Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH PEREKONOMIAN
“EKONOMI PERANG DAN REVOLUSI (1942-1950)”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
:
Frasta Ramadini (2104614)
Febri Handayani (21046061)
Irgi Defahrezi (21046123)

DOSEN PENGAMPU
:
Dr. Rusdi, M.Hum
Yelda Syafrina, S.Pd, .M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa.Atas rahmat dan
hidayahnya dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa rahmat dan pertolongan-nya, kami tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAWyang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, sehingga
Makalah “Ekonomi perang dan Revolusi (1942-1950)”Dapat di selesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi untuk penugasan dalam diskusi mata kuliah Sejarah Ekonomi. Kami
juga menyadari bahwa makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekuarang.Kami terbuka terhadap kritik dan saran agar Makalah ini lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada Makalah ini, baik terkait penulisan kata, kami mohon maaf.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Padang, 17 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................
C. TUJUAN..........................................................................................................................
BAB II..........................................................................................................................................
PEMBAHASAN..........................................................................................................................
A. EKONOMI PERANG......................................................................................................
B. EKONOMI REVOLUSI..................................................................................................
BAB III.........................................................................................................................................
A. PENUTUP........................................................................................................................
B. KESIMPULAN................................................................................................................
C. SARAN............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi perang Jepang di Indonesia merujuk pada periode pendudukan Jepang di
Indonesia selama Perang Dunia II, yang berlangsung dari tahun 1942 hingga 1945. Pendudukan
Jepang di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat
Indonesia, meskipun pemerintahan Jepang di Indonesia dikenal dengan sebutan “pemerintahan
yang lunak” dalam hal perlakuan terhadap pribumi.
Salah satu aspek penting dari ekonomi perang Jepang di Indonesia adalah pengelolaan
sumber daya alam, terutama minyak bumi dan karet, yang merupakan komoditas ekspor utama
Indonesia pada saat itu. Jepang mengendalikan produksi dan ekspor minyak bumi dan karet
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perang mereka di wilayah Asia Pasifik. Jepang
mengatur dan mengontrol produksi, harga, dan distribusi komoditas ini melalui Badan
Kebijakan Karet dan Minyak Bumi (BKM) yang didirikan oleh pemerintah Jepang.
Ekonomi Revolusi Indonesia merujuk pada periode ekonomi Indonesia setelah
kemerdekaannya pada tahun 1945 dan selama masa awal pembentukan negara Indonesia yang
merdeka. Ekonomi Revolusi Indonesia ditandai dengan perubahan signifikan dalam struktur
ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia yang baru.
Salah satu karakteristik utama dari Ekonomi Revolusi Indonesia adalah orientasinya yang
cenderung nasionalis dan ekonomi yang berbasis pada swasembada, yaitu upaya untuk
mencapai kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Pemerintah
Indonesia yang baru mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan sektor ekonomi,
mengatur perdagangan, dan meliberalisasi ekonomi, serta mendorong pengembangan sektor-
sektor ekonomi yang dianggap strategis, seperti industri dan pertanian.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu ekonomi perang
b. Apa itu ekonomi Revolusi

C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu ekonomi perang
b. Mengetahui apa itu ekonomi Revolusi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekonomi Perang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”.
Ekonomi perang adalah kebijakan pemerintah penjajah Jepang yang menggali semua kekuatan
ekonomi di Indonesia untuk menopang kegiatan perang pemerintah Jepang. Hal ini disebabkan
karena sebelum memasuki PD II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan
sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia.
Kekayaan sumber daya Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang.
Selain itu, Indonesia juga dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Pada
saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi sasaran perluasan pengaruh kekuasaan
Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk
membendung gerak laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda. Setelah
berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam bidang ekonomi yang
sering disebut self help atau juga sering disebut dengan Ekonomi Perang.
Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942 keadaan perekonomian di
Indonesia lumpuh. Langkah pertama yang diambil pemerintah Jepang adalah melakukan
pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi seperti jembatan, alat transportasi,
telekomunikasi, dan bangunan-bangunan diperbaiki.
Berikut beberapa kebijakan ekonomi perang guna mendukung pemerintah Jepang,yaitu:
A. Mengawasi dan Memperbaiki Prasarana Ekonomi
Dikarenakan Belanda menghancurkan sejumlah objek vital, termasuk prasarana
ekonomi di Indonesia, Jepang memutuskan untuk menerapkan kebijakan pengawasan
dan perbaikan.
Jepang memperbaiki beberapa prasarana, seperti jembatan, alat transportasi,
telekomunikasi, dan gedung-gedung. Jepang juga mengawasi gerak-gerik praktik
ekonomi rakyat Indonesia. Salah satu kebijakan pengawasan adalah menetapkan
pengendalian harga kenaikan.
