Anda di halaman 1dari 23

KELAHIRAN DINASTI-DINASTI ISLAM DI ERA

PERTENGAHAN PADA TIGA KERAJAAN BESAR


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr. Solihah Titin Sumanti, M.Ag

DISUSUN OLEH:
SEM.II/IKOM 4
KELOMPOK 10

DHABITA AZKA LUBIS (0603223178)


NAQIL SAYYAF AL-MUJAHID (0603223083)
RAHMI HILDA YANTI LUBIS (0603223176)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UIN SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan
tugas makalah yang diberikan.

Shalawat berangkaikan salam mari kita hadiahkan kepada baginda nabi besar kita
Muhammad SAW, semoga kita semua serta orang terdekat kita mendapatan
syafa’at Beliau di Yaumul Mahsyar kelak. Adapun tujuan utama penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan judul
makalah ini adalah Kelahiran Dinasti-Dinasti Islam di Era Pertengahan Pada Tiga
Kerajaan Besar.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya penglaman yang kami miliki, serta pengetahuan yang
diperoleh baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.

Medan, 12
Juni 2023

Kelompok 11
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB I……………………………………………………………………………….

1. Latar belakang………………………………………………………………
2. Rumusan masalah…………………………………………………………..
3. Tujuan masalah……………………………………………………………..

BAB II……………………………………………………………………………

A. Kelahiran Dinasti-Dinasti Islam di Era Pertengahan Pada Tiga Kerajaan


Besar………………………………………………………………………..
B. Perkembangan Tiga Kerajaan Besar di Era Pertengahan…………………..
C. Kemajuan-kemajuan pada tiga kerajaan besar di era pertengahan…………

BAB III: Kesimpulan ……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab berakhirnya zaman
keemasan Islam ini. Namun, yang paling signifakan adalah akibat adanya
serangan dari bangsa Mongol yang menghancurkan Baghdad beserta
dengan perustakaan dan pusat ilmu pengetahuan terlengkap pada masa itu,
Bayt Al Hikmah.Serangan dari bangsa Mongol ini juga
menyebabkan kekuatan politik Islam menjadi terpecah belah. Dimana
wilayah kekuasaan Islam tidak lagi berada dalam satu kesatuan besar, yang
dipimpin oleh satu pemimpin yang menjadi khilafah sebagai pusat
pemerintahan. Kondisi politik Islam mulai berkembang kembali dan mulai
menunjukan kemajuan setelah munculnya tiga kerajaan besar Islam yang
letaknya saling berjauhan. Ketiga kerajaaan besar tersebut, Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Syafawi di
Persia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tiga kerajaan besar yang lahir di era pertengahan tersebut?
2. Bagaimana perkembangan tiga kerajaan besar tersebut ?’
3. Apa saja kemajuan-kemajuan yang dialami tiga kerajaan besar tersebut?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tiga kerajaan besar tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tiga kerajaan besar.
3. Untuk mengetahui kemajuan- kemajuan tiga kerajaan besar tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelahiran Dinasti-Dinasti Islam di Era Pertengahan Pada Tiga


Kerajaan Besar

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbasiyah


mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini bisa bertepatan dengan
kedatangan pemimpin dengan kekuatan militer di provinsi tertentu, membuat
mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah saat itu
mengalami kemunduran. Dengan demikian, para penguasa Abbasiyah
mempekerjakan profesional militer, terutama tentara Turki, dengan sistem
perbudakan baru. Perekrutan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan
selanjutnya ternyata justru membuat ancaman besar terhadap kekuasaan
khalifah. Terlebih-lebih lagi pada periode pertama pemerintahan dinasti
Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’u arabiyah
(kebangsaan/ anti Arab).

Gerakan syu’u arabiyah inilah yang sangat banyak memberikan inspirasi


terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan.
Nampaknya, para khalifah tidak menyadari bahaya politik fanatisme nasional
dan agama. Meskipun dapat dirasakan di hampir semua bidang kehidupan
seperti sastra dan karya ilmiah, namun mereka tidak serius untuk
menghilangkan fanatisme tersebut, bahkan ada yang terlibat dalam konflik
kebangsaan dan agama itu.

