Mesir merupakan salah satu kawasan yang terletak di kawasan Afrika Utara.
Afrika utara menjadi wilayah yang sangat berperan penting dalam penyebaran agama
Islam. Sejak Rasulullah masih hidup, Mesir sudah menjalin hubungan yang baik
dengan Rasulullah.
Perkembangan Islam di Mesir tentu saja tidak terlepas dari peran para
penguasa Islam di Mesir. Peran dari Dinasti-Dinasti dalam menyebarkan Islam di
Mesir sangatlah besar. Berikut beberapa Dinasti-dinasti yang memiliki peran besar
dalam perkembangan Islam di Mesir.
A. Dinasti Fathimiyah
Al-Mahdi (909-934 M)
Al- Mahdi digantikan oleh putranya yang tertua bernama Abdul Qasim dan
bergelar Al-Qa’im. Ia meneruskan gerakan ekspansi yang telah dimulai oleh ayahnya.
Di tengah kesuksesannya dalam ekspansi, Al-Qa’im mendapat perlawanan dari
kalangan Khawarij yang melancarkan pemberontakan di bawah pimpinan Yazid
Makad. Berkali-kali gerakan pemberontak ini mampu menahan serangan pasukan
Fathimiyah dalam peperangan yang berlangsung hampir tujuh tahun.
Al-Aziz (975-996 M)
Al-Hakim (996-1021 M)
Az-Zahir (1021-1036 M)
Al-Hakim digantikan oleh putranya yang bernama Abu Hasyim Ali dengan
gelar Az-Zahir. Ia naik tahta pada usia enam belas tahun, sehingga pusat
kekuasaannya dipegang oleh bibinya yang bernama Sitt Al-Mulk. Sepeninggal
bibinya, Az-Zahir menjadi raja boneka di tangan menterinya. Pada masa
pemerintahan ini rakyat menderita kekurangan bahan makanan. Hal ini disebabkan
musibah banjir yang terjadi terus menerus.
Al-Mustansir (1036-1095 M)
Al-Zahir digantikan oleh anaknya yang bernama Abu- Tamim Ma’ad yang
bergelar Al-Mustansir, pemerintahannya selama 61 tahun merupakan masa
pemerintahan terpanjang dalam sejarah Islam. Pada masa ini kekuasaan Fathimiyah
mengalami kemunduran secara drastis. Sepeninggal Al-Muntasir pada tahun 1095 M,
imperium Fathimiyah dilanda konflik dan permusuhan.
Al-Musta’li (1095-1101 M)
Kondisi Sosial
Seorang keilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub
ibnu Killis. Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan. Kemajuan keilmuan
yang paling fundamental pada masa ini adalah keberhasilannya membangun sebuah
lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam atau Darul Ilmi yang dibangun oleh al-
Hakim pada 1005 M.
Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatya kincir oleh seorang Syiria
yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain
dan pabrik gelas.
Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara yang dikuasai
Ayyubiyah. Di Eropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini
menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia
ekonom dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk Letter of
Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
Bidang Militer
Dinasti Ayyubiyah memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan
beberapa peralatan militer lainnya. Di samping itu, adanya perang Salib telah
membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan
intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.
Ada tiga pendapat terkait dengan latar belakang mereka di Mesir, yaitu: 1)
Mereka sudah muncul sejak masa pemerintahan daulah Abbasiyah sekitar abad ke-9
M; 2) Mereka adalah tawanan penguasa dinasti Ayyubi yang dijadikan budak oleh
Shalahuddin al-Ayyubi; 3) Mereka adalah para budak bangsa Turki dan bangsa
Mongol yang dibeli oleh Sultan Malik ash-Shalih, penguasa Dinasti Ayyubi.
Pembagian Dinasti Mamluk
- Dinasti Mamluk Bahri
Pada tahun 1250 M, di Mesir berdiri Kesultanan Mamluk, para budak tersebut
berasal dari Suku Kipchaq, Rusia Selatan, yang berdarah campuran antara Mongol
dan Turki yang dibeli oleh Sultan Malikush-Shalih Najmuddin Ayyub dari Dinasti
Ayyubi. Mereka dididik dan dilatih kemiliteran. Lama-kelamaan, mereka dijadikan
pengawal sultan, karir mereka pun naik menjadi pasukan pengawal, bahkan di antara
mereka ada yang diangkat sebagai komandan pasukan kesultanan. Dengan posisi
mereka yang semakin penting, kalangan mamluk mulai memiliki peran yang sangat
strategis. Akhirnya, mereka diangkat menjadi amir, bahkan menjadi sultan. Para
sultan yang menjadi pemimpin Kesultanan Mamluk pada periode inilah yang
kemudian disebut periode Mamluk Bahri.
Mamluk Burji adalah kaum mamluk yang didatangkan oleh Sultan Qalawun,
yang ditempatkan di benteng-benteng yang bermenara. Pada awalnya, Mamluk Burji
didatangkan untuk menjadi pengawal keluarga sultan, khususnya keturuanan Sultan
Qalawun. Selanjutnya, mereka memperoleh kekuasaan yang besar.
Izuddin Aybak adalah salah seorang dari tiga tokoh Mamluk yang merintis
dan membuka jalan berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir. Pada awalnya, dia adalah
seorang budak yang dimiliki oleh sultan Malik ash-Saleh Najmuddin, dari Dinasti
Ayyubi, yang dikenal sebagai Aybak al-Turkmani. Pekerjaanya sebagai pencicip
makanan dan minuman sultan, dengan pangkat akuntan suktan, yang selanjutnya
diangkat sebagai komandan pasukan pengawal sultan.
- Qutuz
- Baybars
- Qalawun
- Nashir
Nashir merupakan sultan yang bijaksana dan dicintai rakyatnya, dan berkuasa
cukup lama. Pada tahun 1303 M, mengalahkan tentara Tatar dalam pertempuran yang
terjadi di dekat Damaskus.
- Barquq
- Ilmu-ilmu Semesta
- Arsitektur
- Seni
Dinasti Mamluk dikenal sebagai pelindung seni kaligrafi terutama hiasan al-
Qur’an. Kaligrafer ternama adalah Muhammad ibn a;-Wahid yang pada tahun 1304
M meninggalkan salinan al-Qur’an yang unik dalam tulisan Tsuluts.
DAFTAR BACAAN