B. Memperluas Wilayah Persawahan
Di samping itu, kebutuhan pangan Jepang untuk perang meningkat. Maka dari itu,
pemerintah Jepang memperluas wilayah persawahan. Upaya ini dilakukan dengan
harapan produksi beras dapat meningkat sehingga mampu memenuhi kebutuhan
perang. Perluasan wilayah persawahan tidak hanya terjadi di pulau Jawa, tetapi juga di
Sumatra Timur, Kalimantan, dan Sulawesi
C. Penanaman Wajib Tanaman untuk Perang
Eksploitasi yang dilakukan pemerintah Jepang adalah penanaman wajib atas
tanaman-tanaman yang dibutuhkan ketika perang, yakni pohon kapas dan pohon jarak.
Pohon kapas digunakan untuk bahan pakaian, sementara pohon jarak digunakan untuk
bahan bakar pesawat dan pelumas senjata.
Penanaman paksa ini ternyata memberikan dampak kerusakan pada tanah para petani
Indonesia, sebagaimana tertulis dalam buku bertajuk Nippon Pengubah Sejarah karya
Arisandi.
D. Mengawasi Kegiatan Pertanian
Kegiatan pertanian Rakyat Indonesia diawasi oleh pemerintah Jepang secara ketat.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan harga hasil pertanian, terkhusus beras. Jepang
juga mewajibkan penyerahan hasil pertanian sebesar 30% untuk pemerintah, 30%
diserahkan ke lumbung desa, dan sisanya milik petani.
Dampak Kebijakan Ekonomi Jepang Terhadap Rakyat Indonesia Kebijakan ekonomi
perang yang diterapkan pemerintah militer Jepang di Indonesia menimbulkan dampak yang
sangat menyengsarakan rakyat. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai akibat kebijakan
difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Selain itu, sebagian besar hasil pertanian harus
diserahkan kepada pemerintah. Kondisi ini menyebabkan produksi pangan menurun dan
kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis. Kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja
menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, wabah penyakit mewabah melanda hampir di setiap
desa.
Peraturan yang diterapkan oleh Jepang mengakibatkan kemiskinan parah. Pakaian rakyat
compang-camping, ada yang terbuat dari karung goni yang menyebabkan gatal-gatal, bahkan
tidak sedikit yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai penutup badan. Di desa-desa
kekurangan tenaga produktif karena para pemuda pribumi dipekerjakan oleh pemerintah
Jepang sebagai romusha. Di kota-kota besar, angka kemiskinan semakin tinggi dengan
meningkatnya jumlah gelandangan.
B. Ekonomi Revolusi
Berdirinya partai-partai islam pada masa kemerdekaan perlu dilihat dengan latar belakang
politik di Indonesia pada masa-masa tersebut. Kondisi bangsa Indonesia pada awal abad XX
berada dalam kemiskinan, kesengsaraan, kefakiran dan kesenjangan social yang tinggi. Adanya
partai-partai islam itu, yang muncul sejak awal revolusi dan semakin berpengaruh pada masa
Demokrasi Liberal, menjadikan partai-partai islam tersebut sebagai tumpuan bagi
pembangunan umat islam ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Bagi ummat islam kemiskinan
haruslah diperhatikan dan diprihatinkan untuk kemudian diatasi atau dicarikan solusinya.
Menurut Dr. Sumitro Djojohadikusumo, bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada
hakikatnya adalah pembangunan ekonomi baru, dan yang perlu dilakukan itu adalah mengubah
struktur ekonomi umumnya dari ekonomi colonial ke ekonomi nasional. Sumitro kemudian
menerapkannya pada ekonomi perdagangan. Menurutnya bahwa bangsa Indonesia harus
secepat mungkin dimunculkan kelas pengusaha. Para pengusaha Indonesia yang bermodal
rendah diberi kesempatan untuk berpartisipasi membangun ekonomi nasional. Gagasan
Sumitro ini kemudian dituangkan dalam Kabinet Natsir (September 1950-April 1951).
Terkait dengan pembangunan ekonomi, Mochammad Natsir juga memperjuangkan
pembangunan ekonomi ummat melalui partai Mayumi, partai ummat islam terbesar saat itu.
Pembangunan ekonomi ummat ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut; dalam
kongres Masyumi tahun 1952 mengesahkan beberapa program perjuangan Masyumi yang
ingin ditegakkan dalam hidup bernegara. Program ini terbagi 7 bagian; kenegaraan,
perekonomian, keuangan, social, pendidikan dan kebudayaan.
Salah satunya masyumi memperjuangkan program perekonomian. Perekonomian
hendaklah diatur menurut dasar ekonomi terpimpin, perencanaan produksi dan distribusi
penting untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya. Politik harga dan upah harus sesuai dengan
keadaan ekonomi dalam negeri. Koperasi harus dibangun dengan bantuan pemerintah.