Periode disintegrasi ini terjadi setelah periode pertama pemerintahan


Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Pada periode berikutnya, kekuasaan
dinasti ini mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politik. Salah
satu alasannya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan
kelemahan khalifah untuk mempertahankan kekuasaan.

Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah


Abbasiyah merupakan awal periode kelima. Pada periode ini, khalifah
Abbasiyah sudah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu,
walaupun sangat banyak dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup
besar, namun yang terbanyak adalah dinasti dinasti kecil. Para khalifah
Abbasiyah, sudah merdeka dan bekuasa kembali, tetapi hanya Baghdad dan
sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini meunjukkan
kelemahan politiknya. Pada masa inilah para militer militer tentara Mongol dan
Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurkan tanpa
perlawanan serius dan tidak berarti. Penghancuran Baghdad oleh invasi tentara
Mongol menandai bahwa awal babak baru dalam sejarah Islam, awal babak
baru itu disebut Abad Pertengahan.

Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat para militer tentara


Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran/penurunan secara
ekstrem. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil
yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol, namun
kesusahan tidak berhenti sampai disitu. Keadaan politik umat Islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan setelah muncul dan bekembangnya tiga
kerajaan besar, diantaranya :

1) Usmani di Turki
2) Mughal di India
3) Safawi di Persia.

Kerajaan Usmani adalah yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan
paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Berikut akan kami
jelaskan bagaimana perkembangan tiga kerajaaan tersebut.

B. Perkembangan Tiga Kerajaan Besar di Era Pertengahan

1. TURKI USMANI
Selepas Usman mengumumkan bahwasa dirinya sebagai Padisyah al
Usman (raja besar keluarga Usman), sedikit demi sedikit, perlahan demi
perlahan wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Menyerang daerah perbatasan
Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun
1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan
(1326-1359 M) , kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327
M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan
Galipoli (1356 M). Daerah-daerah tadilah yang pertama kali diduduki kerajaan
Usmani, ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain
memperkuat keamanan dalam negeri, ia memperluas wilayah hingga ke benua
Eropa. Ia berhasil menaklukkan Adanopeli yang menjadi ibu kota Kerajaan
Baru. Paus, prihatin dengan perluasan kekaisaran ke Eropa, mengipasi
keinginan untuk berperang. Banyak pasukan sekutu dari Eropa telah bersiap
untuk menghadapi pasukan Utsmaniyah, tetapi Sultan Bayezid I berhasil
mengalahkan pasukan sekutu Kristen Eropa. Ekspansi Bayezid I dihentikan
oleh pasukan Timurid dan serangan di Asia Kecil. Selama tahun 1402 M terjadi
pertempuran besar dimana tentara Turki dikalahkan.

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II (1451-1484 M), Kekaisaran


Turki Utsmaniyah mengalami kemajuan. Ia berhasil mengalahkan Kekaisaran
Bizantium dan merebut Konstantinopel pada tahun 1453 M, yang merupakan
kekuatan terakhir dari Kekaisaran Romawi Timur. Kemudian, pada masa
pemerintahan Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi kekaisaran tersebut
dilakukan ke Timur, dengan berhasil menaklukkan wilayah seperti Persia,
Suriah, dan Mesir. Putranya, Sulaiman I (1520-1526 M), melanjutkan ekspansi
ini dengan menaklukkan Irak, Bulgaria, Kepulauan Rhodes, Tunisia, dan
Yaman. Pada masa pemerintahan Sulaiman I, Kekaisaran Turki Utsmaniyah
mencapai puncak kejayaannya, karena berhasil menyatukan wilayah yang
meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan,
Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria, dan Rumania, yang membentang hingga
batas sungai Danube dan mencakup tiga lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah,
dan Laut Hitam. 1

Usmani berhasil menaklukkan Mesir, Kekaisaran Utsmaniyah tetap


mempertahankan sistem sosial yang ada dengan beberapa penyesuaian. Mereka
melakukan restrukturisasi pemerintahan yang lebih terpusat dengan menunjuk
beberapa Gubernur militer dan pejabat keuangan untuk memastikan
pengumpulan pajak dan penyaluran surplus pendapatan ke Istanbul. Peran
utama pemerintahan Utsmaniyah adalah menjaga stabilitas negara ini,
melindungi sektor pertanian, irigasi, dan perdagangan untuk memastikan aliran
pendapatan pajak yang stabil.

Selama abad pertama dan pertengahan pemerintahan Kekaisaran


Utsmaniyah, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian mengalami
pertumbuhan yang signifikan, dan perdagangan dikembangkan melalui
pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir. Ini
adalah perkembangan yang terjadi dalam kerajaan Utsmaniyah yang selalu
mengalami pergantian penguasa dalam upaya mempertahankan kekuasaannya.
Di antara para penguasa, mereka memimpin dengan tegas untuk
mempertahankan warisan nenek moyang agar tidak jatuh ke tangan penguasa
lain. Hal ini terbukti dengan adanya pemimpin yang saling melengkapi satu
sama lain dalam upaya mencapai kejayaan dengan meraih segala hal yang
membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat.

2. KERAJAAN MUGHAL DI INDIA


Mughal adalah sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal
dari wilayah Asia Tengah dan merupakan keturunan Timur Lenk, seorang
Turki-Mughal yang lahir di Kesh di Transoksania (Turkistan) pada tahun 1336.
Pemimpin-pemimpin mereka dikenal sebagai pemeluk Islam yang fanatik, dan

1
Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,1993,
p. hal 211
pada tahun 1398 mereka melakukan serangan pertama ke India. Selain itu,
mereka menunjuk Khizer Khan sebagai gubernur di Multhan dan wakil mereka
di India. Timur Lenk meninggal pada usia 70 tahun pada tahun 1405, dan
tahtanya diwariskan kepada anaknya, Syah Rukh Mirza. India kemudian
ditaklukkan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu keturunan Timur
Lenk, pada tahun 1503.
a) Humayyun (1530-1540 M dan 1555-1556 M)

Babur memiliki empat putra, yaitu Humayun, Kamran, Hindal, dan


Aksari. Hanya Humayun yang melanjutkan kekuasaan ayahnya. Humayun
lahir di Afganistan pada bulan Maret 1508. Ketika berusia 20 tahun, ia
memerintah di Badakshan sementara ayahnya masih memegang kekuasaan.
Selama pemerintahannya, Humayun berhasil menguasai Kalanjir, Chunar,
Malwa, dan Gujarat.2

Selama masa pemerintahannya, negara mengalami ketidakstabilan


karena banyaknya perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada tahun 1540,
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj. Dengan
bantuan dari raja Persia, ia berhasil membangun kembali kekuatannya.
Setelah merasa cukup kuat, ia melakukan serangan balasan dan berhasil
menguasai India kembali pada tahun 1555 M.3

Setelah memperluas wilayah kekuasaannya, ia mengambil bagian dalam


serangan di Bengal untuk membantu penguasa setempat, Sultan Mahmud,
dalam melawan Sher Syah Suri. Selama konflik berlangsung, ia kehilangan
kendali atas kekuasaannya di Delhi dan Agra. Di luar India, Sher Syah Suri
memperkuat kekuasaannya dan melakukan reformasi di bidang
administrasi, keuangan, perdagangan, komunikasi, keadilan, perpajakan,
dan pertanian. Namun, pada tanggal 22 Mei 1545, ia meninggal dunia.

2
Iqbal, Z. (n.d.). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta.

3
Siti Maryam, dkk. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam.
Tahtanya digantikan oleh putranya yang masih muda, Firuz, yang berusia
12 tahun. Namun, Firuz dibunuh oleh pamannya sendiri, Mubariz Khan,
yang kemudian menjadi penguasa meskipun menghadapi tantangan.
Humayun memanfaatkan kekacauan dalam pemerintahan musuhnya dan
berhasil merebut kembali Delhi dan Agra. Namun, ia kemudian meninggal
karena kecelakaan, jatuh dari lantai dua perpustakaan Sher Mandal di Delhi
pada bulan Januari 1556.

b) Akbar Khan (1556-1605 M)

Kekuasaan Hamayun dilanjutkan oleh putranya, Akbar Khan, yang


dikenal dengan gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Pada awal
masa pemerintahannya, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan.
Namun, setelah dewasa, ia berhasil mengembalikan wilayah-wilayah yang
pernah memisahkan diri dan secara mengesankan memperluas wilayah
baru. Sistem pemerintahan Akbar bersifat militeristik, dengan raja sebagai
pemegang pemerintahan pusat. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah
Salar, yaitu kepala komandan, sementara subdistrik dipimpin oleh Faudjar,
atau komandan. Jabatan-jabatan sipil juga mengadopsi struktur militer,
dengan para pejabat diwajibkan mengikuti latihan militer.4

