Anda di halaman 1dari 63

BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3-1
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.1 KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANGKADALAM KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
Sebagai bagian dari kepariwisataan nasional,pembangunan kepariwisataan
KabupatenBangkaharus mengacu pada kebijakan pembangunan
kepariwisataan yang sudah ditetapkan di tingkat nasional. Kebijakan
pembangunan kepariwisataan nasional diatur dalam beberapa peraturan
perundangan, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
Arahan pembangunan kepariwisataan berdasarkan peraturan perundangan
di atas diuraikan berikut ini.

3.1.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-
2025 merupakan kebijakan pembangunan Indonesia yang mengarahkan
secara umum pembangunan seluruh sektor dalam jangka waktu 20 tahun.
Kebijakan umum pembangunan seluruh sektor diIndonesia diarahkan untuk
mewujudkan visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan
Makmur”.Pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang
diatur dalam RPJPN. Arahan pembangunan kepariwisataan yang
ditetapkan dalam RPJPN Tahun 2005-2025 mengatur bahwa
kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi
dan meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. RPJPN
juga mengarahkan bahwa pengembangan kepariwisataan dilakukan
dengan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi
nasional sebagai wilayah wisata bahari terluas di dunia secara arif dan

3-2
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan


pengembangan budaya bangsa.
Kepariwisataan Kabupaten bangka yang potensi terbesarnya adalah
pariwisata bahari, harus mengarahkan pembangunan sesuai arahan dalam
RPJPN. Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan
berwawasan budaya merupakan dua hal penting dalam pembangunan
sektor pariwisata yang ditekankan RPJPN Tahun 2005-2025.

3.1.2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
merupakan dasar hukum utama pembangunan kepariwisataan di
Indonesia. Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa pembangunan
kepariwisataan dilakukan untuk mendorong pemerataan kesempatan
berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Lebih lanjut, pada Pasal
3 dijelaskan bahwa kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan
perjalanan; serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia juga
diarahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan berikut ini:
a meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c menghapus kemiskinan;
d mengatasi pengangguran;
e melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f memajukan kebudayaan;
g mengangkat citra bangsa;
h memupuk rasa cinta tanah air;
i memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j mempererat persahabatan antarbangsa.
Masih menurut Undang-Undang yang sama, pembangunan kepariwisataan
di Indonesia harus dilakukan berdasarkan asas dan prinsip-prinsip
penyelenggaraan kepariwisataan yang diwujudkan melalui pelaksanaan
rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan

3-3
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta


kebutuhan manusia untuk berwisata. Asas pembangunan kepariwisataan
termuat pada Pasal 2, yaitu a) asas manfaat, b) kekeluargaan, c) adil dan
merata, d) keseimbangan, e) kemandirian, f) kelestarian, g) partisipatif, h)
berkelanjutan, i) demokratis, j) kesetaraan, dan k) kesatuan. Sementara itu,
prinsip-prinsip penyelenggaraan kepariwisataan termuat pada Pasal 5,
yaitu:
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai
pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan
antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia
dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan
lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan
daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka
otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
dalam bidang pariwisata;
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 8 Ayat (1) menegaskan bahwa pembangunan kepariwisataan


dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan,
yang terdiri atas Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional,
Rencana Induk Pembangunan KepariwisataanProvinsi, dan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pembangunan kepariwisataan yang dilakukan berdasarkan rencana
induk pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari
rencana pembangunan jangka panjang nasional. Ayat (3) pada pasal yang
sama menjelaskan bahwa Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten/Kota diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

3-4
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan harus


dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan (Pasal 8 Ayat
4).Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan harus memuat arahan
bagi empat aspek pembangunan kepariwisataan, yaitu industri pariwisata,
destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan
kepariwisataan. Aspek industri pariwisata menjelaskan bahwa usaha
pariwisata di Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi 13 (tiga belas),
yaitu usaha daya tarik wisata, usaha kawasan pariwisata, usaha jasa
transportasi wisata, usaha jasa perjalanan wisata, usaha jasa makanan
dan minuman, usaha penyediaan akomodasi, usaha penyelenggaraan
kegiatan hibutan dan rekreasi, usaha penyelengaraan MICE (Meeting,
Incentive, Convention, Exhibition), usaha jasa informasi pariwisata, usaha
jasa konsultan pariwisata, usaha jasa pramuwisata, usaha jasa wisata tirta,
dan usaha spa.
Aspek-aspek yang terkait dengan destinasi pariwisata yang diatur dalam
Undang-Undang adalah penetapan kawasan strategis pariwisata (pasal
12), baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.Kawasan
strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Penetapan kawasan
strategis pariwisata dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut
ini:
a. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya
tarik pariwisata.
b. Potensi pasar
c. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan
keutuhan wilayah.
d. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis
dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
e. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan asset budaya.
f. Kesiapan dan dukungan masyarakat.

3-5
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

g. Kekhususan dari wilayah.

Kawasan strategis pariwisata dikembangkan dengan tujuan berpartisipasi


dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pengembangannya, kawasan strategis pariwisata
harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat
setempat.Selain penetapan kawasan strategis pariwisata, aspek destinasi
pariwisata yang juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009
adalah tentang penanaman modal dalam negeri dan modal asing di bidang
kepariwisataan. Pada pasal 10 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa
rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota harus mampu mendorong penanaman modal di bidang
kepariwisataan.
Pembangunan aspek pemasaran pariwisata yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 10 tahun 2009 hanyalah yang terkait dengan pembentukan
Badan Promosi Pariwisata Indonesia maupun daerah. Badan Promosi
Pariwisata merupakan lembaga swasta yang bersifat mandiri, tetapi
pembentukannya ditetapkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah.
Badan Promosi Pariwisata berfungsi sebagai: 1) koordinator promosi
pariwisata yang dilakukan dunia usaha di pusat dan daerah; dan 2) mitra
kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan dalam Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2009 menekankan pada koordinasi strategis lintassektor
pada tataran kebijakan, program, dan kebijakan kepariwisataan (Pasal 33).
Koordinasi lintassektor dilakukan pada:
a. Bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina.
b. Bidang keamanan dan ketertiban.
c. Bidang prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik,
telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan.
d. Bidang transportasi darat, laut, dan udara.
e. Bidang promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri.

3-6
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.1.3 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Tahun 2008-2027 Dan Rencana
Tata Ruang Pulau Sumatra
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara untuk periode
perencanaan 2008-2027. Penataan ruang mencakup proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah di tingkat nasional
mengatur tentang struktur ruang dan pola ruang nasional.
Dalam penataan ruang, kawasan pariwisata merupakan bagian dari
kawasan budidaya. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan kawasan
peruntukan pariwisata adalah: a) memiliki daya tarik wisata; dan/atau b)
mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
RTRWN mengatur bahwa peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan
pariwisata disusun dengan memperhatikan:
a pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
b perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan
pariwisata; dan
d ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada
huruf c.

Selain dikembangkan di kawasan budidaya, RTRWN juga telah mengatur


kawasan-kawasan lindung yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata. Kawasan-kawasan tersebut antara lain:
a Kawasan warisan dunia
b Kawasan taman nasional dan taman nasional laut
c Kawasan taman hutan raya
d Kawasan taman wisata dan taman wisata laut
e Kawasan cagar biosfer
f Kawasan terumbu karang
g Kawasan keunikan batuan dan fosil
h Kawasan keunikan bentang alam

3-7
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

i Kawasan keunikan proses geologi

A. Kebijakan Tata Ruang


Tinjauan terhadap kebijakan tata ruang dimaksudkan untuk mengetahui
arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bangka baik dalam lingkup
wilayah nasional maupun propinsi. Dengan demikian, kebijakan, arahan
dan strategi pengaturan ruang di wilayah Kabupaten Bangka dapat
terintegrasi, serta menghindari terjadinya tumpang tindih pemanfaatan
ruang dan kewenangan dalam merealisasikan rencana tersebut.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) 2020Dalam kebijakan
RTRWN 2020, arahan kebijakan tata ruang yang terkait dengan
pengembangan di wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :

A. Kawasan Andalan
Kabupaten Bangka dalam arahan pengembangan kawasan andalan RTRW
Nasional lokasinya relative berdekatan dengan kawasan andalan segitiga
pertumbuhan SIJORI. Keberadaaan kawasan andalan regional ini perlu
diidentifikasi untuk kemudian Kabupaten Bangka dapat menciptakan
linkage dengan kawasan andalan tersebut. Sektor unggulan yang
diarahkan pengembangannya pada kawasan ini berupa industri,
pertambangan, pertanian tanaman pangan dan kehutanan. Sedangkan
kawasan laut Bangka terkait dengan kawasan laut Selat Bangka dan
sekitarnya.
B. Arahan Fungsi Kota

Fungsi Kota Sungailiat adalah sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),


yaitu Kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi
yang melayani beberapa kabupaten.

C. Arahan Pengembangan Sistem Transportasi


Jaringan jalan darat yang melalui wilayah Kabupaten Bangka dan
menghubungkan antara Kota Pangkalpinang (PKN) dengan Kota Sungailiat
(PKW) dalam sistem transportasi nasional ditetapkan sebagai jaringan jalan
kolektor primer. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota antar PKW dan PKN, antar PKW dan PKL

3-8
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

dan/atau kawasan-kawasan berskala kecil dan/atau pelabuhan pengumpan


regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

3-9
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

3-10
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Nasional

3-11
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.3 Peta Kabupaten Bangka Dalam Rencana Pola Ruang RTR Pulau Sumatera

3-12
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk


Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas)


adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang menjadi
pedoman bagi pembangunan kepariwisataan tingkat nasional dalam jangka
panjang, yaitu 15 tahun. Pasal 4 Ayat (3) Peraturan Pemerintah ini
mengatur bahwa Ripparnas dan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi (Ripparprov) menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota
(Ripparkab/kot). Oleh karena itu, penyusunan Ripparda Kabupaten
Bangka harus mengacu pada arahan pembangunan yang ditetapkan
dalam Ripparnas.
Pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bangka harus diarahkan untuk
mendukung terwujudnya visi pembangunan kepariwisataan nasional, yaitu
“Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia,
berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah
dan kesejahteraan rakyat”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Ripparnas
juga telah menetapkan misi pembangunan kepariwisataan nasional, yaitu:
a Destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,
berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah
dan masyarakat;
b Pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab
untuk meningkatkankunjungan wisatawan nusantara dan
mancanegara;
c Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan
kemitraan usaha, danbertanggung jawab terhadap lingkungan alam
dan sosial budaya; dan
d Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat,
sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang
efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.

3-13
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Selain visi dan misi, Ripparnas juga menetapkan tujuan, sasaran, arah
pembangunan, kebijakan, dan strategi pembangunan kepariwisataan
nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009,
kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan yangdiatur dalam
Ripparnas mencakup pembangunan destinasi pariwisata, industri
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.
Dalam Ripparnas, kepariwisataan Kabupaten Bangka diatur dalam arahan
pembangunan destinasi pariwisata, khususnya arahan perwilayahan
destinasi pariwisata. Arahan perwilayahan destinasi pariwisata nasional
menetapkan Kabupaten Bangka dalam Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN) Palembang – Bangka Belitung dan sekitarnya. DPN ini terdiri dari
tiga Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan dua
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). KPPN adalah suatu ruang
pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan
dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema
produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai
komponen pencitraan kawasan tersebut. KSPN adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu ataulebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,
serta pertahanan dankeamanan.
Kabupaten Bangka merupakan bagian dari KPPN belinyu dan sekitarnya
Untuk lebih jelasnya peta DPN Palembang – Bangka Belitung dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

3-14
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.4 Peta Destinasi Pariwisata Nasional Palembang – Bangka Belitung dan Sekitarnya

3-15
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.5 Peta Kabupaten Bangka Dalam Destinasi Pariwisata Nasional


3-16
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Posisi kepariwisataan Kabupaten Bangka dalam kebijakan pembangunan


nasional secara lebih singkat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

DOKUMEN KEBIJAKAN URAIAN


NASIONAL
RTRWN TAHUN 2008-  Wilayah perairan Kabupaten Bangka merupakan bagian
2027 dari KAWASAN LINDUNG NASIONAL dan KAWASAN
ANDALAN LAUT NASIONAL, yaitu Taman Wisata Alam
Perairan.
 Kawasan budidaya Kabupaten Bangka merupakan
bagian dari KAWASAN ANDALAN NASIONAL
 Kabupaten Bangka dalam arahan pengembangan
kawasan andalan RTRW Nasional lokasinya relative
berdekatan dengan kawasan andalan segitiga
pertumbuhan SIJORI. Keberadaaan kawasan andalan
regional ini perlu diidentifikasi untuk kemudian
Kabupaten Bangka dapat menciptakan linkage dengan
kawasan andalan tersebut
 Kota Sungailiat adalah sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), yaitu Kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan
dan simpul transportasi yang melayani beberapa
kabupaten.
RIPPARNAS TAHUN Wilayah Kabupaten Bangka merupakan bagian dari
2010-2025 KAWASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL
(KPPN) belinyu dan sekitarnya

3.2 Kepariwisataan Kabupaten Bangka Dalam Kebijakan Pembangunan


Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sebagai bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bangka harus memperhatikan
dan mengacu pada kebijakan dan arahan pembangunan provinsi,
khususnya yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan. Kebijakan
dan arahan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatur
tentang pembangunan kepariwisataan di wilayah provinsi adalah:

3-17
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

1 Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun


2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun
2005-2025;
2 Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2014-2034;
3 Strategi Pengembangan Destinasi Unggulan dan Desa Wisata di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2019.

3.2.1 Kepariwisataan Kabupaten Bangka dalam Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 2007 merupakan dokumen rencana pembangunan
seluruh sektor dalam pembangunan provinsi untuk jangka waktu
perencanaan 20 tahun. RPJPD Provinsi juga merupakan kerangka dasar
pengelolaan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
jangka panjang, yang merupakan pengejawantahan kehendak masyarakat
dan Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, dengan tetap memperhatikan arahan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
diarahkan untuk mencapai visi “Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Sebagai Wilayah Agribahari yang Maju dan Berwawasan
Lingkungan, Didukung oleh Sumber Daya Manusia Handal dan Pemerintah
yang Amanah Menuju Masyarakat Sejahtera” di tahun 2025. Visi tersebut
dijabarkan ke dalam lima misi pembangunan provinsi, yaitu:
1 mengembangkan potensi ekonomi lokal yang sejalan dengan upaya
mewujudkan wilayah agribahari dan meningkatkan daya saing daerah.
Peningkatan daya saing daerah akan dilakukan melalui pemanfaatan
potensi ekonomi daerah secara optimal dan sejalan dengan upaya
pelestarian lingkungan, khususnya perkebunan, perikanan dan kelautan;
industri pengolahan dan pariwisata sesuai dengan keunggulan
kompetitif yang dimiliki oleh masing-masing Kabupaten/Kota yang

3-18
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

orientasi pemasarannya terutama ke luar daerah Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung; pembangunan sarana dan prasarana ekonomi; serta
reformasi di bidang peraturan dan perijinan;
2 Peningkatan kualitas dan daya saing SDM melalui penguasaan,
pemanfaatan dan penciptaan Iptek yang berbasis potensi lokal serta
pemantapan Imtaq;
3 Penguatan ketatapemerintahan yang baik (good local governance)
melalui peningkatan kualitas pelayanan publik, pemantapan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh, penguatan peran
masyarakat sipil, penguatan kualitas desentralisasi dan otonomi daerah,
pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengkomunikasikan kepentingan masyarakat, peningkatan budaya
hukum dan menegakkan hukum secara adil;\
4 Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan melalui peningkatan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh; keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan
wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan secara
drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap
berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; dan
menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender;
5 Penciptaan lingkungan hidup yang asri, nyaman dan lestari bagi
generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
Sesuai misi pertama, sebagai sektor yang mendukung upaya pelestarian
lingkungan, pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor yang mampu
meningkatkan daya saing daerah. Indikator keberhasilan pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a perkembangan daerah tujuan wisata (DTW) pantai di Kepulauan Bangka
Belitung dalam masa 20 tahun;
b peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari
retribusi daerah tujuan wisata, pajak hotel dan restoran, serta sumber-
sumber penerimaan lain yang terkait;
c perkembangan sektor-sektor ikutan, seperti jumlah hotel, restoran,
hiburan, travel agent, sampai dengan perkembangan usaha kecil dan
menengah (penghasil kerajinan, cenderamata, makanan).

3-19
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menetapkan kepariwisataan


sebagai sektor unggulan ke-2 dari enam sektor unggulan pembangunan
provinsi, yang secara berturut-turut adalah: kelautan dan perikanan,
pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa.
Pada tahapan pembangunan lima tahunan, kepariwisataan menjadi fokus
pembangunan pada tahap ke-2 (2012-2017) dan tahap ke-4 (2022-2025).
Tabel 3.1
Tahapan Pembangunan RPJPD Provinsi Kepuluan Bangka Belitung
TAHAPI TAHAPII TAHAPIII TAHAP IV
2005-2012 2012-2017 2017-2022 2022-2025
FOKUS Penyiapansaranad Pembangunanekonomi Ekonomidan Ekonomi,sumber daya
PEMBANGUN an danlingkunganhidup pengembangankual manusia,danpengua
AN prasaranaserta itas sumber daya tan birokrasi
penangananlin manusia
FOKUS gkungan
1. hidup fisik 1. Perkebunan
Infrastruktur 1. Industripengolahan 1. Industripengolahan
SEKTOR/BID dan 2. Perikanan 2. Sumber daya 2. PARIWISATA
ANG nonfisik 3. PARIWISATA manusia 3. Sumber daya manusia
STRATEGI 2.
Persiapandan Percepatanpembangun Memberinilai Memperluas akses
LingkunganHidup an
pembentukan tambah komoditas hasilindustri
modaldasar danpertumbuhansent padahasilproduk pengolahanhasilprodu
pembangunan ra- sentra unggulanprovinsii k unggulankepasar
ekonomi,wilayah- ni regional,
wilayahstrategis dan Pengembangan nasionalbahkankalau
cepattumbuh(zona SDM mungkinpasar
pertumbuhan) yangberkualitas, internasional.
dengan tetap profesional, Promosipariwisatayang
menerapkanprinsip berwawasanIPTE kontinyudankomprehe
pembangunan K danberbekal nsif terhadapobjek-
berwawasanlingkung IMTAK objek wisata yang
an. adadiBangka Belitung.

Mengembangkanpot
ensi sumber daya
manusia
denganbertumpupad
Sumber: Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025. a
kekuatan/keunggula
n daerah.
3.2.2 Kepariwisataan Kabupaten Bangka dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2014-2034, kepariwisataan memiliki posisi yang
strategis sebagai salah satu sektor yang menjadi tujuan penataan ruang
wilayah provinsi. Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah ”Mewujudkan Tata Ruang Provinsi Kepulauan

3-20
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Bangka Belitung yang Terpadu, Berimbang, dan Berkeadilan berbasis


Agrobahari untuk menunjang Pariwisata serta Pengendalian Wilayah
Pertambangan untuk menjamin Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Kebijakan penataan ruang untuk pariwisata diarahkan pada
pengembangan kepariwisataan yang berbasis budaya lokal, heritage, dan
bahari, serta ramah lingkungan. Kebijakan tersebut dilakukan melalui
strategi-strategi berikut:
a memfasilitasi dan membangun kerjasama antarkabupaten/kota dalam
pengembangan pariwisata Kepulauan Bangka Belitung;
b mendorong dan membantu kabupaten/kota membangun dan
merevitalisasi kawasan dan atau daya tarik wisata potensial di seluruh
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
c membantu dan membangun prasarana dan sarana penunjang
pariwisata sesuai kewenangan pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung mengatur bahwa pengembangan kawasan peruntukan pariwisata
dilakukan melalui:
a identifikasi kawasan potensial dan kawasan wisata yang sudah
bertumbuh;
b penyusunan masterplan (rencana induk pengembangan pariwisata
daerah) Kepulauan Bangka Berlitung;
c revitalisasi, restorasi dan perbaikan bangunan dan kawasan wisata yang
ada;
d pengembangan kawasan potensial menjadi kawasan strategis
pariwisata provinsi;
e peningkatan aksesibilitas pada kawasan-kawasan pariwisata yang
potensial dalam satu kesatuan sistem perjalanan wisata.

RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah menetapkan


kawasan peruntukan pariwisata di wilayah provinsi yang dikategorisasikan
untuk tiga kegiatan wisata, yaitu wisata alam, wisata budaya, dan wisata
buatan. Kawasan-kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka yang telah
ditetapkan dalam RTRWP adalah:

3-21
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

1 Wisata alam, meliputi :


a seluruh wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
b Kawasan pariwisata bahari yang berupa kawasan pantai dan lautnya
yang dimanfaatkan untuk pariwisata alam;
c Kawasan pariwisata alam berupa kawasan wisata hutan;
d Taman wisata laut;
e Kawasan pariwisata alam unggulan lainnya.
2. Wisata budaya, meliputi :
a Kawasan yang di dalamnya terdapat cagar budaya dan atau yang
memiliki ciri-ciri cagar budaya;
b Kawasan wisata budaya yang memiliki daya tarik wisata budaya
tangible maupun intangible;
c Kawasan budaya Laskar Pelangi;
d Kawasan wisata budaya dan wisata kreatif lainnya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Provinsi.
3. Kawasan wisata buatan, yaitu kawasan wisata yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial dan
kegiatan-kegiatan manusia lainnya, yang meliputi kawasan agrowisata,
fasilitas rekreasi dan taman bertema, resort, serta fasilitas olahraga.

Selain di kawasan peruntukan pariwisata, RTRW Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung juga telah menetapkan beberapa kawasan lindung yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, yaitu: a) kawasan suaka alam;
b) kawasan hutan lindung; c) kawasan sempadan pantai; d) kawasan
sekitar danau atau kolong; e) kawasan pantai berhutan bakau; b) situs dan
kawasan cagar budaya.Selain arahan pemanfaatan ruang dalam rangka
perwujudan pola ruang provinsi, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung juga mengatur arahan pemanfaatan ruang dalam rangka
perwujudan struktur ruang wilayah provinsi.Beberapa wilayah di Kabupaten
Bangka telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wisata (PKW) dan Pusat
Kegiatan Lingkungan (PKL) dalam struktur ruang wilayah provinsi. Arahan
pemanfaatan ruang terkait pariwisata dalam rangka perwujudan PKW dan
PKL di Kabupaten Bangka.

3-22
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

 Arahan Pengembangan Kawasan pariwisata


Kawasan pariwisata adalah meliputi kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata.Arahan pengelolaan kawasan pariwisata bertujuan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan dan sumberdaya
alam, dan sumberdaya buatan dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup.Sebagian besar kawasan pariwisata terletak di pinggir
pantai sehingga potensi pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung paling besar untuk wisata pantai. Sedangkan di kawasan
tersebut juga kaya akan mineral, pasir timah, dan bahan galian
golongan 'C', sehingga terjadi tumpang tindih dengan sektor
pertambangan yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan
penurunan nilai bagi pariwisata.
 Potensi Wisata
Di Wilayah Kabupaten Bangka memilki banyak potensi wisata alam baik
yang ada di darat maupun di pantai dan laut. Saat ini telah ditetapkan 5
tapak kawasan wisata dengan luas lebih dari 1.900,25 ha yang siap untuk
dikembangkan, selain telah tersedianya prasarana dan sarana wisata
seperti hotel, restoran dan lainnya.Sumber daya lingkungan (environment
resource) terutama daerah terumbu karang, yang telah ditetapkan sebagai
daerah konservasi maupun yang masih dalam persiapan untuk dijadikan
daerah konservasi merupakan daya tarik yang sangat besar untuk dijadikan
sebagai salah satu objek wisata lngkungan (ecotourism). dibawah ini peta
kawasan wisata provinsi kepulauan Bangka Belitung, berdasarkan peta
tersebut terdapat destinasi wisata yang terdapat dikabupaten bangka,
destinasi wisatanya diantaranya pantai penyusuk, Tanjung pesona , Pantai
Parang Tenggiri , pantai matras, pantai anyer.

3.2.3 Kepariwisataan Kabupaten BangkaDalamRencana Induk Pembangunan


Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Peraturan Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2016

3.2.3.1Pembangunan Destinasi Pariwisata


1 Kebijakan
Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata, meliputi:

3-23
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

a pembangunan perwilayahan pariwisata provinsi yang diarahkan untuk


membentuk citra sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya khas,
meningkatkan daya saing produk pariwisata secara internasional,
menciptakan keterpaduan pembangunan dan penyebaran perkembangan
pariwisata yang lebih luas, memberikan nilai tambah yang positif bagi
identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan timah dan penghasil lada
di Indonesia, memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam dan
budaya, peningkatan kualitas ekosistem alam, serta pemulihan kerusakan
lingkungan;
b pembangunan daya tarik wisata alam dan budaya berbasis pesisir, pantai,
pulau-pulau kecil, formasi geologis batuan granit, perkebunan lada, adat-
istiadat khas diarahkan untuk meningkatkan kualitas daya tarik wisata,
mendorong pertumbuhan daya tarik wisata lainnya, serta membangun
keterkaitan antara daya tarik wisata provinsi;
c pembangunan keterpaduan sistem jaringan transportasi udara, laut, dan
darat untuk meningkatkan aksesibilitas kepariwisataan antar kabupaten/kota
di kepulauan bangka belitung, antara kepulauan bangka belitung dengan
Jakarta, Bali, Batam, Medan, Balikpapan, Palembang, sebagai pintu
gerbang utama indonesia, serta dengan daerah sumber pasar wisatawan
nusantara maupun mancanegara;
d pembangunan prasarana umum dan fasilitas umum berstandar nasional
dan internasional terutama pada daya tarik wisata provinsi, destinasi
pariwisata provinsi, kawasan pengembangan pariwisata provinsi, dan
kawasan strategis pariwisata provinsi menuju destinasi pariwisata berdaya
saing global;
e pembangunan fasilitas pariwisata berstandar nasional dan internasional
yang berciri khas lokal kabupaten/kota, menjunjung norma sosial dan
budaya, nilai-nilai agama, mempertimbangkan daya dukung lingkungan,
serta berorientasi pada pemenuhan kebutuhan berwisata masyarakat dan
wisatawan;
f pengembangan masyarakat agar dapat menjadi pelaku utama dalam
pembangunan kepariwisataan yang berdaya saing global dan berkelanjutan;
dan

3-24
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

g pengembangan investasi pariwisata terpadu dan bertanggung jawab untuk


membangun iklim usaha yang sehat dan berdaya saing, sekaligus
memberikan manfaat luas bagi pengembangan masyarakat, perlindungan
lingkungan alam, pelestarian budaya, dan pembangunan wilayah provinsi.

2 Strategi
1) Strategi untuk kebijakan pembangunan perwilayahan pariwisata provinsi
sebagaimana dimaksud, meliputi:
a menetapkan Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan sebagai pusat
pelayanan primer pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, serta
Muntok, Sungailiat, Toboali, dan Pulau Mendanau sebagai pusat
pelayanan sekunder pariwisata Daerah;
b membangun Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) Wilayah Utara
Kepulauan Bangka Belitung dan DPP Wilayah Selatan Kepulauan
Bangka Belitung untuk mendorong pertumbuhan pariwisata yang
seimbang dan terpadu antara wilayah utara dan selatan Daerah Provinsi;
c membangun Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan
sekitarnya, KSPP Belinyu-Sungailiat dan sekitarnya, KSPP
Pangkalpinang-Mendo Barat-Bangka Tengah, serta KSPP Pulau
Belitung dan sekitarnya untuk memberikan nilai tambah yang positif bagi
identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan timah dan penghasil
lada di Indonesia, memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam
dan budaya, peningkatan kualitas ekosistem alam, serta pemulihan
kerusakan lingkungan;
d membangun Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP)
Toboali dan sekitarnya, KPPP Gugusan Pulau di Selat Gaspar untuk
membentuk citra sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya khas,
meningkatkan daya saing produk pariwisata secara internasional,
menciptakan keterpaduan pembangunan dan penyebaran
perkembangan pariwisata yang lebih luas;
e memadukan pembangunan perwilayahan DPP, KPPP, dan KSPP
Kepulauan Bangka Belitung dengan DPN Palembang-Bangka Belitung,
KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya, KPPN Belinyu dan sekitarnya,

3-25
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

KPPN Pangkalpinang-Sungailiat dan sekitarnya, serta KPPN Punai-


Belitung dan sekitarnya; dan
f mengembangkan sistem mitigasi dan adaptasi terhadap bencana,
kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan sektor lain di
KSPP dan KPPP, serta dampak lingkungan akibat pariwisata di seluruh
wilayah DPP.

2) Strategi untuk kebijakan pembangunan daya tarik wisata alam dan


budaya berbasis pesisir, pantai, pulau-pulau kecil, formasi geologis
batuan granit, perkebunan lada, adat-istiadatkhas meliputi:
a menetapkan dan mengembangkan daya tarik wisata Provinsi
berbasis pesisir, pantai, pulau-pulau kecil, formasi geologis batuan
granit, perkebunan lada, adat-istiadat khas Daerah Provinsi;
b mengembangkan keterpaduan pembangunan dengan daya tarik
wisata nasional dan daya tarik wisata kab/kota yang terletak di sekitar
daya tarik wisata Daerah Provinsi;
c mengembangkan interpretasi sesuai tema daya tarik dan jalur wisata
tematik DPP di Daerah Provinsi;
d merencanakan dan menerapkan pengelolaan pengunjung pada daya
tarik wisata primer dan sekunder pada KSPP dan KPPP di Daerah
Provinsi;
e merencanakan dan menerapkan informasi terpadu antara daya tarik
wisata yang memiliki keterkaitan tema;
f mengembangkan program geowisata pada daya tarik wisata alam
berbasis pesisir, pantai, pulau-pulau kecil, dan formasi geologis
batuan granit;
g mengembangkan program wisata minat khusus bahari (selam,
snorkeling, memancing di tengah laut) pada daya tarik wisata
berbasis pantai dan pulau-pulau kecil; dan
h mengembangkan program wisata edukatif dan kreatif pada daya tarik
wisata budaya berbasis pesisir, agrowisata lada dan lainnya, sejarah,
dan adat-istiadat khas Daerah Provinsi

3-26
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3) Strategi untuk kebijakan pembangunan keterpaduan sistem jaringan


transportasi udara, laut, sungai, dan darat sebagaimana dimaksud dalam,
meliputi:
a meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan jaringan jalan menuju
daya tarik wisata provinsi;
b membangun jaringan transportasi sungai untuk mendukung pariwisata;
c meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan angkutan umum yang
menghubungkan KSPP dan KPPP, serta pusat pelayanan primer dan
sekunder pariwisata Daerah Provinsi;
d mengembangkan transportasi wisata untuk mendukung jalur wisata
tematik di DPP;
e mengembangkan transportasi terpadu yang menghubungkan
bandara/pelabuhan dengan pusat pelayanan primer dan sekunder
pariwisata di Daerah Provinsi;
f mengembangkan rute dan frekuensi penerbangan langsung dari Jakarta,
Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, Batam, Medan, Palembang, dan
Balikpapan;
g mengembangkan rute dan frekuensi penerbangan dari Malaysia dan
Singapura, dan negara sumber pasar wisatawan mancanegara lainnya;
h mengembangkan rute dan frekuensi pelayaran dari Jakarta, Batam, dan
daerah sumber pasar wisatawan nusantara lainnya; dan
i menetapkan standar kenyamanan, keselamatan, dan keamanan bagi
moda transportasi darat , sungai , dan laut di Daerah Provinsi.

4) Strategi untuk kebijakan pembangunan prasarana umum dan fasilitas umum


berstandar nasional dan internasional sebagaimana dimaksud dalam
meliputi:
a meningkatkan kesadaran kolektif para pemangku kepentingan terhadap
standar nasional dan internasional bagi penyediaan dan pengelolaan
prasarana umum dan fasilitas umum di daya tarik wisata provinsi,
destinasi pariwisata provinsi, kawasan pengembangan pariwisata
provinsi, dan kawasan strategis pariwisata provinsi;
b meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan energi listrik dan air
bersih untuk pariwisata yang berdaya saing global; dan

3-27
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

c mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta, pengelola daya tarik


wisata, dan masyarakat dalam pembangunan prasarana umum dan
fasilitas umum berstandar nasional dan internasional di daya tarik wisata
provinsi, destinasi pariwisata provinsi, kawasan pengembangan
pariwisata provinsi, dan kawasan strategis pariwisata provinsi.

5) Strategi untuk kebijakan pembangunan fasilitas pariwisata berstandar


nasional dan internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e,
meliputi:
a meningkatkan kesadaran kolektif para pemangku kepentingan terhadap
standar nasional dan internasional bagi penyediaan dan pengelolaan
fasilitas pariwisata;
b menetapkan dan mengembangkan standar bangunan berciri khas lokal
dan pelayanan berkarakter budaya dan nilai-nilai agama yang berlaku di
masyarakat di Daerah Provinsi;
c membangun fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum, fasilitas
perjalanan wisata, dan fasilitas informasi yang berstandar internasional
dan ramah lingkungan di Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan
sebagai pusat pelayanan primer;
d mempercepat peningkatan pembangunan fasilitas akomodasi berkelas
bintang di Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan sebagai pusat
pelayanan primer pariwisata Daerah Provinsi;
e mempercepat peningkatan pembangunan fasilitas akomodasi berkelas
nonbintang dan pondok wisata (homestay) berstandar nasional dan
internasional di Kota Muntok,Sungailiat, Toboali, dan Pulau Mendanau
sebagai pusat pelayanan sekunder pariwisata Daerah Provinsi;
f mengendalikan pembangunan fasilitas pariwisata di daerah sempadan
pantai dan sempadan lainnya dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan; dan
g mengembangkan pondok wisata (homestay) di KSPP dan KPPP di
Daerah Provinsi.

6) Strategi untuk kebijakan pengembangan masyarakat agar dapat menjadi


pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf f, meliputi:

3-28
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

a meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pembangunan


destinasi pariwisata berdaya saing global dan berkelanjutan;
b meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan berstandar nasional
dan internasional di daya tarik wisata provinsi;
c meningkatkan peran Kelompok Sadar Wisata untuk mendukung
pengelolaan KSPP dan KPPP yang berdaya saing global; dan
d menguatkan peran masyarakat dalam pengembangan tata kelola
destinasi pariwisata berkelanjutan di KSPN Tanjung Kelayang dan
sekitarnya.

7) Strategi untuk kebijakan pengembangan investasi pariwisata terpadu dan


bertanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf g,
meliputi:
a mengembangkan mekanisme keterpaduan investasi pariwisata,
perdagangan, dan bidang lainnya di Daerah Provinsi;
b menetapkan dan mengembangkan regulasi investasi yang berorientasi
pada pengembangan masyarakat, perlindungan lingkungan, pelestarian
budaya, dan percepatan pembangunan daerah; dan
c mengembangkan mekanisme pengendalian investasi pariwisata
berbasiskan penelitian untuk membangun iklim usaha yang sehat dan
berdaya saing, serta berwawasan lingkungan dan budaya.

3. Desnitinasi Pariwisata Provinsi (DPP) ,Kawasan Strategis Pariwisata


Provinsi(KSPP), dan Kawasan Pengambangan Pariwisata Provisni (KPPP)
1) DPPsebagaimana yang dimaksud memiliki pusat DPP yang berfungsi
sebagai:
a pintu masuk utama;
b pusat pelayanan pariwisata;
c pusat informasi terpadu;
d pusat pemasaran terpadu;
e penyebar pergerakan wisatawan ke KSPP dan KPPP di wilayahnya; dan
f pendorong pertumbuhan pariwisata di KSPP dan KPPP di wilayahnya.

2) DPP meliputi:
a KSPP; dan
b KPPP.

3-29
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

DPP Daerah Provinsi, meliputi:


a Destinasi Pariwisata Provinsi Wilayah Utara Kepulauan Bangka Belitung
dengan pusat DPP Kota Pangkalpinang; dan
b Destinasi Pariwisata Provinsi Wilayah Selatan Kepulauan Bangka
Belitung dengan pusat DPP Kota Tanjungpandan;

KSPP terdiri atas:


a Kawasan Pariwisata Muntok dan Sekitarnya;
b Kawasan Pariwisata Belinyu-Sungailiat dan Sekitarnya;
c Kawasan Pariwisata Pangkalpinang- Mendo Barat- Bangka Tengah dan
Sekitarnya; dan
d Kawasan Pariwisata Pulau Belitong dan Sekitarnya;

Pembangunan KSPP Belinyu-Sungailiat dan sekitarnya sebagaimana


diarahkan sebagai berikut:
a tema primer adalah pariwisata budaya pesisir Bangka;
b tema sekunder adalah geowisata;
c sasaran pengembangan adalah meningkatkan nilai tambah kegiatan
pariwisata untuk mengendalikan kegiatan pertambangan pada kawasan
pariwisata;
d daya tarik wisata primer meliputi Kawasan Teluk Kelabat, Pantai Matras,
Pantai Rebo, Desa Wisata Air Anyir, Pantai Parai Tenggiri, Pantai
Tanjung Pesona, Pantai Air Anyer, Pantai Penyusuk, Pulau Putri dan
Pulau Lampu, Pantai Romodong, Pantai Tanjung Putat, Kampung
Gedong, Puri Tri Agung; dan

e daya tarik wisata sekunder meliputi Kawasan Pertambangan Airrikai,


Tanjung Gudang, Pantai Leper, Air Terjun Gunung Maras, Goa Maria,
Benteng Kuto Panji, Kawasan Amtenaar BTW Belinyu, Sentra Olahan
hasil laut, Desa Aik Abik, Klenteng Mahayana Bukit Betung, Desa
Kenanga, Makam Depati Bahrin, Rumah Controleur, Dewi Kwan Im,
Rumah Tradisional Bangka, dan Klenteng Merawang.

Pembangunan KSPP Pangkalpinang- Mendo Barat- Bangka Tengah dan


sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c,
diarahkan sebagai berikut:

3-30
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

a tema primer adalah pariwisata sejarah Bangka Belitung dan Budaya


Bangka;
b tema sekunder adalah agrowisata pesisir;
c sasaran pengembangan adalah memperkuat identitas sebagai kawasan
pariwisata berbasis sejarah pertimahan dan penghasil lada,23 Himpunan
Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016sekaligus
menerapkan standar nasional dan internasional dalam pengelolaan
pariwisata kawasan;

d daya tarik wisata primer meliputi Civic Center, Museum Timah, Pantai
Pasir Padi, Pantai Tanjung Bunga, Pusat Kreatif Tenun Cual, Kampung
Melayu Indah, Kerkhof, Hutan Kota Tuatunu, Situs Kota Kapur, Batu
Belubang, Pantai Gebang Kemilau Arung Dalam, Pulau Ketawai, Bunker
Jepang di Bandara Depati Amir; dan

e daya tarik wisata sekunder meliputi Perumahan Eropa, Agrowisata Desa


Namang, Desa Nelayan Kurau, Jalan Salib Bukit Golgota, Holland
Chinese School, Kwan Ti Miau, Katedral Santo Yosef, BBG, Klenteng
Dewi Kwan Im Sampur, Pemakaman Sentosa, Kawasan Desa Wisata
Tua Tunu, Pantai Gebang Kemilau, Sumur Tujuh, Desa Perlang,
Bangkanesia, Pantai Batu Beriga, Pantai Tanjung Berikat, dan kawasan
perkebunan lada.

3-31
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

DPP Daerah Provinsi, meliputi:


a Destinasi Pariwisata Provinsi
Wilayah Utara Kepulauan
Bangka Belitung dengan pusat
DPP Kota Pangkalpinang; dan
b Destinasi Pariwisata Provinsi
Wilayah Selatan Kepulauan
Bangka Belitung dengan pusat
DPP Kota Tanjungpandan;

Kabupaten Bangka berada pada


Destinasi Pariwisata Provinsi
(DPP) Wilayah Utara Kepulauan
Bangka Belitung dengan pusat
DPP Kota Sungailiat;

Gambar 3.6 Peta Kabupaten Bangka Dalam DPPProvinsi Kep. Bangka Belitung
3-32
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Kabupaten Bangka berada


pada Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi (KSPP)
terdiri atas:
a Kawasan Pariwisata
Belinyu-Sungailiat dan
Sekitarnya;
b Kawasan Pariwisata
Pangkalpinang- Mendo
Barat- Bangka Tengah
dan Sekitarnya.

Gambar 3.7 Peta Kabupaten Bangka Dalam KSPPProvinsi Kep. Bangka Belitung
3-33
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.3 Kepariwisataan Kabupaten Bangka Dalam Kebijakan Dan


Pembangunan Wilayah Kabupaten Bangka

Pembangunan kepariwisataan Kabupaten bangka sudah diarahkan dalam


beberapa dokumen perencanaan daerah, khususnya yang berjangka waktu
panjang.Arahan-arahan pembangunan kepariwisataan di tingkat kabupaten
harus menjadi rujukan utama dalam penyusunan Ripparda Kabupaten
Bangka Oleh karena itu, beberapa kebijakan yang akan dikaji adalah:
 Kepariwisataan Kabupaten Bangka Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Perda Nomor 1 tahun 2013 Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2010 – 2030
 Kepariwisataan Kabupaten Bangka dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034

3.3.1 Kepariwisataan Kabupaten Bangka Dalam Rencana Tata Ruang


Wilayah Perda Nomor 1 tahun 2013 Rencana Tata Ruang Wilayah
Wilayah Kabupaten Bangka Tahun 2010 – 2030

3.3.1.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Kabupaten Bangka


Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang kabupaten merupakan
terjemahan dari visi dan misi pengembangan Kabupaten dalam
pelaksanaan pembangunan. Selain merupakan terjemahan dari visi dan
misi pengembangan Kabupaten, tujuan penataan ruang Kabupaten
dirumuskan berdasarkan karakteristik wilayah, isu-isu strategis, kondisi
objektif yang diinginkan untuk 20 tahun kedepan, tidak bertentangan
dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional, jelas dan
dapat tercapai sesuai dengan jangka waktu perencanaan dan tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundang- undangan.
Untuk menentukan proses penentuan tujuan, kebijakan dan strategi
penataan ruang selanjutnya adalah menelaah kebijakan tata ruang
nasional dan provinsi serta visi dan misi pengembangan Kabupaten
Bangka.

3-34
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.3.1.2 Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Bangka


Berdasarkan karakteristik wilayah, isu isu strategis visi dan misi
pengembangan Kabupaten Bangka serta tinjauan terhadap tujuan
penataan wilayah nasional dan provinsi maka tujuan penataan ruang
Kabupaten Bangka untuk 20 tahun ke depan adalah :
“Mewujudkan Kab. Bangka sebagai pusat perdagangan dan industri yang
diiringi oleh keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara dalam
harmonisasi antara lingkungan alam dan buatan secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat”.

3.3.1.3 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Bangka

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangka meliputi kebijakan


penataan ruang, Struktur Ruang dan pola ruang wilayah, serta
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam rangka mengakomodasi
paradigma baru perencanaan wilayah dan untuk mewujudkan rencana tata
ruang yang berkelanjutan dan operasional sebagaimana yang tertuang
dalam UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, maka kebijakan penataan
ruang adalah sebagai berikut :Kebijakan penataan ruang Kabupaten :
a peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki;
b pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian;
c perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian
pemanfaatan sumber daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya
menuju kesejahteraan rakyat;
d pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

4. Strategi Penataan Ruang Kabupaten Bangka


Kebijakan peningkatan akses pelayanan kota Sungailiat, kota Belinyu, dan
pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki
dilaksanakan melalui strategi:
a menjaga keterkaitan antara PKL dan PKLp Kabupaten dengan PKW,
ibukota kecamatan, kelurahan/perdesaan;

3-35
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

b mengembangkan dan mendorong pertumbuhan PKL, PKLp dan pusat


pertumbuhan kecamatan;
c mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam dan
kegiatan budidaya unggulan;

Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam


pengembangan perekonomian dilaksanakan melalui strategi:
a Menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Kabupaten;
b menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c mengendalikan pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan strategis;
d meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana wilayah penunjang
kegiatan ekonomi;
e mengendalikan pertumbuhan ruang terbangun di pantai;
f mendorong kegiatan industri dan perdagangan;
g melestarikan dan meningkatkan nilai kawasan strategis provinsi.

Kebijakan perwujudan keseimbangan, keterpaduan, dan pengendalian


pemanfaatan sumber daya serta keterkaitan antar kegiatan budidaya
menuju kesejahteraan rakyat dilaksanakan melalui strategi:
a mengelola pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan;
b mengendalikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya;
c mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d menjaga keterpaduan dan keharmonisan pemanfaatan ruang;
e mengembangkan kegiatan budidaya sektor - sektor unggulan;
f mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek social
budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
g mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan;
h mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
i menyeimbangkan ketersediaan ruang untuk kepentingan investasi
masyarakat dan swasta;
j meningkatkan fungsi kawasan guna mendukung peningkatan
perekonomian masyarakat;
k mengendalikan perizinan pemanfaatan ruang berskala luas.

3-36
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

l Kebijakan pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung


lingkungan hidup dilaksanakan melalui strategi:
m mengendalikan pengembangan kawasan budidaya sesuai kapasitas,
daya dukung, dan fungsi lingkungan;
n mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian
pangan dan non pangan yang berwawasan lingkungan;
o mengembangkan kawasan yang berfungsi lindung;
p mencegah dampak negatif kegiatan budidaya yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

3.3.1.4 Rencana Struktur Ruang


1 Hirarki Wilayah
Dalam Sistem Pusat Perkotaan atau Pusat Pelayanan secara nasional,
telah ditetapkan adanya jenjang atau hirarki yang terdiri atas berturut-turut :
 PKN (Pusat Kegiatan Nasional), yang pelayanannya mencakup
beberapa provinsi;
 PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), yang pelayanannya mencakup
beberapa kabupaten;
 PKL (Pusat Kegiatan Lokal), yang pelayanannya mencakup beberapa
kecamatan.
 PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi)
Berdasarkan hierarki tersebut di atas maka rencana sistem kota-kota yang
terdapat di Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
1 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) : Kota Sungailiat dan Kota Belinyu
2 Pusat Pelayanan Kegiatan promosi (PKLp) : Kecamatan Puding Besar
3 Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) : Desa Petaling, Desa Riau, Desa
Bakam, Desa Pemali dan Desa Batu Rusa.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur dapat dilihat pada Tabel
3.1 dan Gambar 3.1

3-37
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Tabel 3.2
Rencana Penetapan Fungsi Sistem Perkotaan
di Kabupaten Bangka
No Fungsi pusat Pusat Keterangan
I PKL Sungailiat Ibukota Kabupaten
Bangka
Belinyu Ibukota
Kecamatan
Belinyu
II PKLp Pudingbesar Ibukota
Kecamatan Puding
besar
III PPK 1. BatuRusa Ibukota Kec.
Merawang
2. Riau Ibukota Kec. Riau
silip
3. Petaling Ibukota Kec.
Mendo Barat
4.Pemali Ibukota Kec.
Pemali
5. Bakam Ibukota Kec.
Bakam

2.Pembagian Wilayah Pengembangan


Berdasarkan hasil pengkajian penentuan hirarki kota, homogenitas
kawasan serta interaksi antara wilayah, maka sistem kota di Kabupaten
Bangka terdiri dari 3 Wilayah Pengembangan :
a Wilayah Pengembangan I dengan pusat pengembangannya di
Kecamatan Sungailiat
b Wilayah Pengembangan II dengan pusat pengembangan di
Kecamatan Belinyu
c Wilayah Pengembangan III dengan pusat pengembangan di
Kecamatan Puding Besar.
Tabel 3.3
Arahan Sistem Perwilayahan Kabupaten Bangka
Sistem
WP Nama Kota Peran dan Fungsi Wp
Perwilayahan
I Sungailiat Wilayah - Pusat pemerintahan
Pengembangan - Pusat pelayanan untuk
wilayah bawahannya
- Wilayah pemasaran bagi
produksi hinterland
- Pendorong perkembangan
wilayah
- Penyedia sarana dan

3-38
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Sistem
WP Nama Kota Peran dan Fungsi Wp
Perwilayahan
prasarana kota
- Pusat perdagangan & jasa
- Kegiatan Wisata
- Kesehatan - Pendidikan
II Belinyu Wilayah - Pusat pemerintahan
Pengembangan kecamatan
- Pelabuhan Laut Regional
- Kondisi eksisting yang
memiliki tingkat kepadatan
penduduk tinggi dengan
keberadaan kawasan
permukiman akan
mempengaruhi munculnya
aktifitas baru
- Adanya kegiatan Industri
Perikanan Terpadu
mendukung Kegiatan lainnya
III Pudingbesar Wilayah - Pusat pemerintahan
Pengembangan kecamatan
- Pusat kegiatan industri
dengan basis utama
komoditas hasil
- hasil pertanian
- Wilayah pemasaran bagi
produksi hinterland
- Pusat pelayanan untuk
wilayah bawahannya
- Agropolitan
- Perkebunan

Berdasarkan cakupan wilayah, karakter wilayah, serta potensi


pengembangannya di masa datang, dapat diberikan uraian lanjutan untuk
masing-masing WP tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.2
a. WP I Sungailiat
Wilayah Pengembangan I dengan pusat Sungailiat, mencakup daerah
wilayah timur yaitu Kecamatan Pemali dan Merawang. Sebelah selatan
berbatasan langsung dengan Ibukota Provinsi yakni Kota Pangkal Pinang,
dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Puding Besar dan
Mendo Barat. Wilayah Pengembangan ini apabila dibandingkan luasnya
dengan kedua WP lainnya, relatif kecil. Wilayah Pengembangan ini juga
dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan Kota Pangkal

3-39
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Pinang yang berfungsi sebagai PKW dengan Kota Sungailiat (PKL) dan
Belinyu (PKL) yang di dalamnya terdapat koridor cepat tumbuh, yaitu di
koridor Pangkalpinang – Sungailiat.
Sarana dan prasarana serta kegiatan yang menonjol di wilayah ini terutama
yang berkaitan dengan fungsi Pangkal Pinang sebagai PKW adalah
Pengembangan kawasan di sepanjang wilayah belakang Pangkal Pinang
yang meliputi Kecamatan Merawang dan Kecamatan Mendo Barat.
Kawasan Kecamatan Merawang yang meliputi beberapa desa
direncanakan untuk pengembangan kawasan industri di muara Sungai
Batu Rusa, pengembangan wisata dan kota baru air anyir seluas lebih
kurang 1.237 Ha, pengembangan kawasan kota baru beserta sarana dan
prasarana pendukungnnya di Desa Air Anyir, kawasan pengembangan
pendidikan tinggi, kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan di
Balun Ijuk dan Jada Bahrin, serta Kawasan Agropolitan di seluruh
Kecamatan Mendo Barat beserta kawasan pendukungnya seperti kawasan
Pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Petaling, Kemuja, dan
kawasan Pendidikan di Petaling dan Paya Benua.
Kecamatan Sungailiat direncanakan sebagai kecamatan wisata pantai
andalan Provinsi Bangka Belitung di sepanjang pesisir timur, kawasan
perdagangan di pusat kota, dan pembentukan pusat pertumbuhan baru.
Sebagai ibukota Kabupaten dikembangkan kawasan permukiman yang
memenuhi persyaratan sebagai satu wilayah ibukota. Kegiatan ekonomi
yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang adalah berkembangnya
industri polutif /perikanan tangkap di Kawasan Industri Jelitik dan kawasan
peruntukan industri lainnya beserta kawasan pendukungnya, dan
perikanan tambak di Kecamatan Merawang di sepanjang kawasan diluar
sempadan Sungai Baturusa dan Sungai Selindung.
Wilayah Pengembangan I juga mengembangkan kawasan lindung
setempat dengan lokasi dan luas sesuai kebutuhan, peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku disepanjang sungai, danau atau
kolong, mata air dll.
Wilayah Pengembangan I seperti transportasi darat dan laut, jaringan jalan,
listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat pengolahan akhir
sampah, drainase, dan lain-lain kebutuhan infrastruktur kota.

3-40
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

b. WP II Belinyu
WP II dengan pusat di Belinyu, mempunyai wilayah cakupan Kecamatan
Riau Silip, walaupun hanya mencakup 2 kecamatan, namun apabila dilihat
dari luas wilayahnya, wilayah ini relative luas. Wilayah Pengembangan ini
juga dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan Kota Sungailiat
- Belinyu. Sebelah utara WP ini merupakan wilayah pesisir yang dimulai
dari Tanjung Merak kemudian menyusur ke arah utara menuju Tanjung
Gudang Kemudian Tanjung Penyusuk kemudian menyusur ke arah barat
menuju Tanjung Samak kemudian menurun ke bawah menuju Tanjung
Tengkalat terus menurun menuju Tanjung Batu.
Ruang yang dapat dikembangkan untuk kegiatan Ekonomi yang berpotensi
dan diharapkan dapat berkembang di masa yang akan datang diantaranya
adalah :
 Berkembangnya kawasan industri perikanan terpadu di wilayah Teluk
Kelabat yang meliputi kawasan Teluk Kelabat yang berada di Kabupaten
Bangka dan Bangka Barat.
 Kawasan Perkebunan di barat dan selatan, Kawasan Perikanan tambak
di utara dan selatan, kawasan tamanan pangan lahan kering di utara
dan barat, kawasan pertambangan di barat dan selatan.
 Wilayah Pengembangan II mengembangkan struktur wilayah seperti
jaringan jalan, listrik, sistem air minum, pemakaman umum, tempat
pengolahan akhir sampah, drainase, dan lain-lain kebutuhan
infrastruktur kota
c. WP III Puding Besar
WP III dengan pusat Puding Besar, dengan wilayah cakupan Kecamatan
Puding Besar, Bakam, dan Mendo Barat. Di timur berbatasan dengan
Kecamatan Pemali dan Merawang, di selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bangka Tengah, di utara berbatasan dengan Kabupaten
Bangka Barat, di barat berbatasan dengan Selat Bangka. Wilayah
Pengembangan ini mempunyai wilayah terluas dari semua WP yang ada
dan dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan PKW Kota
Pangkalpinang dengan Muntok dimulai dari ujung timur di Desa Kace
Timur-Puding Besar – Desa Maras Senang yang berbatasan dengan

3-41
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Kabupaten Bangka Barat.Ruang yang dikembangkan untuk kegiatan


ekonomi di masa datang adalah :
 Kawasan Perkebunan di barat dan selatan WP, kawasan tanaman
pangan lahan kering yang membentang dari barat hingga timur,
kawasan pertambangan di tengah dan barat daya serta kawasan wisata
budaya Kota Kapur di Mendo Barat;
 Kawasan Perdagangan dan Jasa di sepanjang perbatasan antara Desa
Kace Timur dan Pangkal Pinang.

3 Sistem Jaringan Transportasi Wilayah Kabupaten


(1) Sistem jaringan transportasi wilayah kabupaten terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
 Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 huruf a terdiri dari :jaringan jalan kolektor primer 1
terdiri dari:1. jaringan jalan Pangkalpinang - Sungailiat – Tanjung
Gudang;2. jaringan jalan Lingkar Timur Pangkal Pinang –
Sungailiat;3. jaringan jalan Pangkalpinang – Puding Gebak;
 jaringan jalan kolektor primer 2 terdiri dari:1. jaringan jalan
Simpang Lumut - Puding Gebak;2. jaringan jalan Sungailiat -
Puding Besar;c. rencana peningkatan jaringan jalan dari kolektor
sekunder menjadi kolektor primer 2 terdiri dari:1. rencana
jaringan jalan Kace Timur - Tua Tunu (Kota Pangkalpinang);2.
rencana jaringan jalan Penagan - Tanjung Tedung (Kabupaten
Bangka Tengah.);3. jaringan jalan Pasir Garam (Kabupaten
Bangka Tengah) - Penagan;
 jaringan kolektor sekunder terdiri dari:1 jaringan jalan Sungailiat -
Bakam;2 peningkatan jaringan jalan Baturusa - Jalan Lingkar
Timur;3 peningkatan jaringan jalan Petaling - Simpang Balun
Ijuk;
 jaringan jalan lokal primer terdiri dari:1 jaringan jalan Petaling –
Rukam;2 jaringan jalan Petaling - Air Pandan;3 jaringan jalan
Puding Besar – Kotawaringin;4 jaringan jalan Sempan - Simpang
Jurung - Batu Ampar - Air Anyir;

3-42
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

 rencana jaringan jalan lingkar barat (Labuh Air Pandan - Kota


Kapur);
 peningkatan jaringan jalan Simpang Gedung Juang - Lubuk Kelik
- Air Bakung;peningkatan jaringan jalan Air Layang –
Pugul;peningkatan jaringan jalan Sempan – Mabat;peningkatan
jaringan jalan Puding Besar - Balun Ijuk;peningkatan jaringan
jalan Banyu Asin - Tiang Tarah;peningkatan jaringan jalan Air
Abik – Silip;peningkatan jaringan jalan Gunung Muda – Tuing;
 rencana jaringan jalan Mendo - Tanah Bawah;
 rencana jaringan jalan Balau – Kotawaringin;
 rencana jalan lingkar kota Sungailiat (Air Ruay - Jelutung);
 rencana jalan lingkar kota Belinyu;
 jaringan jalan lingkungan primer terdiri dari:1 jaringan jalan
Belinyu – Penyusuk;2 jaringan jalan Belinyu – Pesaren;3 jaringan
jalan Gunung Pelawan – Pejem;4 jaringan jalan Gunung
Pelawan – Tuing;5 jaringan jalan Deniang – Bedukang;6 jaringan
jalan Simpang Bedukang - Air Antu;7 jaringan jalan Batu Ampar -
Tanjung Ratu;8 jaringan jalan Air Anyir – Mudel;9 jaringan jalan
Batu Ampar - Tanjung Ratu;10 peningkatan jaringan jalan
Simpang Batu Rusa - Jalan Lingkar Timur;11 peningkatan
jaringan jalan Air Kenanga – Rebo – Jalan Lingkar Timur;12
peningkatan jaringan jalan Pugul – Tuing;13 peningkatan
jaringan jalan Saing - Kota Waringin – Sungai Dua;14
peningkatan jaringan jalan Sekolah Polisi Negara (SPN) – Tua
Tunu (Kota Pangkalpinang);
 jaringan jalan lokal sekunder;
 jaringan jalan lingkungan sekunder;
 Jaringan jembatan dikembangkan menurut fungsi jaringan jalan.
 Penetapan fungsi jalan pada ruas-ruas jalan lain di Kabupaten
diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati.
b. sistem jaringan transportasi laut.
Tatanan kepelabuhanan terdiri dari: a. pelabuhan angkutan penumpang
dan barang di Belinyu; b. pengembangan pelabuhan perikanan

3-43
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

nusantara menjadi pelabuhan perikanan samudera di Sungailiat; c.


pembangunan pelabuhan baru di Kawasan Strategis Muara Sungai
Baturusa dan Kawasan Industri Belinyu; d. pelabuhan pendaratan
perikanan akan dikembangkan di Belinyu, Riau Silip, Sungailiat,
Merawang, Puding Besar dan Mendo Barat.
(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas :
a jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); Jaringan prasarana
LLAJ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b terdiri dari:
 terminal penumpang tipe B di Kecamatan Pemali;
 terminal tipe C di Kecamatan Belinyu;
 unit pengujian kendaraan bermotor di Sungailiat.

3.3.1.5 Rencana Pola Ruang


Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan
gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. baik untuk pemanfaatan
yang berfungsi lindung maupun budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten
merupakan penjabaran lebih rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.Pola ruang yang akan
dikembangkan di Kabupaten Bangka dirumuskan berdasarkan
pertimbangan :
 Arahan pola ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
 Analisis daya dukung pengembangan wilayah. terutama daya dukung
lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.
 Pengelolaan Kawasan Lindung berdasarkan Kepres Nomor 32 Tahun
1990
 Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan.
 Penggunaan lahan eksisting.
 Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan.
Didasarkan pada pertimbangan di atas. rencana pola ruang Kabupaten
Bangka meliputi alokasi ruang:

3-44
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

A. Kawasan Lindung yang terdiri dari kawasan yang memberikan


perlindungan terhadap kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan
resapan air) kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai,
sempadan pantai, Kawasan sekitar danau / waduk / kolong dan RTH)
kawasan suaka alam, dan kawasan lindung geologi, kawasan lindung
lainnya.
B. Kawasan Budidaya yang terdiri dari kawasan permukiman/perkotaan
dan kawasan pertanian (lahan basah, lahan kering dengan tanaman
tahunan dan tanaman semusim). serta kawasan hutan produksi
(tanaman tahunan), kawasan industri, kawasan pertambangan.

1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung


Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam. sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan. pola
spasial pemanfaatan ruang kawasan lindung tersebar di seluruh
kecamatan di Kabupaten Bangka. Kawasan ini pada dasarnya merupakan
kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan
untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi
kriteria (lereng, jenis tanah, curah hujan, ketinggian, zona kerentanan
gerakan tanah).
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup meningkatkan daya dukung lingkungan dan
menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bangka. Rencana
pengembangan kawasan lindung mengacu pada Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 2008 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), kawasan lindung meliputi :
1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu :-
Kawasan hutan lindung;- Kawasan resapan air;
2) Kawasan Perlindungan Setempat :- Sempadan Pantai;- Sempadan
Sungai;- Kawasan sekitar danau / waduk / kolong;- Ruang Terbuka
Hijau;

3-45
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3) Kawasan Hutan Konservasi terdiri atas :- Kawasan hutan suaka alam,


yang terdiri dari kawasan cagar alam dan kawasan suaka marga satwa;-
Kawasan pelestarian alam, yang terdiri dari kawasan taman nasional,
kawasan taman hutan raya dan kawasan wisata alam;
4) Kawasan pantai berhutan bakau;
5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
6) Kawasan lindung geologi. terdiri atas kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah berupa sempadan mata air;
7) Kawasan lindung lainnya terdiri dari kawasan perlindungan plasma
nutfah dan terumbu karang.
A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya
a) Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar
maupun bawahannya sebagai pengatur tata air pencegah banjir dan
erosi serta memelihara kesuburan tanah. Perlindungan terhadap
kawasan hutan lindung dilakukan untuk memelihara dan
mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan
vegetasi. Kawasan hutan diharapkan dapat menjamin ketersediaan
unsur hara tanah. air tanah. dan air permukaan. Luas hutan lindung di
Kabupaten Bangka tetap dipertahankan minimal 30 % dari luas wilayah
darat Kabupaten.Kawasan hutan lindung merupakan kawasan yang
tidak diperuntukkan untuk kegiatan budidaya, oleh karena itu tidak ada
pengembangan kawasan selain penanaman kembali kawasan yang
sudah rusak dan pemeliharaan kawasan sebagai kawasan yang
dilindungi.Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bangka terbagi atas
kawasan hutan konservasi dengan luas kurang lebih 15.619,51 Ha di
hutan Gunung Maras di Kecamatan Riau Silip, Belinyu dan Bakam dan
kawasan hutan lindung Kabupaten Bangka seluas lebih kurang
16.897,95 H yang terdiri dari HL. Bubus I Kecamatan Belinyu, HL.
Bubus II di Kecamatan Belinyu, Hutan Lindung Sekah Tengkalat di
Kecamatan Belinyu, HL. Sungailiat Mapur, HL. Bukit Rebo, Hutan
Lindung Kota Waringin di Kecamatan Puding Besar, HL Sembulan,
Hutan Lindung Pejem di Kecamatan Belinyu.

3-46
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

b) Resapan Air
Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan ditetapkan sebagai
kawasan resapan air. Kawasan resapan air di Kabupaten Bangka,
berupa perbukitan, rawa, dataran rendah dan lain-lain yang memenuhi
persyaratan sebagai kawasan resapan air dengan lokasi tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten.
B. Kawasan Perlindungan Setempat
a) Sempadan Pantai
Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan
pantai di Kabupaten Bangka dialokasikan maksimal 200 m dari pasang
tertinggi dan penetapannya dilakukan secara proporsionalsesuai analisis
manfaatnya. Kawasan lindung pantai tersebar di Kecamatan Belinyu,
Riau Silip, Sungailiat, Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, dan
Merawang dengan luas kurang lebih 963,43 ha.Kebijakan pemanfaatan
sempadan pantai di wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
- Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar
sempadan 30 – 75 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan ini meliputi kawasan-kawasan pariwisata dan kawasan
tapak wisata;
- Pada kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar
sempadan 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan yang memiliki potensi untuk
pengembangan hutan mangrove;
- Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang < 2 m lebar
sempadan 100 – 200 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan pantai barat dan tenggara
Kabupaten yang memiliki hutan mangrove;
- Diluar kawasan perkotaan dengan tinggi gelombang > 2 m lebar
sempadan 150 – 250 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kriteria ini difokuskan pada kawasan pantai timur laut. pantai barat
dan tenggara yang memiliki kawasan hutan mangrove.

3-47
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

- Sempadan pantai yang digunakan untuk kepentingan strategis


seperti lokasi industri, pengembangan potensi pariwisata yang akan
dilanjutkan dengan kawasan tapak wisata di Kecamatan Sungailiat,
Belinyu dan Riau Silip serta penggunaan sempadan pantai untuk
Pelabuhan ikan di Kecamatan Sungailiat diizinkan
pengembangannya dengan syarat-syarat yang diatur oleh pihak
terkait dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab
pengendalian.
b) Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan- kiri sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi
sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai. kondisifisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.Tujuan ditetapkan kawasan sempadan
sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai. serta mengamankan aliran sungai.Kriteria kawasan
sempadan sungai di Kabupaten Bangka adalah sungai kecil ditetapkan
garis sempadan sungai sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan
yang berlaku) mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
nomor 63 tahun 1993:
 sungai bertanggul di dalam dan di luar kawasan perkotaan;
 sungai tidak bertanggul di dalam dan di luar kawasan perkotaan.

Sesuai Keppres No 32 Tahun 1990, pada sepanjang sungai–sungai


tersebut perlu ditetapkan sebagai kawasan sempadan sungai di wilayah
permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup
untuk dibangun jalan inspeksi.
Sungai-sungai penting yang banyak bersinggungan dengan kegiatan
atau bentuk pemanfaatan budidaya perlu ditegaskan perlindungan
sempadan sungainya. Sungai-sungai tersebut terdiri dari sungai di

3-48
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Mendo Barat seperti Sungai Jeruk, Sungai Air Duren, Sungai Paya
Benua, Sungai Mendo, sempadan sungai di Merawang seperti Sungai
Baturusa, Sungai Selindung, Sempadan Sungai di Sungailiat seperti
Sungai Air Bakung, sempadan sungai di Riau Silip seperti Sungai Air
Serimping, Sungai Pangkal Nyiur, Sungai Semubur, Sungai Mapur,
sempadan Sungai di Puding Besar seperti Sungai Dua, Sungai Kota
Waringin, Sungai Air Kenaka, Sungai Air Bemban, sempadan sungai di
Bakam seperti Sungai Layang, sempadan sungai di Belinyu seperti
Sungai Berok, Sungai Belinyu. Sungai Kuto Panji (Bandung), Sungai
Gruduk dan Sungai Kusam, Sempadan Sungai di Kabupaten Bangka
ditetapkan dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup Kabupaten.Kabupaten Bangka memiliki sempadan
sungai dengan luas lebih kurang 1.062,64 Ha. Kegiatan yang diizinkan
untuk pemanfaatan lahan di sempadan sungai antara lain berupa
penelitian dan ilmu pengetahuan, penanaman bakau, dan pendirian
bangunan untuk pengelolaan badan air / pemanfaatan air dengan pola
penatagunaan sebagai berikut :
1 sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sekurang-
kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
2 sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sekurang-
kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
3 sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan
sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
4 sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
dengan kedalaman kurang dari 3 meter. maka sempadannya
sekurang-kurangnya 10 meter; sungai dengan kedalaman antara 3
hingga 20 meter garis sempadannya sekurang-kurangnya 15 meter;
sungai dengankedalaman antara lebih dari 20 meter garis
sempadannya sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan;
5 sempadan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut garis
sempadannya ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi
sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau;

3-49
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

c) Kawasan Sekitar Danau/ Waduk/Kolong


Kawasan sempadan kolong adalah kawasan di sekitar sempadan kolong
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi kolong. Perlindungan terhadap kawasan sekitar kolong dilakukan
untuk melindungi kolong dari kegiatan budidaya yang dapat merusak
kualitas air dan kondisi fisik dengan jari-jari 50 meter di sekitar kolong.
Kolong-kolong yang fungsinya sebagai sumber air minum atau sumber
bahan baku air bersih. maka jari-jari kawasan perlindungannya adalah 200
meter dari pinggir kolong. Dari sejumlah kolong yang ada di Kabupaten
Bangka luas kawasan perlindungan terhadap kolong tersebut lebih kurang
136,32 ha, dengan sebaran di Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu dan
Merawang. Terdapat 7 lokasi kolong yang dijadikan sumber bahan baku air
bersih di Kabupaten Bangka. yaitu :
1 Kecamatan Merawang : Kolong Merawang, PLTD Merawang;
2 Kecamatan Pemali : DAM I, Simpur Pemali, Tnol;
3 Kecamatan Belinyu : Pasir Merah;
4 Kecamatan Sungailiat : Kolong Kenanga.
Untuk kolong-kolong lain yang tidak dilakukan reklamasi, direncanakan
potensinya untuk dimanfaatkan sebagai kawasan perikanan air tawar dan
sumber air disekitarnya.
d) Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau mempunyai beberapa fungsi. diantaranya adalah
berfungsi ekologis. sosial. ekonomi dan arsitektural. Ruang terbuka hijau
dapat berupa taman-taman kota. sabuk hijau. jalur hijau. lapangan
olahraga. pemakaman umum dan pekarangan/halaman rumah.Kabupaten
Bangka mengembangkan ruang terbuka hijau di Bukit Siam Sungailiat dan
tempat-tempat lainnya sesuai kebutuhan dan memenuhi kriteria yang
ditentukan dengan lokasi menyebar. Penetapan ruang terbuka hijau di
Kabupaten Bangka akan diatur lebih lanjut dengan surat keputusan Bupati
dan direncanakan dikembangkan sampai minimal 20 % dari luas kawasan
perkotaan di Kabupaten Bangka
e) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
 Kawasan suaka alam

3-50
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Kawasan suaka alam yang berfungsi sebagai hutan konservasi di


Kabupaten Bangka ada di kawasan Gunung Maras dengan luasnya
kurang lebih 15.619,51 ha dan berada di tiga kecamatan; yaitu sebagian
besar di Kecamatan Riau Silip, dan sebagian kecilnya di Kecamatan
Bakam, dan Kecamatan BelinyuKawasan Gunung Maras selain
mempunyai fungsi sebagai kawasan resapan air, untuk pengembangan
ke depannya berpotensi untuk dijadikan kawasan pariwisata alam
secara terbatas; yaitu pengembangan pariwisata tanpa mengubah
bentang dan bentuk alamnya. Pengembangannya diatur melalui syarat-
syarat yang ditentukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten
Bangka.
 Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan
Kabupaten Bangka memungkinkan pengembangan kawasan laut dan
perairannya untuk membangun kawasan suaka alam laut dan perairan.
Penetapan kawasan ini dilakukan selama memenuhi kriteria; yaitu
kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan.
Penetapan kawasan ini berfungsi sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam
yang terdapat didalamnya.Luas kawasan suaka alam laut dan perairan
di Kabupaten Bangka lakan diatur lebih lanjut dalam rencana tata ruang
pesisir dan kelautan.
 Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau berada tersebar di sepanjang pantai
Kabupaten Bangka kecuali Kecamatan Pemali. Kawasan pantai yang
memiliki hutan bakau tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung
hutan bakau dan seluruh kawasan hutan bakau yang telah rusak dan
berpotensi untuk dihutankan, maka diupayakan untuk dihutankan
kembali dengan tetap memperhatikan harmonisasi pemanfaatan ruang
antar sektor.Lebar hutan bakau di kawasan pantai adalah ditetapkan
paling sedikit 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan yang diukur dari garis air surut terendah ke arah
darat. Pantai berhutan bakau di Kabupaten Bangka adalah difungsikan
guna meningkatkan kualitas pantai sebagai sumber peningkatan

3-51
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

perekonomian dan lingkungan hidup.Kawasan berhutan bakau (Keppres


32 Tahun 1990) adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat
alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan
kepadaperikehidupan pantai dan lautan. Kawasan pantai berhutan
bakau di Kabupaten Bangka terdapat wilayah di Kecamatan Belinyu,
Riau Silip, Sungailiat, Mendo Barat, Merawang, Puding Besar, dan
Kecamatan Bakam dengan luas lebih kurang 600 ha.
 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan merupakan hasil
budaya manusia yang benilai tinggi. Kabupaten Bangka memiliki dan
mengembangkan kawasan budaya Kota Kapur di desa Kota Kapur
Kecamatan Mendo Barat yang untuk saat ini identifikasinya telah
mencapai luas 130,12 ha.
f) Kawasan Lindung Geologi Kabupaten
g) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah berupa
kawasan sekitar mata air yang merupakan kawasan di sekeliling mata air
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan
untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak
kualitas air dan kondisi fisik dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
Mata air yang dimaksud adalah mata air panas (hot spring). Lokasi mata air
Desa Pemali Kecamatan Pemali dan pada saat ini digunakan sebagai
tempat wisata pemandian air panas dan di Desa Bintet Kecamatan Belinyu.
Kawasan perlindungan terhadap air tanah yang ada di Kabupaten Bangka
seluas lebih kurang 25 ha.Penetapan kawasan sempadan mata air di
Kabupaten Bangka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh
Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008; yaitu berupa daratan
disekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan
fungsi mata air dan berjarak paling sedikit 200 meter dari mata air tersebut.
h) Kawasan Perlindungan Lainnya
 Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
Kawasan perlindungan plasma nutfah Kabupaten Bangka diperuntukkan
bagi perlindungan tumbuhan dan hewan tertentu yang langka yang

3-52
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhan dan kehidupannya.


Luas kawasan ini di Kabupaten Bangka terdiri dari kawasan
perlindungan plasma nutfah di lingkungan Dusun Tuing Desa Mapur
Kecamatan Riau Silip berupa tanaman anggrek khas Bangka dan di
Kecamatan Merawang.
 Kawasan Terumbu Karang
Kabupaten Bangka memiliki kawasan terumbu karang di beberapa titik.
Kawasan terumbu karang merupakan kawasan yang dilindungi karena
memiliki nilai ekonomi maupun pelestarian alam yaitu sebagai tempat
berkembangbiaknya ikan-ikan kecil. Lokasi terumbu karang di
Kabupaten Bangka ini tersebar di sekitar pulau-pulau kecil dan daratan
utama. Pengembangan kawasan ini berpotensi untuk dijadikan kawasan
pariwisata bahari dengan persyaratan tidak mengganggu ekosistem
terumbu karang yang ada.

2 Rencana Pola Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam. manusia dan
buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian.
kawasan permukiman. pertambangan dan industri. Pola ruang kawasan
budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah barat-timur.
mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong
sangat tinggi dan tinggi. baik untuk pengembangan kawasan budidaya
pertanian maupun perkotaan. Rencana pola ruang kawasan budidaya
terbagi menjadi :
a. kawasan peruntukkan hutan produksi;
b. Kawasan peruntukan pertanian terdiri dari :
- kawasan peruntukkan pertanian lahan basah;
- kawasan peruntukkan pertanian lahan kering
c kawasan peruntukkan perkebunan;
d kawasan peruntukkan perkebunan rakyat;
e kawasan peruntukkan peternakan;
f kawasan peruntukkan perikanan;
g kawasan peruntukkan pertambangan;

3-53
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

h kawasan peruntukkan industri;


i kawasan peruntukkan pariwisata;
j kawasan peruntukkan permukiman terdiri dari :
- kawasan peruntukkan permukiman perkotaan;
- kawasan peruntukkan permukiman perdesaan;
k kawasan peruntukkan hutan rakyat;
l kawasan peruntukkan lainnya terdiri dari kawasan peruntukkan
perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan pemakaman dan kawasan
peruntukan pertahanan dan keamanan.
A. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata diperuntukkan bagi pengembangan
pariwisata dan seluruh kegiatan yang mendukungnya. Kawasan pariwisata
di Kabupaten Bangka terdiri dari kawasan wisata alam, wisata buatan dan
wisata budaya dan lain-lain. Luas peruntukan kawasan pariwisata lebih
kurang 348,23 ha, yang akan dikembangkan di Kecamatan Sungailiat,
Pemali, Belinyu, Merawang dan Mendo Barat. Kegiatan pariwisata
dilaksanakan di kawasan pariwisata dan kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan pengembangan pariwisata (KPP) terbagi ke dalam 4 kawasan.
Pembagian kawasan ini berdasarkan kedekatan dan aksessibilitas antar
objek wisatanya. KPP I mempunyai tema Ekowisata dan wisata rohani.
KPP II mempunyai tema wisata alam, rekreatif dan wisata belanja. KPP III
bertema sejarah, budaya, dan pendidikan. KPP IV bertema Agrowisata.
Kabupaten Bangka mengembangkan kawasan ecopark di Kecamatan
Merawang seluas lebih kurang 1.000 ha. Kawasan ini merupakan kawasan
terpadu sebagai kawasan tujuan wisata dan ilmu pengetahuan.

3.4.1.6 Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten


Kawasan budidaya strategis di Kabupaten Bangka terbagi menjadi 2
kawasan yaitu yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi dan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1 Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Belinyu
dan Kecamatan Merawang yang mempunyai peranan sentral dan strategis

3-54
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

dalam pembangunan Kabupaten Bangka; yaitu sebagai Pusat Kegiatan


Lokal (PKL), pusat kegiatan administrasi pemerintahan serta di Muara
Sungai Batu Rusa yang berhadapan langsung dengan pelabuhan Pangkal
Balam. Kegiatan lainnya yang ada di kawasan ini adalah pariwisata pantai,
perdagangan dan jasa serta pe.Kawasan Strategis ini merupakan kawasan
yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan terletak di
Kecamatan Sungailiat yaitu Kawasan Industri Jelitik Sungailiat, di
Kecamatan Belinyu yaitu Kawasan Industri Terpadu Teluk Kelabat dan di
Kecamatan Merawang yaitu Kawasan Industri Muara Sungai Batu Rusa
yang akan dikelola oleh satu unit pengelola Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangka. Kawasan ini mempunyai fungsi ruang untuk berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat dalam wilayah kabupaten yang mempunyai pengaruh
sangat penting terhadap wilayah Kabupaten Bangka.Kawasan Industri
Jelitik Sungailiat yang ditetapkan melalui Perda No. 3 Tahun 2005 dengan
luas kurang lebih 263 ha sedangkan kawaan Industri Muara Sungai Batu
Rusa luasnya kurang lebih 210 ha dan direncanakan sebagai pusat
kegiatan industri Kabupaten Bangka. Kawasan ini direncanakan dapat
menjadi salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi Kabupaten
Bangka.Kawasan Pelabuhan Perikanan Sungailiat merupakan kawasan
yang terletak berdampingan dengan Kawasan Industri Jelitik Sungailiat.
Kawasan ini memiliki luas sekitar 60 ha yang dilengkapi dengan fasilitas
yang dibutuhkan untuk mendukungnya. Pelabuhan perikanan Sungailiat
diupayakan untuk ditingkatkan menjadi pelabuhan samudera guna
mendukung konsep minapolitan sebagai salah satu konsep pengembangan
wilayah Kabupaten Bangka.
2 Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis ini berada di wilayah hinterland Kota Pangkalpinang,
Kota Baru Air Anyir, Situs Kota Kapur dan wilayah sekitar Kampus UBB
(Universitas Bangka Belitung) Balun Ijuk. kawasan ini difungsikan sebagai
kawasan strategis kepentingan sosial dan budaya yang memberikan
perlindungan terhadap keanekaragaman seni budaya. Kota Baru Air Anyir
terus dibdorong perkembangannya untuk wilayah permukiman perkotaan
baru yang berbatasan langsung dengan Kota Pangkalpinang dan memiliki

3-55
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

akses sangat baik dimana dilalui oleh jalan lingkar timur yang langsung
menuju Pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang.Kawasan strategis ini
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata budaya dan pendidikan.
3 Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup
Kawasan strategis ini berada di Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras
yang berada diantara Kecamatan Bakam dan Kecamatan Riau Silip.
kawasan ini dilindungi dan difungsikan sebagai kawasan konservasi tempat
perlindungan keanekaragaman hayati yang memberikan perlindungan
ekosistem, flora dan fauna. Kawasan Hutan Konservasi Gunung Maras
merupakan kawasan yang terus di dorong perkembangannya, mengingat
kawasan ini memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air dan
lingkungan hidup kawasan di Kabupaten Bangka.Kawasan Hutan
Konservasi Gunung Maras dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata
alam tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4 Kawasan Strategis Kepentingan Pertanian dan Perkebunan
Kawasan strategis ini berada di Kecamatan Mendo Barat. Kecamatan
Mendo Barat sebagai sentra pertanian dan perkebunan diharapkan
menjadi kawasan agropolitan. Pusat pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan dipusatkan di kecamatan ini, sehingga dapat meningkatkan
kesejahtraan masyarakat petani.
Kawasan strategis ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata
tanpa mengubah bentang alam dan mengganggu fungsi utamanya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

3-56
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.8 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bangka


3-57
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.9 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka


3-58
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Kabupaten Bangka
Kebijakan umum dan program pembangunan daerah dalam konteks
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini berkaitan
dengan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih selama
lima tahun yang merupakan arah dan pedoman bagi satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) maupun lintas SKPD dalam merumuskan
kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kebijakan pembangunan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran misi
yang telah dijelaskan pada Bab VI. Kebijakan umum dan program
pembangunan merupakan gambaran keterkaitan antara bidang urusan
pemerintahan daerah, dengan rumusan indikator kinerja sasaran yang
menjadi acuan penyusunan program pembangunan jangka menengah
daerah berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang
ditetapkanBerdasarkan analisis isu-isu strategis dan memperhatikan visi,
misi, tujuan dan sasaran yang disampaikan Bupati dan Wakil Bupati
terpilih, maka telah dirumuskan 9 (sembilan) prioritas pembangunan
daerah Kabupaten Bangka selama periode tahun 2014 – 2018, dan
pembangunan kepariwisataan termasuk kedalam prioritas pembangunan
daerah Kabupaten Bangka.
Tabel 3.4
Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka
KETERKAIANMISIDENGAN PRIORITAS PEMBANGUAN DAERAH

MISI PRIORITAS PEMBANGUAN DAERAH

MewujudkanPertanianyangTangguh 1. Pertanian
MewujudkanTataPemerintahanyangBersih 2Reformasi BirokrasidanTataPemerintahan
danMelayani.
MewujudkanKabupatenBangkayang Sejahtera 3. Pendidikan
4. Kesehatan
5. Kebudayaandan Pariwisata
6. Perekonomian
7.Infrastruktur
8.PenanggulanganKemiskinan

MewujudkanPengelolaanSumberdaya Alam 9.LingkunganHidup


yangLestari 10.PenataanRuang

3-59
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Berikut dibawah ini Kebijakan Umum dan Program Pembangunan di Kabupaten


Bangka Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bangka
1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Urusan Pilihan Pariwisata
b. Peningkatasan sarana dan prasarana pariwisata;
c. Pengembangan budaya sadar wisata
d. Penyelenggaraan even yang terintegrasi antar objek wisata
e. Menjalin kemitraan dengan pelaku usaha wisata
2 Program Pembangunan
a. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
b. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
c. Program Pengembangan Kemitraan Pariwisata

3-60
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Tabel 3.5
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan di Kabupaten Bangka Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangka

CapaianKinerja SKPD
Strategidan Arah
No Tujuan Sasaran ProgramPembangunanDaer Bidang Urusan
Kebijakan IndikatorKinerja (outcome) Kondisi Kondisi Penanggung
Awal Akhir ah Jawab
Sasaran3.1.3 Strategi3.1.3.
1:
Meningkatnyau
Revitalisasisu
saha Pariwisata
mber
ArahKebijakan Jumlah Sarana dan
yang
dayapariwisat
3.1.3.1.1: prasaranapariwisata
berdayasaingd
a - Jumlah penginapan/ 2 ProgramPengembangan Pariwisata Dinas
an Peningkatasan 22buah
berbasismasyar saranadan hotel 8 DestinasiPariwisata Kebudayaan
akat prasaranapariwi - Jumlah Restoran 4 bua
12 danPariwisata
sata 5 h
- Jumlah Rumah Makan 105 157
- Jumlah Playground 1 4
- JumlahMusholla 4 8
- JumlahKamarbilas 11buah 20

- JumlahMCK 12Unit 18Unit

3-61
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

3.3.3 Rencana Strategis KEK Pariwisata Kabupaten Bangka

Kementerian Pariwisata menetapkan wilayah Sungailiat sebagai Kawasan


Ekonomi Khusus (KEK) sektor pariwisata. Sungailiatditetapkan sebagai
kawasan ekonomi khusus pariwisata, tiga objek wisata yang diantaranya
Kawasan wisata pantai rebo, pantai rambak dan pantai matras menjadi
kawasan KEK yang memiliki luas areal 100 ha.Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) atau Special Economic Zone (SEZ) adalah wilayah geografis yang
memiliki peraturan ekonomi khusus yang lebih liberal dari peraturan
ekonomi yang berlaku di suatu negara. Kawasan Ekonomi Khusus itu
sendiri adalah suatu kawasan yang secara geografis dan jurisdiktif
merupakan kawasan perdagangan bebas, termasuk kemudahan dan
fasilitas duty free atas impor barang-barang modal untuk bahan baku
komoditas sebagaian ekspor, dan dibuka seluas-luasnya. Dalam
perkembangannya di Indonesia, KEK ini didasari pada perkembangan
kawasan industri yang telah ada di era tahun 1970-an. Banyak negara-
negara berkembang pada era tersebut yang melaksanakan pembentukan
kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Namun secara formal,
KEK baru lahir sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Tujuan utama dari
pembentukan kawasan khusus ini adalah pengintergrasian perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan
cara melindungi mereka terhadap berbagai distorsi seperti tarif dan
birokrasi yang berbeli-belit.Pada umumnya, sasaran penerapan KEK
adalah untuk meningkatkan investasi asing di suatu negara dengan
menyediakan berbagai insentif berupa: insentif perpajakan (PPN, PPnBM,
PPh Pasal 22, Tax Holiday), insentif kepabeanan (pembebasan,
pengurangan tarif, atau penyederhanaan prosedur cukai atau bea masuk),
insentif penanaman modal (menyederhanakan syarat dan prosedur), serta
insentif perlindungan lingkungan hidup.

3-62
BAB III : KEBIJAKAN PARIWISATA KABUPATEN BANGKA

Gambar 3.10 Peta Rencana KEK di Kabupaten Bangka 3-63

Anda mungkin juga menyukai