Mengadakan industialisasi untuk membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor. Selain
itu untuk membuka lapangan kerja terutama bagi para pengangguran asal daerah-daerah yang
penduduknya padat. Pemerintah juga harus melindungi para petani dengan memberantas
perilaku pemerasan terhadap mereka dan menghapuskan system tuan tanah, menjamin harga
jual hasil pertanian bagi para petani.
Pemerintah saat itu dihadapkan pada ekonomi yang kritis, terutama karena jatuhnya harga
barang-barang ekspor Indonesia seperti; karet, timah, beras, minyak, bensin, dan kopra.
Sedangkan kecenderungan impor terus meningkat, karena produksi panen terus menurun
sehingga defisit negara tidak dapat dihindarkan lagi. Beberapa pejabat negara melakukan
korupsi, seperti Mr. Djodi Gondolusumo yaitu mantan Menteri kehakiman dalam cabinet Ali I
yang demisioner. Mr Djodi Gondokusumo ditangkap dengan tuduhan korupsi tersebut pada
tanggal 14 Agustus 1955, masa cabinet Burhanuddin Harahap.
Ekonomi Indonesia merosot pada 1950-an sehingga membuat para tokoh Indonesia
memikirkan konsep pembangunan ekonomi nasional. Nasionalisme ekonomi diartikan sebagai
aspirasi suatu bangsa untuk memiliki atau setidaknya menguasai asset-aset yang dimiliki atau
dikuasai oleh bangsa lain dan menjalankan fungsi ekonomi yang dijalankan oleh bangsa lain.
Inilah yang disebut sebagai nasionalisasi ekonomi. Sebenarnya gagasan untuk membangun
ekonomi pada 3 februari 1946, Mohammad Hatta menegaskan bahwa apabila masih ada
Kerjasama ekonomi antara Indonesia dengan Belanda, akan menjadikan Indonesia merasa
terbebani dan tidak dapat mendidik Indonesia untuk tumbuh menjadi negara yang berdaulat
secara ekonomi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada keinginan untuk bisa terlepas dari perekonomian
yang telah ditanamkan oleh Belanda. Perekonomian yang telah berlangsung di Indonesia,
merupakan warisan Belanda termasuk beberapa industri seperti pertambangan, transportasi,
perkebunan, perkapalan, perbankan, hingga hiburan. Akan tetapi, eksistensi perusahaan-
perusahaan Belanda ini dikhawatirkan akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Kekhawatiran ini muncul karena perusahaanperusahaan tersebut masih dikuasai oleh pihak
swasta Belanda.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi perang Jepang di Indonesia merujuk pada periode pendudukan Jepang di
Indonesia selama Perang Dunia II, yang berlangsung dari tahun 1942 hingga 1945. Pendudukan
Jepang di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat
Indonesia, meskipun pemerintahan Jepang di Indonesia dikenal dengan sebutan “pemerintahan
yang lunak” dalam hal perlakuan terhadap pribumi. Salah satu aspek penting dari ekonomi
perang Jepang di Indonesia adalah pengelolaan sumber daya alam, terutama minyak bumi dan
karet, yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia pada saat itu.
Ekonomi Revolusi Indonesia merujuk pada periode ekonomi Indonesia setelah
kemerdekaannya pada tahun 1945 dan selama masa awal pembentukan negara Indonesia yang
merdeka. Ekonomi Revolusi Indonesia ditandai dengan perubahan signifikan dalam struktur
ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia yang baru. Salah
satu karakteristik utama dari Ekonomi Revolusi Indonesia adalah orientasinya yang cenderung
nasionalis dan ekonomi yang berbasis pada swasembada, yaitu upaya untuk mencapai
kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
B. Saran
Penelitian ini memang belum sempurna dan perlu ditingkatkan untuk lagi dalam beberapa
informasi yang kami dapatkan supaya makalah ini dapat digunakan sebagai referensi siswa
dalam melakukan pembelajaran tentang ekonomi Indonesia pada masa jepang dan revolusi.
DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, Sigit, Humar Sidik, dan Debi Robi Yanti. (2021). Seri Buku Infografis:
Pendudukan Jepang di Indonesia. Bogor: Guepedia.
Ishak, Muhammad. “Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia.” Jurnal Inovasi 9.01 (2012).
Aderoben, Andromeda, Septiansi Ira, and Syarifuddin Syarifuddin. “Ekonomi Perang
Jepang di Palembang, 1942-1945.” Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan 6.1
(2022): 13-28.
Basundoro, Purnawan. Minyak Bumi dalam Dinamika Politik dan Ekonomi Indonesia
1950–1960an. Airlangga University Press, 2017.
Emalis, Imas. Mochammad Natsir dan Pemikiran Ekonomi Ummat 1950-1960. 409-433.
Wardodjo, Waskito Widi. “Ekonomi Indonesia Tahun 1950-an dan Penguasaan Negara
terhadap Perusahaan Kereta Api Pasca KMB 1949.” IHiS (Indonesian Historical Studies) 2.2
(2019): 96-106.

Anda mungkin juga menyukai