Selama masa pemerintahannya, Akbar berupaya untuk menciptakan


stabilitas dan keamanan di dalam negeri. Ia menyadari bahwa masyarakat
India memiliki keberagaman dalam hal agama dan etnis. Oleh karena itu,
Akbar menerapkan kebijakan toleransi universal yang mengakui kesetaraan
semua warga negara. Dalam hal agama, Akbar menciptakan Din-i-llahi,
suatu sistem yang menggabungkan semua agama yang ada di India menjadi
satu. Selain itu, Akbar juga mendirikan Mansabdharis, sebuah lembaga
pelayanan publik yang bertugas mengurus segala urusan kerajaan, termasuk
pengorganisasian pasukan militer tertentu

4
Ibid, 184
c) Jahanghir (1605-1628 M)

Masa pemerintahan Jahanghir berlangsung sekitar 23 tahun, dari


tahun 1605 hingga 1628. Jahanghir adalah seorang pengikut Ahlussunnah
wal jama'ah, sehingga pengaruh Din-i-llahi semakin berkurang.
Pemerintahannya ditandai dengan munculnya pemberontakan, seperti
pemberontakan di Ambar yang sulit untuk dipadamkan. Selain itu,
pemberontakan juga muncul di dalam istana yang dipimpin oleh putranya
sendiri, Kurram. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khan, Kurram
menangkap dan menyekap Jahanghir. Namun, berkat usaha permaisuri,
perselisihan antara ayah dan anak berhasil diredakan. Setelah Jahanghir
meninggal (1627 M), Kurram naik tahta dengan gelar Abu Muzaffar
Shahabuddin Muhammad Shah Jahan Padsah Ghazi. 5

d) Syah Jinan (1628-1658 M)

Syah Jinan muncul sebagai pengganti Jahangir. Tanda-tanda


disintegrasi mulai muncul selama masa pemerintahannya, yang pada saat
yang sama menjadi tantangan bagi politik toleransi Mughal. Selama masa
pemerintahannya, terjadi dua kali pemberontakan. Pemberontakan yang
paling serius datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang
gubernur di provinsi selatan. Pemberontakan ini menimbulkan banyak
kesulitan. Namun, pada tahun 1631, pemberontakan ini berhasil
dipadamkan, dan Khan Janan dihukum mati.

5
Siti Maryam,dkk. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam.
3. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

Kerajaan Safawi berdiri ketika Kesultanan Utsmaniyah di Turki


mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Safawi bermula dari gerakan
Tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, yang didirikan hampir pada
saat yang sama dengan berdirinya Kesultanan Utsmaniyah di Turki. Nama
Safawi diambil dari pendirinya, Safi al-Din (1252-1334). Kerajaan Safawi
menganut aliran Syiah dan menjadikannya madzhab resmi di negaranya.
Peran Tarekat yang dipimpin oleh Safi al-Din semakin penting, terutama
setelah ia mengubah bentuk Tarekat tersebut dari pengajian tasawuf yang
lokal menjadi gerakan keagamaan yang memiliki pengaruh besar di Persia,
Syria, dan Anatolia. Di wilayah-wilayah di luar Ardabil, Safi al-Din
menunjuk seorang wakil yang memimpin para muridnya, yang dikenal
sebagai khalifah.6

Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama untuk murid-murid tarekat
ini berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatic dalam kepercayaan
mahdzab Syi’ah dan menentang setiap orang yang tidak bermadzhab syiah.
Gerakan safawiah selanjutnya bertambah luas dan berkembang sehingga
yang pada mulanya gerakan keagamaan saja berkembang dan bertambah
menjadi gerakan politik.7

Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan


penguasa Kara Ko-yunlu, salah satu penguasa bangsa turki yang berkuasa
di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu
tempat. Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah
dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik
dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara
perempuan Uzun Hasan.

6
Badri Yatim. (2006). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta.

7
Syamruddin Nasution. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pusaka Riau.
Kemenangan Koyunlu tahun 1467 terhadap Kara Koyunlu, membuat
gerakan militer safawi yang di pimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival
politik oleh Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya.

Pemimpinan Safawi selanjutnya diberikan kepada Isma'il, yang saat itu


berusia tujuh tahun. Bersama pasukannya, Isma'il mendirikan markas di
Gillan selama lima tahun untuk memperkuat kekuatannya dan menjalin
hubungan dengan pengikutnya di Azerbaijan, Syria, dan Anatolia. Pasukan
ini dikenal dengan sebutan pasukan qizilbash.

Pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK


Koyunlu di Sharur. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan
Tabriz. Di kota ini Isma’il memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama
Dinasti Safawi. Ia disebut juga sebagai Isma’il I.

Pertempuran dengan Kesultanan Utsmaniyah terjadi pada tahun


1514 M di Chaldrian. Meskipun Isma'il I mengalami kekalahan dalam
perang ini, karena keunggulan organisasi militer Kesultanan Utsmaniyah,
Kesultanan Utsmaniyah di bawah kepemimpinan Sultan Salim berhasil
menduduki Tabriz. Kekalahan ini menghancurkan kebanggaan dan
keyakinan Isma'il I, dan pada saat itu ia lebih sering menyendiri dan
berburu. Keadaan ini berdampak negatif bagi Kerajaan Safawi,
menyebabkan terjadinya persaingan tiga arah antara kepala suku-suku
Turki.8
Kondisi memprihantinkan ini baru bisa diatasi setelah Raja Safawi
kelima. Abbas I naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588-1612 M).
langkah langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan
kerajaan safawi ialah:

1) Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan


safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya
terdiri dari budak- budak, berasal dari tawanan perang bangsa

8
Badri Yatim. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam Dirasah islamiyah II.
Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak raja
Tahmaps I.
2) Mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan usmani. Untuk
mewujudkan perjanjian ini, Abbas I terpaksa harus menyerahkan
wilayah Azerbaizan, Georgia, dan sebagian wilayah Luristan.
Disamping itu Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga kalifah
pertama dalam Islam ( Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan) dalam khotbah-khotbah Jum’at. Sebagai jaminan atas
syarat-syarat itu, ia menyerahkan saudara sepupunya, Haidar
Mirza sebagai sandera di Istanbul.

Usaha usaha yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat


kerajaan safawi kuat kembali. Setelah itu Abbas I mulai memusatkan
perhatiannya dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah
kekuasannya yang hilang. Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak
kejayaan kerajaan safawi. Secara politik ia mampu mengatasi berbagai
kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil
merebut kembali wilayah wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain
pada masa raja-raja sebelumnya.

Maka dapat dilihat bahwa dalam tubuh organisasi safawiah terjadi


perubahan seiring dengan adanya pergantian jabatan. Pada mulanya hanya
sebuah organisasi yang mengoordinisir anggotanya untuk meniti jalan hidup
yang murni di bidang tasawuf. Kemudian berubah menjadi gerakan
keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia. Selanjutnya di tangan
Isma’il, telah berubah pula kearah gerakan politik yang berorientasi kepada
kekuasaan.

Demikianlah sejarah lahirnya safawiah yang pada mulanya


merupakan suatu aliran yang bersifat keagamaan berfaham syi’ah.
Kemudian yang akhrinya menjadi daulah besar yang sangat berjasa dalam
memajukan peradaban islam. 9

C. KEMAJUAN-KEMAJUAN PADA TIGA KERAJAAN BESAR DI


ERA PERTENGAHAN
1. TURKI USMANI
a). Bidang kemiliteran dan pemerintahan
1) Perang dengan bizantium merupakan awal didirikannya
pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga
terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari
atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan usmani membuat
struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan
sultan yang dibantu oleh perdana menteri yang membawahi
gubernur.

b). Bidang ilmu pengetahuan dan budaya

1) Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-


ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari
bizantium. Dalam bidang ilmu pengetahuan di turki usmani
tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan
pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah
intelektual islam tidak ada ilmuwan yang terkemuka dari
turki usmani.

9
Syamruddin Nasution. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam.
c). Bidang keagamaan

1). Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan


sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-ajaran
tarekat berkembang dan juga mengalami kemajuan di turki
usmani.

Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan turki usmani tersebut tidak


terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:

1). Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar, dan
giat

2). Mereka memiliki kekuatan militer yang besar

3). Mereka menguni tempat yang sangat strategis, yaitu


Constantinopel yang berada pada titik temu antara Asia dan Eropa.10

2. MUGHAL INDIA
a). Bidang politik dan militer

1). Di bidang politik mereka memiliki politik sulh e-kul atau


toleransi universal.

System sangat tepat karena mayoritas masyarakat india adalah


hindu sedangkan Mughal adalah system islam.

10
Al-Nadawi, Abu al- Hasan. (1987). madza khasiral a'lam binhithothil. Cairo: Darul
Qalam.
2). Di bidang militer pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan
yang kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan
meriam.

b). Bidang ekonomi

1) Memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang,


tebu, rempah-rempah, tembakau, dan kapas. Disamping
pertanian, pemerintah juga memajukan industry tenun. Hasil
industry ini banyak di ekspor keluar negeri seperti eropa,
Arabia, asia tenggara, dll.
2) Pada masa Jahanghir banyak investor asing yang diizinkan
menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik
pengolahan hasil pertanian di Surath.

c). Bidang ilmu pengetahuan

1) Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan


dibidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri banyak ilmuwan
yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan
kebudayaan. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dari
penguasa dan bangsawan serta ulama.
2) Di tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang
dikelola oleh seorang guru. Pada masa Syah Jehan didirikan
sebuah perguruan tinggi di Delhi.
3) Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan
dipegang oleh Aurangzheb. Dibidang ilmu agama berhasil
dikodifkasikan hukum islam yang dikenal dengan sebutan
fatwa-I-alamgri.
d). Bidang seni dan arsitektur

1) Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian


ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-
warni.
2) Bangunan yang menunjukkan ciri antara lain, benteng
merah, istaa-istana,makam kerajaan (taj mahal) , bangunan
lain yang bermotif sama adalah masjid raya delhi yang
berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore.
3) Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kebudayaan
ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur islam
dengan hindu.11

3. SAFAWI DI PERSIA
a). Bidang ekonomi
1) Dikuasainya Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini
maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang
bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis
sepenuhnya milik kerajaan safawi.
2) Kerajaan safawi juga mengalami kemajuan di sector
pertanian terutama di daerah bulan Sabit Subur. 12

b). Bidang ilmu pengetahuan

1) Bangsa Persia dalam sejarah islam dianggap besar dalam


perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidaklah
mengherankan apabila kondisi tersebut terus berlanjut,
sehingga muncl imuwan seperti Baha al-Din, asy syaeroji,
Muhammad al- Baqir al din ibn Muhammad Damad, masing

11
Nurhakim, M. (n.d.). Sejarah dan Peradaban Islam.

12
Badri Yatim. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam Dirasah islamiyah II.
masing ilmuwan di bidang filsafat, sejarah, teolog, dan ilmu
umum.
2) Bila dibandingkan daulah turki dan daulah Mughal dalam
waktu yang sama, daulah safawiah lebih unggul dalam
bidang ilmu pengetahuan.

c).Bidang bangunan fisik dan seni

1) Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan


ishfan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah.
2) Di kota tersebut berdiri bangunan besar nan indan seperti
masjid,rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas Zende
Rud, dan istana chilil sutun.
3) Kota ishfan juga dipenuhi dengan taman taman wisata yang
cantik
4) Di bidang seni, kemajuan Nampak begitu ketara dalam gaya
arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada
masjid Syah Isfhan yang dibangun tahun 1611 M, masjid
Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M.
5) Unsur seni lainnya terlihat pada bentuk kerajinan tangan,
keramik, karpet, permadani, pakaian,dan tenunan, mode,
tembikar, dan benda seni lainnya.

PENUTUP
A. Kesimpulan

Islam mengalami zaman keemasan pada masa bani Abbasiyah. Hal ini
merupakan sumbangsih dinasti Abbasiyah yang termaktub dalam Sejarah
Peradaban Islam. Pada masa ini, kegiatan pendidikan dan pengajaran mencapai
kemajuan yang signifikan. Mayoritas khalifah dari bani Abbasiyah merupakan
orang yang berpendidikan. Selain itu, masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
membuka era baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Kontribusi
umat islam pada masa ini sangat besar dalam bidang kedokteran, filsafat, kimia,
matematika, geografi, hukum, teologi, dan fiologi.

Pemerintahan kerajaan Mughal berkuasa selama 3 abad lebih, terhitung


mulai tahu berdirinya 1526 M sampai tahun kehancurannya 1858 M atau dengan
istilah lain, kerajaan ini bertahan dan berkuasa salama 332 tahun. Islam telah
mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Dengan
lahirnya kerajaan Mughal, maka kejayaan india dengan peradaban hindunya yang
nyaris tenggelam, kembali munncul. Kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal telah
memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia politik, ekonomi, budaya,
dan sebagainya. Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah cosmopolitan
islam-india daripada membentuk sebuah kultur muslim secara eksklusif.

Kerajaan safawi berdiri saat kerajaan turki usmani mencapai puncak


kejayaannya. Nama safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al- din. Kerajaan
safawiyah menganut aliran syi’ah dan di tetapkan sebagai mahdzab di negaranya.
Kerajaan safawiyah terjadi perubahan seiring dengan adanya pergantian jabatan.
Pada mulanya hanya sebuah organisasi yang mengorganisir anggotanya untuk
meniti jalan hidup yang murni dibidang tasawuf. Kemudian berubah menjadi
gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia.

B. Saran
Untuk pembuatan makalah ini saya sebagai penulis mohon kepada
teman-teman semua untuk memberikan saran dalam pembuatan makalah ini jika
terjadi kesalahan, dengan adanya saran dapat menjadi lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1993

Badrim Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, PT.

Rajagrafindo Persada, 2003), hlm, 175

Badri yatim , Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiayah II, Jakarta: Raja
Grapindo

Persada, 2000

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 1999

Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, Cet.2,

2004), 147

Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern

(Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184

Syukur, Fatah. 2009. ”Sejarah Peradaban Islam”.Semarang : Pustaka Rizki Putra

Nasution, Syamruddin. 2013”Sejarah Peradaban Islam”.Riau :Yayasan Pusaka


Riau

SUMBER JURNAL:
As' adurrofik, M. (2021). Sejarah Peradaban Islam Tiga Kerajaan Besar. AL-
Fathonah, 1(1), 188-209.

Prayogi, A., Arisandi, D., & Kurniawan, P. C. (2023). Peradaban dan Pemikiran
Islam di Masa Tiga Kerajaan Besar Islam: Suatu Telaah Historis. Al Irsyad: Jurnal
Studi Islam, 2(1), 1-12.

Mas’ud, S. (2014). Sejarah Peradaban Islam.

Usman, I. K. (2018). Pendidikan pada Tiga Kerajaaan Besar (Kerajaan Turki


Usmani, Safawiy di Persia dan Moghul di India). Jurnal Ilmiah Iqra', 11(1).

Yamani, S., Santalia, I., & Wahyudi, G. (2022). Sejarah Perkembangan Dan
Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Abad Modern Tahun 1700-1800. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(2), 4038-4049.

Desky, H. (2016). Kerajaan Safawi di Persia dan Mughal di India: Asal Usul,
Kemajuan dan Kehancuran. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 8(1), 121-141.

Aniroh, A. (2021). Pendidikan Islam Masa Pertengahan (Studi Historis Pendidikan


Di Kerajaan Usmani, Kerajaan Safawi Dan Kerajaan Mughal). AT-THARIQ:
Jurnal Studi Islam dan Budaya, 1(2).

Muzdalifah, E. (2021). Peranan Kerajaan Mughal Terhadap Perkembangan


Peradaban Islam Di India (Doctoral dissertation, IAIN Syekh Nurjati Cirebon).

Aniroh, A. (2021). Pendidikan Islam Masa Pertengahan (Studi Historis Pendidikan


Di Kerajaan Usmani, Kerajaan Safawi Dan Kerajaan Mughal). AT-THARIQ:
Jurnal Studi Islam dan Budaya, 1(2).

Yuliana, Y. (2014). Kerajaan Mughal di India Pada Masa Pemerintahan Sultan


Zahiruddin Muhammad Babur 1482-1530 M (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Ampel Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai