Anda di halaman 1dari 5

POLITIK ETIS/BALAS BUDI

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

Dike Gustri Naeni (09)

Echa Dianne Felicia (10)

Fatihatun Sholehah (12)

Linda Fadilah Nur (17)

Oxana Umar Husodo (24)

Raina Safa (27)

SMK NEGERI 1 PURWOKERTO


TAHUN 2023/2024

POLITIK ETIS (BALAS BUDI)


Pelaksanaan Politik Etis – Sebuah pemikiran yang menyatakan
bahwa pemerintah kolonial atau Belanda memiliki tanggung jawab moral bagi
kesejahteraan pribumi adalah pengertian politik etis. Sebutan lain dari politik
etis yaitu politik balas budi. Pemikiran ini bermula dari peristiwa politik tanam
paksa, akhirnya muncul kaum etis yang dipelopori oleh sebuah wartawan koran
De Locomotief yaitu Pieter Brooshooft. Selain seorang wartawan, ia
pun merupakan seorang politikus yang menjadikan pemerintah kolonial
membuka mata atau memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang

Sejak diterapkannya sistem tanam paksa di Indonesia, negeri Belanda


memperoleh keuntungan yang luar biasa. Namun sistem ini dikecam oleh kaum
moralis-liberal di Belanda. Diantaranya ConraadTheodore Van Deventer, yang
menganjurkan Politik Etis. Th 1899, Van Deventer dalam majalah DeGids
menyebutkan bahwa jutaan uang yang dihasilkan oleh Indonesia untuk negeri
Belanda adalah satu hutang budi (Een Eereschuld) bagi Belanda. Hutang ini
harus dibayar pemerintah Belanda dengan memperbaiki kesejahteraan rakyat
Indonesia. Pemerintah Belanda kemudian melaksanakan Trilogi Van Deventer
yang meliputi tiga bidang pembangunan ; Edukasi (pendidikan), Irigasi
(pengairan), Transmigrasi (perpindahan penduduk). Pelaksanaan Trilogi Van
Deventer ini diselewengkan oleh pemerintah Belanda menjadi Politik Assosiasi
(pelaksanaannya hanya menguntungkan pemerintah Belanda). Namun, dibidang
pendidikan, telah melakhirkan golongan intelektual / terpelajar bagi bangsa
Indonesia.Politik Etis dilaksanankan sejak abad 20. Penyelenggaraan
pendidikan Bumi Putera ditujukan untuk menghasilkan pegawai administrasi
Belanda yang trampil, murah dan terdidik, kemudian hasilnya dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan industri.
Beberapa sekolah yang didirikan pada masa pemerintah Kolonial Belanda ;
Sekolah Rendah setingkat SD:
1. Europesche Lagere School (ELS), didirikan th 1817 lama belajar 7 th.
Diperuntukkan bagi keturunan Eropa.
2. Holiandisch Indlandische School (HIS) th 1914 lama belajar 7 th
diperuntukkan bagi penduduk keturunan Indonesia asli.
3. Tweed Klasse School (Sekolah Kelas Dua), 1892 lama belajar 3 th
bagi masyarakat biasa.
4. Eerste Klasse School (Sekolah Kelas Satu), 1914 lama belajar 4-5 th bagi
golongan bangsawan Indonesia.
5. Volks School (Sekolah Desa), 1907 belajar 3 th.
6. Vervolg School (Sekolah Sambungan), 1914 sebagai sekolah lanjutan dari
Sekolah Desa, lama belajar 2 tahun.

Sekolah Menengah setingkat SMP/ SMA


1. MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs), merupakan sekolah rendah yang
diperluas dengan lama pendidikan 3-4 th, didirikan th 1914.
2. AMS (Algemeene Middelbare School), sekolah menengah umum
lanjutan dari MULO, lama belajar 3-4 th, didirikan th 1915.3. Kweeks
School, Sekolah Keguruan, lama belajar 6 th, didirikan 1851.

Pendidikan Tinggi
1. OSVIA (Opleiding School Voor Indische Ambtenaren) Sekolah pendidikan
pegawai pribumi (pamongpraja) lama belajar 5 th, didirikan th 1900.
2. STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen), untuk
mendidik dokter Pribumi yang didirikan th 1902, lama belajar 7 th.
3. GHS (Geneekundige Hooge School), sekolah tinggi Kedokteran, lama belajar
6 th, didirikan 1927.
4. RSH (Rechtskundige Hooge School), Sekolah Tinggi Hukum yang didirikan
th 1924, lama belajar 5th.
5. THS (Technische Hooge School), sekolah tinggi teknik, didirikan 1920

LATAR BELAKANG POLITIK ETIS


Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia sangat buruk dan jauh dari kata
sejahtera. Terutama dalam bidang pendidikan, bagi mereka yang bukan
kalangan bangsawan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Maka oleh
sebab itu pihak kolonial melaksanakan politik etis untuk pribumi dengan
mendirikan pendidikan rakyat sampai ke desa dan memberikan hak penuh untuk
para pribumi.Sebagaimana penjelasan di awal, salah satu pemicu usulan politik
etis itu karena politik tanam paksa yang sangat menyiksa para pribumi.
Kebijakan tanam paksa (cultuurstelsel) yang diterapkan oleh Van Den Bosch
membawa kesengsaraan bagi Hindia Belanda. Kewajiban menyediakan 20
persen tanahnya untuk dikuasai Belanda menjadi hal yang sangat merugikan
bagi pemilik tanah. Terlebih apabila tidak memiliki tanah diwajibkan bekerja
kepada Belanda dengan gaji yang sangat kecil. Akibatnya, kualitas hasil
tanaman menurun dan menimbulkan permasalahan kelaparan. Terlebih,
kurangnya pangan menimbulkan wabah penyakit.
Penyimpangan cultuur procenten (pemberian bonus kepada bupati yang
melebihi target) semakin membuat praktek pemerasan dan perbudakan semakin
besar. Pieter Brooshooft selama berkeliling di Jawa pada 1887 menemukan
banyak kesengsaraan yang dialami pribumi Hindia Belanda pada waktu itu.
Kondisi ini membuat kecaman dari warga Belanda yang menganggap
kebijakan Hindia Belanda tidak manusiawi. Van Deventer dalam majalah De
Gids berjudul Eeu Ereschuld atau Hutang Budi menjelaskan bagaimana
kesengsaraan bangsa Indonesia yang hasilnya justru dinikmati Belanda.
Gagasan Van Deventer mendapatkan dukungan dari Ratu Wilhelmina yang
menyebutkan dalam pidatonya mengenai kesengsaraan tanah jajahan tahun
1901. Hasilnya kemudian dibuktikan dengan kebijakan baru
diterapkannya politik etis. Politik etis memiliki dua bidang utama untuk
tujuannya yaitu bidang sosial dan juga bidang ekonomi. Di bidang sosial
tujuannya yaitu untuk menumbuhkan kesejahteraan sosial terutama pada
penduduk pedesaan. Sedangkan dalam bidang ekonomi bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan perusahaan orang barat sehingga bisa
menyediakan dana untuk kesejahteraan penduduk di Hindia Belanda.

ISI KEBIJAKAN POLITIK ETIS


Seorang juru bicara dari golongan sosialis yaitu Van Kol, memberikan
kritikan terhadap keadaanIndonesia yang terus-menerus di
eksploitasi kekayaannya dan sama sekali Indonesia tidak mendapatkan
keuntungan. Akhirnya pada tahun 1899, Van Deventer di dalam
artikelnyamenuliskan bahwa jutaan gulden yang didapat dari Indonesia
termasuk sebagai Hutang Kehormatan.Pembayaran hutang tersebut bisa
dilakukan dengan 3 cara, yaitu dikenal dengan
Trilogi Van Deventer, antara lain:
1. Edukasi atau Pendidikan
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk balas budi terhadap bangsa
Indonesia, tetapi lebih sering digunakan untuk kepentingan belanda yang
hanya dibangun untuk mengairi tanah pertanian milik Belanda.
2. Emigrasi atau perpindahan penduduk
Perpindahan penduduk masa ini adalah cikal bakal dari program
transmigrasi. Tetapi ternyata hal ini dilakukan belanda hanya untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan – perkebunan mereka.
3. Irigasi atau pengairan
Didirikannya sekolah sekolah bagi para pribumi yang tetapi sekolah
sekolah ini lebih mengutamakan pendidikan untuk para pegawai negeri
dan pribumi yang kaya.

PELAKSANAAN POLITIK ETIS


Mulai tahun 1901, pemerintah kolonial belanda sudah memerhatikan
aspirasi rakyat Indonesiayang kemerdekaan dan juga emansipasi. Selanjutnya
dicari bentuk pemerintahan kolonial yangmenggabungkan antara Timur dan
Barat. Maka dari itu politik etis juga disebut dengan politikasosiasi. Perubahan
yang diinginkan pun berhasil dicapai dengan politik etis ini, yaitu antara lain:
1. Perbaikan kualitas kesehatan dan penanggulangan penyakit. Di
tahun 1920, tercatat bahwasebagian besat wilayah Indonesia sudah
terbebas dari penyakit cacar dan kurang lebih ditahun 1928 sudah
terbebas pula dari penyakit kolera.
2. Edukasi, dengan mendirikannya bermacam sekolah bagi semua golongan
masyarakat,misalnya kelas 1 (bagi anak-anak pegawai negeri, orang
berharta, dan orang berkedudukan), sekolah dokter Jawa (STOVIA) dan
sekolah pamong praja (OSVIA).
3. Emigrasi atau transmigrasi yaitu dengan memindahkan penduduk dari
tempat yang padatke tempat yang tidak padat penduduk, terutama bagi
para penduduk di Pulau Jawa yangsemakin padat.
4. Pembangunan irigasi untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Sekitar tahun
1914, pemerintah kolonial telah membangun irigasi seluas 93.000 bau.
5. Desentralisasi pemerintahan yaitu dengan mewujudkan dengan membuat
Undang-UndangDesentralisasi pada tahun 1903 mengenai pembentukan
dewan-dewan lokal sebagailembaga hukum

Anda mungkin juga menyukai