Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM ADAT

HUKUM ADAT DAN PLURALISME HUKUM DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 9

ANGGOTA :

NAUFAL IZZAHTU FERDIZAL (2008016067)


KRISTY SIULING LAI (2008016090)

LAILATUL HANDINI (2008016089)

RIA NOOR CHAHYANI (2008016056)

RISKA FATIKA SARI (2008016099)

DINA ANGGRAINI (2008016054)

ADIVA REGINA ALVIANITHA (2008016256)


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa pula
penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Dengan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul


“HUKUM ADAT DAN PLURALISME HUKUM DI INDONESIA”. Pada makalah
ini, penulis dapat memberikan penjabaran kepada pembaca tetang apa maksud dari
hukum adat dan pluralisme hukum di Indonesia sehingga pembaca dapat mengetahui
keunikan yang terkandung di dalam makalah ini.

Adapun penulisan makalah yang bertema “HUKUM ADAT DAN PLURALISME


HUKUM DI INDONESIA” ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Adat.
Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus
menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Wassalamualaikum wr.wb

Samarinda, 15 Maret 2022


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masaah ......................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6

A. Hukum Adat di Indonesia ............................................................................ 6


B. Pluralisme Hukum di Indonesia ................................................................... 8
C. Hubungan Hukum Adat dan Pluralisme di Indonesia ................................. 9

BAB III

PENUTUP ................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................................. 11

B. Daftar Pustaka..................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan hukum nasional di indonesia berlangsung berseiring
dengan perkembangan kekuasaan negara-negara bangsa. Tak dapat dipungkiri lagi
kenyataannya memang demikian, karena apa yang disebut hukum nasional itu pada
hakekatnya adalah hukum yang pengesahan pembentukan dan pelaksanaannya
bersumber dari kekuasaan dan kewibawaan negara. ketika kehidupan berkembang
ke dalam menjadi lebih luas, dari lingkar-lingkar kehidupan komunitas lokal ke
lingkar-lingkar besar yang bersifat translokal pada tataran kehidupan berbangsa
yang diorganisasi sebagai suatu komunitas politik yang disebut negara bangsa yang
modern, kebutuhan akan suatu sistem hukum yang satu dan pasti amatlah terasa.
Maka gerakan ke arah unifikasi dan kodifikasi hukum terlihat marak di sini, seolah
menjadi bagian intheren dari proses nasionalisasi dan negaranisasi serta modernisasi
yang amat mengesankan telah terjadinya pengingkaran eksistensi apapun yang
berbau lokal dan tradisional.

B. Rumusan Masalah
Setiap pembuatan makalah tentunya memiliki permasalahan yang akan dibahas.
Permasalahan yang akan penuli bahas diantaranya :
1. Bagaimana Hukum Adat di Indonesia
2. Bagaimana Pluralisme Hukum di Indonesia
3. Bagaimana Hukum Adat dari Perspektif Pendekatan Pluralisme Hukum
4. Apa Hubungan antara Hukum Adat dan Pluralisme Hukum

C. Tujuan
Tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui bagaimana Hukum Adat di Indonesia
2. Mengetahui bagaimana Pluralisme Hukum di Indonesia
3. Memahami Hukum Adat dari Perspektif Pendekatan Pluralisme Hukum
4. Mengetahui hubungan antara Hukum Adat dan Pluralisme Hukum

D. Manfaat
Berdasarkan penulisan diatas maka diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan rujukan untuk makalah lebih lanjut.
2. Bagi pembaca dapat memberikan informasi dengan masyarakat yang lain tentang
Hukum Adat dan Pluralisme Hukum di Indonesia.
3. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang perbedaan Hukum Adat dan
Pluralisme Hukum di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Adat di Indonesia


Hukum adat merupakan hukum tradisional masyarakat yang merupakan
perwujudan dari suatu kebutuhan hidup yang nyata serta merupakan salah satu cara
pandangan hidup yang secara keseluruhannya merupakan kebudayaan masyarakat
tempat hukum adat tersebut berlaku. Hukum adat juga merupakan nilai-nilai yang
hidup dan berkembang di dalam masyarakat suatu daerah. Walaupun sebagian besar
hukum adat tidak tertulis, namun ia mempunyai daya ikat yang kuat dalam
masyarakat. Ada sanksi tersendiri dari masyarakat jika melanggar aturan hukum
adat. Hukum adat yang hidup dalam masyarakat ini bagi masyarakat yang masih
kental budaya aslinya akan sangat terasa. Penerapan hukum adat dalam kehidupan
sehari-hari juga sering diterapkan oleh masyarakat. Bahkan seorang hakim, jika ia
menghadapi sebuah perkara dan ia tidak dapat menemukannya dalam hukum
tertulis, ia harus dapat menemukan hukumnya dalam aturan yang hidup dalam
masyarakat, artinya hakim juga harus mengerti perihal hukum adat. Hukum adat
dapat dikatakan sebagai hukum perdatanya masyarakat Indonesia.
Hukum adat dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk budaya hukum
yang oleh masyarakatnya secara temurun digunakan untuk mengatur pedoman hidup
dalam suatu masyarakat hukum adat. Kehidupan masyarakat hukum adat terikat
oleh solidaritas akan persamaan kepentingan dan kesadaran. Sebagai budaya hukum,
hukum adat merupakan formulasi aturan yang pembentukannya tanpa melalui aturan
yang pembentukannya tanpa legeslatif, melainkan lahir dari opini-opini popular dan
diperkuat oleh sanksi yang bersifat kebiasaan. Dengan bentuknya sebagai kebiasaan
itulah, maka budaya hukum yang ada dalam suatu masyarakat hukum adat
cenderung berbentuk tidak tertulis. Karakter lain dari budaya hukum dalam suatu
masyarakat hukum adat adalah hukum yang berlaku senantiasa mempertimbangkan
dan memperhatikan kondisi psikologi anggota masyarakat, sehingga substansi
fungsi dari aplikasi ketaatan akan hukum didasari atas rasa keadilan dan rasa butuh
hukum dalam masyarakat.
B. Pluralisme Hukum di Indonesia
Pluralisme hukum (legal pluralism) kerap diartikan sebagai keragaman
hukum. Menurut John Griffiths, pluralisme hukum adalah hadirnya lebih dari satu
aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial (Griffiths, 1986:1). Pada dasarnya,
pluralisme hukum melancarkan kritik terhadap apa yang disebut John Griffiths
sebagai ideologi sentralisme hukum (legal centralism).
Sentralisme hukum memaknai hukum sebagai ”hukum negara” yang
berlaku seragam untuk semua orang yang berada di wilayah yurisdiksi negara
tersebut. Dengan demikian, hanya ada satu hukum yang diberlakukan dalam suatu
negara, yaitu hukum negara. Hukum hanya dapat dibentuk oleh lembaga negara
yang ditugaskan secara khusus untuk itu. Meskipun ada kaidah-kaidah hukum lain,
sentralisme hukum menempatkan hukum negara berada di atas kaidah hukum
lainnya, seperti hukum adat, hukum agama, maupun kebiasan-kebiasaan. Kaidah
kaidah hukum lain tersebut dianggap memiliki daya ikat yang lebih lemah dan harus
tunduk pada hukum negara (Griffiths, 2005: 71).
Pluralisme hukum boleh dikatakan menjadi jawaban terhadap kekurangan
yang ditemui pada cara pandang sistem hukum nasional di Indonesia yang
cenderung sentralistik. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kebijakan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengandung ide pluralisme hukum di
dalamnya. Contoh klasik adalah UU Agraria yang secara jelas menyebut pengakuan
terhadap hak masyarakat hukum adat dan tanah ulayat. Pada perkembangannya,
tidak saja di tingkat nasional tetapi juga di tingkat daerah juga bermunculan
peraturan daerah yang mencoba mengakui atau mengintegrasikan keberagaman
hukum di tingkat lokal seiring dengan pemberlakuan otonomi daerah dan otonomi
khusus.
Dalam perjalanannya, pluralisme hukum ini tidak terlepas dari sejumlah
kritik, di antaranya: (1) pluralisme hukum dinilai tidak memberikan tekanan pada
batasan istilah hukum yang digunakan; (2) pluralisme hukum dianggap kurang
mempertimbangkan faktor struktur sosio-ekonomi makro yang mempengaruhi
terjadinya sentralisme hukum dan pluralisme hukum. Selain itu, menurut Rikardo
Simarmata, kelemahan penting lainnya dari pluralisme hukum adalah
pengabaiannya terhadap aspek keadilan.
C. Hukum Adat dari Perspektif Pendekatan Pluralisme Hukum
Pluralisme hukum membuat hukum menjadi tanpa batas. Pendekatan
pluralisme hukum memahami hukum adat sebagai suatu ketertiban hukum yang
dinamis karena terus berinteraksi dengan ketertiban hukum lain baik di level
nasional maupun internasional. Pendekatan ini melihat masyarakat hukum adat
sebagai wilayah sosial semi otonom yang melahirkan hukum sebagai hasil hubungan
saling memengaruhi antara fungsionaris hukum adat dan juga para anggota
masyarakat hukum adat dengan institusi hukum dan anggota masyarakat hukum
yang lain.
Pendekatan pluralisme hukum relevan untuk menjelaskan fenomena
hukum adat karena sejak hukum adat menjadi suatu kajian ilmiah, hukum adat
selalu berinteraksi dengan keteraturan hukum lain, sehingga tidak mungkin secara
tegas membedakan antara hukum adat dan hukum agama atau menarik garis batas
yang tegas antara hukum adat dan hukum negara. Mobilitas hukum adat dengan
tertib hukum lain membentuk sintesis hukum baru dapat ditunjukkan dalam
ilustrasi-ilustrasi berikut. Peribahasa Minangkabau yang mempertemukan hukum
adat dan hukum Islam, adat basandi syarak syarak basandi kitabullah, saat ini
diadopsi dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah Sumatera Barat
2016-2021.11 Konsep Tri Hita Karana masyarakat tradisional Bali tidak hanya
menjadi tradisi masyarakat tersebut karena ikut berkembang dengan perkembangan
politik pemerintahan daerah.
Pendekatan pluralisme hukum memahami hukum adat tidak sebagai suatu
ketertiban hukum yang terisolasi dari ketertiban hukum yang lain. Hukum adat
secara dinamis terus berinteraksi dengan tertib hukum lain. Upaya formalisasi
hukum adat dalam format hukum negara dan pengakuan hukum negara terhadap
hukum adat melalui berbagai peraturan perundang-undangan merupakan salah satu
contohnya. Selain itu, pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan hukum adat
terus berkembang seiring dengan interaksi para aktor dan masyarakat
pengembannya dengan tertib hukum lain. Para aktor secara aktif melakukan seleksi
terhadap institusi penyelesaian sengketa untuk memberi tafsir tentang apa yang
dimaksud dengan hukum adat dan menerapkan hukum adat sesuai dengan
kepentingannya. Masyarakat hukum adat juga berinteraksi dengan masyarakat
hukum lain baik secara tatap muka maupun melalui jembatan teknologi untuk saling
berkomunikasi.
D. Hubungan Hukum Adat dan Pluralisme di Indonesia
Pluralisme hukum merupakan suatu proses yang dinamis dan tidak dapat
dielakkan. Irianto mengatakan, apa yang disebut sebagai hukum adat berbeda dari
apa yang dipikirkan karena dapat terjadi putusan peradilan adat memberikan ruang
pada substansi hukum negara dan sebaliknya putusan pengadilan negara mengakui
hukum adat. Fenomena tersebut menunjukkan apa yang dimaksud dengan hukum
adat dalam lapangan empirisnya tidak benar-benar dapat dipisahkan dari tertib
hukum lain karena hukum adat bekerja dalam suatu lapangan sosial bersama dengan
ketertiban hukum lain. Pendekatan pluralisme hukum dalam studi hukum adat
berangkat dari realitas bahwa dalam lapangan sosial ko-eksistensi sistem-sistem
hukum tidak dapat dibedakan secara jelas batas-batasnya karena sudah terlalu
banyak fragmentasi dan tumpang tindih; sehingga batas antara hukum yang satu dan
hukum yang lain menjadi tidak jelas. Salah satu realitas lain dari pluralisme hukum
hari ini adalah upaya untuk melembagakan hukum adat dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dengan struktur formal dan logika hukum negara. Menurut
Griffiths, pengakuan negara terhadap hukum adat merupakan fenomena pluralisme
hukum lemah untuk menciptakan sistem hukum yang paralel di mana
sentralisme/kontrol hukum negara tetap menjadi fokus utamanya.
Kajian pluralisme hukum dalam studi hukum adat tidak hanya dalam
konteks mendeskripsikan hukum adat berinteraksi dengan keteraturan hukum lain
dalam suatu lapangan sosial semi-otonom, sebagaimana disampaikan oleh Moore.
Kajian pluralisme hukum dalam studi hukum adat juga dapat diamati dalam proses
penyelesaian sengketa. Dalam proses penyelesaian sengketa ada berbagai macam
pilihan hukum dan forum untuk menyelesaikan sengketa. Para pihak akan
melakukan seleksi untuk menentukan hukum dan forum mana yang paling tepat
sesuai dengan kepentingan pihak tersebut. Sebaliknya, tiap-tiap forum penyelesaian
sengketa juga melakukan seleksi terhadap kasus-kasus diterima apakah termasuk ke
dalam wilayah yurisdiksinya.
BAB III

Kesimpulan
Hukum adat merupakan hukum tradisional masyarakat yang merupakan
perwujudan dari suatu kebutuhan hidup yang nyata serta merupakan salah satu
cara pandangan hidup yang secara keseluruhannya merupakan kebudayaan
masyarakat tempat hukum adat tersebut berlaku

Karakter lain dari budaya hukum dalam suatu masyarakat hukum adat
adalah hukum yang berlaku senantiasa mempertimbangkan dan memperhatikan
kondisi psikologi anggota masyarakat, sehingga substansi fungsi dari aplikasi
ketaatan akan hukum didasari atas rasa keadilan dan rasa butuh hukum dalam
masyarakat.

Meskipun ada kaidah-kaidah hukum lain, sentralisme hukum


menempatkan hukum negara berada di atas kaidah hukum lainnya, seperti hukum
adat, hukum agama, maupun kebiasan-kebiasaan.

Dalam perjalanannya, pluralisme hukum ini tidak terlepas dari sejumlah


kritik, di antaranya: (1) pluralisme hukum dinilai tidak memberikan tekanan pada
batasan istilah hukum yang digunakan; (2) pluralisme hukum dianggap kurang
mempertimbangkan faktor struktur sosio-ekonomi makro yang mempengaruhi
terjadinya sentralisme hukum dan pluralisme hukum. Pendekatan ini melihat
masyarakat hukum adat sebagai wilayah sosial semi otonom yang melahirkan
hukum sebagai hasil hubungan saling memengaruhi antara fungsionaris hukum
adat dan juga para anggota masyarakat hukum adat dengan institusi hukum dan
anggota masyarakat hukum yang lain.

Pendekatan pluralisme hukum relevan untuk menjelaskan fenomena


hukum adat karena sejak hukum adat menjadi suatu kajian ilmiah, hukum adat
selalu berinteraksi dengan keteraturan hukum lain, sehingga tidak mungkin secara
tegas membedakan antara hukum adat dan hukum agama atau menarik garis batas
yang tegas antara hukum adat dan hukum negara. Fenomena tersebut
menunjukkan apa yang dimaksud dengan hukum adat dalam lapangan empirisnya
tidak benar-benar dapat dipisahkan dari tertib hukum lain karena hukum adat
bekerja dalam suatu lapangan sosial bersama dengan ketertiban hukum lain.

Pendekatan pluralisme hukum dalam studi hukum adat berangkat dari


realitas bahwa dalam lapangan sosial ko-eksistensi sistem-sistem hukum tidak
dapat dibedakan secara jelas batas-batasnya karena sudah terlalu banyak
fragmentasi dan tumpang tindih; sehingga batas antara hukum yang satu dan
hukum yang lain menjadi tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA

https://kanalshmh.com/hukum-adat-dan-ruu-kuhp-dalam-pluralisme-hukum-di-
indonesia/

https://www.academia.edu/23023570/pluralisme_hukum_adat

https://ujh.unja.ac.id/index.php/home/article/view/224/52

https://www.hukumonline.com/berita/a/pluralisme-hukum-perkuat-hukum-adat-
di-indonesia-lt4c48259103b42

https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/mahkamah/article/view/573

https://osf.io/xzhdy/download/?format=pdf

https://leip.or.id/wp-content/uploads/2015/10/Della_Pluralisme-Hukum-dalam-
Perkembangan-Hukum-Indonesia.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/220807-none.pdf

http://digilib.uin-suka.ac.id/40424/1/1530016014_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf

Anda mungkin juga menyukai