Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN BESAR

(TURKI USMANI, SAFAWI, DAN MUGHAL)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu : Nurdin Syahid, M.Ag.

Disusun oleh :

Kelompok 12 Kelas 1C

1. Nurida Siti Fatimah Zain (1212080091)


2. Putrini Sulastri Ertika (1212080094)
3. Raisa Lulu Lutfiah (1212080098)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Peradaban Islam Masa Tiga Kerajaan Besar (Turki Usmani,
Safawi, dan Mughal)” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Kami sangat berterima kasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, Bapak Nurdin Syahid,
M.Ag, yang senantiasa membimbing kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita tentang peradaban Islam pada masa tiga kerajaan
besar. Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam tugas pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sebelumnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Bandung, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1. Peradaban Islam pada masa Turki Usmani (1288-1924 M)............... 3
2.2. Peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah (1501-1736 M) ........ 8
2.3. Peradaban Islam pada masa Dinasti Mughal (1526-1857 M) .......... 12
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................ 19
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 19
3.2. Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
REKAM DISKUSI .............................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada umumnya para sejarawan membagi peradaban perkembangan
sejarah Islam ke dalam tiga periode besar, yaitu periode klasik (650
sampai 1250 M), periode pertengahan (1250 sampai 1800 M), dan
periode modern (1800 hingga sekarang).

Pada periode klasik (650-1250 M) ini dimulai sejak kelahiran Nabi


Muhammad SAW sampai didudukinya Baghdad oleh Hulagu Khan.
Adapun yang menjadi ciri periode ini, yaitu dengan mengabaikan
adanya dinasti-dinasti yang tumbuh dan tenggelam di masa Dinasti
Abbasiyah, kepala negara (khalifah) tetap dijabat oleh seorang dan
dianggap sebagai pemimpin tertinggi negara walaupun hanya sekedar
simbol. Dinasti Umayyah barat, tepatnya di Spanyol, dibawah Abd
ArRahman pada tahun 756 M, membentuk suatu khilafah tersendiri.
Dinasti Umayyah Spanyol ini dapat mempertahankan kekuasaanya
sampai tahun 1031 M.

Pada periode pertengahan (1250-1800 M) di tandai dengan jatuhnya


baghdad sampai ke penghujung abad 17. Pada tahun 1258 M
merupakan masa jatuhnya Baghdad akibat serangan pasukan Mughal.
Hal ini bukan saja mengakhiri Khalifah Abbasiyah, tapi juga sekaligus
mengawali masa kemunduran politik Islam secara drastis. Politik umat
Islam terbagi-bagi menjadi sejumlah kerajaan kecil, seperti Dinasti
Ilkhan, Dinasti Timuriyah, dan Dinasti Mamalik. Kondisi politik Islam
mulai berkembang kembali setelah terbentuknya tiga kerajaan besar,
yaitu Kerajaan Safawi di Persia, Mughal di India, dan Usmani di Turki.
Usmani merupakan kerajaan yang paling awal berdiri dan sekaligus
sebagai kerajaan yang terkuat di antara ketiganya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana peradaban Islam pada masa tiga kerajaan besar, yaitu
Turki Usmani, Safawi, dan Mughal ?
2. Bagaimana proses pembentukan kerajaan Turki Usmani, Safawi,
dan Mughal ?

1
3. Bagaimana masa kemajuan dan kemunduran kerajaan Turki
Usmani, Safawi, dan Mughal ?
4. Bagaimana sistem hukum dan pendidikan kerajaan Turki Usmani,
Safawi, dan Mughal ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan dan kepemimpinan pada
masa kerajaan Turki Usmani, Safawi, dan Mughal.
2. Untuk mengetahui masa kemajuan dan kemunduran kerajaan Turki
Usmani, Safawi, dan Mughal ?
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem hukum dan pendidikan
kerajaan Turki Usmani, Safawi, dan Mughal ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Peradaban Islam pada masa Turki Usmani (1288-1924 M)


Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam
Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah
Islam di Asia, Afrika, dan Eropa.Bangsa Turki memiliki peran yang sangat
penting dalam perkembangan peradaban Islam.Peran yang paling menonjol
terlihat dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah Bani
Abbasiyah.Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun
independen, tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khalifah Bani
Abbasiyah.Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk (1038-
1194 M).

A. Pembentukan Turki Usmani


Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina.Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia
dan Irak.Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh,
ketika mereka menetap di Asia Tengah. Tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.Kerajaan
Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil.Usmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya.Sejak itulah Kerajaan Usmanib dinyatakan
berdiri. Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan
Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-
Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi
setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya.Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M,
kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki
Usmani. Saat Usman I meninggal, dia telah mewariskan kekuasaan
Usmani dengan luas 16.000 km persegi. Dengan Negara yang baru lahir
ini, dia telah bisa menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia
telah berhasil mengancam dua kota utama Byzantium kala itu, yakni
Azniq dan Burusah. Setelah Usman meninggal pada 1326, putranya
Orkhan naik tahta pada usia 42 tahun. Pada periode ini tentara Islam
pertama kali masuk ke Eropa.Orkhan berhasil mereformasi dan
membentuk tiga pasukan utama tentara.Pertama, tentara Sipahi (tentara
regular) yang mendapatkan gaji pada tiap bulannya.Kedua, tentara Hazeb

3
(tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan
perang (Mal al-Ghanimah).Ketiga, tentara Jenisari direkrut pada saat
berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing
Islam dan disiplin yang kuat.[3] Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-
1359 M) Turki Usmani dapat menaklukkan Azumia (1327), Tasasyani
(1330 M), Uskandar (1328 M), Ankara (1354 M), Gallipoli (1356 M).
daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang pertama kali diduduki
Kerajaan Usmani. Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada saat
kerajaan ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama
Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel.Sultan Muhammad II yang
dikenal dengan Sultan Muhammad AlFatih (1451-1484 M) dapat
mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun
1453 M. Dengan terbukanya kota Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi
Turki Usmani ke benua Eropa.
Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Usmani
karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan
sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria. Luas wilayah Turki Usmani
pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia,
Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair
di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan
Rumania di Eropa.Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah
perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan Kerajaan
Turki Usmani mundur.Akan tetapi, meskipun mengalami kemunduran,
kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara
yang kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan Turki Usmani yang
memerintah hampir tujuh abad lamanya (1299-1924 M), diperintah oleh
38 Sultan.Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani
yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh
kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek
peradabannya.

B. Kemajuan Turki Usmani


Pada awalnya kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang
sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa
lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun
waktu yang lama.

a. Bidang Pemerintahan dan Militer


Para pemimpin Kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi
dengan cepat dan luas.Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan

4
Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-
mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak
factor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang
terpenting di antaranya adalah keberanian, keterampilan,
ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan
saja. Kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik
dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan
Eropa.Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur militer
Usmani berlangsung dengan baik.Pembaruan dalam tubuh organisasi
militer oleh Orkhan sangat berarti bagi pembaruan militer
Turki.Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan
anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing
dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Kemajuan dalam
bidang kemiliteran dan pemerintahan ini membawa Dinasti Turki
Usmani mampu membawa Turki Usmani menjadi sebuah Negara
yang cukup disegani pada masa kejayaannya.

b. Bidang Kebudayaan
Dinasti Usmani di Turki, telah membawa peradaban Islam menjadi
peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam bidang
kebudayaan Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting.
Dalam bidang sastra prosa Kerajaan Usmani melahirkan dua tokoh
terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang terbesar dari
semua penulis adalahMustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan
Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M). Salah seorang penyair
diwan yang paling terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang
dikenal dengan Galip Dede atau Syah Galip (1757-1799 M).adapun
di bidang pengembangan seni arsitektur Islam, pengaruh Turki sangat
dominan, misalnya bangunan-bangunan masjid yang indah. Dalam
hal pembangunan dan seni arsitek, Turki Usmani telah menghasilkan
keindahan-keindahan yang tinggi nilainya, dan bercorak khusus
sehingga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan daulah
Islam lainnya.

c. Bidang Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama merupakan sebuah factor
pentng dalam transformasi sosial dan politik seluruh
masyarakat.Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama
menjadi hokum yang berlaku.Ulama memiliki peranan penting dalam
kerajaan dan masyarakat.Mufti sebagai pejabat urusan agama
tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema

5
keagamaan yang dihadapi masyarakat.Tanpa legitimasi mufti,
keputusan hokum kerajaan bisa tidak berjalan. Kehidupan keagamaan
pada masyarakat Turki Usmani mengalami kemajuan, termasuk
dalam hal ini adalah kehidupan tarekat.Tarekat yang berkembang
ialah tarekat Bektasyi, dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini banyak
dianut oleh kalangan sipilndan militer.Tarekat Bektasyi memiliki
pengaruh yang sangat dominan dikalangan Yeniseri, sehingga
mereka sering disebut tentara Bektasyi.Sementara tarekat Maulawi
mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi
Yenisseri Bektasyi.

C. Kemunduran Turki Usmani


Keruntuhan Imperium Turki merupakan peristiwa yang kompleks bagi
sebuah transformasi masyarakat Islam dari sebuah kerajaan menuju
Negara modern. Pada proses keruntuhannya, imperium Turki Usmani
merupakan wilayah yang amat luas dan meliputi semenanjung Balkan,
Asia Kecil, Arab Timur Tengah, Mesir dan Afrika Utara.[4] Setelah Sultan
Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), Kerajaan Turki Usmani memulai
memasuki fase kemunduran.Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang
sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat.Sultan
Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Sultan Salim II (1566-1573 M).Di masa
pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Usmani
dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol,
angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para
pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Menurut Dr. Badri
Yatim, M.A. bahwa factor-faktor yang menyebabkan kerajaan Turki
Usmani mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:

1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas Administrasi pemerintahan bagi


suatu Negara yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan
kompleks, sementara administrasi pemerintahan Kerajaan Usmani
tidak beres. Di pihak lain, para penguasa vsangat berambisi
menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang
terus-menerus dengan berbagai bangsa.

2) Heteroginitas penduduk Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani


menguasai wilayah yang sangat luas, mencangkup Asia Kecil,
Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman di Asia. Mesir, Libia, Tunis,
dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani Yugoslavia, Albania,
Hongaria, dan Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh

6
penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etni, maupun adat
istiadat.Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di
wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang
teratur.

3) Kelemahan para penguasa Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni ,


Kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik
dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya
pemerintahan menjadi kacau.Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi
secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi parah.

4) Budaya korupsi Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum


terjadi dalam Kerajaan Usmani.Budaya korupsi ini mengakibatkan
dekadensi moral kian merajalela yang membuat pemerintah semakin
rapuh.

5) Pemberontakan tentara Yenisseri Pemberontakan Yenisseri terjadi


sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan
1826 M.

6) Merosotnya perekonomian Akibat perang yang tidak pernah berhenti,


perekonomian Negara merosot.Pendapatan berkurang, sementara
belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.

7) Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi Kerajaan


Usmani kurang berhasil dalam masalah pengembangan ilmu dan
teknologi,karena hanya mengutamakan kekuatan militer. Kemajuan
militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi
menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan
musuh dari Eropa yang lebih maju. Karena faktor-faktor tersebut,
Turki Usmani menjadi lemah dan kemudian mengalami kemunduran
dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya di masa modern,
kelemahan Kerajaan Usmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa
segan-segan menjajah dan menduduki daerahdaerah muslim yang
dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, terutama di
Timur Tengah dan Afrika Utara.

D. Hukum dan Pendidikan Turki Usmani


Bidang Ilmu Pengetahuan Sebagai bangsa yang berdarah militer,
Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak

7
tidak begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam
kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Kemajuan peradaban di masa Dinasti Turki Usmani juga terlihat
dari segi hukum. Menurut John L. Esposito dalam buku The Oxford
Encyclopedia of the Modern Islamic World, Khalifah Sulaiman yang
berkuasa antara 1520 sampai 1566 menjadi salah satu figur penting
kepemimpinan Dinasti Turki Usmani karena berhasil membuat produk
perundang-undangan yang menjadi panduan bagi kalangan seterusnya.
Maka dari itu dia Sulaiman diberi gelar Al-Qanuni.
Produk hukum yang disebut qanun itu mencakup aturan soal sistem
pajak, kriminal, aturan penyelaras adat masyarakat, pemerintahan, sistem
peradilan, keluarga para penguasa hingga persoalan keamanan negara.
Dalam sistem peradilan, Dinasti Turki Usmani menerapkan sistem
syariat Islam yang disebut qadhi, dan hukum di luar syariat Islam yang
disebut syurthah.
Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlalu pesat di masa
Dinasti Turki Usmani. Sebab, selama masa pemerintahan mereka diliputi
oleh peperangan.

2.2. Peradaban Islam pada masa Dinasti Safawiyah (1501-1736


M)

A. Pembentukan Dinasti Syafawiyyah


Kerajaan Shafawiyyah didirikan oleh Syah Ismail I pada tahun 907
Hijriyah atau 1501 Masehi di Tabriz, ibu kota Kerajaanlaq Kayunla.
Alaq Koyunla adalah kerajaan Suku Turki yang berada di wilayah Iran
bagian Barat. Cikal bakal Dinati Safawiyyah ini bersal dari tradisi Sufi
yag didirikan pada tahun 1301Masehi di Andalusia oleh Safi Al-Din
yang dari namanya ini kemudian hari dijadikan sebagai nama kerajaan
Safi Al-Din , selaim guru tarekat (Mursyid), pedagang dan politis, beliau
juga merupakan pelindung kaum miskin dan kaum lemah . Misi yang
dikembangkan Safi Al-Din adalh mengislamkan orang Mongol yang
waktu itu menjadi penganut agama Budha dan mengembangkan nilai-
nilai Sunni.

Proses Terbentuknya Kerajaan Safawi di PersiaKerajaan ini


berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,Sebuah kota
di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, yang berasal
dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus tarekat ini
menjadi gerakan politik.

8
Safi al Din Al Ardabily adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang
Ketujuh . Al-Khazim. Oleh karena itu dia masih keturunan Rasulullah
darigaris puterinya Siti fatimah. Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di
Persia pada1501 M/907, tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya
sebagai raja atausyah di Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan
menjadikan Syiah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang
penting ini tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup
panjang yakni kurang lebih dua abad . Sejak Safi Al Din mulai
memimpin tarekat safawiyah sampai kepada Syah Ismail
memproklamirkanberdirinya kerajaan safawi pada tahun 1501,
tarekatsafawi mengalami dua fase dalam perjuangannya.Pada masa
1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni
gerakankeagamaan (kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai sarana.
Pengikutnya menyebar dari Persia, Syiria dan Anatolia.Pada masa 1447-
1501 M tarekat safawi berubah menjadi gerakan politik(struktural),
dengan pemimpinnya Junaid bin Ali. Perubahan ambisi politik pada diri
Junaid. Karena Junaid seorang pemimpin tarekat, maka pengikutnya pun
dijadikan pasukan yang diberi nama Qizilbas (surban merah yang
berumbai dua belas sebagai simbol Syiah Imamah Dua Belas). Tapi
usaha Junaid masih mengalami kegagalan dalam karena selalu gagal
dalam menaklukkan beberapa daerah seperti Ardabil dan Chircasia,
bahkan dalam tahun 1460 M mati terbunuh.Kemudian digantikan
anaknya yang bernama Haidar, tapi belum berhasil juga. Sebelum
meninggal, Haidar menunjuk adiknya yang paling kecil bernama Ismail.
Setelah berhasil menaklukkan kota Tabriz, Ismail kenudian
memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawi, dengan Syiah Itsna
asyariah sebagai ideologi negara pada tahun 1501 M.
• Isma’il I ( 1501-1524M)
• Tahmasp( 1524-1576)
• Isma’il II (1576-1577 M)
• Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
• Abbas I (1587-1628 M)
• Safi Mirza (1628-1642 M)
• Abbas II (1642-1667 M)
• Sulaiman (1667-1694 M)
• Husein I (1694-1722 M)
• Tahmasp II (1722-1732 M)
• Abbas III (1732-1736 M)

B. Kemajuan Kerajaan Syafawiyyah

9
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.
Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu
stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa
wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz,
Sirwan dan sebagainya, yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan
Usmani.
Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di
bidang politik, melainkan bidang lainnya juga mangalami kemajuan.
Kemajuan-kemajaun itu antara lain:

1.Bidang Ekonomi Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan


penguasaan atas Kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah
menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur
perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sektor perdagangan,
Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama
hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertile
Crescent).

2. Bidang Ilmu Pengatahuan Sepanjang sejarah Islam Persia dikenal


sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan
yang selalu hadir di Majelis Istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi,
generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan
Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog
dan seorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan
lebah. 


3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni Kemajuan bidang seni arsitektur


ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid,
sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan
Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata
yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162
masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan
benda seni lainnya.

4. Kemajuan di Bidang Politik


Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada masa
Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang
baru di capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja
yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi

10
sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian
hari. Dia telah memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan
menetapkan Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga telah
memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah
dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya

C. Kemunduran Kerajaan Syafawiyyah


 Faktor internal:
1. Terjadinya dekandeni moral yang melanda seebagian pemimpin
kerjaan Safawi,yang juga ikut mempercepat proe kehancuran kerajaan ini
2. Seringnya terjadi konflik imtern dalam bentuk perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana
3. Para paukan Ghulam (budak-budak)yang dibentuk Abbas I
ternyata tidak memiliki emangat perjuangan yang tinggi.Hal ini di
sebababkan karena tidak memiliki ketahan mental dan tidak
dopersiapkan secara terlatih serta tidak memiliki bekal rohani.
4. Para Syaikh kurang memiliki bakat dan kecakapan untuk mempin
negara.Hampir seluruh penguasa kerajaan Safawi tidak menyiapkan
kader calon penggantinya ecara baik ehingga keturunan kerajaan hanya
mengandalkan haknya sebagai pewaris pewaris kerajaan tangpa berusaha
secara maksimal untuk melatih kemiliterannya dan mencari pengalaman
menjasi pemimpin luar istana.

 Faktor Eksternal
Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan
Usmaniyyah.Berdirinya kerajaan Safawiyyah yang beraliran Syi’ah
merupakan ancaman bagi wilayah keuasaan Usmaniyyah sehingga tak
pernah ada perdamaian antara keduanya, meskipun pernah sempat
tercapai perdamaian pada massa Syaikh Abbas I , namun taka lama
kemudian Abbas I melanjutkan konflik tesebut.

D. Pendidikan Kerajaan Syafawiyyah


Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah
berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu
Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-
Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad,
filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan
observasi tentang kehidupan lebah.

11
Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog
dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia
menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang
matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia
ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam
bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju
dibanding Mughal dan Usmani.
Berdasarkan data diatas maka ada beberapa fakta pendidikan pada saat
itu, yaitu:
1.Banyak kaum terpelajar pada saat itu.
2. Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan
pendidikan. Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan,
dalam data versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
3. Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh
para kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun
lembaga pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim
Advard (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain (1687)
4. Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan
paham syiah, oleh sebab itu para penguasa pada waktu itu mendatangkan
para pengajar dan buku-buku sertakurikulum yang mempropagandakan
paham syiah dari libanon dan daerah syiah lainnya.
pendidikan pada masa disasti safawi, didominasi oleh tiga jenis
pendidikan, pertama pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti
untuk menetapkan paham syiah. Kedua pendidikan estetika dan
penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector
industry dan perdangan dinasti safawi. Dan ketiga yaitu pendidikan
militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat
armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan
profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.

2.3. Peradaban Islam pada masa Dinasti Mughal (1526-1857 M)


A. Pembentukan Dinasti Mughal
Kerajaan Mughol di India merupakan salah satu kerajaan Islam
terbesar di dunia yang tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah
peradapan umat Islam. Pendiri kerajaan ini adalah Zahiruddin
Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti singa. Pada saat ayahnya
Umar Syaikh meninggal pada Juni 1494 M, Babur yang ketika itu
berusia 11 tahun langsung diangkat menjadi penguasa Fargana.
Sekalipun masih muda, namun semangatnya tampak lebih matang, hal ini
terbukti pada 1496 M, walaupun belum berhasil, ia telah mencoba
menaklukkan Samarkand. Dan dalam serangan berikutnya tahun 1497 M,
Samarkand dapat ditaklukkan. Kemudian, ia menduduki kekuasaan di

12
Kabul, ibu kota Afghanistan, dan segera memusatkan perhatiannya pada
India. Kala itu, India dikuasai oleh Ibrahim Lodi dari Kesultanan Delhi
yang pemerintahannya sedang tidak stabil. Babur kemudian memimpin
bala tentaranya menuju Delhi dan terjadilah Pertempuran Panipat I pada
21 April 1526 M. Ibrahim Lodi bersama ribuan pasukannya meninggal
dalam serangan itu, dan tidak lama kemudian Babur mendirikan
Kesultanan Mughal.
Sepeninggal Babur, tahta kerajaan Mughol diteruskan anaknya
yang bernama Humayun. Sekalipun Babur berhasil menegakkan Mughol
dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja menghadapi banyak
rintangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur di Syah,
penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang
dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ini ia menyusun kekuatannya selama 15 tahun. Pada saat
itu Persia dipimpin oleh Tahmasp. Humayun berhasil menegakkan
Mughol kembali pada tahun 1555 M. Setahun kemudian, yakni tahun
1556 ia meninggal.
Sepeninggal Humayun, tahta Mughol dijabat putranya yaitu Akbar
(1556-1603 M) ketika itu ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut
Syi'ah. Diantara musuh Akbar yang paling besar adalah kekuatan Hemu
yang telah menguasai Agra dan Gwalior, pasukan Hemu ini berusaha
memasuki kota Delhi. Bairam Khan mengerahkan pasukan yang besar.
Pertempuran ini dikenal sebagai pertempuran Panipat II, terjadi tahun
1556. dalam peperangan ini, Bairam Khan menang sehingga wilayah
Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Ketika dewasa, Akbar berusaha
menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham Syi'ah.
Bairam mengadakan pemberontakan yang segera dapat dipadamkan oleh
Akbar dalam pertempuran di Jullandur tahun 1561 M. Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menadai berdirinya Mughol sebagai sebuah
kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke
arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia,
dikuasai oleh Mughol.
Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughol di India.
Beberapa kebijakan yang ditempuh Akbar antara lain membntuk sistem
pemerintahab Militeristik. Ia mempercayakan pemerintahan daerah
kepada Sipah Salar (kepala komandan), sedang wilayah distrik
dipercayakan pada kepemimpinan faudjar (komandan). Seluruh pejabat
sipil diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran. Selain itu, Akbar
menempuh kebijakan politik sulakhul (toleransi universal). Politik ini
mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya.

13
Secara umum, politik sulakhul ini berhasil menciptakan kerukunan
masyarakat India yang sangat beragam suku dan keyakinannya.
Kemajuan Akbar dipertahankan oleh penerusnya yakni Jehangir
(1605-1627) dan Syah Jihan (1628-1658), dan Aurangzeb (1659-1707).
ketiganya merupakan raja-raja besar Mughol yang didukung oleh
kekuatan militer yang besar. Pada masa Syiah Jihan kaum pendatang
Portugis yang bermukim di Hugli Bengala menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan mereka dengan menarik pajak besar dari
para pedagang setempat. Selain itu mereka dicurigai menyebarkan ajaran
Kristen kepada anak-anak. Pada tahub 1632 Syah Jihan segera
mengeluarkan perintah pengepungan wilayah ini dan mengusir orang-
orang portugis keluar dari Bengala.
Sepeninggal Syah Jihan tahun 1658, terjadilah perebutan
kekuasaan tahta kerajaan di kalangan istana. Murad menobatkan diri
sebagai raja di Ahmadabad. Di Bengala terdapat Shuja yang mengklaim
sebagai raja. Ia bergerak memasuki pusat pemerintahan Delhi. Pasukan
kerajaan yang dipimpin Aurangzeb berhasil mengalahkan dalam
peperangan di Bahadurpur tahun 1658. selanjutnya Aurangzeb
memerangi pasukan Murad dan ia berhasil mengalahkan Murad. Setelah
itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan sebagai raja Mughol pada bulam
Mei 1959 dengan gelar Abul Muzaffar Muhyiddin Muhammad
Aurangzeb Alamgir Padshah Ghazi. Ia mengawali kebijakan dengan
menghapuskan sejumlah pajak, menurunkan harga makanan dan
berjuang keras memberantas tindak korupsi. Sebagai seorang
cendekiawan yang berkuasa, ia merancang penyusunan sebuah buku
risalah hukum Islam untuk diberlakukan di wilayah India. Risalah hukum
Islam ini dinamakannya Fattawa Alamgiri. Ia juga seorang pejuang dan
jenderal yang cakap yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam
pertempuran. Ia meninggal pada tahun 1707 di Ahmadnagar.

Raja-raja yang pernah menjabat Dinasti Mughal :


 Zahiruddin Muhammad (Babur) (1526-1530 M)
 Nasiruddin Muhammad (Humayun) (1530-1540 M dan 1555-
1556 M)
 Jalaluddin Muhammad (Akbar-i-Azam) (1556-1605 M)
 Nuruddin Muhammad Salim (Jahangir) (1605-1628 M)
 Shahabuddin Muhammad Khurram (Shah Jahan) (1628-1658 M)
 Muhiuddin Muhammad (Alamgir/Aurangzeb) (1658-1707 M)
 Muhammad Mu'azzam (Bahadur Shah Alam) (1707-1712 M)
 Mu'izuddin Muhammad (Jahandar Shah) (1712-1713 M)
 Farrukhsiyar (1713-1719 M) Rafi ud-Darajat (1719 M) Rafi ud

14
 Daulah (Shah Jahan II) (1719 M)
 Roshan Akhtar (Muhammad Shah) (1719-1748 M)
 Ahmad Shah Bahadur (1748-1754 M)
 Azizuddin (Alamgir II) (1754-1759 M)
 Muhi-ul-Millat (Shah Jahan III) (1759-1760 M)
 Ali Gauhar (Shah Alam II) (1760-1788 M)
 Bidar Bakht (Jahan Shah IV) (1788 M)
 Mirza Akbar (Akbar Shah II) (1806-1837 M)
 Abu Zafar Sirajuddin Muhammad (Bahadur Shah II) (1837-1857
M)

B. Kemajuan Dinasti Mughal


Kesultanan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Akbar (1556-1605 M). Stabilitas politik yang berhasil
diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan dibidang
perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban.

1. Kemajuan Bidang Ekonomi


Daulah Mughal dapat melaksanakan kemajuan di bidang ekonomi
lewat pertanian pertambangan dan perdagangan. Di sektor pertanian,
hubungan komunikasi antara petani dengan pemerintah diatur dengan
baik. Pengaturan itu lewat lahan pertanian. Ada yang disebut dengan
Deh yaitu merupakan unit lahan pertanian yang terkecil. Beberapa
Deh bergabung dengan Pargana (desa). Komunitas petani dipimpin
oleh seorang Mukaddam. Maka melalui para Mukaddam itulah
pemrintah berhubungan dengan petani. Pemerintah mematok bahwa
negara berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil
pertanian yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang,
tebu, sayur-sayuran, rempahrempah, tembakau, kapas dan bahan-
bahan celupan. Hasil pertanian ini, selain untuk kebutuhan dalam
negeri, juga dapat di ekspor ke luar negeri, seperti ke Eropa, Afrika,
Arabia, Asia Tenggara. Untuk meningkatkan produksi, Sultan
Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan Belanda (1617 M)
mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di tanah Surat. Pada
masa pemerintahan Aurangzeb, pajak dihapuskan, harga bahan
pangan diturunkan, dan korupsi diberantas.

2. Kemajuan Bidang Seni Budaya


Kemajuan di bidang ekonomi berdampak baik bagi kemajuan di
bidang seni budaya. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra

15
gubahan para penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun
berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Muhammad
Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar yang
berjudul Padmayat berisi tentang kebajikan jiwa manusia. Pada masa
Aurangzeb muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan
karyanya Aini Akhbari berisi tentang sejarah kerajaan Mughal
berdasarkan pimpinannya. Seni arsitektur merupakan bidang yang
mencapai kemajuan terbesar kerajaan Mughol. Sejumlah bangunan
peninggalan Mughol yang indah dan mengagumkan masih dapat
disaksikan hingga sekarang. Misalnya Istana Fatpur Sikri di Sikri,
Villa, dan sejumlah masjid indah yang dibangun Akbar, masjid
berlapiskan mutiara dan Tajmahal di Agra yang dibangun oleh Syekh
Jihan, Masjid Agung Delhi dan istana di Lahore.

Selama satu setengah abad, India di bawah Daulah Mughal menjadi


salah negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian dunia, dengan
jaringan barang-barangnya yang mengusai Eropa, Timur Tengah,
Asia Tenggara, dan Cina. Selain itu India Mughal juga memiliki
pertahanan militer yang tangguh dan kuat yang jarang tandingannya.

C. Kemunduran Dinasti Mughal


Tetapi setelah Aurangzeb (1707 M) kekuasaan pemerintahan
Daulah Mughal diduduki oleh sultan-sultan yang lemah. Sementara itu di
pertengahan abad ke-18 Inggris sudah menancapkan kukunya di India.
Pada tahun 1761 M, ia sudah menguasai sebagian wilayah yang dulu
dikuasai Daulah Mughal.
Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh Inggris dan penguasa
Mughal dan rakyat berada di bawah tekanan Inggris. Karena rakyat
merasa ditekan, maka mereka baik yang beragama Hindu maupun Islam
bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur
Syah untuk menjadi lambang perlawanan dalam rangka mengembalikan
kekuasaan Daulah Mughal di India. Dengan demikian, pada tahun 1857
M, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap penjajahan Inggris tetapi
ia dapat dikalahkan Inggris karena Inggris mendapat bantuan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim.
Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam
terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah
ibadah, banyak yang dihancurkan dan Bahadur II, sultan terakhir Daulah
Mughal diusir Inggris dari istananya. Dengan dimikian berakhirlah
kekuasaan Daulah Mughal di daratan India dan yang tinggal di sana
adalah umat Islam yang mesti mempertahankan eksistensi mereka.

16
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehancuran Daulah
Mughal, di antaranya sultan-sultan yang diangkat setelah Sultan
Aurangzeb adalah orang-orang lemah yang tidak mampu membenahi
pemerintahan, ditambah lagi kemerosotan moral, hidup bermewah-
mewah di kalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam
pengeluaran uang negara. Selain itu adanya penjajahan dari negara
Inggris yang dapat menjatuhkan Bahadur II dan Dinasti Mughal.

D. Hukum dan Pendidikan Dinasti Mughal


1. Sistem Hukum Dinasti Mughal
Dinasti Mughal berkarakter militeristik, sultan sebagai penguasa
diktator, pemerintah daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala
komandan), sedang subdistrik dipegang oleh faujdar (kepala
komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan
yang bercorak kemiliteran. Bahkan pejabat-pejabat itu memang
diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Meskipun dalam praktek
keagamaan lebih bercorak filosofis sufistik sebagaimana akan
dijelaskan kemudian.
Pada masa Dinasti Mughal ada dua pemimpin yang cukup
menonjol dalam bidang agama dan penerapan hukum yakni; Sultan
Akbar (1556-1605 M) menjalankan gagasan Din Ilahi (Agama
ketuhanan) dan politik Sulakhul (toleransi universal). Politik ini
mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya.
Mereka tidak dapat dibedakan karena perbedaan etnis atau agama.
Kemudian Aurangzeb (1658-1707 M) memperlopori lahirnya sebuah
peraturan kitab ibadah dan muamalah umat Islam yang dinamakan
Fatawa-i Alamghiriyyah terdiri dari enam jilid tebal dengan rujukan
umat mazhab Hanafi, yang juga disebut Fatawa al-Hindiya.

2. Sistem Pendidikan Dinasti Mughal


1) Lembaga Pendidikan
a. Pendidkan Dasar yang dilaksanakan di Masjid (Maktab).
Bidang ilmu yang dipelajari adalah pendidikan agama.Semua
masjid selalu mempunyai sekolah rendah pada saat itu.
b. Pendidikan lanjutan yaitu madrasah.
Bidang ilmu yang dipelajari adalah pendidikan moral. Ini
berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap
pembinaan agama dengan membangun sejumlah masjid,
bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam dan ajaran
Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya,

17
pihak kerajaan juga telah menyediakan madrasah-madrasah
khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga disediakan
bagi orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian,
disamping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu
pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak
muslim dan Hindu belajar bersama.
c. Pendidikan tinggi atau universitas.
Bidang ilmu yang dipelajari adalah ilmu profesi. Dalam
perkembangannya, masjid raya telah berkembang menjadi
sebuah universitas. Universitas untuk kekhususan ilmu seperti
ilmu tafsir dan hadits, fiqh berbagai madzhab, ilmu
kedokteran dan falsafah, ilmu pasti, ilmu music dan ilmu
eksak lainnya. Di masa Syah Jahan didirikan perguruan tinggi
di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di
Lucknow sehingga banyak ilmuan yang belajar di India.
Sedangkan Aurangzeb dikenal banyak orang sebagai lelaki
yang shaleh, adil, keras dan energik yang menjadi teladan
kerajaan Islam. Hidupnya ditandai kesederhanaan dan tenaga
yang tak terbatas. Dialah yang paling terpelajar di antara
semua penguasa Mughal.

2) Perpustakaan
Selain itu, pihak dinasti juga menyediakan perpustakaan yang
bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Akbar dikenal sebagai raja
yang gemar membaca dan mengoleksi buku. Pada era ini juga
banyak buku-buku terjemahan yang diterbitkan.

3) Khanqah (Pesantren)
Pencetus Khanqah atau pesantren yang dipimpin oleh ulama atau
wali. Khanqah pada era ini merupakan pusat studi Islam yang
dinilai baik. Di Khanqah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan
seperti matematika, mantik atau logika, filsafat, tafsir Qur’an,
Hadits, Fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa itu
merupakan Bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran agama Islam.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tiga kerajaan Islam penting diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad
16: Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Syafawiyyah di Persia, dan
Kerajaan Mughal di India. Tiga Kerajaan penting tersebut tampak lebih
memusatkan pandangan mereka pada tradisi demokratis Islam, dan
membangun imperium absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum
dijalankan dengan ketepatan sistematis dan birokratis dan berbagai kerajaan
mengembangkan sebuah administrasi yang rumit.

Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam


setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada
masa tiga kerajaan besar ini berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada
masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Di
bidang intelektual, kemajuan di zaman klasik. Dalam bidang ilmu
keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar
yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad
yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang masih berada
dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak, hasil
pemikiran bebas yang mandiri. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada
masa ini terdapat dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama
arsitektur.

3.2. Saran
Makalah ini tentunya banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kririk dan sarannya dari berbagai pihak
manapun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya pada pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA
Sewang, Anwar. (2017). “Sejarah Peradaban Islam”,
http://repository.stainparepare.ac.id/1058/1/Sejarah%20Peradaban%20Islam.pdf

Nasution, Syamruddin. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Riau : Yayasan Pusaka


Riau,
http://repository.uinsuska.ac.id/10391/1/Sejarah%20Peradaban%20Islam.pdf

Ningsih, Widya Lestari. (2021). “Kesultanan Mughal: Sejarah, Raja-raja, Masa


Kejayaan, dan Peninggalan". Diakses pada 29 November 2021, dari
https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/03/110000779/kesultanan-mughal--
sejarah-raja-raja-masa-kejayaan-dan-peninggalan?page=all

Dedi Supriyadi Sejarah peradaban Islam( Bandung penerbit pustaka setia,2008)


https://m.republika.co.id/berita/qav9y5385/sejarah-isam-masa-kerajaan-safawi

Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta :UIN Jakarta press,2007


Badri Yatim , Sejarah Peradaban Islam ,Jakarta: Rajawali press 1993

http://digilib.uinsby.ac.id/366/4/Bab%201.pdf

https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/legitimasi/article/download/338/317

20
REKAM DISKUSI

1) Pertanyaan 1 dari Silvi Sharfina (Kelompok 11)


Dijawab oleh Nurida Siti Fatimah Zain
Pertanyaan : Apa hikmah yang dapat diambil dari dinasti2 ini ?
Jawaban : Dalam bidang hukum,dinasti Turki usmaniyah telah berhasil
membuat produk perundang-undangan yang menjadi panduan bagi
kalangan seterusnya.
Selain itu berkembangnya ilmu pendidikan terdapatnya perpustakaan dan
pesantren,di bidang kebudayaan terdapat Taj Mahal dari dinasti mughal
yang dapat kita kunjungi hingga saat ini.

2) Pertanyaan 2 dari Siti Nurhaliza (Kelompok 10)


Dijawab oleh Putrini Sulastri Ertika
Pertanyaan : Apa penyebab kegagalan upaya pada tahun 1496 M
yang dilakukan babur dan apa upaya yg dilakukan babur untuk
menaklukkan Samarkand ?
Jawaban : Pada tahun 1496 M saat itu Samarkand diperintah oleh Sultan
Baisanghar Mirza dan disana sedang terjadi perang saudara. Babur beserta
anak buahnya maju untuk mengepung Samarkand, dan di tengah
perjalanan Babur bertemu dengan Sultan Ali, yang merupakan saudara
dari Baisanghar, ingin balas dendam kepada Baisanghar dan Sultan
Mas’ud yang sedang jatuh cinta dengan wanita Samarkand. Ketiga
pangeran tersebut mengepung kota Samarkand selama tiga sampai empat
bulan, tetapi ketika musim dingin datang mereka menyudahi
pengepungan tersebut. Babur dan Sultan Ali mengatur perencanaan
pengepungan di tahun depan, Sultan Ali kembali ke Bukhara untuk
membuat persiapan pengepungan tahun depan. Sementara itu setelah
mendapatkan cinta istrinya Sultan Mas’ud kembali ke negaranya.
Walaupun pengepungan kota Samarkand yang pertama ini gagal, namun
Babur tetap bersemangat untuk melanjutkan misinya.

Babur menghabiskan musim dinginnya untuk membuat persiapan


serangan ke Samarkand dengan cermat. Setelah semuanya sudah siap
Babur bergerak menuju Samarkand. Sementara itu Sultan Samarkand,
Baisanghar menyadari bahwa saudaranya, Sultan Ali, telah memperbarui
serangan untuk melawannya. Dengan bergabung dengan Sultan Ali, Babur
bergerak maju menuju Samarkand, Shiraz dapat ditundukkan. Babur
mengepung Samarkand selama tujuh bulan. Pada saat itulah Sultan
Baisanghar beserta 300 pengikutnya menderita kelaparan dan melarikan
diri ke Qunduz (untuk mencari perlindungan kepada Khosru Shah).

21
Jadi
- Faktor kegagalan Babur menaklukan Samarkand pada tahun 1496 M =
Adanya penundaan untuk direncanakan penaklukan di tahun depan.
- Faktor kemajuan Babur menaklukan Samarkand pada tahun 1497 M =
Telah dimilikinya perencanaan yang matang bersama Sultan Ali untuk
menaklukan Samarkand.

3) Pertanyaan 3 dari Siti Rahma (Kelompok 14)


Dijawab oleh Raisa Lulu Lutfiah
Pertanyaan : Apakah ada alasan lain selain aliran syiah yang
membuat usmaniyah dan syafawiyah perang ?
Jawaban : Hal ini mulai tampak ketika gerakan tarekat dipimpin pleh
Junaid (1447-1460M). Junaid memperluas kegiatan politik pada kegiatan
keagamaan.Perluasan kegiatan ini mendapatkan hambatan hambatan.Salah
satunya dari penguasa Qara Qayunlu dan Aq Qayunlu yang merupakan 2
suku terkuat Turki.Sehingga terjadi konflik antar Jumaid dengan penguasa
Turki Keterlibatan tarekat Syafawiyyah dalam perpolitikan yang semakin
besar yang berkuasa saat itu yaitu Turki Utsmani.

22

Anda mungkin juga menyukai