan
3-41
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-42
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-43
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-44
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-45
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-46
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
b) Resapan Air
Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan ditetapkan sebagai
kawasan resapan air. Kawasan resapan air di Kabupaten Bangka,
berupa perbukitan, rawa, dataran rendah dan lain-lain yang memenuhi
persyaratan sebagai kawasan resapan air dengan lokasi tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
a) Sempadan Pantai
Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan
pantai di Kabupaten Bangka dialokasikan maksimal 200 m dari pasang
tertinggi dan penetapannya dilakukan secara proporsionalsesuai analisis
manfaatnya. Kawasan lindung pantai tersebar di Kecamatan Belinyu,
Riau Silip, Sungailiat, Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, dan
Merawang dengan luas kurang lebih 963,43 ha.Kebijakan pemanfaatan
sempadan pantai di wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
- Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar
sempadan 30 – 75 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan ini meliputi kawasan-kawasan pariwisata dan kawasan
tapak wisata;
- Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar
sempadan 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan yang memiliki potensi untuk
pengembangan hutan mangrove;
- Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar
sempadan 100 – 200 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan pantai barat dan tenggara
Kabupaten yang memiliki hutan mangrove;
- Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar
sempadan 150 – 250 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan pantai timur laut. pantai barat
dan tenggara yang memiliki kawasan hutan mangrove.
3-47
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-48
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Mendo Barat seperti Sungai Jeruk, Sungai Air Duren, Sungai Paya
Benua, Sungai Mendo, sempadan sungai di Merawang seperti Sungai
Baturusa, Sungai Selindung, Sempadan Sungai di Sungailiat seperti
Sungai Air Bakung, sempadan sungai di Riau Silip seperti Sungai Air
Serimping, Sungai Pangkal Nyiur, Sungai Semubur, Sungai Mapur,
sempadan Sungai di Puding Besar seperti Sungai Dua, Sungai Kota
Waringin, Sungai Air Kenaka, Sungai Air Bemban, sempadan sungai di
Bakam seperti Sungai Layang, sempadan sungai di Belinyu seperti
Sungai Berok, Sungai Belinyu. Sungai Kuto Panji (Bandung), Sungai
Gruduk dan Sungai Kusam, Sempadan Sungai di Kabupaten Bangka
ditetapkan dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup Kabupaten.Kabupaten Bangka memiliki sempadan
sungai dengan luas lebih kurang 1.062,64 Ha. Kegiatan yang diizinkan
untuk pemanfaatan lahan di sempadan sungai antara lain berupa
penelitian dan ilmu pengetahuan, penanaman bakau, dan pendirian
bangunan untuk pengelolaan badan air / pemanfaatan air dengan pola
penatagunaan sebagai berikut :
1 sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sekurang-
kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
2 sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sekurang-
kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
3 sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan
sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
4 sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
dengan kedalaman kurang dari 3 meter. maka sempadannya
sekurang-kurangnya 10 meter; sungai dengan kedalaman antara 3
hingga 20 meter garis sempadannya sekurang-kurangnya 15 meter;
sungai dengankedalaman antara lebih dari 20 meter garis
sempadannya sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan;
5 sempadan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut garis
sempadannya ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi
sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau;
3-49
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-50
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-51
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-52
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-53
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-54
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-55
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
akses sangat baik dimana dilalui oleh jalan lingkar timur yang langsung
menuju Pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang.Kawasan strategis ini
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata budaya dan pendidikan.
3 Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Kawasan strategis ini berada di Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras
yang berada diantara Kecamatan Bakam dan Kecamatan Riau Silip.
kawasan ini dilindungi dan difungsikan sebagai kawasan konservasi tempat
perlindungan keanekaragaman hayati yang memberikan perlindungan
ekosistem, flora dan fauna. Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras
merupakan kawasan yang terus di dorong perkembangannya, mengingat
kawasan ini memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air dan
lingkungan hidup kawasan di Kabupaten Bangka.Kawasan Hutan
Konservasi Gunung Maras dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata
alam tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4 Kawasan Strategis Kepentingan Pertanian dan Perkebunan
Kawasan strategis ini berada di Kecamatan Mendo Barat. Kecamatan
Mendo Barat sebagai sentra pertanian dan perkebunan diharapkan
menjadi kawasan agropolitan. Pusat pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan dipusatkan di kecamatan ini, sehingga dapat meningkatkan
kesejahtraan masyarakat petani.
Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata
tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3-56
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
MewujudkanPertanianyangTangguh 1. Pertanian
MewujudkanTataPemerintahanyangBersih 2Reformasi BirokrasidanTataPemerintahan
danMelayani.
MewujudkanKabupatenBangkayang Sejahtera 3. Pendidikan
4. Kesehatan
5. Kebudayaandan Pariwisata
6. Perekonomian
7.Infrastruktur
8.PenanggulanganKemiskinan
3-59
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-60
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
Tabel 3.5
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan di Kabupaten Bangka Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangka
CapaianKinerja SKPD
Strategidan Arah
No Tujuan Sasaran ProgramPembangunanDaer Bidang Urusan
Kebijakan IndikatorKinerja (outcome) Kondisi Kondisi Penanggung
Awal Akhir ah Jawab
Sasaran3.1.3 Strategi3.1.3.
1:
Meningkatnyau
Revitalisasisu
saha Pariwisata
mber
ArahKebijakan Jumlah Sarana dan
yang
dayapariwisat
3.1.3.1.1: prasaranapariwisata
berdayasaingd
a - Jumlah penginapan/ 2 ProgramPengembangan Pariwisata Dinas
an Peningkatasan 22buah
berbasismasyar saranadan hotel 8 DestinasiPariwisata Kebudayaan
akat prasaranapariwi - Jumlah Restoran 4 bua
12 danPariwisata
sata 5 h
- Jumlah Rumah Makan 105 157
- Jumlah Playground 1 4
- JumlahMusholla 4 8
- JumlahKamarbilas 11buah 20
3-61
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA
3-62
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA