Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : SEJARAH TURKI OSMANI

Dosen Pengampu : RAHMAT SUGIHARTO, M.Pd

Disusun Oleh :

SAMSUL BAHRI

RIDWAN FARID

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RIYADHUL

JANNAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


kita kesehatan, kenikmatan serta kesempatan, dalam rangka menyelesaikan
kewajiban kami sebagai mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan
bapak dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami pula.

Shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi


Agung Muhammad SAW, yang telah mewajibkan kepada kita untuk selalu
menuntut ilmu, dan selalu merasa hauslah akan ilmu.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Nihayatun Husna, M.S.I, selaku dosen
pengampu pada mata kuliah sejarah peradaban islam, yang telah memberikan
bimbingan serta arahan sehingga makalah yang berjudul “Makalah Sejarah
Perdaban Islam : Tentang Dinasti Utsmaniyah” dapat selesai tepat waktu.

Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun, selalu
diharapkan, dalam rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal ‘alamin.
I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani ..............................................................3
B. Sejarah Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani............5
C. Masa Pemerintahan Kerajaan Turki Utsmani...........................................6
D. Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di Masa Turki Utsmani..14
E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani .....................................................16
BAB II PENUTUP.................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................19
Daftar Pustaka.......................................................................................................20

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai salah satu agama samawi, memiliki perjalanan sejarah dari
mulai munculnya Islam sampai saat ini. Islam yang diwahyukan kepad Nabi
Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh,
tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju.
Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan
peradaban yang sangat penting dalam sejarah manusai hingga sekarang. H.A.R
Gibb di dalam bukunya “Whither Islam” menyatakan, “islam is indeed much
more than a system of theology, it is a complete civilization” (islam sesungguhnya
lebih dari sekedar sebuah agama, ia adala suatu peradaban yang sempurna).

Peradaban islam adalah terjemahan dari kata arab al-Hadharah al-


islamyah. Kata Arab ini sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Banyak penulis barat yang mengidentikkan “kebudayaan” dan
“peradaban” Islam dengan “kebudayaan” dan “peradaban” Arab. Untuk masa
klasik, pendapat itu mungkin dapat dibenarkan, meskipun sebenarnya antara
“arab” dan “islam” tetep bisa dibedakan. Karena pada masa itu, pusat
pemerintahan hanya satu dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peranh bangsa
Arab didalamnya sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan
bahasa yang satu, bahasa Arab, sebagai bahasa adminitrasi.

Kajian tentang “peradaban” Islam sekarang ini memang sudah menganut


pendapat bahwa kebudayaan Islam tidak lagi satu, tetapi sudah terdapat
“peradaban” Islam. Akan tetapi, nampaknya “peradaban-peradaban” Islam yang
disorot dalam kajian-kajian Islam sampai waktu belum lama ini hanya terbatas
pada empat “peradaban” Islam yang dominan. Semuanya sangat terbatas pada
empat kawasan, yaitu kawasan pengaruh kebudayaan Arab (Timur Tengah dan
Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam), kawasan pengaruh kebudayaan Persia
(Iran dan negara-negara Islam Asia Tengah), kawasan pengaruh kebudayaan
Turki, dan kawasan pengaruh kebudayaan India-Islam.

1
Perkembangan sejarah peradaban Islam tidak lepas dari pengaruh politik
Islam. Sejarah politik Islam dibagi menjadi 3 periode : Klasik (650-1250 M),
Pertengahan (1250-1800), dan Modern (1800-sekarang). Perjalanan sejarah
kebudayaan Islam mengalami kemajuan serta kemunduran, dimana pada masa
pertengahan dikenal 3 kerajaan besar setelah kemunduran dinasti Abbasiyyah.
Yang salah satunya adalah Dinasti Turki Utsmani. Dimana pada mas Dinasti
Turki Utsmani tersebut terjadi peperangan besar dalam sejarah Islam yaitu perang
salib, yaitu perang antara orang muslim dengan orang kafir kristiani.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Berdirinya Kerajaan Turki Utsami?


2. Bagaimanakah Sejarah Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan
Turki Utsmani?
3. Bagaimanakah Masa Pemerintahan Turki Utsmani?
4. Bagaimanakah Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di
Masa Turki Utsmani?
5. Bagaimanakah Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani?
C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui Berdirinya Kerajaan Turki Utsami


2. Mengetahui Sejarah Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan
Turki Utsmani
3. Mengatahui Masa Pemerintahan Turki Utsmani
4. Mengetahui Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di Masa
Turki Utsmani
5. Mengetahui Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani

Nama kerajaan Utsmaniyah diambil dan dibangsakan kepada nenek


moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula
berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun
1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah
Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka
pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10
ketika menetap di Asia Tengah.

Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang


berasal dari wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa
Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi Sulaiman Syah, mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari ke
arah Barat. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok yang pertama ingin
pulang ke negeri asalnya, yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia
Kecil. Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh
Erthegrol (Arthoghol) anak Sulaiman. Akhirnya mereka menghambakan dirinya
kepada Sultan Alauddin II dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat
di Konya, Anatholi, Asia Kecil.

Dan berhasil mendekati Sultan Saljuk yang bernama Sultan Alauddin di


Anggara (kini Angara) yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena
bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Sebagai balas jasa, Alauddin
memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepadaErthegrol.Erthegrol
meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya,
Utsman.

Putera Erthegrol inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.


Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa

3
Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut

4
Sultan Alauddin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alauddin tersebut, Utsman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman I.
Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Utsman (raja besar
keluarga Utsman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.

Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Utsman mengirim


surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang
besar dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga
perkara, yakni; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu,
separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah. Mereka yang
tidak mau menerima tawaran Utsman merasa terganggu sehingga mereka meminta
bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Utsman tidak merasa takut
menghadapinya. Utsman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa
Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.

Utsman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan


gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian
dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan
perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek
moyangnya. Gelar bagi penguasa Utsmani adalah Padi Syah atau Sultan, gelar
tersebut menandangi kaitannya dengan tradisi kerajaan Persia, tapi ia juga ahli
waris tradisi Islam, mereka mengklaim bahwa dirinya adalah pelaksana otoritas
yang absah dalam term-term Islam. Dinasti Utsmaniyyah terkadang menggunakan
gelar khalifah, akan tetapi gelar tersebut tidak membawa klaim apapun bagi
otoritas universal atau eksklusif seperti pada pendahulu mereka, adakalanya gelar
seorang sultan itu lebih dari sekedar lokal dan dengan menggunakan
kekuasaannya untuk tujuan yang diri diridhoi agama. Dinasti Utsmaniyyah
mempertahankan perbatasan Islam dan mengadakan ekspansi, mereka berseteru
dengan dinasti Shafawiyyah untuk memperebutkan Anatholia dan Irak. Dinasti
Shafawiyyah memproklamirkan Syiah sebagai agama resmi dinasti, sedangkan
dinasti Utsmaniyyah menganut ajaran Sunni seiring dengan perluasan imperium
yang meliputi pula pusat-pusat budaya tinggi Islam perkotaan.

5
Sultan bukan hanya sebagai pembela perbatasan-perbatasan Islam,
melainkan juga sebagai pengawal kota-kota suci, Makkah, Madinah, Yerusalem,
Zebron. Seorang sultan itu memiliki gelar sebagai pelayan kota suci, ia juga
memegang pemerintahan pada zaman Turki Utsmani, yaitu Pat Syiah yang
mengklaim dirinya sebagai pemimpin otoritas yang sah dalam term-term yang
absah dalam Islam. Sistem pemerintahannya dipegang oleh pemerintah yang
bertolak belakang dengan pendahulunya.

Setelah ada birokrasi Utsmaniyyah terjadi perubahan baik di dalam negeri


kebanyakan diantara mereka telah menjalani suatu reaksi keagamaan dan politis
yang garis besarnya sejajar sama-sama menuju masa depan yang belum pasti,
tetapi ini berlaku di Mesir dan Nahas Via Faruq ke Najib, di Suriah, di Iran.
Bahwa kita melihat kemerosotan dan keruntuhan pemerintahan parlementer dan
pertumbuhan diktator. Tetapi toh hal tersebut terjadi dimana-mana. Turki telah
menjadi dewan Eropa dan sesudah itu anggota Pakta Atlantik yang menjadikan
semangat Turki lebih besar dari negara-negara lain.

Adapun kebijakan luar negeri Turki telah berjalan sejajar dengan negara-
negara lain, karena perkembangan di dalam negeri yang serupa. Suatu gerak
Westernisasi yang sukses dan kontinyu, suatu pertumbuhan dan perbaikan
pemerintahan berparlemen.

Pada abad ke-16 M, mulai berkembang birokrasi yang rumit (kalemiye),


yakni birokrasi yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:
Sekretaris yang mempersiapkan secara seksama dokumen-dokumen pemerintah,
peraturan dan tanggapan terhadap petisi.

Para petugas yang menjaga keuangan, penilaian terhadap aset yang terkena
pajak serta catatan mengenai berapa besar jumlah pajak yang terkumpul.

B. Sejarah Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani Dapat


Dibagi Dalam 5 periode :

6
1. Periode I (1299-1402) Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang
disusul dengan perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa.
Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat membendung langkah maju Turki
Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur kerajaan pada 1402.
2. Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut
kekuasaan, sampai akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II
(Al-Fatih) menaklukan Konstantinopel pada 1453, sementara Salim
menaklukan Mesir pada 1517.
3. Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan
wilayah; bahkan ada wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak
musuh.
4. Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
5. Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada
1924. Berdirilan Republik Islam Turki
C. Masa Pemerintahan Turki Utsmani

1. Masa Pemerintahan Utsman I (1290 – 1326 M)


Erthegrolmeninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh puteranya, Utsman. Putera Al-thugril inilah yang dianggap sebagai
pendiri kerajaan Utsmani. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada
Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa
Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan
Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil.
Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa
pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I.Setelah Utsman
I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman (raja besar keluarga
Utsman) tahun 699 H (1300M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan.
2. Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M – 761 H/1359M)
Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Utsmani ini dapat
menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M),
7
Uskandar

8
(1338M), Ankara (1354M), dan Gallipoli (1356M). Daerah ini adalah bagian
benua Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan Utsmani.Faktor penting
yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, keterampilan,
ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di
mana saja.Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi
dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu,
pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik,
taktik dan strategi tempur militer Utsmani berlangsung tanpa halangan berarti.
Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar
ini dilanda kekisruhan.
Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai
pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan
tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan
perombakan besar- besaran dalam tubuh militer.Pembaruan dalam tubuh
organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-
personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan.
Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak
Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam
untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya
kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah.
Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Utsmani menjadi mesin perang
yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukkan negeri-negeri non muslim.Di samping Jenissari, ada lagi prajurit
dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini
disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi,
karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki
Utsmani.
3. Masa Pemerintahan Murad I (761 H/1359 M – 789 H/1389 M)
Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa, selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia
dapat menaklukkan Adrianopel (yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota
kerajaan yang baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian
utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke
Eropa,

9
Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa
disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan ini dipimpin oleh
Sijisman, raja Hongaria.
4. Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 - 1403 M)
Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan
sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang
amat gemilang bagi umat Islam.Ekspansi kerajaan Utsmani sempat terhenti
beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol
yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran
hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami
kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam
tawanan tahun 1403 M.
5. Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M)
Kekalahan Bayazid di Ankara membawa akibat buruk bagi Turki
Utsmani. Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari
genggaman Turki Utsmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid
saling berebut kekuasaan.Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti
sediakala.Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan
Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-puteranya satu sama lain
saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Utsmani
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu
juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid (Muhammad, Isa, dan
Sulaiman).
6. Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M)
Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan tedadi, akhirnya
Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad
yang pertama kali ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negeri.Usahanya ini diteruskan oleh Murad II,

10
sehingga Turki Utsmani mencapai puncak kemajuannya pada masa
Muhammad II atau biasa disebut Muhammad al-Fatih.
7. Masa Pemerintahan Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M)
Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan
menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya
Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat Kerajaan Byzantium, lebih
mudahlah arus ekspansi Turki Utsmani ke Benua Eropa.
8. Masa Pemerintahan Salim I (1512 – 1520 M)
Ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah
timur dengan menaklukkan Persia, Syria dan dinasti Mamalik di Mesir.
9. Masa Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M)
Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-
Qanuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat,
tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani merupakan obyek
yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado,
Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah
Turki Utsmani pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil,
Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan
Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan
Rumania di Eropa.
Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak
kejayaannya. Kekuatan militer Turki Utsmani yang tangguh itu dengan cepat
dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah
tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan patuh
terhadap peraturan.Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari
nenek moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas,
sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham
(perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai

11
daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-
’alawiyah (bupati).Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa
Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab
tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi
kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena
jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah
gelar al- Qanuni.Pada masa Sulaiman ini di kota-kota besar dan kota-kota
lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam,
jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa buah
dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan,seorang arsitek asal
Anatolia.Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Bangsa
Turki juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam
berupa bangunan- bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid Al-
Muhammadi atau Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung
Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub al-Anshari. Mesjid-mesjid tersebut dihiasi
pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu mesjid yang terkenal dengan
keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan
kaligrafi itu, dijadikan penutup gambar- gambar Kristiani yang ada
sebelumnya.
Pada masa Turki Utsmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat
ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Di pihak lain, kajian-kajian
ilmu keagamaan, Asy’ariyah mendapatkan tempatnya. Selain itu para ulama
banyak menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah
(semacam catatan) terhadap karya-¬karya masa klasik.
10. Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1573 M)
Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki
Utsmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah
kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat.
Sultan Sulaiman al-Qanuni diganti oleh Salim II. Di masa pemerintahannya
terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Utsmani dengan armada laut

12
Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia,
angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin
Don Juan dari Spanyol. Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani).
Dalam pertempuran ini Turki Utsmani mengalami kekalahan yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa Sultan
berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut
kembali.
11. Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M)
Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa
nafsunya, namun Kerajaan Utsmani pada masanya berhasil menyerbu
Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali
Tabnz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam
negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya
kekacauan dalam negeri.
12. Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M)
Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan
Muhammad III yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19
orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi
kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil
memukul Kerajaan Utsmani.
13. Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M)
Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam
negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Utsmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah
mulai memudar.
14. Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Utsman II (1618 –
1622 M)
Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya
Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua,
(1622-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya,
Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh
Utsman II. Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki
keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan

13
perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Utsmani sendiri tidak
mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
15. Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan
Murad IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan
pemerintahan. Pasukan Jenissari’ yang pernah menumbangkan Utsman II
dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia
berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
16. Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada
masa pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada
masanya ini orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan
berhasil mengusir orang-orang Turki Utsmani dari Cyprus dan Creta tahun
1645
M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat
Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham
(perdana menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan
peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah
Koprulu meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh anaknya,
Ibrahim.Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama
sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun,
perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-
turut. Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Utsmani yang luas itu
sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara
Eropa yang baru mulai bangun.Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian
Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria,
sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz,
Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.
17. Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M)
Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan
Utsmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat
dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III yang segera dapat
mengkonsolidasi kekuatannya.

14
18. Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M)
Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid,
seorang yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia
mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan
Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain:
 Kerajaan Utsmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di
Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk
melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
 Kerajaan Utsmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).

Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Utsmani


selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu
persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini
memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang
sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan
Kerajaan Utsmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba
bangkit memberontak.Di Mesir, kelemahan-kelemanan Kerajaan Utsmani
membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada
tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya
Napoleon Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M.Di Libanon dan Syria,
Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil menguasai Palestina, dan
pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Fakhr al-
Din baru menyerah tahun 1635 M.Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih
jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Utsmani dan
beberapa kali pula ia keluar sebagai pemenang.Sementara itu, di Arabia
bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn
Abd al-Wahhab yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa
lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah Arab
dan sekitarnya di awal paruh kedua abad ke-18 M.Pemberontakan-
pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan Utsmani ketika sedang mengalami
kemunduran. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19
dan ke-20 M. Kerajaan Utsmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki
pada tahun 1924M.

15
D. Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di Masa Turki Utsmani

Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian


luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan
dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Bidang Militer

Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi


dengan baik dan teratur ketike terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu,
pasukan tempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik,
taktik, dan strategi tempur militer Utsmani berlangsung tanpa halangan berarti.
Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini
dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Merasa merasa dirinya
sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan
tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan
besar- besaran dalam tubuh militer.

Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang
dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok
militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia mempunyai peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani. Pada abad ke-16, angkatan laut
Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer turki Utsmani
yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di
Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang yang mendorong kemajuan di
lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu yang bersifat militer,
berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang
mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan


pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan
Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan
sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadrul a’dham (perdana menteri),
yang

16
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya
terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah.

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I,


disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa
al-abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai
datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat
berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-Qanuni.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan macam-macam


kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari
kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajarantentang etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak
mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima dari
bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang
suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan
kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup
di dataran Asia Tengah.

3. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam


lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama,
dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa Ulama menjadi
hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan
berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan
agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan
yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan
bisa tidak berjalan.

17
Pada masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai
pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka
sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat
dukungan penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.

E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki


Utsmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah
kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat.
Perlahan tapi pasti kejayaan Turki Utsmani mulai memudar, karena para
pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai kemampuan yang cukup
memadai untuk mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya
pemberontakan-pemberontakan di wilayah-wilayah kekuasaan, dan bangsa-
bangsa Eropa yang mulai mengalami masa kemajuan yang pesat. Hingga akhirnya
di akhir Perang Dunia II 1942 H dimotori oleh Kemal Attaturk, Kerajaan Turki
Utsmani berubah menjadi Republik Turki. Maka dengan demikian berakhirlah
kerajaan Islam yang berkuasa selama 6 abad.Banyak faktor yang menyebabkan
Kerajaan Turki Utsmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
a. Wilayah kekusaan yang sangat luas, sedangkan administrasi
pemerintahan kerajaan tidak beres.
b. Heterogenitas penduduk dengan wilayah yang sangat luas,
sehingga perbedaan bangsa dan agama acapkali menyebabkan
terjadinya pemberontakan.
c. Pemerintahan yang lemah setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni,
menyebabkan banyak terjadi kekacauan di pemerintahan.
d. Pemberontakan tentara Jenissari, tentara yang menjadi sumber
kekuatan militer Turki Utsmani, pernah terjadi 4 kali.
e. Kemerosotan Ekonomi.
f. Terjadi stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sementara bangsa-bangsa Eropa sedang mengalami masa pesatnya
ilmu pengetahuan

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asal-muasal Kerajaan Turki Utsmani adalah bangsa Turki dari kabilah
Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Di
bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan
Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat
kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus
membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.

2. Setelah Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya


dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290 M
dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan
Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300 M,
bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan
kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri.

3. Kerajaan Turki Utsmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana


yang pertama adalah pendirinya yaitu Sultan Utsman bin Ertoghrul,
kemudian dilanjutkan raja-raja setelahnya. Diantara raja yang paling sukses
adalah Muhammad Al-Fatih dan Sultan Sulaiman I.

4. Di masa Kerajaan Turki Utsmani perkembangan yang paling pesat adalah


di bidang militer dan infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu
mengalaami kemajuan berarti.

5. Kerajaan Turki Utsmani mulai mengalami masa kemunduran setelah


wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu
meneruskan jalannya pemerintahan dengan baik, sementara bangsa-bangsa

19
Eropa mengalami masa kemajuan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya
tahun1942 Republik Turki diproklamirkan menggantikan kerajaan Turki
Utsmani.

6. Asal-muasal Kerajaan Turki Utsmani adalah bangsa Turki dari kabilah


Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Di
bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan
Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat
kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus
membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu kota.

7. Setelah Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya


dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290 M
dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan
Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300 M,
bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan
kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri.

8. Kerajaan Turki Utsmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana


yang pertama adalah pendirinya yaitu Sultan Utsman bin Ertoghrul,
kemudian dilanjutkan raja-raja setelahnya. Diantara raja yang paling sukses
adalah Muhammad Al-Fatih dan Sultan Sulaiman I.

9. Di masa Kerajaan Turki Utsmani perkembangan yang paling pesat adalah


di bidang militer dan infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu
mengalaami kemajuan berarti.

10. Kerajaan Turki Utsmani mulai mengalami masa kemunduran setelah


wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu
meneruskan jalannya pemerintahan dengan baik, sementara bangsa-bangsa
Eropa mengalami masa kemajuan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya

20
tahun1942 Republik Turki diproklamirkan menggantikan kerajaan Turki
Utsmani.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Dan
apabila ada kesalahan atau kekeliruan didalam penulisan makalah ini kami harap
permakhmannya karena kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan.

21
Daftar Pustaka
Dr. Badri Yatim, M. (2003). Seajarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Dr. Fatah Syukur NC, M. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra.
Machfud Syaefuddin, d. (2013). Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Sunanto, P. D. (2011). Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Madia Group.

22
23

Anda mungkin juga menyukai